Anda di halaman 1dari 107

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK


AIR SARANG BURUNG WALET PUTIH (Collocalia
fuciphaga Thunberg.) TERHADAP AKTIVITAS SGPT
DAN SGOT PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR
Sprague Dawley

SKRIPSI

AGENG HASNA FAUZIYAH


1111102000088

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JULI 2015

i
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK


AIR SARANG BURUNG WALET PUTIH (Collocalia
fuciphaga Thunberg.) TERHADAP AKTIVITAS SGPT
DAN SGOT PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR
Sprague Dawley

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

AGENG HASNA FAUZIYAH


1111102000088

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JULI 2015

ii
iii
iv
v
ABSTRAK

Nama : Ageng Hasna Fauziyah


Program Studi : Farmasi
Judul : Uji Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Air Sarang Burung
Walet Putih (Collocalia fuciphaga Thunberg, 1821).
Terhadap Aktivitas SGPT & SGOT Pada Tikus Putih
Jantan Galur Sprague-Dawley

Sarang burung walet merupakan sarang yang dapat dikonsumsi (Edible nest).
Sarang tersebut dihasilkan dari air liur burung walet. Salah satu komponen
utamanya yaitu glikoprotein. Tujuan penelitian ini yaitu Uji Aktivitas
Hepatoprotektif Ekstrak Air Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga
Thunberg, 1821). Terhadap Aktivitas SGPT & SGOT Pada Tikus Putih. Hewan
uji tikus Sprague-Dawley jantan dibagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok
normal, kelompok positif, kelompok negatif, kelompok perlakuan dosis
1mg/kgBB, 10mg/kgBB, dan 100mg/kgBB. Ekstrak air sarang burung walet putih
(Collocalia fuciphaga T.) diberikan selama 16 hari lalu diinduksi dengan
parasetamol (2g/kgBB) pada hari ke-15 dan 16. Parameter hepatoprotektif yang
digunakan yaitu kadar SGPT dan SGOT. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisa
dengan menggunakan analisa One Way ANOVA yang menunjukan bahwa
kelompok perlakuan dosis setelah induksi parasetamol terjadi peningkatan kadar
SGPT dan SGOT secara tidak bermakna (p≥0,05) terhadap kelompok positif.
Hasil analisa Paired-Sample T-Test menunjukan bahwa peningkatan kadar SGPT
dan SGOT hari ke-17 pada kelompok perlakuan dosis 1mg/kgBB dan
100mg/kgBB secara bermakna. Namun pada kelompok perlakuan dosis
10mg/kgBB mengalami peningkatan secara tidak bermakna (p≤0,05).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut ekstrak air sarang burung walet putih
berpotensi sebagai agen hepatoprotektif yang dapat dikembangkan.

Kata Kunci : Hepatoprotektif, Collocalia fuciphaga T, Ekstrak Air, tikus


Sprague-Dawley jantan

vi
ABSTRACT

Nama : Ageng Hasna Fauziyah


Programme of Study : Pharmacy
Title : Study of Hepatoprotective Water Extract Edible Nest Bird
(Collocalia fuciphaga Thunberg, 1821) Against SGPT and
SGOT Activity in Male Albino Rats strain Sprague-Dawley

Swiftlest nest is a nest that can be consumed (Edible nest). The nest was produced
from swiftlest saliva. One of its main component called the glycoprotein. The
purpose this Study of Hepatoprotective Water Extract Edible Nest Bird
(Collocalia fuciphaga Thunberg, 1821) Against SGPT and SGOT Activity in
Male Albino Rats. Sprague-Dawley rats that were used as testers were devided
into six groups; normal group, positive group, negative group, the treatment group
dose of 1mg/kgBB, 10mg/kgBB, and 100mg/kgBB. Extract of water edible bird
nest (Collocalia fuciphaga T.) were given for 16 days and after that were induced
with paracetamol (2g/kgBB) on the 15th and 16th day. The SGPT and SGOT levels
were used as the hepatoprotective parameters. The obtained results were then
analyzed using One Way ANOVA analysis which showed that the SGPT and
SGOT levels from the treatment group dose increased insignificantly (p≥0,05) to
the positive group. Results of analysis Paired-Sample T-Test showed that the
elevated levels of SGPT and SGOT on th 17th day in the treatment group with the
dose of 1mg/kgBB and 100mg/kgBB were significant. However, in the
experimental group dose of 10mg/kgBB did not significantly increase (p≤0,05).
Based on these results, extract of water edible bird nest has potential as a
hepatoprotective agent that can be developed.

Keywords : Hepatoprotective, Collocalia fuciphaga T, Water Extract, male


Sprague-Dawley rats

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT


atas segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya yang telah melimpahkan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
dengan judul ‘’Uji Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Air Sarang Burung Walet
Putih (Collocalia fuciphaga Thunberg 1821.) Terhadap Aktivitas SGPT & SGOT
Pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague Dawley’’. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat serta
pengikutnya.
Dalam penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi ini penulis banyak
menerima bantuan maupun dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin memberikan
penghargaan yang setinggi-tingginya dan menyampaikan terima kasih yang tulus
kepada :
1. Drs. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan
2. Yardi, Ph.D., Apt selaku Kepala Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
3. Lina Elfita, M.Si., Apt dan Dr. Azrifitria, M.Si., Apt sebagai dosen
pembimbing I dan II yang dengan Kesabarannya telah memberikan
waktu, ilmu, arahan dan bimbingannya selama penelitian dan
penulisan skripsi ini.
4. Ayahanda Rijatno Suwarlo dan Ibunda Mardiningsih yang selalu
memberikan kasih sayang, doa, dukungan moral dan materi, dan
semangat yang tak terhingga disetiap langkah penulis.
5. Kakak dan Adiku M. Irfan F.R. dan M. Galih S. yang telah
mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan
hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Program Studi Farmasi
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

viii
7. Sahabat terbaik yang selalu ada Zahidah Azzahra, Ichsana Eskha dan
Rizka Nurbaiti yang senantiasa memberikan dukungan, doa, dan
semangat untuk penulis.
8. Teman seperjuangan penulis ‘’Sarang Burung Walet’’ Rahmi Sertiana,
M.A.W. Khairurrijal, Ahmad Rifqi, Rais atas kebersamaan, bantuan
dan motivasi sejak awal hingga terselesaikannya skripsi ini.
9. Teman-teman yang sudah membantu selama proses penelitian dan
skripsi anak-anak ‘’Tableters’’, Hestiawati, Vina Fauziah, Lela
Laelatu, Andis Saputra, Miyadah Samiyah, Qadrina Sufy, Khairunnisa,
Rianisa K.D.
10. Kak Tiwi, Kak Lisna, Kak Eris, Kak Rani sebagai laboran Farmasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu mempersiapkan
alat dan bahan selama penelitian.
11. Teman-teman Farmasi Angkatan 2011 atas segala kebersamaannya,
semangat selama dibangku perkuliahan hingga peengerjaan skripsi ini.
12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan
penulisan skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan


balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis menharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Juli 2015

Penulis

ix
x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ....................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
2.1. Sarang Burung Walet ................................................................. 4
2.1.1. Asal Usul dan Penyebaran ............................................. 4
2.1.2. Klasifikasi Brurung Walet Putih .................................... 5
2.1.3. Kandungan Kimia ........................................................... 5
2.1.4. Manfaat Sarang Burung Walet ....................................... 7
2.2. Hati ............................................................................................. 7
2.2.1. Anatomi Hati ................................................................... 7
2.2.2. Fisiologi Hati .................................................................. 8
2.2.3. Histologi Hati ................................................................. 9
2.2. Parasetamol .............................................................................. 11
2.2.1. Mekanisme Hepatotoksik Parasetamol ......................... 12
2.2.2. Kerusakan yang Ditimbulkan ....................................... 13
2.4. Enzim Transaminase ............................................................... 14
2.4.1. Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase ............... 14
2.4.2. Serum Glutamat Piruvat Transaminase ........................ 14

xi
2.5. Tes Fungsi Hati ........................................................................ 15
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 17
3.1. Jenis Penelitian ......................................................................... 17
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 17
3.2.1. Tempat Penelitian ......................................................... 17
3.2.2. Waktu Penelitian .......................................................... 17
3.3. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................ 17
3.3.1. Alat Penelitian .............................................................. 17
3.3.2. Bahan Penelitian ........................................................... 17
3.3.3. Hewan Uji .................................................................... 18
3.4. Desain Penelitian ..................................................................... 18
3.4.1. Jumlah Sampel dan Cara Pengambilan Sampel ........... 18
3.4.2. Dosis Perlakuan ............................................................. 18
3.4.3. Rancangan Penelitian .................................................... 18
3.5. Prosedur Penelitian ................................................................... 20
3.5.1. Determinasi Sampel ..................................................... 20
3.5.2. Penyiapan Sarang Burung Walet .................................. 20
3.5.3. Ekstraksi Sarang Burung Walet .................................... 20
3.5.4. Uji Kualitatif Ekstrak Sarang Burung Walet ................ 20
3.5.5. Penyiapan Dosis Ekstrak Sarang Burung Walet .......... 21
3.5.6. Penyiapan Suspensi Parasetamol 15% dalam
Gom Arab 5% ................................................................ 21
3.5.7. Persiapan Tikus ............................................................ 21
3.5.8. Pengambilan Sampel Darah Hewan Uji ....................... 22
3.5.9. Pengukuran Aktivitas SGOT dan SGPT Serum Darah 22
3.6. Rencana Pengolahan dan Analisis Data ..................................... 23
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 24
4.1. Hasil Penelitian ........................................................................ 24
4.1.1 Determinasi Sarang Burung Walet ................................ 24
4.1.2. Ekstraksi Sarang Burung Walet .................................... 24
4.1.3. Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet .......... 24
4.1.4. Hasil Pengukuran Kadar SGPT Serum Darah ............... 25
4.1.5. Hasil Pengukuran Kadar SGOT Serum Darah .............. 27
4.2. Pembahasan .............................................................................. 29
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 38
5.1. Kesimpulan .............................................................................. 38

xii
5.2. Saran ....................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39
LAMPIRAN ..................................................................................................... 46

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Gambaran Makroskopik Hati Manusia dari Anterior .............. 9


Gambar 2.2. Lobulus Hepatik ...................................................................... 11
Gambar 4.1. Rata-rata Kadar SGPT ............................................................. 25
Gambar 4.2. Rata-rata Kadar SGOT ............................................................ 28

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kandungan Gizi Sarang Walet Dan Beberapa Makanan


Pembanding Untuk Berat 100 gram ............................................ 6
Tabel 3.1. Desain Pembagian Kelompok Percobaan ................................... 18
Tabel 4.1. Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet ....................... 24
Tabel 4.2. Rata-rata Kadar SGPT ................................................................ 25
Tabel 4.3. Persentase Perubahan Kadar SGPT ............................................ 26
Tabel 4.4. Rata-rata Kadar SGOT ............................................................... 27
Tabel 4.5. Persentase Perubahan Kadar SGOT ........................................... 28

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi. ...................................................................... 44


