Anda di halaman 1dari 11

Akhlak Kepada Pengajar dan Belajar

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akhlak

Disusun Oleh :

Octy Anugrah (10040013126)

Rizkyta Hadi R (10040013134)

M. Reza Saputra (10040013152)

Miftah Hafizh (10040013128)

Valdy Akbar (10040013161)

Kelas : E

Fakultas Hukum

Universitas Islam Bandung

2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang paling penting.
Jatuh bangunnya suatu masyarakat dan bangsa tergantung pada bagaimana akhlaknya. Jika
akhlak masyarakat tersebut baik, maka baik pula lahir dan batinnya. Sebaliknya, apabila akhlak
rusak, maka rusak pula lahir dan batinnya.

Seorang muslim yang baik senantiasa akan berakhlak adil. Maksud dari adil disini adalah
memberikan haknya kepada setiap manusia yang meminta haknya karena ia memang memiliki
haknya. Namun apabila seseorang itu memiliki hak yang buruk maka orang tersebut akan
merampas hak-hak orang yang memiliki hak nya tersendiri.

Akhlak itu terbagi ke dalam beberapa macam, yaitu akhlak terhadap diri sendiri, orang
tua, pengajar dan lain-lain. Dengan demikian, dalam makalah ini akan dipaparkan sedikit tentang
apa itu pengertian dari akhlak dan juga apa saja hak dan kewajiban seorang muslim yang harus
dipenuhi dalam berakhlak terhadap orang lain.

B. Identifikasi Masalah

1. Apa itu yang disebut dengan akhlak?


2. Bagaimana akhlak seorang siswa terhadap pengajar?
3. Bagaimana akhlak belajar?

C. Tujuan Penulisan

Tujuannya adalah membuka wawasan terhadap para pembaca untuk lebih mengetahui apa itu
pengertian dari akhlak, bagaimana akhlak terhadap pengajar, dan akhlak belajar itu sendiri.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian akhlak atau perilaku

Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa arab akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, jama’nya
khuluqun yang berarti perangai (al-sajiyah), adat kebiasaan (al’adat), budi pekerti, tingkah laku
atau tabiat (ath-thabi’ah), perbedaan yang baik (al-maru’ah), dan agama (ad-din).[1]

Akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan manusia apakah itu
baik, atau buruk. Sedangkan ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang
berguna untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia,bagaimana cara berbuat kebaikan
dan menghindarkan keburukan. Dalam hal ini dapat dikemukakan contohnya:

1. Perbuatan baik termasuk akhlak, karena membicarakan nilai atau kriteria suatu perbuatan.

2. Perbuatan itu sesuai dengan petunjuk Ilmu Akhlak; ini termasuk ilmunya, karena
membicarakan ilmu yang telah dipelajari oleh manusia untuk melakukan suatu perbuatan.[2]

Adapun ayat yang menjelaskan tentang akhlak yaitu terdapat dalam (Q.S. al-ahzab,33:21)

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.[3]

Sedangkan pengertian akhlak secara terminologi dapat dilihat dari beberapa pendapat para ahli :

a. Ibnu Maskawaih

Menyebutkan bahwa akhlak yaitu keadaan jiwa yang mendorong atau mengajak melakukan
sesuatu perbuatan tanpa melalui proses berpikir, dan pertimbangan terlebih dahulu.

b. Prof. Dr. Ahmad Amin

1 Tiswarni, “Akhlak Tasawuf” (jakarta: Bina Pratama, 2007). Hal: 1


2 Mahjuddin, “Akhlak Tasawuf” (jakarta:Kalam Mulia,2009). Hal: 7
3 Departemen Agama,Alquran dan Terjemahannya, (Jakarta:Serajaya Santra, 1987), Cet. Ke-1, h.670
Akhlak menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yaitu suatu ilmu yang menjelaskan baik dan buruk,
menerangkan yang harus dilakukan, menyatakan tujuan yang harus dituju dan menunjukkan apa
yang harus di perbuat.

c. Didalam buku akhlak dalam berbagai dimensi, akhlak yaitu sifat-sifat


yang berurat berakar dalam diri manusia, serta berdasarkan dorongan dan pertimbangan sifat
tersebut, dapat dikatakan bahwa perbuatan tersebut baik atau buruknya dalam pandangan
manusia.[4]

2. Akhlak seorang siswa terhadap pengajar

Siswa adalah orang yang belajar kepada guru, siswa pula yang menentukan kualitas
ajarseorang guru. Jika siswanya kurang pintar setelah mendapat pendidikan, maka ada dua
kemungkinan, yakni siswanya yang kurang mencerna pelajaran yang ditransfer guru atau
pengajar tersebut tidak memperhatikan seorang siswanya.

