Converttt PDF
Converttt PDF
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.1.1 Monokristal
Sel surya yang terdiri atas p-n junction monokristal silikon atau yang
disebut juga monocrystalline photovoltaic, mempunyai kemurnian yang tinggi
yaitu 99,999%. Efisiensi sel fotovoltaik jenis silikon monokristal mempunyai
efisiensi konversi yang cukup tinggi yaitu sekitar 15 sampai 20%.
Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat
yang cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam
cuaca berawan. Sel surya jenis ini jika disusun membentuk solar modul (panel
surya) akan menyisakan banyak ruangan yang kosong karena sel surya seperti ini
umumnya berbentuk segi enam atau bulat, sehingga memiliki tingkat kerapatannya
yang rendah. Bisa saja produsen membuat bentuk persegi dengan proses
pemotongan tetapi kerugian proses produksi tentu menjadi lebih besar dan
menjadikan harga jauh lebih mahal lagi. Seperti terlihat pada gambar berikut.
Keterangan gambar:
1. Batangan kristal silikon murni.
2. Irisan kristal silikon yang sangat tipis.
3. Sebuah sel surya monokristal yang sudah jadi.
4. Sebuah solar cell monokristal yang berisi susunan sel surya monokristal.
Nampak area kosong yang tidak tertutup karena bentuk sel surya jenis ini.
(Legenda, Sanford. 2011)
Sel surya dapat dianalogikan sebagai divais dengan dua terminal atau
sambungan, dimana saat kondisi gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi seperti
dioda, dan saat disinari dengan cahaya matahari dapat menghasilkan tegangan.
Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial menghasilkan tegangan dc
sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit dalam skala milliampere per cm2.
Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi, sehingga
umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk modul surya. Satu
modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan total menghasilkan tegangan
dc sebesar 12 V dalam kondisi penyinaran standar (Air Mass 1.5). Modul surya
tersebut bisa digabungkan secara paralel atau seri untuk memperbesar total
tegangan dan arus outputnya sesuai dengan daya yang dibutuhkan untuk aplikasi
tertentu. Gambar dibawah menunjukan ilustrasi dari modul surya.
Gambar 2.3. Modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya yang
dirangkai seri untuk memperbesar total daya output.
Pada solar cell terdapat sambungan (junction) antara dua lapisan tipis yang
terbuat dari bahan semikonduktor yang masing-masing diketahui sebagai
semikonduktor jenis “P” (positif) dan semikonduktor jenis “N” (negatif).
Semikonduktor jenis negatif dibuat dari kristal silikon dan terdapat juga
sejumlah material lain (umumnya posfor) dalam batasan bahwa material tersebut
dapat memberikan suatu kelebihan elektron bebas.
Elektron adalah partikel sub atom yang bermuatan negatif, sehingga silikon
paduan dalam hal ini disebut sebagai semikonduktor jenis-N (negatif).
Semikonduktor jenis-P juga terbuat dari kristal silikon yang didalamnya terdapat
sejumlah kecil materi lain (umumnya boron) yang mana menyebabkan material
tersebut kekurangan satu elektron bebas. Kekurangan atau hilangnya elektron ini
disebut lubang (hole). Karena tidak ada atau kurangnya elektron yang bermuatan
listrik negatif maka silikon paduan dalam hal ini sebagai semikonduktor jenis-P
(positif).
Sehingga pada bagian kiri terbentuk silikon yang tidak murni lagi dan
dinamakan silikon jenis P, sedangkan yang sebelah kanan dinamakan silikon jenis
N. Didalam silikon murni terdapat dua macam pembawa muatan listrik yang
seimbang. Pembawa muatan listrik yang positip dinamakan hole, sedangkan yang
negatif dinamakan elektron. Setelah dilakukan proses penodaan itu, didalam silikon
jenis P terbentuk hole (pembawa muatan listrik positif) dalam jumlah yang sangat
besar dibandingkan dengan elektronnya. Oleh karena itu didalam silikon jenis P
hole merupakan pembawa muatan mayoritas, sedangkan elektron merupakan
pembawa muatan minoritas. Sebaliknya, di dalam silikon jenis N terbentuk
elektron dalam jumlah yang sangat besar sehingga disebut pembawa muatan
mayoritas dan hole disebut pembawa muatan minoritas.