Lampiran 2. Alur Penelitian . .......................................................................... 45
Alur Kerja Pembuatan Ekstrak .................................................. 45
Alur Kerja Hepatoprotektif ......................................................... 46
Lampiran 3. Perhitungan Dosis ....................................................................... 47
Perhitungan Dosis Untuk Hepatoprotektor ................................ 47
Perhitungan VAO ....................................................................... 48
Lampiran 4. Hasil Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet . ............. 50
Lampiran 5. Perhitungan Rendemen . .............................................................. 51
Lampiran 6. Rata-rata Berat Badan Tikus . ..................................................... 52
Lampiran 7. Gambar Kegiatan Penelitian . ...................................................... 55
Penyiapan Simplisia dan Pembuatan Ekstrak ............................ 55
Lampiran 8. Nilai SGPT dan SGOT . .............................................................. 56
Nilai SGPT ................................................................................ 56
Nilai SGOT ................................................................................. 57
Lampiran 9. Analisa Statistik Data. .................................................................. 58

xvi
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit hati menduduki urutan kedelapan penyebab kematian di
Indonesia (Riskesdas dalam Tuminah, 2009). Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013, prevalensi hepatitis tahun 2013 (1,2%) dua kali lebih tinggi
dibanding tahun 2007. Dikonversikan ke dalam jumlah absolut penduduk
Indonesia tahun 2013 sekitar 248.422.956 jiwa, maka bisa dikatakan bahwa
2.981.075 jiwa penduduk Indonesia terinfeksi Hepatitis (Balitbangkes RI,
2013).
Penyakit hati dapat terjadi dengan banyak faktor yang
mempengaruhinya. Faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan hati
antara lain virus, bakteri, toksisitas dari obat-obatan atau bahan kimia
(Pasiyan dalam Tuminah, 2009).
Di Indonesia sudah terdapat beberapa obat yang dapat melindungi hati
(hepatoprotektor) yaitu obat sintetis dan obat non sintetis. Contoh obat sintesis
antara lain: Aminoleban Infusion, Aminoleban Oral, Comafusin Hepar,
Curliv, Cursii/Cursil 70, Hepachol, Methicol, Methioson (ISO, 2012). Contoh
obat non sintetis (herbal) yang sudah dipasarkan adalah Hepasil dari Kalbe
Farma, Hepacomb dari Sidomuncul, Hepagard dari Phapros, dan berbagai
produk lainnya (ISO, 2012).
Pemanfaatan bahan-bahan alam sebagai obat tradisional mulai
dikembangkan dan dilakukan pengujian untuk memperoleh hasil yang lebih
memuaskan ditinjau dari segi pengobatan maupun efek samping yang
ditimbulkan. Berdasarkan paparan diatas, perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai pemanfaatan bahan alam seperti bahan alam yang berasal dari
dari hewan atau produk yang dihasilkan oleh hewan di Indonesia terutama
dari segi pengobatan penyakit hati. Salah satu bahan alam yang dihasilkan
oleh hewan yaitu sarang burung walet yang digunakan sebagai suplemen
untuk kesehatan dan makanan yang lezat di China.

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


2

Burung walet merupakan burung yang dapat membuat sarang


menggunakan air liurnya. Sarang yang dihasilkan tersebut bersifat edible nest
(sarang yang dapat dimakan) (Nuroini, 2013). Mayoritas sarang burung walet
yang dapat dimakan dan diperdagangkan di seluruh dunia berasal dari dua
spesies, yaitu burung walet putih (Aerodramus fuciphagus atau Collocalia
fuciphaga) dan burung walet hitam (Aerodramus maximus atau Collocalia
maximus) yang habitatnya di Kepulauan Nicobar di Samudera Hindia hingga
di gua pinggir laut daerah pesisir Thailand, Vietnam, Indonesia, Kalimantan
dan Kepulauan Palawan di Filipina (Marcone, 2005).
Berdasarkan penelitian Marcone (2005) komposisi sarang burung
walet dari genus Collocalia terdiri atas karbohidrat (25,62 - 27,26%), protein
(62 - 63%), lemak (0,14 - 1,28%), dan abu (2,1%). Penelitian lain juga
menunjukkan bahwa sarang burung walet dari Indonesia memiliki kandungan
protein yang tinggi sekitar 59,8%-65,8% (Hamzah dalam Arsih, 2014).
Penelitian baru-baru ini memperkirakan bahwa ekstrak sarang burung
walet memiliki sifat bioaktivitas yang menarik (But, Paul. et al., 2013). Sifat
bioaktivitas sarang burung walet antara lain efek menghambat hemaglutinasi
terhadap virus influenza (Howe dalam Arsih, 2014), sebagai faktor
pertumbuhan epidermal burung (Kong dalam Arsih, 2014) dan memberikan
keuntungan intelektual dan saraf pada bayi (Chau et al., 2003).
Berdasarkan hasil tersebut, protein diperkirakan sebagai faktor kunci,
karena protein merupakan zat utama yang berperan dalam aktivitas kehidupan
(Liu et al., 2012). Menurut penelitian Nuroini (2013) salah satu komponen
protein yaitu glikoprotein berfungsi menurunkan produksi TNF-α dalam
proses inflamasi. Diprediksikan mekanisme kerja sarang burung walet yaitu
glikoprotein dapat menurunkan produksi TNF-α sehingga proses terjadinya
inflamasi dapat terhambat dan pengeluaran SGPT dan SGOT dapat dicegah.
Kandungan protein yang tinggi dan belum adanya publikasi ilmiah
mengenai hepatoprotektif, maka peneliti tertarik untuk mengeksplorasi
manfaat sarang burung walet putih yang ada di Indonesia dengan menguji
aktivitas hepatoprotektif dari sarang burung walet pada tikus putih jantan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3

galur Sprague-dawley yang diinduksi dengan parasetamol. Dosis sarang


burung walet putih yang digunakan pada tikus dalam penelitian ini
berdasarkan skrining dosis yaitu 1 mg/kgBB, 10 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB.
Penelitian efek hepatoprotektif dilakukan untuk mengetahui
kemampuan sarang burung walet untuk mencegah atau melindungi hati dari
kerusakan. Adapun parameter yang diamati adalah aktivitas enzim serum
glutamate piruvat transaminase (SGPT) dan serum glutamat oksaloasetat
transaminase (SGOT) serum darah.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
diambil rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah ekstrak air sarang burung walet putih (Collocalia fuciphaga)
mempunyai efek hepatoprotektif dilihat dari aktivitas SGPT dan SGOT pada
hewan uji?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya efek
hepatoprotektif pada ekstrak air sarang burung walet putih dilihat dari
aktivitas SGPT dan SGOT pada tikus putih jantan.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan dan
memberikan informasi ilmiah tentang manfaat lain sarang burung walet putih
sebagai pengobatan alternatif dalam melindungi hati.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sarang Burung Walet


2.1.1. Asal Usul dan Penyebarannya
Walet berasal dari family Apopidae yang penyebarannya hingga ke
seluruh dunia. Pada dasarnya, family Apopidae terdiri atas dua kelompok.
Kelompok pertama adalah genus Chaetura (walet ekor berduri), genus
Collocalia (walet gua), dan genus Cypseloides (walet hitam dari Amerika
Utara). Walet gua atau Collocalia tercatat memiliki 2 spesies, dan 12 spesies
diantaranya ditemukan di Indonesia. Namun, dari sekian banyak spesies,
hanya dua spesies yang namanya terkenal dalam dunia bisnis walet, yaitu
Collocalia fuciphaga dan Collocalia maxima (Redaksi Agromedia, 2007).
Beberapa literature yang diterbitkan sekitar tahun 1990-an menyebutkan,
Indonesia memiliki tiga spesies walet yang sarangnya dikategorikan sebagai
edible nest swiflets atau bisa dikonsumsi sebagai makanan antara lain:
Collocalia fuciphaga, Collocalias maxima dan Collocalia esculenta (burung
sriti) (Redaksi Trubus, 2005). Ada satu jenis burung walet lagi yaitu
Collocalia germani, tetapi menurut pendapat Chantler dan Driessens (1995),
Collocalia germani termasuk dalam spesies Collacalia fuciphaga sehingga
bukan merupakan spesies tersendiri (Redaksi Agromedia, 2007).
Hampir semua sarang yang diekspor ke negara-negara Hongkong,
China, taiwan, Korea, Jepang, Singapura dan Malaysia. Sarang yang termahal
dihasilkan oleh C. fuciphaga. Mutu sarang yang dihasilkan oleh C. fuciphaga
tergantung dari warna, keberhasilan sarang, bentuk ukuran. Sarang yang
bermutu tinggi berwarna putih, bersih dari kotoran atau bulu yang menempel
pada sarang, bentuk mangkukan sempurna, tidak cacat atau pecah dan
berukuran lebar minimal tiga jari. Untuk mendapatkan sarang yang bermutu
baik ini dilakukan pembersihan, pembentukan ulang, penyortiran. Pada saat
ini harga sarang burung walet (putih) dengan mutu baik bisa mencapai 5 juta
rupiah per kg (± 120 keping sarang) (Mardiastuti, 1997).

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


5

Sarang burung walet terbuat dari saliva burung walet yang


disekresikan oleh kelenjar ludah burung walet (Liu et al., 2012). Sebagai
bahan makanan, sarang burung walet mengandung gizi yang lengkap dengan
nilai yang tinggi. Sarang burung walet mengandung kalori, protein, lemak,
karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin, dan mineral. Asam amino yang
dikandung dalam sarang walet juga lengkap, mulai dari asam amino esensial,
asam amino semiesensial, dan asam amino nonesensial. Sarang walet juga
berkhasiat sebagai obat.

2.1.2. Klasifikasi Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga)


Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi burung walet penghasil
sarang walet putih adalah sebagai berikut (Redaksi AgroMedia, 2007):
Kingdom : Animal
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Apodiformes
Famili : Apodidae
Genus : Collocalia
Species : Collocalia fuciphaga spp.

2.1.3. Kandungan Kimia


Sarang walet dari genus Collocalia mengandung lemak (0,14-1,28%),
abu (2,1%), karbohidrat (25,62-27,26%), dan protein (62-63%) (Marcone,
dalam Arsih, 2014). Salah satu glikonutrien utama pada sarang walet adalah
sialic acid (9%) (Colombo et al., 2003; Kathan dan Weeks, 1969). Sialic acid
memiliki peran penting pada perkembangan neurologi dan intelektual pada
bayi (Chau et al., 2003). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa sarang
burung walet dari Indonesia memiliki kandungan protein yang tinggi sekitar
59,8%-65,8% (Hamzah dalam Arsih, 2014).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


6

Sarang burung walet mengandung asam amino yaitu Aspartat +


asparagines, threonine, serin, glysine, alanine, valin, methionine, isoleusin
phenylalanine, lysine, histidin, arginine, tryptophan, cysteine, proline (Lu et al
dalam Ma dan Liu, 2012). Asam amino terbanyak yaitu fenilalanin dan
tyrosin (Marcone dalam Ma dan Liu, 2012).
Tabel 2.1 kandungan gizi sarang walet dan beberapa makanan pembanding
untuk berat 100 gram
Tempe
No Kandungan Sarang Susu Daging Daging Telur Udang kedelai
walet kental sapi ayam ayam kering murni

1 Kalori 281 336 273 302 162 295 149


2 Protein (g) 37,5 8,2 19,3 18,2 12,8 62,4 18,3
3 Lemak (g) 0,3 10 22 25 11,5 2,3 4
4 Karbohidrat 32,1 55 0 0 0,7 1,8 12,7
(g)
5 Kalsium 485 275 10 14 54 1209 129
(mg)
6 Fosfor (mg) 18 229 150 200 180 1225 154
7 Zat besi 3 0,2 2,7 1,5 2,7 6,3 10
(mg)
8 Vit. A (SI) 0 510, 0 810 900 210 50
9 Vit. B1 0 0,05 0,02 0,08 0,1 0,14 0,17
(mg)
10 Vit. C (mg) 0 1 0 0 0 0 0
11 Air (g) 24,5 25 60 7 74 90 64
Sumber : Direktorat Gizi Dep. Kes. RI Dalam Budi Daya Walet : Pengalaman Pakar Dan Praktisi Seri
I. 2001