Seorang siswa wajib berbuat baik kepada gurunya dalam artian siswa tersebut harus
memuliakan, menghormati dengan ucapan dan perbuatan yang dilakukan sebagai tanda dari
ucapan terimakasih atas murid kepada gurunya. Dasar pemikiran agar siswa berbuat baik kepada
gurunya itu dengan cara :

 Memuliakan dan menghormati guru termasuk satu perintah agama


Sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Muliakanlah orang yang kamu belajar
darinya”. (HR. Abul Hasan Al-Mawardi), “Muliakanlah guru-guru Al-Qur’an (agama),
karena barang siapa yang memuliakan mereka berarti ia memuliakan aku”. (HR. Abul
Hasan Al-Mawardi).
Penyair Mesir Ahmad Syauki Bey mengatakan :
“Berdiri dan hormatilah guru, dan berilah ia penghargaan, (karena) seorang guru itu
hampir saja merupakan Tuhan”. (HR. Abul Hasan Al-Mawardi)

 Guru adalah orang yang sangat mulia

4 Ibid,. H. 1
Dalam sejarah nabi disebutkan, bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad SAW keluar
rumah. Tiba-tiba beliau melihat ada dua majlis yang berbeda. Majlis yang pertama adalah
orang-orang yang beribadah yang sedang berdoa kepada Allah dengan segala kecintaan
kepadaNya, sedang majlis yang kedua ialah majlis pendidikan dan pengajaran yang terdiri
dari guru dan sejumlah murid-muridnya. Melihat dua macam majlis yang berbeda Nabi
bersabda: “Adapun mereka dari majlis ibadah mereka sedang berdoa kepada Allah. Jika
Allah mau, Allah menerima doa mereka, dan jika Allah mau, Allah menolak doa mereka.
Tetapi mereka yang termasuk dalam majlis pengajaran manusia. Sesungguhnya aku diutus
Tuhan adalah untuk menjadi guru. (HR. Ahmad)

 Guru adalah orang yang sangat besar jasanya dalam memberikan ilmu
pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan mental kepada siswa
Bekal ini jika diamalkan jauh lebih berharga dari pada harta benda. Orang yang ingin
sukses di dunia dan akhirat harus dengan ilmu. Sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa
yang menghendaki dunia, wajib ia mempunyai ilmu. Barang siapa yang menghendaki
akhirat, wajib mempunyai ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki dunia dan akhirat
kedua-duanya, wajib juga mempunyai ilmu. (HR. Ahmad)

 Dilihat dari segi usia, maka pada umumnya guru lebih tua dari pada muridnya,
sedangkan orang muda wajib menghormati orang yang lebih tua
Sabda Rasulullah SAW: “Bukan dari umatku, orang yang tidak sayang kepada yang lebih
muda dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi)

