Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan

tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab

kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh

keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk

mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka. Mengingat

kegunaannya yang demikian penting maka penting untuk menjaga

kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga

mulut.

Masalah terbesar yang dihadapi penduduk Indonesia seperti juga

di negara-negara berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan mulut

adalah penyakit jaringan keras gigi ( caries dentis ) di samping penyakit

gusi.(3) Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email,

dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam

suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi

jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.

Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi

periapeks yang dapat menyebabkan rasa nyeri.(4)

1
Penyakit karies pada anak, banyak dan sering terjadi namun

kurang mendapat perhatian dari orang tua karena anggapan bahwa gigi anak

akan digantikan gigi tetap. Orang tua kurang menyadari bahwa dampak

yang ditimbulkan sebenarnya akan sangat besar bila tidak dilakukan

perawatan untuk mencegah karies sejak dini pada anak. Dampak yang

terjadi bila sejak awal sudah mengalami karies adalah selain fungsi gigi

sebagai pengunyah yang terganggu, anak juga akan mengalami gangguan

dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari sehingga anak tidak mau makan

dan akibat yang lebih parah bisa terjadi malnutrisi, anak tidak dapat belajar

karena kurang berkonsentrasi sehingga akan mempengaruhi kecerdasan.

Akibat lain dari kerusakan gigi pada anak adalah penyebaran toksin atau

bakteri pada mulut melalui aliran darah, saluran pernapasan, saluran

pencernaan apalagi bila anak menderita malnutrisi, hal tersebut akan

menyebabkan daya tahan tubuh anak menurun dan anak akan mudah

terkena penyakit. Bila gigi sulung sudah berlubang dan rusak maka dapat

diramalkan gigi dewasanya tidak akan sehat nantinya.

Proses karies dan faktor risiko terjadinya karies gigi tetap dan

gigi sulung tidak berbeda namun demikian proses kerusakan gigi sulung

lebih cepat menyebar, meluas dan lebih parah dibandingkan gigi tetap. Hal

ini selain disebabkan karena faktor dari dalam sendiri yaitu struktur enamel

gigi sulung yang kurang solid dan lebih tipis serta morfologi gigi sulung

yang lebih memungkinkan retensi dibanding gigi tetap juga disebabkan

faktor luar yang menjadi faktor risiko anak terhadap proses kerusakan gigi

2
seperti keadaan kebersihan mulut anak yang umumnya lebih buruk dan anak

lebih banyak dan sering makan dan minum kariogenik dibandingkan orang

dewasa. Besar kecilnya faktor risiko terhadap timbulnya karies gigi sulung

pada anak usia prasekolah dipengaruhi oleh pengetahuan, kesadaran orang

tua dalam merawat kesehatan gigi. Pengetahuan dan kebiasaan yang perlu

dimiliki orang tua antara lain yang berkaitan dengan cara membersihkan

diri, jenis makanan yang menguntungkan kesehatan gigi dan cara makan

minum yang benar.

Makanan atau substrat merupakan salah satu unsur penting

untuk dapat terjadi karies. Makanan pokok manusia adalah karbohidrat,

lemak dan protein. Dari berbagai penelitian tampak ada hubungan antara

intake karbohidrat dengan karies dan hubungan yang lebih kompleks dengan

lemak, protein, vitamin dan mineral. Selain itu ternyata ada hubungan

langsung antara bertambahnya konsumsi makanan yang mudah dicerna

terutama karbohidrat yang berupa tepung dengan bertambahnya karies.(6)

Karbohidrat dalam makanan yang sifatnya paling dapat merusak

gigi adalah jenis sukrosa. Proses karies selain ditentukan oleh jenis

karbohidrat juga tergantung pada frekuensi dan bentuk fisik karbohidrat

tersebut. Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan atau yang bersifat

lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya

karies. Dari penelitian Alfano (1980) tehadap tikus ternyata makanan yang

paling kariogenik adalah coklat sedangkan sugar free biskuit, kacang-

kacangan, roti dedak menduduki urutan paling rendah. Dalam penelitian

3
Rugg-Gunn menyatakan bahwa banyaknya intake gula harian lebih besar

hubungannya dibanding dengan frekuensi makan gula. Hubungan gula

dalam snack dengan karies lebih besar dibanding total diet

karena snack lebih sering dimakan dalam frekuensi tinggi dan makanan

kariogenik yang sering dimakan di antara dua waktu makan mempunyai

ciri-ciri pH rendah, mengandung gula tinggi dan lengket. Hampir semua

anak menyukai makanan minuman kariogenik yang merupakan faktor risiko

terhadap karies yang dimakan di antara dua waktu makan.(6)

Dalam perkembangannya anak membutuhkan orang lain dan

orang lain yang paling utama dan pertama bertanggung jawab adalah orang

tuanya sendiri. Orang tua bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan

anak juga dalam hal makanan. Perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi

oleh orang-orang yang dianggapnya penting seperti ibu.(7) Penyediaan

makanan untuk dikonsumsi anggota keluarga merupakan hasil proses

pengambilan keputusan. Tindakan pengambilan keputusan oleh ibu dalam

penyediaan makanan yang baik serta pemeliharaan kesehatan anak sangat

dipengaruhi kesiapan psikologi ibu diantaranya tingkat pendidikan, tingkat

pengetahuan dan sikap ibu.(8) Hasil penelitian Sanjur dan Scoma (1971)

mengenai kebiasaan makan anak, diketahui bahwa makanan yang tidak

disukai oleh ibu juga tidak disukai oleh anaknya dan ketidaktahuan ibu

terhadap jenis makanan tertentu akan mempengaruhi ketidaktahuan anak

terhadap makanan tertentu.(9) Bagi sebagian masyarakat, jenis makanan

4
yang telah terbiasa mereka pelajari untuk menyukainya sejak masa kanak-

kanak akan berlanjut menjadi makanan kesukaannya pada saat dewasa.(10)

Masalah kesehatan gigi di Indonesia masih merupakan hal

menarik karena prevalensi karies dan penyakit periodontal mencapai 80%

dari jumlah penduduk (Ibone Effendi dan Mooler, 1973). Prevalensi karies

gigi dan penyakit periodental tidak berbeda tahun 1973 dan 1983.(11) Sampai

sekarang ini di Indonesia data tentang frekuensi karies gigi sulung anak usia

prasekolah masih langka. Data yang adapun tidak dapat dipakai sebagai

indikator kesehatan gigi anak karena tidak mewakili keadaan gigi sulung di

Indonesia, walaupun hasil observasi lapangan menunjukkan adanya karies

rampan gigi sulung yang cukup luas (Armasastra dan Antonraharjo, 1986).