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


7

2.1.4. Manfaat Sarang Burung Walet


Disamping rasanya yang sungguh lezat, sarang burung walet juga
diyakini dapat meningkatkan kesehatan seperti membuat awet muda,
meningkatkan pertumbuhan dan kekebalan (Adiwibawa, 2009). Pada akhir
abad XVII, pada zaman dinasti Qing, terdapat literature “Ben Cao Bei Yao”
(catatan-catatan penting bahan obat-obatan) oleh Wang pada tahun 1694, dan
“Ben Cao Feng Yuan” (bahan obat-obatan di alam terbuka) oleh Zhang, pada
tahun 1695, yang menunjukan bukti bahwa orang cina percaya bahwa sarang
burung walet mempunyai daya penyembuhan yang dapat dipakai untuk
mengobati beberapa macam penyakit, seperti TBC, sakit lambung, dan
perdarahan paru-paru. Kepercayaan itu berdasarkan data empiris yang
diperoleh dari pengalaman-pengalaman pribadi orang yang mengkonsumsinya
dan dari mitos yang beredar di masyarakat (Adiwibawa, 2009).
Khasiat sarang walet berdasarkan laporan penelitian Riset Unggulan
Terpadu IV-Dewan Riset Nasional (1998) adalah menjaga kesegaran tubuh,
obat sakit pernapasan, meningkatkan vitalitas, obat awet muda, memelihara
kecantikan, menambah tenaga dalam, menghambat pertumbuhan kanker,
menghilangkan pengaruh alkohol, meningkatkan konsentrasi, obat diabetes
melitus, sumber protein, dan menurunkan demam (Dewi et al., 2012).
2.2. Hati
Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak
dibagian teratas dalam rongga abdomen disebelah kanan dibawah diafragma
dan hati secara luas dilindungi oleh iga-iga, berat hati rata-rata sekitar 1500
gr, 2,5% dari berat tubuh pada orang dewasa normal (Pearce, 2009).
2.2.1. Anatomi Hati
Hati mempunyai konsistensi yang lunak, lentur, dan terletak di bagian
atas cavitas abdominalis tepat di bawah diaphragma. Sebagian besar hati
terletak di profunda arcus costalis dextra dan hemidiaphragma dextra
memisahkan hati dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hati terbentang ke
sebelah kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra (Snell, 2009).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


8

Hati mempunyai bentuk seperti piramida dengan alasnya disebelah


kanan dan puncaknya di ujung kiri. Facies diaphragmatica terletak tepat di
bawah kubah diaphragm dan merupakan suatu kesatuan lengkungan dari
facies anterior, superior, lateral dan posterior. Permukaan yang menghadap ke
inferior berhubungan dengan alat-alat viscera abdomen, disebut facies
viceralis. Facies visceralis berbatasan dengan facies diaphragma di depan
pada batas yang tajam, disebut margo anterior. Namun tumpul di belakang
dan disebut facies posterior (Widjaja, 2009).
Hati terbagi dengan adanya perlekatan ligamentum falciforme hepatis
menjadi lobus kanan yang besar dan lobus kiri yang lebih kecil. Pada
permukaan visceralis, dengan adanya lekuk (fossa) sagittalis kanan dan kiri
serta porta hepatis, terpisah dari lobus kanan dua lobus kecil, yaitu lobus
quadratus di depan dan lobus caudatus di belakang (Widjaja, 2009).
Hati mempunyai dua jenis persediaan darah, yaitu yang datang melalui
arteri hepatica dan yang melalui vena porta. Arteri hepatika merupakan
pembuluh darah yang keluar dari aorta dan memberikan seperlima darahnya
kepada hati, darah ini mempunyai kejenuhan oksigen 95-100%. Vena porta
terbentuk dari vena lienalis dan vena mesentrika superior, menghantarkan
empat perlima darahnya ke hati, 4darah ini mempunyai kejenuhan oksigen
hanya 70% sebab beberapa O2 telah diambil limpa dan usus. Darah dari vena
porta membawa zat makanan yang telah diabsorbsi mukosa usus halus ke hati
(Pearce, 2009).
2.2.2. Fisiologi Hati
Menurut Guyton & Hall (2008), hati mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a. Metabolisme karbohidrat
Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan
glikogen dalam jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi
glukosa, glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa kimia yang
penting dari hasil perantara metabolisme karbohidrat.
b. Metabolisme lemak

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


9

Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain:


mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang
lain, membentuk sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein,
membentuk lemak dari protein dan karbohidrat.
c. Metabolisme protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino,
pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh,
pembentukan protein plasma, dan interkonversi beragam asam amino dan
membentuk senyawa lain dari asam amino.
d. Lain-lain
Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat penyimpanan
vitamin, hati sebagai tempat menyimpan besi dalam bentuk feritin, hati
membentuk zat-zat yang digunakan untuk koagulasi darah dalam jumlah
banyak dan hati mengeluarkan atau mengekskresikan obat-obatan, hormon
dan zat lain.

Gambar 2.1. Gambaran makroskopik hati manusia dari anterior


Putz & Pabst, 2007
2.2.3. Histologi Hati
Sel–sel yang terdapat di hati antara lain: hepatosit, sel endotel, dan sel
makrofag yang disebut sebagai sel kuppfer, dan sel ito (sel penimbun lemak).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


10

Sel hepatosit berderet secara radier dalam lobulus hati dan membentuk lapisan
sebesar 1-2 sel serupa dengan susunan bata. Lempeng sel ini mengarah dari
tepian lobulus ke pusatnya dan beranastomosis secara bebas membentuk
struktur seperti labirin dan busa. Celah diantara lempeng-lempeng ini
mengandung kapiler yang disebut sinusoid hati (Junquiera et al., 2007).
Sinusoid hati adalah saluran yang berliku–liku dan melebar,
diameternya tidak teratur, dilapisi sel endotel bertingkat yang tidak utuh.
Sinusoid dibatasi oleh 3 macam sel, yaitu sel endotel (mayoritas) dengan inti
pipih gelap, sel kupffer yang fagositik dengan inti ovoid, dan sel stelat atau sel
Ito atau liposit hepatik yang berfungsi untuk menyimpan vitamin A dan
memproduksi matriks ekstraseluler serta kolagen. Aliran darah di sinusoid
berasal dari cabang terminal vena portal dan arteri hepatik, membawa darah
kaya nutrisi dari saluran pencernaan dan juga kaya oksigen dari jantung
(Eroschenko, 2010; Junqueira et al., 2007).
Traktus portal terletak di sudut-sudut heksagonal. Pada traktus portal,
darah yang berasal dari vena portal dan arteri hepatik dialirkan ke vena
sentralis. Traktus portal terdiri dari 3 struktur utama yang disebut trias portal.
Struktur yang paling besar adalah venula portal terminal yang dibatasi oleh sel
endotel pipih. Kemudian terdapat arteriola dengan dinding yang tebal yang
merupakan cabang terminal dari arteri hepatik. Dan yang ketiga adalah duktus
biliaris yang mengalirkan empedu. Selain ketiga struktur itu, ditemukan juga
limfatik (Junqueira et al., 2007).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


11

Gambar 2.2. Lobulus hepatik


Gartner, 2003
Aliran darah di hati dibagi dalam unit struktural yang disebut asinus
hepatik. Asinus hepatik berbentuk seperti buah berry, terletak di traktus
portal. Asinus ini terletak di antara 2 atau lebih venula hepatic terminal,
dimana darah mengalir dari traktus portalis ke sinusoid, lalu ke venula
tersebut. Asinus ini terbagi menjadi 3 zona, dengan zona 1 terletak paling
dekat dengan traktus portal sehingga paling banyak menerima darah kaya
oksigen, sedangkan zona 3 terletak paling jauh dan hanya menerima sedikit
oksigen. Zona 2 atau zona intermediet berada diantara zona 1 dan 3. Zona 3
ini paling mudah terkena jejas iskemik (Junqueira et al., 2007).

2.3. Parasetamol
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik
dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem
Syaraf Pusat (SSP). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara
baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun
kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau
yang dijual bebas (Lusiana Darsono, 2002).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


12

Parasetamol merupakan salah satu obat yang paling sering


menyebabkan kematian akibat keracunan (Neal, 2006). Toksisitas parasetamol
terjadi pada penggunaan dosis tunggal 10 sampai 15 gr (150 sampai 250
mg/kg BB) (Goodman dan Gilman, 2008), dosis 20 sampai 25 gr atau lebih
kemungkinan menyebabkan kematian (Wilmana dan Gunawan, 2007).
Sedangkan dosis toksik untuk tikus atau LD50 tikus adalah 338 mg/kg BB
(Wishart dan Knox, 2006). Akibat dosis toksik yang paling serius adalah
nekrosis hati, walaupun nekrosis tubuli renalis dan koma hipoglikemik juga
dapat terjadi. Sekitar 10% pasien yang mengalami keracunan yang tidak
mendapatkan penanganan khusus mengalami kerusakan hati yang parah;
sebanyak 10-20% di antaranya akhirnya meninggal karena kegagalan fungsi
hati (Goodman dan Gilman, 2008).
2.3.1. Mekanisme Hepatotoksik Parasetamol
Pemberian parasetamol secara oral dengan penyerapan yang cepat dan
hampir sempurna di saluran pencernaan. Penyerapan dihubungkan dengan
tingkat pengosongan lambung, dan konsentrasi dalam plasma mencapai
puncak dalam 30 sampai 60 menit (Katzung, 2002). Waktu paruh dalam
plasma 1 sampai 3 jam setelah dosis terapeutik dengan 25% parasetamol
terikat protein plasma dan sebagian dimetabolisme enzim mikrosom hati
(Wilmana dan Gunawan, 2007). Hati merupakan tempat metabolisme utama
parasetamol. Di dalam hati, 60% dikonjugasikan dengan asam glukuronat,
35% asam sulfat, dan 3% sistein; yang akhirnya menghasilkan konjugat yang
larut dalam air serta diekskresi bersama urin. Jalur konjugasi pertama
(terutama glukuronidasi dan sulfasi) tidak dapat digunakan lagi ketika asupan
parasetamol jauh melebihi dosis terapi dan sebagian kecil akan beralih ke jalur
sitokrom P450 (CYP2E1) (Defendi dan Tucker, 2009; Goodman dan Gilman,
2008).
Metabolisme melalui sitokrom P450 membuat parasetamol mengalami
N-hidroksilasi membentuk senyawa antara, N-acetyl-para-benzoquinoneimine
(NAPQI), yang sangat elektrofilik dan reaktif. Pada keadaan normal, senyawa
antara ini dieliminasi melalui konjugasi dengan glutathione (GSH) yang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


13

berikatan dengan gugus sulfhidril dan kemudian dimetabolisme lebih lanjut


menjadi suatu asam merkapturat yang selanjutnya diekskresi ke dalam urin.
Ketika terjadi overdosis, kadar GSH dalam sel hati menjadi sangat berkurang
yang berakibat kerentanan sel-sel hati terhadap cedera oleh oksidan dan juga
memungkinkan NAPQI berikatan secara kovalen pada makromolekul sel,
yang menyebabkan disfungsi berbagai sistem enzim (Goodman dan Gilman,
2008). Ikatan kovalen dengan makromolekul sel terutama pada gugus tiol
protein sel dan kerusakan oksidatif juga merupakan patogenesis utama
terjadinya nefropati analgesik (Cotran et al., 2007; Neal, 2006).
Rangkaian metabolisme minor parasetamol ini dapat menyebabkan
efek merugikan. Pengurangan GSH secara tidak langsung dapat menimbulkan
terjadinya stres oksidatif akibat penurunan proteksi antioksidan endogen
(antioksidan enzimatik), yang juga dapat menyebabkan terjadinya peroksidasi
lipid (Maser et al., 2002). Peroksidasi lipid merupakan suatu proses
autokatalisis yang mengakibatkan kematian sel. Produk akhir peroksidasi lipid
di dalam tubuh adalah malondialdehid (MDA) yang dapat menyebabkan
kematian sel akibat proses oksidasi berlebihan dalam membran sel (Mayes,
2008; Winarsi, 2007). Selain itu, reaksi pembentukan NAPQI akibat
detoksifikasi oleh sitokrom P450 memacu terbentuknya radikal bebas
superoksida (O2-) yang dinetralisir oleh superoksida dismutase (SOD) menjadi
H2O2, suatu Reactive Oxygen Species (ROS) yang tidak begitu berbahaya
(Ojo et al., 2006). Namun, melalui reaksi Haber-Weiss dan Fenton, adanya
logam transisi seperti Cu dan Fe akan membentuk radikal hidroksil yang
sangat berbahaya yang akan menghancurkan struktur sel (Winarsi, 2007).
2.3.2. Kerusakan Yang Ditimbulkan
Perubahan histologi pada hati akibat efek hepatotoksik parasetamol
terdiri dari nekrosis perivenular zona 3 dan kongesti sinusoidal yang disertai
steatosis. Sedangkan profil biokimia yang dapat diamati secara signifikan
adalah meningkatnya enzim transaminase secara drastis, hipoprotrombinemia
dan pada cidera berat akan terjadi asidosis laktat. Rentang jumlah peningkatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


