Modul Praktikum Teknik Optik 2017-2018
Modul Praktikum Teknik Optik 2017-2018
1.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
• Dapat melakukan karakterisasi spektrum dan menentukan lebar spektral sumber cahaya.
2. Lampu Pijar
Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyaluran arus listrik
melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya. Saat bola lampu pijar
dihidupkan, arus listrik akan mengalir dari electrical contact menuju filamen dengan
melewati kawat penghubung. Akibatnya akan terjadi pergerakan elektron bebas dari kutub
negatif ke kutub positif. Elektron di sepanjang filamen ini secara konstan akan menabrak
atom pada filamen. Energinya akan menggetarkan atom. Ikatan elektron dalam atom-atom
yang bergetar ini akan mendorong atom pada tingkatan tertinggi secara berkala. Saat
energinya kembali ke tingkat normal, elektron akan melepaskan energi ekstra dalam bentuk
foton. Atom-atom yang dilepaskan ini dalam bentuk foton-foton sinar infrared yang tidak
mungkin dilihat oleh mata manusia.
4. LED
Light Emitting Diode (LED) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya
monokromatik yang bekerja pada kondisi tegangan maju (forward bias). Warna yang
dihasilkan tergantung pada bahan semikonduktor yang dipakai. Berikut ini spectrum dari LED
putih dan LED berwarna.
1.3.3 Monokromator
Untuk mengamati karakteristik spektrum dari tiap sumber cahaya, digunakan
monokromator. Monokromator merupakan perangkat optik yang dapat mengubah gelombang
polikromatik menjadi monokromatik. Dengan menggunakan monokromator, maka karakteristik
dari suatu material dapat diketahui hanya dengan melihat spektrum dari sumber cahaya tersebut.
Prinsip kerja monokromator menggunakan salah satu fenomena optik, yaitu dispersi. Ketika
cahaya polikromatis sudah terdispersi, cahaya-cahaya monokromatis yang dihasilkan akan
diarahkan. Sehingga hanya panjang gelombang tertentu yang dapat keluar melalui exit slit.[4]
1.3.4 Lebar Spektral
Spektral adalah hasil interaksi antara energi elektromagnetik dengan suatu objek. Objek
yang ada di permukaan bumi mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya.
Terdapat objek yang mempunyai sifat daya serap yang tinggi dan pantulannya rendah terhadap
elektromagnetik, dan sebaliknya. Pola pantulan dan absorpsi ini berbeda untuk panjang
gelombang (wavelength) yang berbeda. Cahaya tampak baik monokromatik maupun
polikromatik memiliki lebar spektral yang berbeda-beda.[5]
Daftar Pustaka
[1] Lena, Pierre; Francis Lebrun, Francis Mignard (1998). Observational
Astrophysics. Springer-Verlag. ISBN 3-540-63482-7
[2] Conceptual physics, Paul Hewitt, 2002
[3] http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/karakteristik-dan-prinsip-keria-lampu-tl-
fluorescent-lamp/
[4] http://chemtech.org/cn/cn212
[5] Evhy, Kumalasari. “Laporan Spektral”. 2013. Retrieved from
http://www.scribd.com/doc/169008326/LAPORAN-SPEKTRAL
MODUL 2
BENDING DAN PENGARUH SUHU PADA SERAT OPTIK
2.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
• Mengetahui prinsip transmisi sinyal pada serat optik.
• Mengetahui pengaruh perubahan lekukan (bending) terhadap nilai daya sinyal yang
ditransmisikan pada serat optik.
• Mengetahui pengaruh suhu terhadap nilai daya sinyal yang ditransmisikan pada serat optic.