Di Yogyakarta, dari 7 lokasi pemeriksaan didapatkan angka frekuensi karies

gigi sulung anak usia 3-5 tahun sebesar 75% dengan def-t rata-rata 5,2

(Supartinah, 1982). Tahun 1985 dilaporkan fekuensi karies gigi di 100

Sekolah Taman Kanak-kanak di Yogyakarta sebesar 85 %, tanpa

melaporkan indeks def-nya (Rinaldi dan Iwa-Sutardjo, 1985). Di Medan

frekuensi karies gigi sulung anak usia balita karena minum susu botol di

beberapa Puskesmas adalah 61 % (Lina dan Situmorang, 1985). Frekuensi

karies gigi sulung merupakan indikator kesehatan gigi anak usia prasekolah

yang diperlukan untuk menilai keadaan kesehatan gigi sekaligus juga

keberhasilan upaya kesehatan gigi anak usia prasekolah dan usia balita.(6)

Anak usia 2-4 tahun umumnya sudah mempunyai gigi sulung yang lengkap

yaitu berjumlah 20 buah dan perilaku anak dalam menjaga kesehatan

5
termasuk kesehatan gigi masih sangat tergantung pada orang dewasa

terutama ibu yang merawatnya. Kesehatan gigi anak usia ini dipengaruhi

oleh perilaku ibu khususnya dalam menjaga kebersihan gigi maupun dalam

memberikan makanan minuman yang dapat menyebabkan karies gigi.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut “ Apakah ada hubungan antara

pengetahuan dan praktek ibu dalam pemberian makanan jajanan dengan

frekuensi konsumsi makanan jajanan kariogenik dan status karies gigi pada

anak usia 2-4 tahun.”

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan praktek ibu dengan

frekuensi konsumsi makanan jajanan kariogenik dan status karies gigi

pada anak usia 2-4 tahun.

2. Tujuan khusus

1. Mendapatkan informasi tingkat keparahan karies gigi pada anak usia

2-4 tahun

2. Mengetahui jenis-jenis makanan jajanan menurut status kariogenitas

jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak usia 2-4 tahun

6
3. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dalam pemberian makanan

jajanan dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan kariogenik anak

usia 2-4 tahun

4. Mengetahui hubungan praktek ibu dalam pemberian makanan jajanan

dengan frekuesi konsumsi makanan jajanan kariogenik anak usia 2-4

tahun

5. Mengetahui hubungan frekunsi konsumsi makanan jajanan

kariogenik dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 2-4

tahun

6. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dalam pemberian makanan

jajanan dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 2-4

tahun

7. Mengetahui hubungan praktek ibu dalam pemberian makanan jajanan

dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak prasekolah usia 2-4

tahun

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan

pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan penulisan

karya ilmiah.

7
2. Bagi masyarakat

Menjadi bahan masukan dalam melakukan tindakan pencegahan

terhadap karies gigi dan perawatan gigi sejak masih anak-anak.

3. Bagi Instansi terkait

Menjadi bahan masukan untuk menilai keadaan kesehatan gigi dan

keberhasilan upaya kesehatan gigi anak usia prasekolah dan usia

balita

4. Bagi mahasiswa

Sebagai tambahan informasi bagi peneliti lain dalam melakukan

penelitian lebih lanjut tentang karies gigi.

8
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Istilah

KARIES

Definisi

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email,

dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik

dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan.1 Tandanya adalah

demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan

bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa

serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dpat menyebabkan

nyeri. Walaupun demikian, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi,

pada stadium yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan.(1)1

Karies gigi adalah proses penghancuran atau pelunakan dari email

maupun denttin. Proses penghancuran tersebut berlangsung lebih cepat pada

bagian dentin daripada email. Proses tersebut berlangsung terus sampai

jaringan di bawahnya, dan ini adalah pembentukan “lubang” pada gigi.

Penyakit jaringan keras gigi adalh sesuatu yang bersifat relative. Sebuah lesi

atau cacat pada gigi belum akan membuat “lubng” kecuali berkembang

mecapai titik yang membutuhkan tindakan perawatan.

1
Dental Cavities, MedlinePlus Medical Encyclopedia, akses Mei 20, 2016.

9
2.2 Mekanisme Karies

Email sehat

Plak: lapisan lunak, putih atau kuning yang melekat pada gigi terutama

terdiri dari bakteri. Juga berisi dari sisa-sisa saliva berbagai sel-sel darah

dengan partikel-partikel dari makanan. Segera setelah gigi dibersihkan plak

baru mulai tumbuh pada permukaan gigi-gigi suatu lapisan komponen saliva

yang sangat tipis terbentuk pada semua permukaan gigi.

White spot: penyebab bercak putih adalah komponen elektrokimia dari

proses karies. Cairan didalam email berperan sebagai elektrolit. Ion Ca

dijumpai pada cairan ini pori-pori kecil yang dijumpai pada email yang

berisi elektrolit ini. Dipisahkan antara kutub-kutub negative (dalam email)

dan positif (luar email). Keseimbangan potensi listrik antara kedua kutub

dapat terganggu salah satunya karena asam. Pengolesan asam ke permukaan

email atau membangkitkan potensi elektrik yang mendorong ion Ca

bergerak ke permukaan email. Asam walaupun tidak langsung terdapat pada

permukaan gigi merupakan hasil sampingan bakteri didalam plak pada gigi

yang tidak dapat menahan efek asam, plak, keasaman akan dapat merembes

masuk kedalam email. Hal ini akan mengakibatkan transfer ion Ca yang

tidak teratur pada pori-pori email tanpa adanya pergantian ion Ca yang

hilang. Kehilangan ion Ca yang banyak membentuk bercak putih pada email

yang terkalsifikasi.

10
Celah hitam: fenomena bercak putih, bila berlangsung bertahun-tahun

tampak noda-noda putih seperti kapur sudah menjadi daerah yang berwarna

cokelat gelap. Celah hitam terutama tampak jelas pada daerah pit dan fisur.