Cara Berakhlak Terhadap Guru


Banyak cara yang dapat dilakukan seorang siswa dalam rangka berakhlak terhadap seorang guru,
di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Menghormati dan memuliakannya serta mengagungkannya menurut cara yang wajar dan
dilakukan karana Allah.
2. Berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang baik.
3. Tidak merepotkan guru dengan banyak pertanyaan.
4. Dengan meletihkan guru dengan berbagai pertanyaan dan beban lainnya.
5. Jangan berjalan dihadapannya.
6. Jangan duduk ditempat duduknya.
7. Jangan mulai berbicara kecuali setelah mendapat izin darinya.
8. Jangan membukakan rahasia guru.
9. Jangan melawan dan menipu guru.
10. Meminta ma’af jika berkata keliru dihadapan guru.
11. Memuliakan keluarganya.
12. Memuliakan sahabat karib guru.
Adapun kode etik terhadap guru meliputi :
Ibn jama’ah menyusun kode etik yaitu:
 Murid harus mengikuti guru yang dikenal baik akhlak, tinggi ilmu dan keahlian, berwibawa,
santun dan penyayang. Ia tidak mengikuti guru yang tinggi ilmunya tetapi tidak saleh, tidak
waras, atau tercela akhlaknya.
 Murid harus mengikuti dan mematuhi guru. Menurut ibn jama’ah rasa hina dan kecil di depan
guru merupakan pangkal keberhasilan dan kemuliaan. Ia memberikan umpama lain, yaitu
penuntut ilmu ibarat orang lari dari kebodohan seperti lari dari singa ganas. Ia percaya kepada
orang penunjuk jalan lari.
 Murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya. Orang yang berhasil
hingga menjadi ilmuwan besar, sama sekali tidak boleh berhenti menghormati guru.
 Murid harus mengingat hak guru atas dirinya sepanjang hayat dan setelah wafa. Ia menghormati
sepanjang hidup guru, meski wafat. Murid tetap mengamalkan dan mengembangkan ajaran guru.
 Murid bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru. Hendaknya berusaha
untuk memaafkan perlakuan kasar, turut memohon ampun dan bertaubat untuk guru.
 Murid harus menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru. Melalui itulah ia
mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari. Ia memperoleh keselamatan dunia dan
akhirat. Meskipun guru menyampaikan informasi yang sudah di ketahui murid, ia harus
menunjukan rasa ingin tahu tinggi terhadap informasi.
 Murid tidak mendatangi guru tanpa izin lebih dahulu, baik guru sedang sendiri maupun bersama
orang lain. Jika telah meminta izin dan tidak memperoleh. Ia tidak boleh mengulangi minta izin.
Jika ragu apakah guru mendengar suaranya, ia bisa mengulanginya paling banyak tiga kali.
 Harus duduk sopan didepan guru. Missalnya, duduk bersila dengan tawadu’, tenang, diam, posisi
duduk sedapat mungkin berhadapan dengan guru, atentif terhadap perkataan guru sehingga tidak
membuat guru mengulangi perkataan. Tidak di benarkan berpaling atau menoleh tanpa keperluan
jelas, terutama saat guru berbicara kepadanya.
 Bekomunikasi dengan guru secara santun dan lemah- lembut. Ketika guru keliru baik khilaf atau
karena tidak tahu, sementara murid mengetahui, ia harus menjaga perasaan agar tidak terlihat
perubahan wajahnya. Hendaknya menunggu sampai guru menyadari kekeliruan. Bila setelah
menunggu tidak ada indikasi guru menyadari kekeliruan, murid mengingatkan secara halus.
 Jika guru mengungkapkan satu soal, atau kisah atau sepenggal sair yang sudah dihafal murid, ia
harus tetap mendengarkan dengan antusias, seolah-olah belum pernah mendengar.
 Murid tidak boleh menjawab pertanyaan guru meskipun mengetahui, kecuali guru memberi
isyaratia memberi jawaban.
 Murid harus mengamalkan tayamun (mengutamakan yang kanan). Ketika memberi sesuatu
kepada guru. Harus menjaga sikap wajar, tidak terlalu dekat hingga jaraknya terkesan
mengganggu guru. Tidak pula terlalu jauh hingga harus merentangkan tangan secara berlebihan
yang mengesankan kurang serius.

3. Bagaimana akhlak belajar

Dasar dalam menuntut ilmu

 Islam merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmu pengetahuan. Islam
sangat menekankan umatnya untuk terus menuntut ilmu.
 Ayat pertama yang diturunkan Allah adalah Surat Al-‘Alaq, di dalam ayat itu Allah
memerintahan kita untuk membaca dan belajar.
 Dalam menuntut ilmu tidak mengenal waktu, dan juga tidak mengenal jenis. Pria dan
wanita punya kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu. Sehingga setiap orang, baik
pria maupun wanita bisa mengembangkan potensi yang diberikan oleh Allah Swt kepada
kita sehingga potensi itu berkembang dan sampai kepada kesempurnaan yang diharapkan.

Penerapan Akhlak dalam Belajar

Agar ilmu yang hendak dicapai bukan saja dapat dipahami tetapi memperoleh keberkatan
dari Allah. Akhlak juga penting untuk mewujudkan keharmonian hubungan antara pelajar
dengan pengajar. Hubungan yang baik di antara guru dengan murid bukan saja akan
mempercepat tetapi juga memudahkan proses penimbaan ilmu pengetahuan.

Pelajar hendaklah mengenali ilmu yang paling mulia dengan cara melihat kepada
hasilnya apabila akan membawa kepada kebahagiaan abadi di dunia dan di akhirat. Manakala
ilmu alam akan membawa kepada kehidupan duniawi . Oleh itu ilmu agama mengenai Allah
AzzawaJalla, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya dan ilmu menuju kepada
Allah adalah paling mulia dan utama.

Pelajar hendaklah sadar bahawa tujuan belajar adalah menghiasi dan mencantikkan hati
dengan sifat-sifat keutamaan (sifat mahmudah). Jangan sekalikali bertujuan menuntut ilmu untuk
menjadi pemimpin, memperoleh harta dan kemegahan, melawan orang bodoh dan membangga
diri. Pelajar yang sedang mempelajari ilmu akhirat, tidak seharusnya memandang hina pelajar
yang mempelajari ilmu keduniaan, kerana mungkin ilmu keduniaan itu termasuk dalam bidang
fardhu kifayah untuk dituntut.

Pelajar mestilah tidak mempunyai sifat sombong kepada ilmunya dan jangan sekali-kali
menentang gurunya. Seorang pelajar harus hormat dan patuh kepada gurunya agar mendapat
pahala dan kemulian di sisi Allah.

Hendaklah seorang pelajar rajin bertanya kepada guru tetapi mengenai persoalannya yang
dalam ruang lingkup yang diizinkan oleh gurunya. Allah berfirman dalam Q.s an-Nahl: 43 yang
maksudnya “Bertanyalah kepada ahli ilmu jika kamu tidak mengetahui”.