14

enzim aminotransferase akibat efek hepatotoksik parasetamol antara 50-1000


kali lipat (Burt et al., 2007).
2.4. Enzim Transaminase
2.4.1. Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT)
SGOT adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam hati,
jantung, ginjal, dan otak (Widmann, 1995). Bila jaringan tersebut mengalami
kerusakan yang akut, kadarnya dalam serum meningkat. Diduga hal ini
disebabkan karena bebasnya enzim intraseluler dari sel-sel yang rusak ke
dalam sirkulasi. Kadar yang sangat meningkat terdapat nekrosis hepatoseluler
atau infark miokard (Hadi, 1995).
SGOT melakukan reaksi antara asam aspartat dan asam alfa-
ketoglutamat (Widmann, 1995). SGOT berada dalam sel parenkim hati.
SGOT meningkat pada kerusakan hati akut, tetapi juga terdapat dalam sel
darah merah dan otot skelet. Oleh karena itu, tidak spesifik untuk hati. SGOT
berfungsi untuk mengubah aspartat dan alfa-ketoglutarat menjadi oxaloasetat
dan glutamat. Terdapat 2 isoenzim, yaitu SGOT 1 merupakan isoenzim sitosol
yang terutama berada dalam sel darah merah dan jantung. Kemudian SGOT 2
merupakan isoenzim mitokondria yang predominan dalam sel hati (Gaze,
2007). Kadar normal dalam darah 10-40 IU/ liter, sedangkan pada tikus
berkisar 45,7-80, IU/L (Widmann, 1992). Meningkat tajam ketika terjadi
perubahan infark miokardium (Sacher dan McPerson, 2002).
2.4.2. Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT)
Enzim ini mengkatalisis pemindahan satu gugus amino antara lain
alanine dan asam alfa ketoglutarat. Terdapat banyak di hepatosit dan
konsentrasinya relatif rendah di jaringan lain. Kadar normal dalam darah 5-35
IU/ liter dan SGPT lebih sensitif dibandingkan SGOT (Sacher dan McPerson,
2002). Sedangkan pada mencit berkisar 17,5-30,2 IU/L (Smith,1988;
Widmann, 1992).
Kadar SGPT dan SGOT meningkat pada hampir semua penyakit hati.
Kadar yang tertinggi ditemukan dalam hubungannya dengan keadaan yang
menyebabkan nekrosis hati yang luas, seperti hepatitis virus yang berat,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


15

cedera hati akibat toksin, atau kolaps sirkulasi yang berkepanjangan.


Peningkatan yang lebih rendah ditemukan pada hepatitis akut ringan demikian
pula pada penyakit hati kronik difus maupun local (Podolsky dan Isselbacher,
2000). Kadar mendadak turun pada penyakit akut, menandakan bahwa sumber
enzim yang masih tersisa habis. Kalau kerusakan oleh radang hati hanya kecil,
kadar SGPT lebih dini dan lebih cepat meningkat dari kadar SGOT
(Widmann, 1995).
2.5. Tes Fungsi Hati
Fungsi hati mengatur banyak metabolit, ada juga test dan tindakan
tertentu yang berkolerasi baik dengan keutuhan structural dan fungsional dari
hati. Test-test itu diberi nama test fungsi hati (TFH) (Widmann, 1995).
Penyakit hati yang berbeda akan menyebabkan kerusakan yang berbeda dan
tes fungsi hati dapat menunjukkan perbedaan ini. Hasil tes fungsi hati dapat
memberikan gambaran mengenai penyakit apa yang mungkin menyebabkan
kerusakan, tetapi tes ini tidak mampu mendiagnosa akibat penyakit hati. Hasil
tes ini juga bermanfaat untuk memantau perjalanan penyakit hati, tetapi sekali
lagi, mungkin tidak memberi gambaran yang tepat. Namun, biasanya hasil tes
fungsi hati memberi gambaran mengenai tingkat peradangan (Anonim, 2007).
Pemeriksaan kimia darah digunakan untuk mendeteksi kelainan hati,
menentukan diagnosis, mengetahui berat ringannya penyakit, dan penilaian
hasil pengobatan. Pengukuran kadar bilirubin serum, aminotransferase, alkali
fosfatase, gamma GT, dan albumin sering disebut sebagai tes fungsi hati atau
LFTs. Tes-tes ini dapat dikelompokkan dalam 3 kategori utama (Amirudin,
2006), antara lain :
1) Peningkatan enzim aminotransferase (juga dikenal sebagai
transaminase), SGPT, SGOT, biasanya mengarahkan pada
perlukaan hepatoselular atau inflamasi.
2) Keadaan patologis yang mempengaruhi system empedu intra
dan ekstra hepatis dapat menyebabkan peningkatan alkali
fosfatase dan gamma GT.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


16

3) Kelompok ketiga merupakan kelompok yang mewakili fungsi


sintesis hati, seperti produksi albumin, urea, dan faktor
pembekuan.

Produk yang biasanya diukur sebagai bagian dari tes fungsi hati
(Anonim, 2007) :
1) SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) atau ALT
(alanin aminotransferase)
2) SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) atau AST
(aspartat aminotransferase)
3) Alkalin fosfatase
4) GGT (gamma-glutamil transpeptidase, atau gamma GT)
5) Bilirubin
6) Albumin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


17

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorik. Penelitian
mengadakan perlakuan terhadap sampel yang telah ditentukan yaitu berupa
hewan coba di laboratorium.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Laboratorium
Pangan (PLT), Animal House, Laboratorium Biokimia / Klinik, Laboratorium
Kimia Obat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 4 bulan dari bulan Maret 2015 hingga
Juni 2015.
3.3. Alat dan Bahan Penelitian
3.3.1. Alat Penelitian
Timbangan hewan, kandang hewan percobaan, neraca analitik AND
GX-200, lumpang dan alu, blender, gelas ukur, beaker glass, batang
pengaduk, sentrifugator Eppendorf, freeze dry, mikropipet 100-1000 µl,
Eppendorf, pipet tetes, water bath TRW-42 TP, sonde oral, spuit, silet,
seperangkat alat bedah hewan (scalpel, pinset, gunting, jarum, dan meja lilin),
hot plate, kuvet 1 cm x 1 cm. Pengukuran aktivitas SGPT dan SGOT :
spektrofotometer Vis Genesys 20.
3.3.2. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sarang
burung walet putih (diperoleh dari Palu, Sulawesi Tengah), Hepa-Q® sebagai
hepatoprotektor dari PT. Pyridam, parasetamol sebagai hepatotoksik dari PT.
Brataco, tikus putih jantan galur Sprague dawley sebagai hewan uji yang
diperoleh dari Institut Pertanian Bogor, makanan hewan percobaan (pellet),

17 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


18

aquadest, Gom Arab yang diproduksi oleh PT. Brataco, reagen SGOT dan
SGPT merk ST Reagen.
3.3.3. Hewan Uji
Hewan uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih
galur Sprague dawley yang sehat, berjenis kelamin jantan, dan berumur 3-6
bulan dengan berat badan 200-300 gram yang diperoleh dari Animal Facility
and Modeling Provider Institut Pertanian Bogor (IPB).
3.4. Desain Penelitian
3.4.1. Jumlah Sampel dan Cara Pengambilan Sampel
Jumlah sampel ditentukan menurut WHO, yaitu minimal lima ekor
tikus untuk setiap kelompok. Penelitian ini menggunakan enam kelompok
tikus tiap masing-masing terdiri dari lima ekor. Cara pengambilan sampel
dilakukan dengan metode randomisasi sederhana dari populasi yang ada.
3.4.2. Dosis Perlakuan
Dosis ekstrak air sarang burung walet putih yang digunakan pada tikus
berdasarkan skrining dosis yaitu 1mg/kgBB, 10mg/kgBB, dan 100mg/kgBB.
3.4.3. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah The Pre and Post Test Control Group
Design. Metode hepatoprotektif dilakukan selama 16 hari.
Tabel 3.1. Desain Pembagian Kelompok Percobaan
Klp Perlakuan (Hari ke-)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
K0 - ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ £ £ -
KN - ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ √ √ -
KP - β Β β β β β β β β β β β β β β +√ β +√ -
KU1 - α Α α α α α α α α α α α α α α +√ α +√ -
KU2 - µ µ µ µ µ µ µ µ µ µ µ µ µ µ µ+√ µ+√ -
KU3 - ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥+√ ¥+√ -

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


19

Keterangan :
K0 : Tikus normal (-) : Tanpa diberi perlakuan apapun
KN : Kontrol negatif ⩟ : Aquadest
KP : Kontrol positif β : Hepa-Q
KU1 : Kelompok uji I (Hepatoprotektif α : Sarang burung walet dosis rendah
sarang burung walet dosis rendah)
KU2 : Kelompok uji II (Hepatoprotektif µ : Sarang burung walet dosis sedang
sarang burung walet dosis sedang)
KU3 : Kelompok uji III (Hepatoprotektif ¥ : Sarang burung walet dosis tinggi
sarang burung walet dosis tinggi)
√ : Parasetamol £ : Gom Arab
: Pengambilan sampel darah :Terminasi, pengambilan sampel
untuk uji SGPT dan SGOT darah untuk uji SGPT dan SGOT

a. K0 : Tikus normal, diberi Gom Arab 5% pada hari ke-15 dan 16.
b. KN : Sebagai kontrol negatif diberi suspensi parasetamol 15%
2g/kgBB (p.o) pada hari ke-15 dan 16.
c. KP : Sebagai kontrol positif diberi Hepa-Q® dengan dosis 150
mg/kgBB (p.o) setiap hari selama 16 hari. Pada hari ke-15, kemudian
hewan uji diberi suspensi parasetamol 2g/kgBB (p.o) dosis tunggal
pada hari ke-15 dan 16. Darah dianalisa pada hari ke 0, 15 dan 17
untuk mengamati aktivitas enzim SGPT dan SGOT.
d. KU1 : Sebagai kelompok uji 1 (Hepatoprotektif sarang burung
walet dosis rendah) diberikan larutan sarang burung walet dengan
dosis 1 mg/kgBB (p.o) setiap hari selama 16 hari. Pada hari ke-15,
kemudian hewan uji diberi suspensi parasetamol 2g/kgBB (p.o) dosis
tunggal pada hari ke-15 dan 16. Darah dianalisa pada hari ke 0, 15 dan
17 untuk mengamati aktivitas enzim SGPT dan SGOT.
e. KU2 : Sebagai kelompok uji 2 (Hepatoprotektif sarang burung
walet dosis sedang) diberikan larutan sarang burung walet dengan
dosis 10 mg/kgBB (p.o) setiap hari selama 16 hari. Pada hari ke-15,
kemudian hewan uji diberi suspensi parasetamol 2g/kgBB (p.o) dosis
tunggal pada hari ke-15 dan 16. Darah dianalisa pada hari ke 0, 15 dan
17 untuk mengamati aktivitas enzim SGPT dan SGOT.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