Kavitas (lubang): metabolisme karbohidrat yang menyebabkan desposisi

asam pada email yang terus berlangsung akan terus mengakibatkan kavitas

(lubang) pada gigi. Aktivitas karies ini akan menyebabkan tersedianya

pembuluh yang lebih besar bagi toksin bakteri mmengalir lebih cepat

kedalam. Dengan kerusakan system hidrodinamik ketahan terhadapa caitran

berkurang dengan efek kerrusakan asam akan terus merajalela. Selaanjutnya

bakteri akan menginfeksi dentin dan pulpa, serta mengakibatkan

kerusakan/kematian saraf gigi.(2)48

Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa dapat

diragikan oleh bakteri tertentu dan dapat membentuk asam sehingga pH

plak akan menurun sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan

pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan

demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses kariespun dimulai.

Paduan keempat faktor penyebab tersebut digambarkan sebagai empat

lingkaran yang bersitumpang. Karies baru akan timbul hanya kalau keempat

faktor penyebab tersebut bekerja simultan.(4)

Karies gigi dimulai dengan terjadinya demineralisasi pada lapisan email.

Email menjadi keropos dan lambat laun akan terjadi lubang pada permukaan

gigi. Tanpa perawatan proses karies berjalan terus, menjalar ke lapisan

11
dentin dan akhirnya sampai ke jaringan pulpa. Kalau proses sampai ke

jaringan pulpa maka lambat laun pulpa akan mati dan membusuk dan proses

radang akan menjalar terus sampai ke tulang alveola. Pada ujung akar akan

timbul sebuah kantong yang berisikan nanah dan bakteri, kantong ini

disebut granuloma. Granuloma menjadi sumber infeksi untuk jaringan

sekitar gigi maupun organ-organ tubuh lainnya seperti ginjal, jantung, mata.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karies 2

a. Faktor dalam

Faktor resiko di dalam mulut adalah faktor yang langsung berhubungan

dengan karies. Ada 4 faktor yang berinteraksi :

1. Hospes yang meliputi gigi dan saliva

2. Komposisi gigi sulung

Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah

lapisan di bawah email. Struktur email sangat menentukan

dalam proses terjadinya karies. Struktur email gigi terdiri dari

susunan kimia kompleks dengan gugus kristal yang terpenting

yaitu hidroksil apatit. Permukaan email terluar lebih tahan

karies dibanding lapisan dibawahnya karena lebih keras dan

padat. Permukaan email lebih banyak mengandung mineral

dan bahan-bahan organik dengan air yang relatif lebih sedikit.

2
Anderson, T. "Dental treatment in Medieval England", British Dental Journal, 2004, 197.

12
Proses mineralisasi email tidak hanya melalui pulpa dan dentin

saja, tetapi ion-ion dari saliva secara tetap meletakkan

komposisi mineral langsung ke permukaan gigi atau email.(6)

Ion kimia paling penting yang diharapkan banyak diikat oleh

hidroksil apatit adalah ion fluor. Dengan penambahan fluor,

hidroksil apatit akan berubah menjadi fluor apatit yang lebih

tahan terhadap asam. Selain unsur fluor, ada unsur lain yang

berkaitan dengan tinggi rendahnya karies. Menurut penelitian

Glass dkk (1973), bila di dalam air minum terdapat banyak

unsur kalsium, magnesium, molibdenum atau vanadium

jumlah karies akan rendah. Sebaliknya bila air minum banyak

mengandung tembaga, besi dan mangan, frekuensi karies akan

lebih tinggi. Dari penelitian Newbrun (1973) juga menjelaskan

klasifikasi berat ringannya pengaruh unsur tersebut dengan

karies sehingga jelas bahwa modifikasi komposisi kimiawi gigi

berpengaruh pada resistensi permukaan email terhadap

karies.(6)

Proses karies pada gigi tetap sama dengan pada gigi sulung.

Kuat lemahnya struktur gigi terhadap karies dapat dilihat dari

warna, keburaman dan kelicinan gigi serta ketebalan email.

Tebal email gigi sulung yang hanya setengah dari gigi tetap

menyebabkan proses karies gigi sulung lebih cepat terjadi dari

pada gigi tetap.

13
3. Morfologi gigi sulung

Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi

terhadap karies. Morfologi gigi sulung dapat ditinjau dari 2

permukaan :

1. Permukaan oklusal

Permukaan oklusal gigi molar sulung mempunyai bonjol

yang relatif tinggi sehingga lekukan menunjukkan

gambaran curam dan relatif dalam. Bentuk morfologi

gigi sulung tidak banyak bervariasi kecuali gigi molar

sulung pertama atas dalam bentuk dan ukurannya.

Lekukan gigi sulung yang lebih dalam akan

memudahkan terjadinya karies.(6)

2. Permukaan halus

Kontak antar gigi tetap adalah kontak titik tetapi kontak

antar gigi sulung merupakan kontak bidang. Hal ini

disebabkan bentuk permukaan proksimal gigi sulung

agak datar. Keadaan ini akan menyulitkan

pembersihannya.(6)

4. Susunan gigi sulung

Gigi-gigi berjejal dan saling tumpang tindih akan mendukung

timbulnya karies karena daerah tersebut sulit dibersihkan. Pada

14
umumnya susunan gigi molar sulung rapat sedangkan gigi

insisivus sulung renggang. Dari berbagai penelitian

disimpulkan bahwa anak dengan susunan gigi berjejal lebih

banyak menderita karies daripada yang mempunyai susunan

gigi baik.(6)

5. Saliva

Di dalam mulut selalu ada saliva yang berkontak dengan gigi.

Saliva berperan dalam menjaga kelestarian gigi. Banyak ahli

menyatakan, saliva merupakan pertahanan pertama terhadap

karies. Mereka juga menyatakan bahwa fungsi saliva sebagai

pelicin, pelindung, buffer , pembersih, anti pelarut dan anti

bakteri. Namun demikian saliva juga memegang peranan

penting lain yaitu dalam proses terbentuknya plak gigi, saliva

juga merupakan media yang baik untuk kehidupan

mikroorganisme tertentu yang berhubungan dengan karies

gigi.(6)

6. Mikroorganisme

Walaupun banyak perbedaan pendapat tentang bagaimana dan

mikroorganisme mana sebagai penyebab karies namun semua

ahli berpendapat bahwa karies gigi tidak akan terjadi tanpa

mikroorganisme. Meskipun begitu tidak semua

mikroorganisme di dalam mulut penting dalam hubungan ini.

15
Ternyata banyak mikroorganisme asidogenik di dalam mulut

tidak menyebabkan karies in vitro. Selain itu beberapa individu

yang mempunyai banyak mikroorganisme di dalam mulut

ternyata tidak menderita karies (Volker dan Russel, 1973;

Sumnich, 1977; Newburn, 1978; Miller, 1981).