Tata Cara Menuntut Ilmu

 Menekuni dasar-dasar ilmu

Barang siapa belum menekuni dasar-dasar ilmu, niscaya tidak akan bisa menguasai ilmu
yang diinginkan. Dari sini, maka harus ada pendasaran terhadap setiap ilmu yang ingin engkau
kuasai dengan cara menekuni dasar-dasar ilmu dan kitab yang ringkas pada seorang guru yang
mumpuni, bukan dengan cara otodidak saja serta harus berjenjang dalam belajar.

 Kerjakanlah semampu kalian


“Di mana ada kesulitan di situ ada kemudahan.” Kaidah ini bersumber dari Al-Qur’an dan As-
Sunnah.

Adapun dalil dari As-Sunnah adalah sabda Rasulullah saw kepada Umran bin Hushain:
“Shalatlah dengan berdiri, lalu jika engkau tidak mampu maka dengan duduk, dan kalau tidak
mampu juga maka dengan berbaring.”

(HR Bukhari).

Juga, sabda beliau, “Kalau saya perintahkan kalian untuk melakukan sesuatu, maka kerjakanlah
semampu kalian.“

(HR Bukhari dan Muslim).

 Awali dengan niat yang benar, baik dan ikhlas

Niatkan bahwa mencari/menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan ridho Allah. Niatkan
bahwa ilmu yang dimiliki akan digunakan untuk kebaikan, bukan untuk mengejar dunia
semata.Niatkan bahwa dengan ilmu tersebut, kita berjuang di jalan Allah. Memohonlah kepada
Allah agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dunia-akhirat.

Beberapa hal agar memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu:

1. taat beribadah, rajin bangun malam untuk sholat tahajud dan tafakur.
2. tidak berbuat maksiat
3. memuliakan/menghormati guru (adab murid kepada guru)
4. memuliakan/menghormati sahabat (adab murid kepada sesama murid)
5. memuliakan/menghormati kitab/buku (adab murid kepada pelajaran)
6. sering bergaul/berdiskusi dengan ulama (memuliakan ulama)
7. membiarkan diri lapar ketika sedang belajar (rajin berpuasa)

Jangan menjadi manusia yang berilmu (pintar) tetapi zolim. Dan jangan pula menjadi
manusia yang taat beribadah (sholeh) tapi bodoh. Ilmu tanpa didasari dengan keimanan, maka
dengan ilmu tersebut manusia akan berbuat kerusakan dan kezoliman. Iman tanpa didasari
dengan ilmu, maka keimanannya bersifat semu, hanya sebuah khayalan dan sugesti belaka,
begitupun ibadahnya hanya bersifat ikut-ikutan. Oleh karena itu, raihlah kesuksesan dengan 2
sayap, iman dan ilmu. Insya Allah… kesuksesan yang kita raih bukan hanya di dunia, tapi juga
di akhirat.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa orang yang mulia di sisi Allah hanya karena dua hal;

karena imannya dan karena ketinggian ilmunya. Bukan karena jabatan atau hartanya. Karena itu
dapat kita ambil kesimpulan bawa ilmu pengetahuan harus disandingkan dengan iman. Tidak
bisa dipisahkan antara keduanya. Perpaduan antara ilmu pengetahuan dan iman akan
menghasilkan peradaban yang baik yang disebut dengan Al-Madinah al-Fadhila.

Akhlak adalah budi pekerti yang menjadikan seseorang mempunyai jati diri, akhlak itu terbagi
kepada 2 bagian : pertama, akhlak yang mulia dan kedua, akhlak yang tercela.

Akhlak yang tercela akan menyebabkan jati diri seseorang menjadi jahat di mata orang lain,
apalagi terhadap guru yang memberikan kita ilmu. Selanjutnya, akhlak yang mulia itu akan
memberikan suatu gambaran seseorang akan menjadi baik di kala masa tuanya nanti, sebab
dengan akhlak yang mulia akan menjadi seseorang dihormati dan disegani orang banyak.
DAFTAR PUSTAKA

 Abu Fatiyah Al-Adnani, 2002, AGENDA MUKMIN Panduan Membina Pribadi Mukmin
Ideal,Qisty Saufa Abadi
 Aqidah Akhlak untuk Madrasah Ibtidiyah, Drs. H. Chatibul Umam dkk., Menara Kudus.
 Daradjat, Zakiah, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 1980
 Nasihat-nasihat Qur`an: Akhlak dan Perilaku, Litera Antarnusa.
 Nasihat-nasihat Qur`an: Akhlak dan Perilaku, Litera Antarnusa.
Terjemah Bulughul Maram. Muh Syarief Sukandy, PT Al Ma`arif: Bandung.
www.muslimah.or.id

Anda mungkin juga menyukai