Didalam batang silikon itu terjadi pertemuan antara bagian P dan N. Oleh
karena itu dinamakan PN junction. Bila sekarang, bagian P dihubungkan dengan
kutub positif dari sebuah baterai, sedangkan kutub negatifnya dihubungkan dengan
bagian N, maka terjadi hubungan yang dinamakan “forward bias”.
Tapi, bila bagian positif dihubungkan dengan kutub negatif dari baterai dan
bagian negatif dihubungkan dengan kutub positifnya, maka sekarang terbentuk
hubungan yang dinamakan “reverse bias”. Dengan keadaan seperti ini, maka hole
(pembawa muatan positif) dapat tersambung langsung ke kutub positif, sedangkan
elektron juga langsung ke kutub positif. Jadi, jelas di dalam PN junction tidak ada
gerakan pembawa muatan mayoritas baik yang hole maupun yang elektron.
Sedangkan pembawa muatan minoritas (elektron) didalam bagian P bergerak
berusaha untuk mencapai kutub positif baterai. Demikian pula pembawa muatan
minoritas (hole) di dalam bagian N juga bergerak berusaha mencapai kutub negatif.
Karena itu, dalam keadaan reverse bias, di dalam PN junction ada juga arus yang
timbul meskipun dalam jumlah yang sangat kecil (mikro ampere). Arus ini sering
disebut dengan reverse saturation current atau leakage current (arus bocor)
(Septina, Wilman. 2013)
Solar charge controller adalah charger baterai yang disuplai dari panel surya
/ photovoltaic. Perangkat elektronik ini berfungsi untuk mengatur arus dari solar
sel ke dalam baterai. Perangkat ini memiliki fitur yang lengkap dan pengoperasian
yang mudah dengan satu potensiometer untuk pengaturan tegangan mengambang /
floating voltage, dan kompensasi suhu ruang otomatis, sehingga masa pakai baterai
akan lebih lama. Dilengkapi juga dioda untuk proteksi kutub terbalik.
Beberapa fungsi detail dari solar charge controller adalah sebagai berikut:
Mengatur arus untuk pengisian ke baterai, menghindari overcharging, dan
overvoltage.
Mengatur arus yang dibebaskan/ diambil dari baterai agar baterai tidak 'full
discharge', dan overloading.
Monitoring temperatur baterai
(Jeperson, Sefto. 2014)
2.3. Baterai
Baterai adalah alat elektro kimia yang dibuat untuk mensuplai listrik ke
komponen kelistrikan. Baterai menyimpan listrik dalam bentuk energi kimia, yang
dikeluarkannya bila diperlukan dan mensuplainya ke masing-masing sistem
kelistrikan atau alat yang memerlukannya.
Baterai merupakan suatu proses kimia listrik, dimana pada saat pengisian
energi listrik diubah menjadi energi kimia dan saat pengeluaran energi kimia
diubah menjadi energi listrik.
Baterai yang digunakan adalah baterai aki ini berfungsi untuk menyimpan
tegangan yang dihasilkan oleh solar cell dan dimanfaatkan kembali untuk
menyalakan lampu.
Baterai (dalam hal ini adalah aki mobil/motor/mainan) terdiri dari sel-sel
dimana tiap sel memiliki tegangan sebesar 2 V, artinya aki mobil dan aki motor
yang memiliki tegangan 12 V terdiri dari 6 sel yang dipasang secara seri (12 V = 6
x 2 V) sedangkan aki yang memiliki tegangan 6 V memiliki 3 sel yang dipasang
secara seri (6 V = 3 x 2 V).
Antara satu sel dengan sel lainnya dipisahkan oleh dinding penyekat yang
terdapat dalam bak baterai, artinya tiap ruang pada sel tidak berhubungan karena
itu cairan elektrolit pada tiap sel juga tidak berhubungan (dinding pemisah antar sel
tidak boleh ada yang bocor/merembes).
Di dalam satu sel terdapat susunan pelat pelat yaitu beberapa pelat untuk kutub
positif (antar pelat dipisahkan oleh kayu, ebonit atau plastik, tergantung teknologi
yang digunakan) dan beberapa pelat untuk kutub negatif. Bahan aktif dari plat
positif terbuat dari oksida timah coklat (PbO2) sedangkan bahan aktif dari plat
negatif ialah timah (Pb) berpori (seperti bunga karang). Pelat-pelat tersebut
terendam oleh cairan elektrolit yaitu asam sulfat (H2SO4).