Struktur dasar dari sebuah serat optik yang terdiri dari 3 bagian :
a. Core (inti) : sebuah batang silinder terbuat dari bahan dielektrik (bahan silika (SiO2), biasanya
diberi doping dengan germanium oksida (GeO2) atau fosfor penta oksida (P2O5) untuk
menaikan indeks biasnya) yang tidak menghantarkan listrik, inti ini memiliki jari-jari,
besarnya sekitar 8 - 200 pm dan indeks bias ni, besarnya sekitar 1,5.
b. Cladding (selimut) : merupakan bagian yang membungkus core sehingga pulsa-pulsa cahaya
yang akan keluar dari core terpantul ke dalam core kembali sehingga pulsa cahaya tidak
hilang di perjalanan. Cladding mempunyai diameter yang bervariasi antara 125 pm (untuk
siglemode dan multimode step index) dan 250 pm (untuk multimode graded index)
c. Coating (jaket) : terbuat dari bahan plastik yang elastis, berfungsi sebagai pelindung core dan
cladding dari gangguan luar.
Ada 3 jenis perambatan cahaya yang terjadi pada serat optik, yaitu:
Prinsip yang digunakan pada perambatan cahaya pada serat optik adalah hukum Snellius.
Snellius menyatakan bahwa „perbandingan sinus antara sudut datang dan sudut bias sebanding
ratio kecepatan cahaya pada dua media tersebut atau berbanding terbalik dengan ratio indeks bias dari kedua.
( ) (2.1)
( )
Dari hukum snellius didapatkan bahwa jika sebuah cahaya merambat pada dua medium yang
indeks bias medium asal lebih tinggi dari pada indeks bias medium tujuannya maka cahaya akan
dapat terpantul sempurna ( Total Internal Reflection). Dari prinsip cahaya dipandu pada serat
optik dengan memanfaatkan total internal reflection. Total Internal Reflection (TIR)
Total internal reflection (TIR) merupakan prinsip pemanduan cahaya pada serat optik
[8]
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4 . Cahaya dapat ditransmisikan atau dipandu pada
serat optik disebabkan karena berkas cahaya datang dari medium yang mempunyai indeks bias
lebih besar ke medium yang mempunyai indeks bias lebih kecil. Jika sudut berkas cahaya datang
lebih kecil daripada sudut kritis, maka cahaya akan dibiaskan keluar dari serat optik.
Gambar 2.4 Skema Peristiwa Total
Internal Reflection[8]
Sedangkan jika sudut berkas cahaya datang lebih besar daripada sudut kritis, maka cahaya
akan dipantulkan lagi ke dalam serat optik. Sudut kritis adalah besar sudut datang yang
menghasilkan sudut bias sebesar 90°. Jika dituliskan dalam persamaan matematis, persamaan °
sudut kritis dapat diturunkan dari persamaan Snellius yang mempunyai sudut bias sebesar 90
menjadi persamaan (2.2).
(2.2)
θc = sudut kritis
n1 = indeks bias medium yang lebih rapat (besar)
n2 = indeks bias medium cahaya yang lebih renggang (kecil)
TIR hanya terjadi pada berkas cahaya kedua dan ketiga. Berkas cahaya pertama tidak
terjadi TIR disebabkan karena sudut datangnya lebih kecil daripada sudut kritis. Oleh karena itu
berkas cahaya yang dimasukkan ke dalam core serat optik harus mempunyai sudut maksimal
yang dapat diterima agar menghasilkan sudut kritis yang minimal. Gambar 2.5 menjelaskan
berkas cahaya yang dimasukkan ke dalam core serat optik yang menghasilkan sudut kritis agar
terjadi pemanduan cahaya pada serat optik. Nilai 9o maksimal yang dapat diterima dapat dicari
menggunakan persamaan:
(2.3) dimana n adalah indeks bias medium di luar serat
optik, ni adalah indeks bias core, n2 adalah indeks bias cladding, 9o max adalah sudut penerimaan
berkas cahaya maksimal agar terjadi total internal reflection dan 9c adalah sudut kritis.