Banyak dilakukan penelitian mengenai hubungan antara

mikroorganisme dengan karies diantaranya penelitian klasik

Orland tahun 1954 tentang tikus yang diberi makan diet

karbohidrat yang sangat kariogenik. Gigi tikus tersebut

ternyata tidak ada karies karena tidak ada (bebas dari)

mikroorganisme. Gigi tikus tersebut terserang karies setelah

ada mikroorganisme.

7. Substrat

Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang

dimakan sehari-hari yang menempel di permukaan gigi.

Substrat ini berpengaruh terhadap karies secara lokal di dalam

mulut (Newburn,1978, Konig dan Hoogendoorn, 1982).

Substrat yang menempel di permukaan gigi berbeda dengan

makanan yang masuk ke dalam tubuh yang diperlukan untuk

mendapatkan energi dan membangun tubuh.(6)

16
Makanan pokok manusia ialah karbohidrat, lemak dan protein.

Pada dasarnya nutrisi sangat diperlukan untuk pertumbuhan

dan perkembangan gigi saat pembentukan matriks email dan

kalsifikasi. Nutrisi berperan dalam membentuk kembali

jaringan mulut dan membentuk daya tahan terhadap infeksi

juga karies. Makanan akan mempengaruhi keadaan di dalam

mulut secara lokal selama pengunyahan dan setelah ditelan

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan

masa pre dan pasca erupsi (Altano, 1980 dan Menaker, 1980 ).

Nutrisi berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan

gigi dalam struktur, ukuran, komposisi, erupsi dan ketahanan

gigi terhadap karies.(6)

8. Waktu

Pengertian waktu disini adalah kecepatan terbentuknya karies

serta lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi

(Newsburn, 1978 ; Konig dan Hoogendoorn ,1982). Faktor

waktu menonjol setelah Vipeholm tahun 1954 (Newburn 1978)

melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara

waktu dengan frekuensi diet makanan dan minuman

kariogenik. Ternyata memang ada hubungan di antara

17
keduanya. Faktor ini juga tampak jelas pada percobaan

binatang.(6)

Karies gigi merupakan penyakit kronis, kerusakan berjalan

dalam periode bulan atau tahun. Rata-rata kecepatan karies

gigi tetap yang diamati di klinik adalah 18-6 bulan. Kecepatan

karies anak-anak lebih tinggi sedangkan kecepatan kerusakan

gigi penderita xerostamia lebih pendek (2 bulan ) (Newsburn,

1978).

Faktor waktu ini jelas terlihat pada anak yang diberi minum

susu atau cairan manis lainnya melalui botol. Ketika anak tidur

dengan dot kater di botol masih berada di mulutnya, cairan dari

botol akan tergenang di mulut dalam waktu lama. Kecepatan

kerusakan gigi akan jelas terlihat dengan timbulnya karies

menyeluruh dalam waktu singkat (terjadi karies botol ) (Finn,

1973; Miller, 1981; Jonsen, 1984). Selain itu keadaan yang

dapat menyebabkan substrat lama berada dalam mulut ialah

kebiasaan anak menahan makanan di dalam mulut dimana

makanan tidak cepat-cepat ditelan.

2. Faktor Luar

1. Usia

18
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah kariespun

juga akan bertambah. Hal ini jelas karena faktor risiko

terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi.

Anak yang pengaruh faktor risiko terjadinya karies kuat akan

menunjukkan jumlah karies lebih besar dibanding yang kurang

kuat pengaruhnya.(6)

2. Jenis kelamin

Dari berbagai penelitian menyatakan bahwa prevalensi karies

gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Demikian

juga dengan anak-anak, prevalensi karies gigi sulung anak

perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki.

Hal ini disebabkan antara lain karena erupsi gigi anak

perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki sehingga gigi

anak perempuan berada lebih lama dalam mulut. Akibatnya

gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan

faktor risiko terjadinya karies.(6)

3. Suku bangsa

Beberapa penelitian menunjukkan ada perbedaan pendapat

hubungan suku bangsa dengan prevalensi karies, semua tidak

membantah bahwa perbedaan ini karena keadaan sosial

ekonomi, pendidikan, makanan, cara pencegahan karies dan

19
jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berbeda di setiap

suku tersebut.

4. Letak geografis3

Keadaan geografis berpengaruh dalam hal terjadinya karies

karena kandungan fluor air minum. Bila air minum

mengandung fluor 1 ppm maka gigi mempunyai daya tahan

terhadap karies tetapi bila air minum mengandung lebih besar

dari 1 ppm maka akan terjadi Mottled teeth yang menyebabkan

kerusakan email berupa bintik-bintik hitam.(13)

5. Kultur sosial penduduk

Wycoff (1980) menjelaskan bahwa ada hubungan antara

keadaan sosial ekonomi dan prevalensi karies. Faktor yang

mempengaruhi keadaan ini adalah pendidikan dan penghasilan

yang berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan

lain-lain.(6)

6. Kesadaran, sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi

Fase perkembangan anak usia di bawah 5 tahun masih sangat

tergantung pada pemeliharaan dan bantuan orang dewasa dan

pengaruh paling kuat dalam masa tersebut datang dari ibunya.

Peranan ibu sangat mementukan dalam pertumbuhan dan

3 Budi Martono, Pengaruh terhadap karies gigi (Jakarta: Pustaka sinar Harapan, 1994), hlm. 16.

20
perkembangan anak. Demikian juga keadaan kesehatan gigi

dan mulut anak usia prasekolah masih sangat ditentukan oleh

kesadaran, sikap dan perilaku serta pendidikan ibunya.

2.4 Macam-macam Karies

Karies dapat diklasifikasikan berdasarkan daerah anatomis

tempat karies itu timbul. Dengan demikian lesi bisa dimulai pada pit dan

fisur atau pada permukaan halus. Lesi permukaan halus dimulai pada email

atau sementum, dentin, dan akar yang terbuka (karies akar). Kemungkinan

lain karies bisa timbul pada tepian restorasi. Ini disebut karies rekuren atau

karies sekunder.

Karies juga bisa digolongkan berdasarkan keparahan atau

kecepatan berkembangnya. Gigi dan permukaan gigi yang terkena bisa

berbeda-beda tergantung kepad keparahan karies yang dihadapi.yang

disebut disebut karies ringan adalah Jika yang terkena karies adalah daerah

yang memang sangat rentan terhadap karies misalnya permukaan oklusal

gigi molar permanen. Yang disebut karies moderat jika karies meliputi

permukaan oklusal dan proksimal gigi posterior. Dan yang dikatakan karies

parah jika karies yang menyerang gigi anterior, suatu daerah yang biasanya

bebas karies.