20

f. KU3 : Sebagai kelompok uji 3 (Hepatoprotektif sarang burung


walet dosis tinggi) diberikan larutan sarang burung walet dengan
dosis 100 mg/kgBB (p.o) setiap hari selama 16 hari. Pada hari ke-15,
kemudian hewan uji diberi suspensi parasetamol 2g/kgBB (p.o) dosis
tunggal pada hari ke-15 dan 16. Darah dianalisa pada hari ke 0, 15 dan
17 untuk mengamati aktivitas enzim SGPT dan SGOT.
3.5. Prosedur Penelitian
3.5.1. Determinasi Sampel
Sampel sarang burung walet putih yang diperoleh dari Palu, Sulawesi
Tengah, kemudian dideterminasi di Laboratorium Ornithologi, Puslit Biologi
Bidang Zoologi LIPI Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
3.5.2. Penyiapan Sarang Burung Walet
Sampel yang telah dideterminasi, kemudian dibersihkan dari bulu
burung walet yang menempel pada sampel dengan menggunakan pinset.
Selanjutnya sarang burung walet dibersihkan dibawah air mengalir selama ±5
menit, kemudian dikeringkan pada suhu ruang. Setelah bersih, sampel
dihaluskan dengan menggunakan blender.
3.5.3. Ekstraksi Sarang Burung Walet
Sebanyak 150 gram sampel dilarutkan dalam 4,5 L aquabidest,
kemudian dipanaskan (60OC) selama 30 menit lalu dihomogenizer 800 rpm
selama 30 menit. Selanjutnya disonikasi selama 30 menit lalu di saring
dengan menggunakan 2 lapis kain kasa. Filtrat yang diperoleh dikeringkan
dengan metode pengeringan freeze dry dan disimpan pada suhu -20OC (Yida,
2014 dan Liu et al., 2012).
3.5.4. Uji Kualitatif Ekstrak Sarang Burung Walet
1. Reaksi Biuret
Sebanyak 2 ml larutan sampel ditambahkan 2 ml larutan NaOH 2 M,
kocok perlahan. Lalu tambahkan 10 tetes larutan CuSO4 0,1 M. Amati
perubahan yang terjadi. Reaksi positif mengandung protein jika terjadi
perubahan warna menjadi warna ungu (Auterhoff, 2002).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


21

2. Reaksi Molish
Sebanyak 2 ml larutan sampel ditambahkan 5 tetes larutan naftol 3%
dalam etanol, dikocok perlahan selama 5 detik, miringkan tabung dan
ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung secara hati–hati,
kemudian tegakkan kembali tabung. Hasil positif mengandung karbohidrat
bila terlihat adanya cincin ungu diperbatasan kedua cairan (Auterhoff, 2002).
3. Reaksi Xantoprotein
Sebanyak 2 mL larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-
hati ke dalam larutan sampel, dikocok dan amati perubahan warnanya. Setelah
dicampur akan terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning
apabila dipanaskan. Reaksi positif menandakan adanya asam amino yang
bergugus benzen pada sampel (Sumardjo, 2009).
3.5.5. Penyiapan Dosis Ekstrak Sarang Burung Walet
Dosis pemberian ekstrak air sarang burung walet pada tikus dibedakan
dalam tiga dosis yaitu 1 mg/kgBB, 10 mg/kgBB, dan 100 mg/kgBB kemudian
disuspensikan dalam Gom Arab 5%.
3.5.6. Penyiapan Suspensi Parasetamol 15% dalam Gom Arab 5%
Parasetamol yang akan digunakan dibuat dalam bentuk suspensi dalam
Gom Arab 5%, karena sifat dari parasetamol adalah tidak larut air (Depkes RI,
1995). Disiapkan Gom Arab 5%, ditimbang Gom Arab sebanyak 5 gram
kemudian didispersikan ke dalam 100 ml aquadest hangat dengan
menggunakan mortar dan alu. Suspensi parasetamol 15% dengan menimbang
15 gram parasetamol murni yang telah dihaluskan. Parasetamol dimasukkan
dalam mortar didispersikan dengan larutan Gom Arab 5%, kemudian ad kan
hingga 100 ml dengan larutan Gom Arab 5%.
3.5.7. Persiapan Tikus
Tikus diperoleh dari Institut Pertanian Bogor sebanyak 30 ekor. Tikus
diaklimatisasi terhadap lingkungan selama 60 hari di Animal House Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta. Pada hari ke-61 dilakukan
penimbangan untuk menentukan dosis dan dilakukan perlakuan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


22

3.5.8. Pengambilan Sampel Darah Hewan Uji


Pengambilan darah pada hewan uji dilakukan pada hari ke-0, 15 dan
17. Pada hari ke-15 pengambilan darah dilakukan setelah pemberian ekstrak
sarang burung walet. Darah tikus diambil sebanyak 0,5-1 ml melalui bagian
pleksus retro-orbital menggunakan mikrohematokrit, dibius terlebih dahulu
menggunakan eter. Darah kemudian ditampung dalam tabung
mikrosentrifugasi untuk diambil serumnya yang kemudian dilakukan
pengujian terhadap aktivitas SGPT dan SGOT. Serum diambil dengan
melakukan setrifugasi sampel darah pada 3000 rpm selama 5 menit pada suhu
20OC (Erguder, 2008).
3.5.9. Pengukuran Aktivitas SGOT dan SGPT Serum Darah
Pengukuran aktivitas SGPT dan SGOT serum darah dilakukan dengan
menggunakan prinsip metode kinetic yang telah ditetapkan oleh International
Federation of Chemical Chemistry (IFCC) menggunakan spektrofotometer
UV-Vis. Serum hewan percobaan, yang diperoleh pada hari ke- 0, 15, dan 17
diambil sebanyak 0,1 ml dicampur dengan reagen SGOT dan SGPT (1 ml)
yang sebelumnya dihangatkan pada suhu 37oC selama 60 detik. Setelah itu
dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada λ 480 nm. Pengukuran diukur sebanyak empat
kali dengan interval 60 detik (A0, A1, A2, A3). Hasil dari aktivitas SGPT dan
SGOT dinyatakan dalam satuan unit/liter (U/L) yang merupakan banyak
enzim dalam satu liter serum yang dapat menghasilkan NAD+ pada satuan
waktu yang sama.
Cara perhitungan kadar SGPT dan SGOT mengikuti rumus berikut.

(⩟ )
SGPT/SGOT (U/L) =
Dimana
Vt = Volume total sampel ditambah reagen (ml)
Vs = Volume sampel (ml)
6,22 = Extinction Koefisien (/mmol)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


23

3.6. Rencana Pengolahan dan Analisa Data


Data kuantitatif direpresentatifkan secara statistik dengan SPSS
(Statistical Product and Service Solution) 16,0 untuk windows. Analisa data
meliputi uji normalitas, uji homogenitas,, uji parametric (one-way ANOVA,
Paired sample T-Test), atau uji non parametric (Kruskal Wallis).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


24

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1. Determinasi Tanaman
Sampel sarang burung walet putih diperoleh dari Palu, Sulawesi tengah,
dideterminasi di Laboratorium Ornithologi, Puslit Biologi Bidang Zoologi LIPI
Cibinong, Bogor, Jawa Barat, hasil menunjukkan bahwa sampel benar merupakan
sarang burung walet putih dari burung walet putih (Collocalia fuciphaga Thunberg,
1821). Hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran 1.
4.1.2. Ekstraksi Sarang Burung Walet
Sebanyak 146 gram serbuk sarang burung walet putih diekstraksi dengan
aquabidest melalui beberapa tahap. Filtrat yang diperoleh kemudian dilakukan
pengerigan dengan metode freeze dry selama 8 hari yang dilakukan di Batan, Jakarta
Selatan. Didapatkan ekstrak sebanyak 5,8 gram dengan rendemen 3,9%. Perhitungan
rendemen dapat dilihat pada lampiran 6.
4.1.3. Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet
Uji kualitatif ekstrak air sarang burung walet putih (Collocalia fuchiphaga T.)
dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit aktif. Hasil uji kualitatif ekstrak air
sarang burung walet putih dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet Putih (Collocalia
fuciphaga)
Uji Kualitatif Hasil Keterangan
Reaksi Biuret Terjadi perubahan warna dari Positif adanya protein
bening menjadi warna biru
keunguan
Reaksi Molish Terbentuk cincin ungu di Positif adanya karbohidrat
kedua cairan
Reaksi Terdapat adanya endapan Positif adanya asam amino
Xantoprotein putih bergugus benzene

24 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


25

4.1.4. Hasil Pengukuran Kadar SGPT Serum Darah


Hasil pengukuran kadar SGPT serum darah yakni pada kelompok Kontrol
normal, Kelompok positif, Kelompok negatif, Kelompok uji 1 (1 mg/kgBB),
Kelompok uji 2 (10 mg/kgBB) dan Kelompok uji 3 (100 mg/kgBB) yakni dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Rata-rata Kadar SGPT
Rata-rata SGPT (U/L) ± SD
Kelompok
Tikus Hari ke- 0 Hari ke- 15 Hari ke- 17

K0 152,12 ± 11,07 75,43 ± 4,53 140,41 ± 25,50


KN 97,7 ± 6,68 49,43 ± 4,93 213,98 ± 21,20
KP 123,42 ± 24,33 77,28 ± 14,07 169,95 ± 37,14
KU1 94,79 ± 3,28 52.52 ± 5,02 181,53 ± 22,14
KU2 121,31 ± 7,73 63.22 ± 8,57 113,97 ± 15,76
KU3 107,7 ± 6,75 58.09 ± 3,63 218,31 ± 17,21

Keterangan : K0 (Kontrol Normal), KN (Kontrol Negatif), KP (Kontrol Positif), KU1


(Kelompok Uji 1), KU2 (Kelompok Uji 2), KU3 (Kelompok Uji 3)

Hasil pengukuran kadar SGPT menunjukan bahwa adanya penurunan dan


peningkatan kadar SGPT antara hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 untuk setiap
kelompok.