[8]
Gambar 2.5 Skema pemanduan cahaya pada serat optik
(2.4)
dimana A adalah perbedaan indeks core-cladding yang dapat dicari menggunakan persamaan
(2.4) .
(2.5)
dimana n1 adalah indeks bias core dan n2 adalah indeks bias cladding.
[2]
Gambar 2.7 Serat Optik Multimode Step Index
Serat optik ini pada dasarnya mempunyai diameter core yang besar (50 - 200 um)
dibandingkan dengan diameter cladding (125 - 400 um). Sama halnya dengan serat optik
singlemode, pada serat optik ini terjadi perubahan index bias dengan segera (step index) pada
batas antara core dan cladding. Diameter core yang besar (50 - 200 um) digunakan untuk
menaikkan efisiensi coupling pada sumber cahaya yang tidak koheren seperti LED. Karakteristik
penampilan serat optik ini sangat bergantung pada macam material/bahan yang digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian, penambahan prosentase bahan silica pada serat optik ini akan
meningkatkan penampilan (performance). Tetapi jenis serat optik ini tidak populer karena
meskipun kadar silicanya ditingkatkan, kerugian dispersi sewaktu transmit tetap besar, sehingga
hanya baik digunakan untuk menyalurkan data atau informasi dengan kecepatan rendah dan jarak
relatif dekat. Perambatan gelombang cahaya pada multimode step index serat sebagai berikut :
Step-index
multimode ni
r
Gambar 2.8 Perambatan Cahaya Pada Multimode Step Index[2]
Dalam multi mode step index mempunyai kelebihan diantaranya mudah terminasi, kopling
efisien serta tidak mahal sedangkan kerugiannya adalah dispersi lebar dan mempunyai bandwidth
minimum.
c. Multimode Graded Index
Pada Graded-index multimode terdapat lapisan pada inti kacanya sehingga index sinar yang
merambat tidak menabrak lapisan cladding. Sinar yang masuk dalam inti tidak dipantulkan
sepanjang melewati inti tersebut. Cahaya merambat lurus membentuk ’’envelope” dengan
kombinasi interval biasa. Kecepatan perambatannya ditentukan oleh kerapatan index n1. Jenis
serat optik ini sangat ideal untuk menyalurkan informasi pada jarak menengah dengan
menggunakan sumber cahaya LED maupun LASER, di samping juga penyambungannya yang
relatif mudah.
Dimana L merupakan loss yang didapat dari konstanta fitting parameter dari sumbar cahaya 1550
nm dengan jumlah lilitan yang diberikan pada serat optik.
Menurut rekomendasi ITU-T, kabel serat optik harus mempunyai koefisien redaman 0.5
dB/km untuk panjang gelombang 1310 nm dan 0.4 dB/km untuk panjang gelombang 1550 nm.
Tapi besarnya koefisien ini bukan merupakan nilai yang mutlak, karena harus mempertimbangkan
proses pabrikasi, desain komposisi serat, dan desain kabel. Untuk itu terdapat range redaman yang
masih diijinkan yaitu 0.3 - 0.4 dB/km untuk panjang gelombang 1310 nm dan 0.17 - 0.25 dB/km
untuk panjang gelombang 1550 nm.
[5]
Gambar 2.11 Set Up Eksperimen 2 Modul 2
f. Serat optik dililitkan pada silinder seperti pada gambar 2.11 dan diukur
daya cahayanya menggunakan OPM (variasi jumlah lilitan sesuai arahan
asisten).
g. Dilakukan perbandingan data antara hasil keluaran cahaya laser
terhadap jumlah lilitan serat optik menggunakan grafik.
1
2
:
:
:
v=λ.f
Sinar istimewa 1: sinar yang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan menuju titik fokus (f2)
lensa.
Sinar istimewa 2: sinar yang menuju pusat lensa akan diteruskan.
Sinar Istimewa 3: (kebalikan dari sinar istimewa 1) sinar yang melewati titik fokus lensa f1) akan
dibiaskan sejajar sumbu utama.