Karies rampan adalah nama yang diberikan kepada kerusakan

yang meliputi beberapa gigi yang cepat sekali tterjadinya, seringkali

21
meliputi permukaan gigi yang biasanya bebas karies. Keadaan ini terutama

dapat dijumpai pada gigi sulung bayi yang selalu mengisap dot yang berisi

gula/ dicelupkan dahulu pada lautan gula.(1)9-12

Klasifikasi menurut Dr.G.Black:

1. Klas I. lesi klas I terjadi pada ceruk dan fisura dari semua gigi.

Meskipun lebih ditujukan untuk premolar dan molar.

2. Klas II. Kavitas yang terdapat pada permukaan aproksimal gigi

posterioir termasuk kategori klas II. Kavitas pada permukaan

halus atau lesi mesial dan distal biasanya berada dibawah titik

kontak yang sulit dibersihkan. Menurut definisi Dr. Black karies

klass II dapat mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya

salah satu permukaan proksimal dari gigi sehingga dapat

digolongkan menjadi kavitas MO (mesio-oklusal), DO (disto-

oklusal), dan MOD (mesio-oklusal-distal).

3. Klas III. Bila lesi klas II mengenai gigi posterior, lesi klas II

mengenai gigi anterior. Menurut definisi Dr. G. Black kavitas klas

III bisa terjadi pada permukaan mesial atau distal dari incisivus

atau kaninus. Seperti klas II lesi ini juga terjadi pada titik kontak,

tetapi berbeda dengan lesi pada gigi molar yang bentuknya elips,

klas III bentuknya bulat dan kecil.

4. Klas IV. Kavitas tersbut sebenarnya adalh kelanjutan dari lesi klas

III. Karies yang luas atau abrasi yang hebat bisa melemahkan

22
sudut insisal dan menyebabkan terjadinya fraktur. Oleh sebab itu,

menurut definisi Dr. G. Black , kavitas klas IV adalah lesi pada

permukaan proksimal gigi anterior yang telah meluas sampai ke

sudut insisal.

5. Klas V. kavitas gingival adalah kavitas permukaan halus. Terlepas

dari etiologinya karies, abrasi, erosi, tipe lesi ini menurut

klasifikasi Black dikenal sebagai kavitas klas V. menurut

definisinya kavitas klas V juga bisa terjadi baik pada permukaan

fasial maupun lingual. Namun lesi ini lebih dominan timbul

dipermukaan menghadap ke bibir dan pipi daripada lidah. Kavitas

klas V bisa mengenai sementum selain email.

6. Klas VI. Tipe kavitas ini terjadi pada ujung tonjol gii posterior dan

edge insisal gigi insisivus. Pembentukan yang tidak sempurna

pada ujung tonjol atau edge insisal membuat daerah tersebut

rentan terhapdap karies.(2)49-51

Macam-macam karies:4

1. Karies superfisialis: gigi berlubang hanya mengenai lapisan gigi

terluar.

2. Karies media: gigi berlubang yang sudah mengenai lapisan dentin.

4
Summit, James B., J. William Robbins, and Richard S. Schwartz. "Fundamentals of Operative Dentistry: A
Contemporary Approach." 2nd edition. Carol Stream, Illinois, Quintessence Publishing Co, Inc, 2001, p. 30.
ISBN 0-86715-382-2.

23
3. Karies profunda: gigi berlubang yang sudah mengenai jaringan

pulpa.

Ketiga macam karies ini terjadi secara perlahan dan bertahap.

Oleh karena itu, semakin cepat kita bertindak maka resiko terjadinya karies

yang lebih besar menjadi lebih kecil.(5)19

2.5 Histologi Karies

A. Histologi lesi sebelum kavitasi email

Ujung lesi telah mencapai pertautan email dentin namun

permukaan email tetap ututh. Akan tetapi karena karies email itu porus,

maka asam, enzim dan rancang chemis lainnya dari permukaan gigi akan

mencapai dentin bagian luar dan menimbulkan respons dari kompleks pulpa

dentin. Reaksi pertahanan yang berupa dentin reaksioner dan dentin

transluseen ini akan dapat terlihat bersama-sama daerah dentin translusen ini

akan dapat terlihat bersama-sama dengan beberapa daerah yang mengalami

demineralisasi didekat pertautan email-dentin.

Sklerosis tubuler akan menutup tubulus dentin dan

menyebabkan hilangnya hubungan antara ujung luarnya dengan pulpa. Oleh

karena itu tubulus tersebut tidak lagi mengandung prosesus odontoblas yang

vital. Jadi merupakan suatu “dead track”. Pada permukaan invivo, tubulus

akan berisi gas, cairan dan sisa-sisa sel yang berdegenerasi.

B. Histology lesi setelah kavitasi email

24
Sekali kavitasi email terjadi, maka bakteri akan langsung masuk ke dentin

dan jaringan itu akan terinfeksi. Gambar reaksi pertahanan berupa

peradangan pulpa yang ringan, dentin reaksioner, dan sklerosis tubuler.

Zona translusen/skleritik menutup badan lesi di dentin yang sekarang bisa

dibagi menjadi tiga komponen: pada ujung depan daerah dentin yang

mengalami demineralisasi yang belum berisi bakteri. Zona penetrasi tubulus

dentinnya telah dimasuki oleh bakteri. Zona destruksi (nekrosis) dentinnya

telah dihancurkan oleh bakteri.(1)39-43

• DEMINERALISASI DAN REMINERALISASI

DEMINERALISASI

Komponen mineral di email, dentin dan senterum terdiri dari Hidroksi

Apatit Ca10(PO4)6(OH)2

Dilingkungan netral HA seimbang dilingkungan lokal yang berair (Saliva)

dimana ion Ca2+ dan PO3- mengalami dengan kejenuhan

Ha akan bereaksi dengan hidrogen jika PH nya 5,5 H+ akan bereaksi secara

istimewa dengan PO3- dilingkungan cait yang berbatasan dengan

permukaan kristal

Proses ini dilukiskan sebagai perubahan PO43- HPO42- dengan tambahan

H+ dan diwaktu yang sama H+ buffer

HPO42- ini tidak akan berperan secara normal untuk keseimbangan HA

karena berisi PO42-

25
Kristal HA akan terlarut (deminetralisasi)

REMINERALISASI

Proses Remineralisasi akan terjadi bila PH telah netral adan ion Ca2+ dan

PO43- dalam jumlah yang cukup

Tiap apatit yang hancur akan mengalami penetralan oleh buffer atau ion

Ca2+ dan PO43- dalam saliva mencegah penghancuran

Terjadi penghancuran kembali bagian kristal apatit yang terlarut

(Remineralisasi)

Bisa didefinisikan sebagai suatu penempatan mineral anorganik didaerah

yang sebelumnya telah kehilangan mineral-mineral tersebut. Karies gigi

diwarnai oleh perusakan dan perbaikan. Untungnya, gigi geliga Terbenam

didalam saliva, cairan yang berpotensi menimbulkan remineralisasi.