250

200
Rata-rata SGPT Hari ke-
0
150
Rata-rata SGPT Hari ke-
100 15
Rata-rata SGPT Hari ke-
50 17

0
K0 KP KN KU1 KU2 KU3

Gambar 4.1. Grafik Rata-rata Kadar SGPT

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


26

Persentase perubahan kadar SGPT pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17
dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Persentase Perubahan Kadar SGPT
Kelompok % Perubahan % Perubahan
Tikus kadar SGPT dari kadar SGPT dari
hari ke 0 - 15 hari ke 15 – 17
K0 50,42 86,17
KN 49,40 332,98
KP 37,38 119,91
KU1 44,59 245,63
KU2 47,88 80,27
KU3 46,06 275,81

Keterangan : K0 (Kontrol Normal), KN (Kontrol Negatif), KP (Kontrol Positif), KU1


(Kelompok Uji 1), KU2 (Kelompok Uji 2), KU3 (Kelompok Uji 3)
Tanda menunjukan peningkatan dan tanda menunjukan penurunan

Data yang telah diperoleh kemudian diolah secara statistik dengan


menggunakan uji Paired samples T-Test. Penurunan kadar SGPT secara bermakna
terjadi pada kelompok normal antara hari ke-0 sampai hari ke-15, dan terjadi
peningkatan secara tidak bermakna jika dibandingkan antara hari ke-15 sampai hari
ke-17. Kelompok negatif terjadi penurunan kadar SGPT secara tidak bermakna antara
hari ke-0 sampai hari ke-15, dan peningkatan secara bermakna terjadi antara hari ke-
15 sampai hari ke-17. Penurunan SGPT secara tidak bermakna terjadi pada kelompok
positif antara hari ke-0 sampai hari ke-15, dan peningkatan secara bermakna antara
hari ke-15 sampai hari ke-17.
Kelompok dosis kecil (1 mg/kgBB) terjadi penurunan kadar SGPT secara
bermakna (p≤0,05) antara hari ke-0 sampai hari ke-15, dan peningkatan secara
bermakna terjadi antara hari ke-15 sampai hari ke-17. Kelompok dosis sedang (10
mg/kgBB) terjadi penurunan kadar SGPT secara bermakna antara hari ke-0 sampai
hari ke-15, dan peningkatan secara tidak bermakna antara hari ke-15 sampai hari ke-
17. Kelompok dosis tinggi (1000 mg/kgBB) terjadi penurunan kadar SGPT secara

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


27

bermakna jika dibandingkan antara hari ke-0 sampai hari ke-15, dan peningkatan
secara bermakna antara hari ke-15 sampai hari ke-17.
Hal ini menunjukan bahwa ekstrak air sarang burung walet putih dapat
mempengaruhi kadar SGPT dan tergantung dengan dosis. Hasil analisa statistika
dapat dilihat pada lampiran 9.
4.1.5. Hasil Pengukuran Kadar SGOT Serum Darah
Hasil pengukuran kadar SGOT serum darah yakni pada kelompok yakni
kelompok Kontrol normal, Kelompok positif, Kelompok negatif, Kelompok uji 1 (1
mg/kgBB), Kelompok uji 2 (10 mg/kgBB) dan Kelompok uji 3 (100 mg/kgBB)
dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Rata-rata Kadar SGOT

Kelompok Rata-rata SGOT


Tikus Hari ke- 0 Hari ke-15 Hari ke-17
K0 127,91 ± 21,53 77,90 ± 5,32 179,23 ± 35,89
KN 75,86 ± 8,74 70,47 ± 3,90 196,47 ± 34,07
KP 69,86 ± 15,79 81,17 ± 6,49 223,89 ± 41,81
KU1 76,83 ± 9,57 66,93 ± 6,80 207,88 ± 26,51
KU2 58,84 ± 11,70 86,38 ± 7,72 124,59 ± 19,91
KU3 84,26 ± 9,24 74,44 ± 2,97 243,167 ± 10,82

Keterangan : K0 (Kontrol Normal), KN (Kontrol Negatif), KP (Kontrol Positif), KU1


(Kelompok Uji 1), KU2 (Kelompok Uji 2), KU3 (Kelompok Uji 3)

Hasil pengukuran kadar SGOT menunjukan bahwa adanya penurunan dan


peningkatan kadar SGOT antara hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 untuk setiap
kelompok.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


28

250

200
Rata-rata SGOT Hari ke- 0
150
Rata-rata SGOT Hari ke-15
100
Rata-rata SGOT Hari ke-
50 17

0
K0 KP KN KU1 KU2 KU3

Gambar 4.2. Grafik Rata-rata Kadar SGOT

Persentase perubahan kadar SGOT pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17
dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Persentase Perubahan Kadar SGOT
Kelompok % Perubahan % Perubahan
Tikus kadar SGOT dari kadar SGOT dari
hari ke 0 - 15 hari ke 15- 17
K0 39,09 130,07
KN 7,10 178,79
KP 16,18 175,82
KU1 12,88 210,59
KU2 46,80 44,23
KU3 11,65 226,66

Keterangan : K0 (Kontrol Normal), KN (Kontrol Negatif), KP (Kontrol Positif), KU1


(Kelompok Uji 1), KU2 (Kelompok Uji 2), KU3 (Kelompok Uji 3)
Tanda menunjukan peningkatan dan tanda menunjukan penurunan

Data yang telah diperoleh kemudian diolah secara statistik dengan


menggunakan uji Paired samples T-Test. Pada kelompok normal terjadi peningkatan
kadar SGOT antara hari ke-0 sampai hari ke 15 berbeda tidak bermakna. Penurunan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


29

secara bermakna terjadi antara hari ke-15 sampai hari ke-17. Penurunan pada
kelompok negatif tidak berbeda secara bermakna, dan peningkatan kadar SGOT pada
kelompok negatif berbeda secara bermakna setelah dua hari pemberian parasetamol
(p≤0,05).
Peningkatan kadar SGOT pada kelompok positif dan dosis sedang (10
mg/kgBB) antara hari ke-0 sampai hari ke-15 terjadi secara tidak bermakna.
Kelompok dosis kecil dan kelompok dosis tinggi terjadi penurunan kadar SGOT
secara tidak bermakna antar hari ke-0 sampai hari ke-15. Pada kelompok positif
terjadi peningkatan kadar SGOT antara hari ke-15 sampai hari ke 17 secara bermakna
(p≤0,05). Peningkatan kadar SGOT antara hari ke-15 sampai hari ke 17 secara
bermakna terjadi pada kelompok dosis kecil dan dosis tinggi. Peningkatan kadar
SGOT pada kelompok dosis sedang antara hari ke-15 sampai hari ke 17 secara tidak
bermakna. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak air sarang burung walet putih dapat
mempengaruhi kadar SGOT dan tergantung dengan dosis. Hasil analisa statistika
dapat dilihat pada lampiran 10.

4.2. Pembahasan
Sarang burung walet merupakan salah satu makanan kesehatan yang sering
dikonsumsi karena memiliki efek yang baik terhadap kesehatan. Sarang burung walet
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sarang burung walet putih, yang
diperoleh dari Palu, Sulawesi Tengah. Determinasi sarang burung walet putih
dilakukan di Laboratorium Ornithologi, Puslit Biologi Bidang Zoologi LIPI
Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Hasil menunjukan bahwa sarang burung walet yang
digunakan adalah benar sarang burung walet putih Collocalia fuciphaga Thunberg,
1821.
Tahap pertama dalam proses ekstraksi yaitu penyiapan simplisia dilakukan di
Laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sebanyak 150 gram sarang burung walet putih (Collocalia fuciphaga T.)
dibersihkan bertujuan untuk menghilangkan atau membersihkan kotoran-kotoran
yang terdapat di sarang burung walet. Kemudian dihaluskan menggunakan blender
untuk memperkecil partikel dan memperluas luas permukaan agar lebih mudah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


30

pelarut berdifusi ke dalam sampel, sehingga didapat 146 gram serbuk sarang burung
walet putih (Collocalia fuciphaga T.). Serbuk sarang burung walet dilarutkan dalam
4,5 liter aquabidest. Tujuan penggunaan aquabidest yaitu untuk menghindari atau
meminimalisir adanya pertumbuhan bakteri selama proses ekstraksi. Kemudian
dipanaskan pada suhu 60oC selama 30 menit untuk mengisolasi dan memurnikan
protein pada sarang burung walet (Ma dan Liu, 2012). Hasil pemanasan, kemudian
dihomogenizer 800 rpm selama 30 menit dengan tujuan untuk mengoptimalisasi
ekstraksi. Kemudian disonikasi selama 30 menit dengan tujuan memberikan getaran
sehingga menghasilkan efek yang menyebabkan sel pecah dan isi sel keluar (Lacoma,
2009). Hasil sonikasi kemudian disaring menggunakan kain kasa untuk memisahkan
endapan. Hasil filtrat kemudian dipekatkan dengan cara pengeringan freeze dry
selama 8 hari yang dilakukan di Batan, Jakarta Selatan. Hasil ekstraksi diperoleh
sebanyak 5,8 gram dengan rendemen 3,9%.
Uji kualitatif ekstrak air sarang burung walet putih meliputi uji reaksi biuret,
uji reaksi molish, dan uji reaksi xantoprotein. Tujuan uji kualitatif ekstrak air sarang
burung walet yaitu untuk mengetahui kandungan yang terkandung dalam sarang
burung walet. Uji reaksi biuret dilakukan untuk menunjukan adanya protein pada
ekstrak air sarang burung walet. Hasil pengujian berupa terbentuknya warna biru
keunguan setelah penambahan larutan NaOH dan larutan CuSO4. Terjadinya reaksi
warna merah muda sampai violet disebut reaksi biuret sebab warna senyawa yang
terbentuk sama dengan warna senyawa biuret bila ditambah larutan natrium
hidroksida dan tembaga sulfat (Sumardjo, 2009).
Uji reaksi molish dilakukan untuk menunjukan adanya karbohidrat yang
terdapat di ekstrak air sarang burung walet. Hasil pengujian berupa terbentuknya
cincin warna ungu di kedua cairan. Pada proses ini, karbohidrat akan mengalami
hidrolisis menjadi protein sederhana dan karbohidrat. Karbohidrat yang terbentuk
dengan alfa-naftol dalam alkohol dan asam sulfat akan memberikan warna violet
(Sumardjo, 2009).
Uji reaksi xantoprotein merupakan uji kualitatif pada protein yang digunakan
untuk menunjukan adanya gugus benzene (cincin fenil). Hasil pengujian berupa
terbentuk adanya endapan putih setelah penambahan larutan HNO3 pekat yang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


31

berfungsi untuk memecahkan protein menjadi gugus benzen dan endapan berubah
menjadi warna kuning setelah dipanaskan. Reaksi xantoprotein positif untuk protein
yang mengandung asam amino dengan gugus benzen seperti fenilalanin, triptofan,
tirosin (Sumardjo, 2009).
Hasil pengujian kualitatif menunjukan bahwa ekstrak air sarang burung walet
mengandung protein, karbohidrat, dan asam amino yang mempunyai gugus benzene
seperti fenilalanin, triptofan, dan tirosin. Sarang burung walet memiliki kandungan
yaitu protein (42-63%), karbohidrat (10,63-27,26%), lemak (0,14-1,28%), abu (2,1-
7,3%), dan kadar air (7,5-12,9%) (Lu et al., 1995; Marcone, 2005; Wang, 1921a
dalam Ma dan Liu, 2012). Sarang burung walet kaya akan protein. Protein tersusun
atas 20 asam amino, 11 diantaranya dapat disintesis oleh tubuh (non-esensial), dan 9
diperoleh melalui makanan (esensial) (Suzana, 2012).
Penelitian lain juga menunjukan bahwa sarang burung walet dari Indonesia
memiliki kandungan protein yang tinggi sekitar 59,8-65,8% (Hamzah dalam Arsih,
2014). Menurut Marcone, 2005 sarang burung walet memiliki kandungan terbanyak
asam amino yang bergugus benzen yaitu fenilalanin dan tyrosin (Ma dan Liu, 2012).
Asam amino yang terdapat dalam sarang burung walet yaitu aspartate + asparagin,
treonin, serin, glutamik + glutamin, glicin, alanin, valin, metionin, isoleusin, tirosin,
fenilalanin, lisin, histidin, arginine, tryptophan, sistein, prolin (Lu et al., 1995;
Marcone., 2005 dalam Ma dan Liu, 2012).
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 ekor tikus putih
jantan galur Sprague dawley yang berusia 3-6 bulan. Tikus bergalur Sprague dawley
dipilih karena lebih ekonomis bila dibandingkan dengan tikus bergalur lainnya, lebih
mudah diperoleh, memiliki sifat yang tenang, dan perkembangan tubuhnya yang
pesat. Jenis kelamin jantan dipilih sebab sistem hormonal pada jantan lebih stabil
dibandingkan dengan betina sehingga meminimalkan variasi biologis karena
hormonal (Nugraha et al., 2008 dalam Anggraini, 2014). Tikus dibagi menjadi 6
kelompok yaitu kelompok normal, kelompok negatif, kelompok positif, kelompok
dosis rendah (1 mg/kgBB), kelompok dosis sedang (10 mg/kgBB), dan kelompok
dosis tinggi (100 mg/kgBB). Setiap kelompok masing-masing terdiri dari minimal