Sinar-sinar istimewa untuk lensa cekung:
Sinar istimewa 1: sinar yang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan seakan-akan dari titik
fokus (f1) lensa.
Sinar istimewa 2: sinar yang menuju pusat lensa akan diteruskan.
Sinar Istimewa 3: (kebalikan dari sinar istimewa 1) sinar yang menuju titik fokus lensa (f2) akan
dibiaskan sejajar sumbu utama.
3.4 Eksperimen
3.4.1 Desain Divais Optik
Peralatan Eksperimen
Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan eksperimen desain divais optik, antara lain:
a. Laptop
b. Software OSLO
Langkah-Langkah Eksperimen
Pada praktikum desain optik adalah untuk mendesain beam expander (tipe keplerian, dengan dua
lensa cembung) yaitu:
Desain Divais Optik Menggunakan Software
a. Buka software OSLO.
b. Pilih “File” kemudian “New Lens” dari menu OSLO.
Gambar 3.9 Tampilan Pengaturan Entrance Beam Radius dan Field Angle
Diisikan data sebagai berikut:
• Lens : Landscape
• Ent beam radius : 5
• Field angle : 0
e. Selanjutnya menentukan bahan lensa pertama dengan memasukkan data “BK7” di kolom
GLASS pada surface 1 (baris kedua, setelah OBJ).
Gambar 3.10 Penentuan Bahan Lensa Pertama
f. Didesain lensa pertama dengan OSLO, yaitu lensa dengan panjang fokus 100 mm, dengan
mengisikan data sebagai berikut:
• Radius (surface 1) : 100 mm
• Radius (surface 2) : -100 mm
• Thickness (surface 1) : 10 mm
• Aperture Radius (surface 1) : 25 mm
• Aperture Radius (surface 2) : 25 mm
4.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
• Dapat mengetahui prinsip dasar interferometer michelson
• Mengetahui pengaruh perubahan jarak dengan jumlah pergeseran frinji
Bentuk pola interferensi dari kedua berkas bergantung dari beda panjang lintasan yang telah
dilalui. Pergantian antara pola terang ke terang atau gelap ke gelap sesuai sebanding dengan
perbedaan fase sebesar 2n yang sebanding dengan selisih satu panjang gelombang antara dua
panjang lintasan yang ditempuh berkas. Ketika cermin M2 bergerak pada arah refleksi sinar,
panjang lintasannya akan berubah dan pola yang tertangkap pada layar akan menunjukkan
pergeseran frinji.
Jika Li mereprensentasikan panjang lintasan awal dari cermin M 2 (L2), dan AL adalah
perubahan panjang L2, maka perubahan panjang lintasan dapat diekspresikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang
Jumlah pergeseran frinji (cycle) dinotasikan sebagai n. Simbol X merupakan panjang gelombang
sumber cahaya pembentuk interferensi.
4.4 Eksperimen : Interferometri
4.4.1 Peralatan Eksperimen
Pada eksperimen ini peralatan yang dibutuhkan antara lain:
a. Beam splitter 50:50
b. 2 buah cermin
c. Beam ekspander
d. Laser He-Ne
e. Micro displacement
f. Layar
g. Statif
h. Tuas
i. Slit
j. Optical Power Meter
Daftar Pustaka
[1] R. A. Serway, J. J. Jewett. “Wave Optics” in Physics for Scientists and Engineers with
th
Modern Physics, 8 Ed. USA: Brooks/Cole 2010. pp 1097 - 1098
[2] Francon. M. 1968. Optical Interferometry. Academic Press Inc: London
[3] Hecht, E. 2002. Optics, 4th Edition. Pearson Education. San Francisco
[4] Falah, Masroatul. Analisis Pola Interferensi pada Interferometer untukMenentukan
Panjang Gelombang Sumber Cahaya. Universitas Diponegoro