Sekali terjadi kavitasi, remineralisasi sendiri tidak dapat menambal

lubangnya. Email yang telah mengalami remineralisasi lebih resisten

terhadap serangan asam ketimbang email sehat.Karena itu suatu bercak

putih yang telah sembuh bisa dianggap sebagi suatu jaringan parut dan

seyogyanya jangan dirusak oleh bur. Misalnya siameter kristal yang

dikandungnya lebih besar daripada diameter kristal email sehat sehingga

membutuhkan waktu yang lama untuk melarutkannya.(1)

2.5 Pemeriksaan Gigi Sulung dan Kebersihan Mulut Anak

26
1. Indeks def-t

Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi karies gigi dan

skor dari indeks karies. Indeks karies gigi yaitu angka yang

menunjukkan jumlah gigi karies seseorang atau sekelompok

orang. Indeks karies gigi tetap disebut DMF (D, decayed = gigi

karies yang tidak ditambal ; M, missing = gigi karies yang

sudah atau yang seharusnya dicabut; F, filled = gigi yang

sudah ditambal), pertama kali diperkenalkan oleh Klein tahun

1938 (Muhler, 1954) dan untuk gigi sulung disebut def, oleh

Gruebbel tahun 1944 (James dan Beal, 1981). Indeks karies

gigi (DMF/def) adalah jumlah gigi karies yang masih bisa

ditambal (D, untuk gigi tetap; d, untuk gigi sulung) ,ditambah

dengan gigi karies yang tidak dapat ditambal lagi atau gigi

dicabut (M, untuk gigi tetap; e, untuk gigi sulung) dan jumlah

gigi karies yang sudah ditambal (F, untuk gigi tetap; f, untuk

gigi sulung). Indeks DMF atau def gigi disebut DMF-T (DMF-

Tooth) untuk gigi tetap atau def-t untuk gigi sulung.

Batasan prevalensi dan indeks ini dapat secara seragam

digunakan untuk mengumpulkan data sehingga diketahui

keadaan kesehatan gigi rata-rata tiap orang di suatu populasi

tertentu (Muhler, 1954; Finn, 1977; WHO, 1977; Barmes,

1981; James dan Beal, 1981; Jong, 1981). Kategori tinggi

27
rendahnya prevalensi karies di suatu daerah atau negara adalah

Keparahan Kategori

karies

0,0 – 1,1 sangat rendah

1,2 – 2,6 rendah

2,7 – 4,4 sedang

4,5 – 6,6 tinggi

> 6,6 sangat tinggi

2. Pengukuran tingkat kebersihan gigi dan mulut

Adanya plak atau debris di permukaan gigi dapat dipakai sebagai

indikator kebersihan mulut. Grenn dan Vermillon (1960, 1964),

Marten dan Meskin (1972) dan WHO (1977) mengusulkan cara

untuk menilai kebersihan mulut dengan memberi skor adanya

plak atau debris atau karang gigi yang menempel di permukaan

gigi. Indeks debris yang sering dipakai untuk menilai kebersihan

mulut adalah Indeks kebersihan mulut (OHI = Oral Hygiene

Index ) dari Green dan Vermillon (1964) (Sutatmi Suryo, 1977).

28
Cara lebih sederhana sehingga memudahkan penelitian dengan

sampel besar dipakai OHI-S (Oral Higiene Index Simplified),

yaitu memberi skor debris (DI) dan calculus indeks (CI) kepada

enam permukaan gigi tertentu (Green dan Vermillon, 1964)

Keuntungan OHI-S adalah :

· Kriteria obyekif

· Pemeriksaan dilakukan dengan cepat

· Tingkat reproducibility yang tinggi dimungkinkan dengan

masa latihan yang minimum

· Dapat mengevaluasi kebersihan gigi dan mulut secara

pribadi

Penentuan skor :

1. Debris Indeks (DI)

DI adalah skor dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa

makanan yang melekat pada gigi tertentu.

Skor debris

Skor 0 = tidak ada debris sama sekali

Skor 1 = debris ada di sepertiga sevikal permukaan gigi

29
Skor 2 = debris sampai mencapai pertengahan permukaan gigi

Skor 3 = debris sampai mencapai daerah sepertiga oklusal atau

insisial permukaan gigi

Jumlah skor debris

DI =

Jumlah gigi yang diperiksa

2. Calculus Indeks (CI)

CI adalah skor dari endapan keras (karang gigi) atau debris yang

mengalami pengapuran yang melekat pada gigi penentu.

Calculus Indeks

Skor 0 = tidak ada karang gigi sama sekali

Skor 1 = karang gigi ada di sepertiga sevikal permukaan gigi

Skor 2 = karang gigi sampai mencapai pertengahan permukaan

gigi

Skor 3 = karang gigi sampai mencapai daerah sepertiga oklusal

atau insisial permukaan gigi

Jumlah skor calculus

30
CI =

Jumlah gigi yang diperiksa

Kategori keadaan kebersihan gigi dan mulut :

Skor OHI-S Keadaan

0,0 – 1,2 Baik

1,3 - 3,0 Sedang

3,1 – 6,0 Kurang

2.6 Makanan Jajanan5

Makanan jajanan adalah makanan atau minuman yang siap

dikonsumsi, yang dijual di tempat umum dan terlebih dahulu telah

dipersiapkan atau dimasak di tempat produksi (rumah) atau di tempat

penjualan (Fardiaz, 1992). Sedangkan berjajan diartikan sebagai membeli

panganan di kedai atau yang dijajakan. Menurut Winarno (1998) makanan

jajanan/jajan pasar yaitu jenis masakan yang dimakan sepanjang hari,

sebagai hiburan, tidak terbatas pada suatu waktu, tempat dan jumlah yang

5 "Dental Health", hosted on the British Nutrition Foundation website, 2004. Page accessed August 13, 2006.