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


32

lima ekor tikus. Penentuan jumlah tikus berdasarkan World Health Organization
(WHO).
Pada penelitian ini zat sebagai hepatotoksik adalah parasetamol karena lebih
mudah diperoleh, mudah dan aman dalam pengerjaannya, dan paling banyak
dikonsumsi. Pada perencanaan awal, dosis parasetamol yang digunakan yaitu 2
gr/kgBB yang diberikan selama satu hari. Berdasarkan Galal et al., 2012 pemberian
parasetamol dengan dosis 2 g/kgBB selama 18 jam dihasilkan dapat meningkatkan 34
kali kadar SGPT dan 17 kali kadar SGOT. Namun setelah melakukan uji
pendahuluan dengan 3 ekor tikus dosis parasetamol 2 gr/kgBB selama satu hari yang
kondisi disesuaikan dengan penelitian berdasarkan Galal et al., 2012, belum mampu
meningkatkan kadar SGPT dan SGOT secara signifikan, sehingga diputuskan
frekuensi parasetamol yang digunakan menjadi 2 gr/kgBB selama 2 hari.
Pada penelitian ini metode hepatoprotektif yaitu selama 16 hari (Datta et al.,
2013) Sebelum dilakukan perlakuan setiap tikus ditimbang terlebih dahulu untuk
menentukan volume yang akan diberikan ke tikus. Sediaan ekstrak air sarang burung
walet putih dibuat dengan cara mendispersikan antara ekstrak dan gom arab 5%.
Menurut Evidence For The Safety Of Gum Arabic (Acacia Senegal (L.) Wild.) As A
Food Additive-A Brief Review (2009), menyimpulkan bahwa tidak ada batasan untuk
penggunaan gom arab sebagai bahan tambahan.
Parameter hepatoprotektif yang digunakan yaitu SGPT dan SGOT. Serum
transaminase adalah indikator yang peka pada kerusakan sel-sel hati. SGOT atau AST
adalah enzim sitosolik, sedangkan SGPT atau ALT adalah enzim mikrosomal,
kenaikan enzim-enzim tersebut meliputi kerusakan sel-sel hati oleh virus, obat-obatan
atau toksin yang menyebabkan hepatitis, karsinoma metastatik, kegagalan jantung,
dan penyakit hati granulomatus dan yang disebabkan oleh alcohol (Candra, 2013)
Pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke 17 (dua hari setelah pemberian
parasetamol) dilakukan pengambilan darah melalui bagian pleksus retro-orbital
menggunakan mikrohematokrit bersih yang sebelumnya dibius menggunakan eter
(Sari, Azizahwati dan Retno Ariani, 2008). Pada hari ke-15 dilakukan pengambilan
darah sebelum pemberian parasetamol pada hari pertama. Tujuan pengambilan darah
pada hari ke-0 yaitu sebagai nilai normal untuk masing-masing kelompok, hari ke-15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


33

untuk melihat kemampuan sarang burung walet dalam melindungi hati. Dan tujuan
pengambilan darah pada hari ke-17 untuk melihat kemampuan sarang walet
melindungi hati setelah pemberian parasetamol. Kemudian darah ditampung dan
disentrifugasi. Supernatant diambil karena mengandung beberapa komposisi air,
oksigen, karbondioksida, nitrogen, protein, albumin, fibrinogen, latosa piruvat
(Dukes, 1955).
Pengukuran kadar SGPT dan SGOT dilakukan dengan metode enzimatis
menggunakan spektrofotometer. Serum yang diperoleh setelah disentrifugasi
kemudian ditambahkan larutan reagen SGPT atau SGOT yang dibaca pada panjang
gelombang 480nm, sehingga terjadi reaksi seperti berikut :
Prinsip reaksi SGPT :
L-alanin + α-ketoglutaric acid => pyruvic acid + L-glutamic acid
Pyruvic acid + NaDH + H+ => L-lactic acid + NaD+ + H2O
Prinsip reaksi SGOT :
L-aspartatic acid + α-ketoglutaric acid => oxalacetic acid
Oxalacetic acid + NaDH + H+ => L-malic acid + NaD+ + H2O
Analisa statistika hasil uji normalitas (one-sample Kolmogorov-smirnov Test)
menunjukan kadar SGPT pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 darah tikus
terdistribusi normal (p≥0,05) dan uji homogenitas (Levene) menunjukan kadar SGPT
pada hari ke-15 dan hari ke-17 bervariasi secara homogen (p≥0,05), karena syarat
normalitas dan homogenitas sudah terpenuhi maka dilanjutkan dengan analisa uji
One-way ANOVA. Hasil uji statistik One-way ANOVA menunjukan terdapat
perbedaan yang bermakna (p≤0,05) pada hari ke-17, tetapi hari ke-15 menunjukan
tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p≥0,05). Uji homogenitas pada hari ke-0
menunjukan kadar SGPT tidak bervariasi secara homogen, sehingga dilanjutkan uji
Kruskal wallis. Hasil uji Kruskal wallis menunjukan kadar SGPT pada hari ke-0 tidak
berbeda secara bermakna (p≥0,05).
Analisa statistika uji normalitas (one-sample Kolmogorov-smirnov Test)
menunjukan kadar SGOT pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 darah tikus
terdistribusi normal (p≥0,05). Uji Homogenitas (Levene) menunjukan kadar SGOT
pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 bervariasi secara homogen, karena syarat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


34

sudah terpenuhi maka analisa dilanjutkan dengan uji ANOVA. Hasil uji ANOVA
menunjukan hari ke- 0 adanya perbedaan yang bermakna. Pada hari ke-15 dan hari
ke-17 menunjukan tidak adanya perbedaan secara bermakna (p≥0,05).
Hasil data untuk kadar SGPT dan SGOT hari ke- 0 menunjukan nilai yang
tinggi. Nilai normal SGPT untuk tikus putih yaitu 17,5-30,2 U/L (Girindra dalam
Andriani, 2008) dan nilai normal SGOT untuk tikus putih yaitu 74-208 U/L (Mitruka,
1987). Penelitian-penelitian lain hepatorptektif juga menunjukan kadar SGPT dan
SGOT yang tinggi sebelum dilakukan perlakuan seperti penelitian Pengaruh Air
Perasan Kunyit Terhadap Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
(SGOT), Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), Dan bilirubin Total Serum
(Goenarwo, 2009), dan penelitian Uji Aktivitas Hepatorpotektif Dan Hepaokuratif
Madu Hutan Sumbawa Terhadap Hati Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley
(Anggraini, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh untuk kadar SGPT dan SGOT kelompok
normal hari ke-15 mengalami penurunan sebanyak 50,40% dan 39,09%. Untuk nilai
SGOT pada kelompok normal terjadi peningkatan dari 77,9 U/L menjadi 179,23 U/L.
Peningkatan yang tinggi dapat disebabkan oleh variabel luar yang tidak dapat
dikendalikan seperti kondisi fisiologis hewan uji. Faktor-faktor lain yang dapat
menyebabkan tingginya kadar enzim transaminase terutama SGOT yaitu kegiatan
yang berat, cidera otot, dan hemolisis. Tikus adalah hewan yang aktif bergerak dan
seringnya terjadi perkelahian antar tikus, maka kedua faktor kemungkinan
berpengaruh terhadap tingginya kadar SGOT.
Kelompok normal dan negatif selama 14 hari diberikan aquadest, dan
kelompok normal pada hari ke-15 dan 16 diberikan gom arab. Tujuan yaitu untuk
membuktikan bahwa pemberian aquadest dan gom arab tidak dapat meningkatkan
atau menurunkan nilai kadar SGPT atau SGOT. Namun hasil menunjukan adanya
pengaruh pemberian gom arab dan aquadest terhadap kadar SGPT atau SGOT. Tetapi
hal ini tidak dapat disimpulkan karena belum adanya penelitian lebih lanjut yang
menyatakan bahwa gom arab dan aquadest akan memberikan nilai yang berpengaruh
terhadap kadar SGPT dan SGOT.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


35

Kelompok negatif setelah pemberian parasetamol selama dua hari, pada hari
ke-17 kadar SGPT mengalami peningkatan sekitar 332,89% dan kadar SGOT sekitar
178,79%. Berdasarkan hasil tersebut, menunjukkan bahwa parasetamol dapat
mengakibatkan kerusakan hati dengan ditandai adanya peningkatan kadar SGPT dan
SGOT. Hal ini sesuai dengan uji pendahuluan yang membuktikan bahwa pemberian
parasetamol 2gr/kgBB selama 2 hari akan mengalami peningkatan SGPT sebanyak 3-
4 kali. Menurut Riswanto, 2009 peningkatan ringan (sampai 3 kali normal)
mengalami sirosis atau kerusakan hati. Pemberian parasetamol dosis tinggi akan
mengakibatkan peningkatan pembentukan Nacetyl-para-benzoquinoneimine
(NAPQI), dan simpanan glutathion hati menjadi berkurang. Terbentuknya metabolit
antara NAPQI dalam jumlah yang banyak dan penurunan jumlah glutathion hati, akan
berakibat terjadi nekrosis atau kerusakan hati. Sel-sel hati yang rusak akan
melepaskan enzim-enzim yang menandai kerusakan tersebut diantaranya SGOT,
SGPT dan bilirubin total serum (Husadha dalam Candra, 2013).
Kelompok positif pada hari ke-15 mengalami penurunan sebanyak 37,38%
untuk SGPT dan terjadi peningkatan 16,18% untuk SGOT. Setelah pemberian
parasetamol selama 2 hari mengalami peningkatan. Peningkatan kadar SGPT dan
SGOT lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok negatif. Obat
hepatoprotektor standart yang digunakan dalam penelitian ini yaitu obat Hepa-Q®.
salah satu kandungan dari obat Hepa-Q yaitu sylimarin. Menurut penelitian Panjaitan
(2011) silymarin merupakan obat hepatoprotektor yang sudah terbukti dapat
menurunkan kadar SGPT dan SGOT. Silymarin dapat menurunkan kadar SGPT dan
SGOT secara signifikan (Yahya, 2013).
Kelompok uji mengalami penurunan kadar SGPT dan SGOT pada hari ke-15
dan peningkatan pada hari ke-17. Kelompok uji 2 (10mg/kgBB) pada hari ke-15
dapat menurunkan kadar SGPT dan SGOT lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok uji 1, kelompok uji 3 dan kelompok positif. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena sarang burung walet memiliki kandungan protein yang tinggi
(Kathan dan weeks dalam Atiqah, 2012). Komponen utama yaitu glikoprotein
(Marcone dalam Atiqah, 2012), yang berfungsi sebagai lubricant dan agen protektif
(Murray dalam Atiqah, 2012).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


36

Menurut penelitian Nuroini (2013) salah satu komponen protein yaitu


glikoprotein yang berfungsi dapat menurunkan produksi TNF-α dalam proses
inflamasi. Sehingga diprediksikan mekanisme kerja ekstrak air sarang burung walet
putih yaitu glikoprotein dapat menurunkan produksi TNF-α sehingga proses
terjadinya inflamasi dapat terhambat dan pengeluaran SGPT dan SGOT dapat
dicegah, dan didalam sarang burung walet juga terdapat EGF (faktor pertumbuhan
epidermal) yang berfungsi sebagai proliferasi sel (Ma dan Liu, 2012).
Kemampuan obat Hepa-Q® (kelompok positif) untuk melindungi hati lebih
rendah daripada kelompok uji 2 (10mg/kgBB). Penggunaan obat Hepa-Q® untuk
melindungi hati yaitu 3-6 bulan (ISO, 2012). Diduga karena pada pemberian obat
Hepa-Q® ini hanya 16 hari, maka kerja obat belum optimal. Sehingga kemampuan
obat Hepa-Q untuk melindungi hati dari kerusakan yang disebabkan oleh parasetamol
belum menghasilkan efek farmakologis yang maksimal.
Kelompok uji 1 (1 mg/kgBB) kemampuan hepatoprotektif lebih rendah jika
dibandingkan dengan kelompok uji 2. Kemungkinan hal ini disebabkan karena dosis
kelompok uji 1 terlalu kecil, sehingga dengan dosis tersebut belum memberikan efek
farmakologi sarang burung walet dalam melindungi hati dari kerusakan parasetamol.
Hasil data juga menunjukan bahwa Kelompok uji 3 (100mg/kgBB) persentase
peningkatan kadar SGPT dan SGPT lebih besar dibandingkan dengan kelompok uji 2
(10mg/kgBB). Hal ini diduga karena sarang burung walet mengikuti model
farmakokinetik nonlinear, yaitu dengan peningkatan dosis maka berbanding terbalik
dengan efek farmakologi yang ditimbulkan (Smith, 1993). Dan kemungkinan dapat
disebabkan karena salah satu komponen darang burung walet yaitu galactosamin.
Menurut Ferencikova, 2003 d-galactosamin dikenal dapat menginduksi ciri hepatitis
akut pada tikus. Efek toksik d-galactosamin dapat dihubungkan dengan kekurangan
UDP-glukosa, UDP-galaktosa dan kehilangan kalsium intraselular dan dapat
menghambat energi metabolisme hepatosit.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