Pada saat baterai mengeluarkan arus, oksigen (O2) pada pelat
positif terlepas karena bereaksi/ bersenyawa/ bergabung dengan hidrogen (H)
pada cairan elektrolit yang secara perlahan-lahan keduanya bergabung/berubah
menjadi air (H2O). Asam (SO4) pada cairan elektrolit bergabung dengan timah (Pb)
di pelat positif maupun pelat negatif sehingga menempel dikedua pelat tersebut.
Reaksi ini akan berlangsung terus sampai isi (tenaga baterai) habis alias
dalam keadaan discharge. Pada saat baterai dalam keadaan discharge maka hampir
semua asam melekat pada pelat-pelat dalam sel sehingga cairan eletrolit
konsentrasinya sangat rendah dan hampir melulu hanya terdiri dari air (H2O),
akibatnya berat jenis cairan menurun menjadi sekitar 1,1 kg/dm3 dan ini mendekati
berat jenis air yang 1 kg/dm3. Sedangkan baterai yang masih berkapasitas penuh
berat jenisnya sekitar 1,285 kg/dm3. Nah, dengan perbedaan berat jenis inilah
kapasitas isi baterai bisa diketahui apakah masih penuh atau sudah berkurang yaitu
dengan menggunakan alat hidrometer. Hidrometer ini merupakan salah satu alat
yang wajib ada di bengkel aki / ruang aki di kapal. Selain itu pada saat baterai
dalam keadaan discharge maka 85% cairan elektrolit terdiri dari air (H2O) dimana
air ini bisa membeku, bak baterai pecah dan pelat - pelat menjadi rusak.
Air memiliki berat jenis 1 kg/dm 3 (1 kg per 1000 cm3 atau 1 liter) dan asam sulfat
memiliki berat jenis 1,285 kg/dm3 pada suhu 20 derajat Celcius.
Keterangan :
kg = Kilogram
3
dm = Decimeter kubik = liter
cm3 = Centimeter kubik / cc (centimeter cubic)
1 dm = 1 liter = 1000 cm3 = 1000 cc
2. Pengisian lambat (slow charging) adalah suatu pengisian yang lebih normal.
Arus pengisian harus sebesar 1/10 dari kapasitas baterai. Bila baterai
memiliki kapasitas 45 Ah maka besarnya arus pengisian lambat adalah 4,5
A. Waktu pengisian ini bergantung pada kapasitas baterai, keadaan baterai
pada permulaan pengisian, dan besarnya arus pengisian. Pengisian harus
sampai gasnya mulai menguap dan berat jenis elektrolit tidak bertambah
walaupun pengisian terus dilakukan sampai 2 - 3 jam kemudian.
3. Pengisian cepat (fast charging) dilakukan pada arus yang besar yaitu
mencapai 60 - 100 A pada waktu yang singkat kira-kira 1 jam dimana
baterai akan terisi sebesar tiga per empatnya. Fungsi pengisian cepat adalah
memberikan baterai suatu pengisian yang memungkinkannya dapat
menstarter motor yang selajutnya generator memberikan pengisian ke
baterai.
2.4. Driver
Relay adalah saklar elektronik yang dikendalikan oleh arus listrik. Secara
prinsip, relai merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi
(solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena
adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan
menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke
posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka. Relay biasanya digunakan untuk
menggerakkan arus/tegangan yang besar.
Cara kerja komponen ini dimulai pada saat mengalirnya arus listrik melalui
koil,lalu membuat medan magnet sekitarnya sehingga dapat merubah posisi saklar
yang ada di dalam relay terserbut, sehingga menghasilkan arus listrik yang lebih
besar. Disinilah keutamaan komponen sederhana ini yaitu dengan bentuknya yang
minimal bisa menghasilkan arus yang lebih besar.
Pemakaian relay dalam perangkat-perangkat elektronika mempunyai
keuntungan yaitu :
- Dapat mengontrol sendiri arus serta tegangan listrik yang diinginkan.
- Dapat memaksimalkan besarnya tegangan listrik hingga mencapai batas
maksimalnya.
- Dapat menggunakan baik saklar maupun koil lebih dari satu, disesuaikan
dengan kebutuhan.
(Atmaja’z, 2010)