31
dikonsumsi. Bagi masyarakat Indonesia, jajan sudah menjadi kebiasaan

bahkan dapat dikatakan sebagai bagian dari pola makan masyarakat

Indonesia.

Perkembangan di dunia industri makanan telah menghasilkan

produk-produk makanan yang siap disantap dan minuman awet yang dapat

dengan mudah diperoleh di pasaran. Hal ini didorong oleh kebutuhan

konsumen akan produk-produk yang serba praktis termasuk makanan.

Kesibukan yang menyita waktupun telah turut menjadikan makanan jajanan

sebagai salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan tubuh akan zat gizi

selain berfungsi sebagai makanan selingan yang dimakan diantara waktu

makan.

Kebiasaan jajan atau mengkonsumsi makanan jajanan yang

salah di masa kanak-kanak dapat membawa dampak berupa timbulnya

penyakit yang sifatnya akut atau kronis. Efek negatif jajanan bisa diderita

dalam jangka waktu yang singkat maupun sepanjang hayat. Berikut ini

adalah beberapa contoh dampak negatif dari jajanan :

Anak menjadi sulit makan(14) dan menurut Winarno (1993)

dapat juga mengurangi nafsu makan karena seringkali anak menjadi terlalu

kenyang, lebih-lebih jika jajan berkali-kali dalam sehari.(15) Hal ini dapat

menyebabkan anak mederita berbagai penyakit akibat kurang gizi.

32
Higiene sanitasi dan keamanan makanan jajanan yang kurang

dapat menyebabkan keracunan makanan dan infeksi bakteri sehingga anak

menderita muntah-muntah, sakit perut bahkan diare.(16)

Kandungan bahan makanan tambahan yang mengandung bahan

kimia tertentu pada makanan jajanan dengan tujuan pengawatan, penguat

rasa maupun pewarna dapat menjadi pencetus gejala alergi, diare, pusing,

muntah bahkan secara komulatif bisa menimbulkan kanker.(16)

Kualitas jajanan yang rendah akibat cara persiapan maupun

pengolahan bahan yang tidak tepat dapat menyebabkan hilangnya zat gizi

tertentu.(16)

Sebagian besar makanan jajanan kaya akan kalori atau biasanya

dibuat dari tepung-tepungan dan gula tetapi miskin akan zat gizi tertentu.

Ketidakseimbangan zat gizi dalam makanan jajanan dapat menyebabkan

kegemukan yang selanjutnya dapat menyebabkan hilangnya rasa percaya

diri dan beresiko tinggi terhadap berbagai macam penyakit degeneratif

seperti penyempitan pembuluh darah dan jantung koroner.(17)

2.7 Makanan Kariogenik

Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan

terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung

karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut. Dari penelitian

33
Altano (1980) dan Menaker (1980) menyatakan adanya hubungan antara

masukan karbohidrat dengan karies. Hubungan antara konsumsi karbohidrat

dengan terjadinya karies gigi ada kaitannya dengan pembentukan plak pada

permukaan gigi. Plak terbentuk dari sisa-sisa makanan yang melekat di sela-

sela gigi dan pada plak ini akhirnya akan ditumbuhi bakteri yang dapat

mengubah glukosa menjadi asam sehingga pH rongga mulut menurun

sampai dengan 4,5. Pada keadaan demikian maka struktur email gigi akan

terlarut. Pengulangan konsumsi karbohidrat yang terlalu sering

menyebabkan produksi asam oleh bakteri menjadi lebih sering lagi sehingga

keasaman rongga mulut menjadi lebih asam dan semakin banyak email yang

terlarut.

Kariogenitas suatu makanan tergantung dari :

1. Bentuk fisik

Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat

lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan

timbulnya karies dibanding bentuk fisik lain, karbohidrat

seperti ini misalnya kue-kue, roti, es krim, susu, permen dan

lain-lain (Bibby, 1975 dan 1983 ; Newburn, 1978; Konig dan

Hoogendoorn, 1982). Bibby dan Huang (1980) membuktikan

dalam percobaan in vitro bahwa susu kental lebih

menyebabkan demineralisasi dibandingkan dengan susu

kering. Susu coklat lebih merusak dibandingkan susu saja.(6)

34
Sebaliknya makanan yang kasar dan berserat menyebabkan

makanan lebih lama dikunyah. Gerakan mengunyah sangat

menguntungkan bagi kesehatan gigi dan gusi. Mengunyah

akan merangsang pengaliran air liur yang membasuh gigi dan

mengencerkan serta menetralisasi zat-zat asam yang

ada.(18) Makanan berserat menimbulkan efek seperti sikat dan

tidak melekat pada gigi. Titik-titik positif pada buah segar

adalah kadar vitamin, kadar mineral, kaya akan serabut kasar

dan air serta sifat-sifat yang merangsang fungsi pengunyahan

dan sekresi ludah.(19)Buah yang mempunyai sifat sebagi

pembersih alami seperti apel, benkoang, pir, jeruk.(6)

2. Jenis

Pada umumnya para ahli sependapat bahwa karbohidrat yang

berhubungan dengan proses karies adalah polisakarida,

disakarida, monosakarida dan sukrosa terutama mempunyai

kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan

mikroorganisme asidogenik dibanding karbohidrat

lain.(6) Sukrosa dimetabolisme dengan cepat untuk

menghasilkan zat-zat asam. Makanan manis dan penambahan

gula dalam minuman seperti air teh atau kopi bukan

merupakan satu-satunya sukrosa dalam diet seseorang.(19)

3. Frekuensi konsumsi

35
Frekuensi makan dan minuman tidak hanya menentukan

timbulnya erosi tetapi juga kerusakan karies. Dari penelitian

Rugg-Gunn et al (1980) menyatakan banyaknya intake gula

harian lebih besar korelasinya dibanding dengan frekuensi

makan gula. Hubungan gula dalam snack dengan karies lebih

besar dari total diet karena snack lebih sering dimakan dalam

frekuensi tinggi. Dalam studi Vipeholm dijelaskan bahwa

karies didasarkan oleh frekuensi yang tinggi makan makanan

kecil.(19) Dari beberapa penelitian lain ditemukan hal-hal

sebagai berikut (Silverstone , 1981) (20)

1. Komposisi gula yang meningkat akan meningkatkan

aktivitas karies.

2. Kemampuan gula dalam menimbulkan karies akan

bertambah jika dikonsumsi dalam bentuk yang

lengket

3. Aktivitas karies juga meningkat jika jumlah konsumsi

makan makanan yang manis dan lengket ditingkatkan

4. Aktivitas karies akan menurun jika ada variasi

makanan

5. Karies akan menurun jika menghilangkan kebiasaan

makan-makanan manis yang lengket dari bahan

makanan.

36
2.8 Perilaku Anak dalam Makan

Anak membutuhkan orang lain dalam perkembangannya. Orang

lain yang paling utama dan pertama bertanggung jawab adalah orang tuanya

sendiri. Perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang

dianggapnya penting seperti ibu, begitu juga dalam hal makanan. Apa yang

anak pelajari tentang apa dan bagaimana makan akan membentuk pola

makan tertentu sampai dia dewasa. Ibu mempunyai peran penting dalam

membentuk pola makan anak terutama pada fase perkembangan anak usia di

bawah 5 tahun.

Sejak anak lahir, ibu mulai mengenalkan anak pada makanan

dengan memberikan ASI. Menyusui bayi merupakan tradisi yang masih

umum dijumpai di Indonesia, meski periodenya berbeda dari satu tempat

dengan yang lainnya. Di desa ibu menyusukan bayinya hingga 12 bulan

sampai 24 bulan. Sebagian besar anak disapih menjelang umur 2 tahun. Di

daerah kota periode penyusuan umumnya lebih pendek.(25)

Setelah anak disapih, anak mulai dikenalkan pada makanan lain

selain ASI. Pada usia 1-3 tahun anak bersifat konsumen pasif. Makanan

tergantung pada apa yang disediakan ibu. Gigi susu juga telah tumbuh tetapi

belum dapat digunakan mengunyah makanan yang terlalu keras. Ibu hanya

memberikan makanan yang teksturnya lunak namun anak hendaknya sudah

diarahkan untuk mengikuti pola makan orang dewasa. Selanjutnya fase

perkembangan anak usia 4-6 tahun, anak mulai bersifat konsumen aktif

37
dimana mereka telah dapat memilih makanan yang disukai. Pada usia ini

kebiasaan yang baik sudah harus ditanamkan.(26)

Bagi sebagian besar ibu, pemberian kasih sayang pada anak

masih kecil cukup dengan memberikan kepuasan emosi pada anak-anak

mereka. Orang tua cukup memenuhi kehendak anak, bahkan biasanya

disiplin tidak terlalu ketat. Kebiasaan seperti ini berlaku juga dalam

pemberian makanan. Ibu banyak yang memberikan makanan yang menjadi

keinginan anak tanpa melihat apakah makanan tersebut sehat dan baik

dikonsumsi bagi anak.(27)

Anak-anak umumnya menyukai makanan yang manis-manis.

Kebiasaan ini terbentuk karena ibu membiasakan anak mengkonsumsi

makanan yang manis dengan atau tanpa mereka sadari. Melalui penambahan

gula pada susu, makanan bayi, penggunaan obat-obatan dalam bentuk sirup,

lama-lama kebiasaan ini akan berlanjut sampai dewasa untuk terus

mengkonsumsi makanan yang manis-manis.(23)

Cara mengatur pola makan yang baik untuk kesehatan gigi dan mulut

Untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut, ada baiknya kita

menjaga pola makan.berikut beberapa pola makan yang baik: 1)

Mengurangi kebiasaan ngemil dan mengkonsumsi makann yang

mengandung kadar gula yang sangat tinggi untuk mencegah terjadinya

karies. 2) Konsumsi gula yi kanduang tinggi dapat menyebabkan penurunan

PH t aktivitas bakteri dalam rongga mulut. 3) Oral hygiene harus benar-

38
benar di jaga, karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri.

Selain mengatur pola makan, ada baiknya mengkonsumsi makanan

pengganti gula untuk menggontrol diet: a)penggunaan bahan yang

memberikan rasa manis tapi tidak menghasilkan asam ketika diragikan oleh

bakteri plak. b) produk ini ada dua golongan,yaitu: *produk yang

mempunyai nilai kalori (makanan manis nutritive, *produk yang tidak

memiliki nilai kalori (non nutritif) .Selain itu ada beberapa kudapan yang

aman untuk di konsumsi: 1) Keju aman dari segi kesehatan gigi tapi

kandungan lemak jenuhnya tinggi. 2) Buah-buahan kurang kariogetik

daripada permen tapi mengandung kadar gula tinggi dan kudapan aman. 3)

Beberapa buah yang sangat asam (lemon, apel asam, jeruk, anggur), jika

dimakan berlebihan → erosi karena asam. Yang aman untuk di konsumsi →

*roti dan biskuit asal tidak diberi selai/madu. *Beberapa jenis sayuran

mentah seperti wortel dan tomat. Selain itu keju dan kacang-kacangan

merupakan makanan pelindung tapi jika dimakan setelah makan gula, telah

terbukti menaikkan ph plak. karena sifatnya yang dapat menaikkan plak

dianjurkan sebagai makanan penutup atau kudapan yang aman. (1)

39
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Jadi, setiap orang tua harus selalu memperhatikan

perkembangan gigi dari sang anak. Terlebih disaat anak beranjak usia 2

sampai 4 tahun. Sebagai orang tua kita harus menyediakan makanan dan

asupan gizi yang tepat bagi seorang anak. Diet tersebut juga dapat

mempengaruhi karies yang akan terjadi pada usia 2 sampai 4 tahun tersebut.

3.2 SARAN

Dari karya tulis ini, penulis berharap serta mengajak kepada

pembaca untuk lebih memperhatikan asupan makanan bagi anak terutama

pada usia 2 sampai 4 tahun. Karena pada usia ini sangat rentan untuk

terjadinya karies, disebabkan seorang anak memiliki nafsu makan yang

sangat tinggi.

40
DAFTAR PUSTAKA

1. http://en.wikipedia.org/wiki/Relay. Senin, 23 Mei 2016. Pukul 13:56.

2. http://id.wikipedia.org/wiki/Cascade. Jumat, 20 Mei 2016. Pukul

22:56.

3. file:///C:/Users/User/Downloads/public health. Selasa, 24 Mei 2016.

Pukul 14:56.

4. "Dental Health", hosted on the British Nutrition Foundation website,

2004. Page accessed August 13, 2006.

5. Dental Cavities, MedlinePlus Medical Encyclopedia, akses Mei 20,

2016.

6. Martono Budi. 1994. Pengaruh terhadap karies gigi . Jakarta: Pustaka


sinar Harapan

41

Anda mungkin juga menyukai