37

Pada penelitian ini, ekstrak air sarang burung walet dapat mempengaruhi
kadar SGPT dan SGPT. Pada dosis 10mg/kgBB mampu mencegah kenaikan kadar
SGPT dan SGOT akibat pemberian parasetamol dosis toksik jika dibandingkan
dengan kelompok uji dosis 1mg/kgBB, dan 100mg/kgBB. Dari hasil penelitian ini
maka ekstrak air sarang burung walet dapat berpotensi sebagai agen hepatoprotektif
yang dapat dikembangkan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan
Dari hasil penelitian uji aktivitas hepatoprotektif pemberian ekstrak air sarang
burung walet putih (Collocalia fuciphaga T.) terhadap aktivitas SGPT dan SGOT
pada tikus putih jantan, diperoleh kesimpulan bahwa pemberian ekstrak dengan dosis
10mg/kgBB memperlihatkan aktivitas SGPT adanya perbedaan yang bermakna
(p≤0,05) dan aktivitas SGOT tidak adanya perbedaan yang bermakna (p≥0,05)
terhadap kontrol negatif.
5.2.Saran
1. Penelitian ini perlu dikembangakn lebih lanjut mengenai potensi
hepatoprotektif ekstrak air sarang burung walet putih (Collocalia fuciphaga
T.) dengan parameter lain seperti kadar albumin, bilirubin, dan GGT.
2. Perlu dilakukan uji hepatoprotektif dengan metode ekstraksi lainnya.

38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


39

DAFTAR PUSTAKA

Adiwibawa, Eka. 2009. Meningkatkan Kualitas Sarang Walet. Yogyakarta: Kanisius.


Amirudin R. 2006. Fisiologi dan Biokimiawi Hati. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Anderson, DM. 2009. Evidence For The Safety Of Gum Arabic (Acacia Senegal (L.)
Wild.) As A Food Additive-A Brief Review. Food Additives & Contaminants
Volume 3, Issue 3
Andriani, Yosie. 2008. Toksisitas Fraksi Aktif Steroid Daun Jati Belanda (Guazuma
Ulmifolia Lamk.) terhadap Aktivitas Serum Glutamat Oksalat Transaminase
(SGOT) dan Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT) pada Tikus
Putih. Jurnal Gradien vol. 4 No. 2 Juli 2008 : 365-371.
Anggraini, Julia. 2014. Uji Aktivitas Hepatoprotektif dan HepatokuratifMadu Hutan
Sumbawa Terhadap Hati Tikus Putih Jantan Galur Sprague-dawley Secara In
VIVO.
Anonim. 2007. Tes Fungsi Hati. Penerbit: Yayasan Spiritia.
http://spiritia.or.id/li/pdf/LI135.pdf. (7 maret 2015).
Arsih, Metharezqi Suci. 2014. Analisa Profil Protein dan Asam Amino Sarang
Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga) dengan Menggunakan SDS-PAGE
dan KCKT. Skripsi Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Atiqah, Salehatul. 2012. Physical Characterisations and Antioxidant Properties of
Freeze Dried Edible Bird’s Nest and White Fungus Hydrolysates. Final Year
Project Report Submitted in Partial Fulfillment of the Requirements for the
Degree of Bachelor of Science (Hons.) Food Science and Technology in the
Faculty of Applied Sciences Universiti Teknologi MARA
Auterhoff, Harry. 2002. Identifikasi Obat, terbitan ke-5, diterjemahkan oleh N.C.
Sugiarso. Penerbit ITB: Bandung.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Kementerian Kesehatan RI.

39 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


40

But, Paul et al. 2013. Edible Bird’s Nest-How Do The Red Ones Get Red?. Journal of
Ethnopharmacology, 1 45 (2013) 378-380.
Candra, Agung Adi. 2013. Aktivitas Hepatoprotektor Temulawak pada Ayam yang
Diinduksi Pemberian Parasetamol. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol.
13 (2): 137-143.
Chau et al. 2003. Cost Effectiveness of The Bird’s Nest Filter For Preventing
Pulmonary Embolism Among Patients with Malignant Brain Tumors and
Deep Venous Thrombosis of The Lower Extremities. Support Care, 11: 795-
799.
Datta, Samaresh, et al. 2013. Hepatoprotective Activity of Cyperus Articulatus Linn.
Againts Parasetamol Induced Hepatotoxicity in Rats. Journal of Chemical and
Pharmaceutical Research, 2013, 5 (1) : 314-319.
Departemen Kesehata Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Dewi, Kurniati, et al. 2012. Analisi Faktor Internal dan Eksternal Usaha Agribisnis
Sarang Burung Walet Di Kota Pontianak. Universitas Tanjungpura.
Dukes, H. H. 1955. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing
Associates, New York.
Erguder, et al. 2008. Honey Prevents Hepatic Damage Induced By Obstruction of
The Common Bile Duct. World J Gastroenterol 2008 June 21; 14(23): 3729-
3732.
Ferencikova, R et al., 2003. Hepatotoxic Effect of D-Galactosamine and Protective
Role of Lipid Emulsion. Physiol Res. 52: 73-78, 2003.
Galal, Reem M, et al. 2012. Petential Protective Effect of Honey Againts
Parasetamol-Induced Haptotoxicity. Archives of Iranian Medicine, Volume
15, Number 11, November 2012
Gartner, L.P. at Hiatt, J.L., 2003. Color Textbook of Histology. 2nd Edition.
Gaze D.C. 2007. The Role Of Existing and Novel Cardiac Biomarkers For
Cardioprotection. Curr. Opin. Invest. Drug.
Goenarwo, Edijanti et al. 2009. Pengaruh Air Perasan Kunyit Terhadap Kadar
Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


41

Transaminase (SGPT), Dan bilirubin Total Serum. Sains Medica, Vol. 1,


No.1, Januari-Juni 2009.
Goodman dan Gilman. 2008. Dasar Farmakologi Terapi. Penerjemah: Tim Alih
Bahasa Sekolah Farmasi ITB. Judul buku asli: The Pharmacological Basis of
Therapeutics Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran E. G. C., Jakarta.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
EGC.
Hadi S. 1995. Gastroenterologi. Edisi 6. Bandung: Alumni.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2012. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume
46 – 2011 s/d 2012. Jakarta : PT. ISFI.
Junqueira, Luiz Carlos & Jose Corneiro. 2003. Histologi Dasar, Teks dan Atlas.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Katzung B. G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 2. Edisi I. Jakarta: Salemba
Medika.
Lacoma, Tyler. How Does Sonication Work?. Diakses dari:
http://www.ehow.com/how-does_5171302_sonication-work.html. Diakses
tanggal 19 Juni 2015.
Liu, Xiaoqing, et al. 2012. Proteomic Profile of Edible Bird’s Nest Proteins. Journal
of Agricultural and Food Chemistry, 60, 12477−12481.
Lusiana, Darsono. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol.
Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
Vol. 2 No. 1 Juli 2002.
Ma, Fucui dan Daicheng Liu. 2012. Sketch of The Edible Bird’s Nest and Its
Important Bioactivities. Food Research International, 48 (2012) 559-567.
Marcone, M.F. 2005. Characterization of the edible bird‟ s nest the “caviar of the
east”. Food Research International, 38(11), 25–1134.
Mardiastuti, Ani. 1997. Pemanfaatan Sarang Burung Walet Secara Lestari. Staf
Pengajar Pada Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


42

Maser R. L., Vassmer D., Magenheimer B. S., Calvet J. P. 2002. Oxidant Stress and
Reduced Antioxidant Enzyme Protection in Polycystic Kidney Disease. J Am
Soc Nephrol. 13:991-9.
Mayes P. A. 2003. Struktur dan Fungsi Vitamin larut - Lipid. Dalam: Biokimia
Harper. Edisi XXV. Jakarta: EGC, pp: 618-9.
Mitruka, M. 1987. Clinical Biochemical and Hematologi Reference Values in Normal
Experimental Animal and Normal Humas. Second Edition Masson Publishing.
USA
Neal M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis.Edisi V. Jakarta: Erlangga.
Nuroini, Fitri. 2013. Efek Antiinflamasi Ekstrak Air Sarang Burung Walet Pada
Mencit Yang Diinduksi Karagenan. Tesis S2 Jurusan Biologi, Pascasarjana
Fakultas Biologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Ojo O. O., Kabutu F. R., Bello M., Babayo U. 2006. Inhibition of Parcetamol -
Induced Oxidative Stress in Rats by Extracts of Lemongrass (Cymbropogon
citratus) and Green Tea (Camellia sinensis) in Rats. Afr J Biotech. 5:1227-32
Panjaitan et al., 2011. Aktivitas Hepatoprotektor Ekstrak Metanol Akar Pasak Bumi
dan Fraksi-Fraksi Turunannya. Jurnal Veteriner Desember 2011. Vol. 12 No.
4: 319-325.
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Podolsky dan Isselbacher. 2002. Tes Diagnostik Pada Penyakit Hati. Dalam:
Harisson Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Putz R, Pabst R. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2, Edisi Ke-22. Jakarta:
EGC.
Redaksi AgroMedia. 2007. Budi Daya Walet. Jakarta Selatan : PT. AgroMedia
Pustaka.
Redaksi Trubus. 2005. Panduan Praktis Sukses Memikat Walet.
Sacher dan McPerson. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi
11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


43

Sari, Azizahwati dan Retno Ariani. 2008. Efek Hepatoprotektif Rebusan Akar Tapak
Liman Pada Tikus Putih Yang Diinduksi Dengan Karbon Tetraklorida. Jurnal
Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 2 Juli 2008: 75-81
Smith, D. 1993. Pharmacokinetics and bioavailability of medroxyprogesterone
acetate in the dog and the rat. May;14(4):341-55.
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Suzana, Noor. 2012. Characterization and Process Opimization of Collocalia
Fuciphaga Extract. A Thesis is Submitted in Fulfillment of the Requirements
For The Award of the Degree of Bachelor in Chemical Engineering
(Biotechnology).
Tuminah, Sulistyowati dan Marice Sihombing. 2009. Pengaruh The Jamur Terhadap
Kerusakan Hati Tikus. Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbangkes
Vol. 37.
Widjaja, Harjadi I. 2009. Anatomi Abdomen. Jakarta: EGC
Widman FK. 1995. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Ed. 9.
Jakarta: EGC.
Wilmana P. F., Gunawan S. G. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Wishart D., Knox C. 2006. Drug Bank: Acetaminophen.
http://www.drugbank.ca/drugs/DB00316. (31 Januari 2015).
Yahya et al., 2013. Hepatoprotective Activity of Methanolic Extract of Bauhinia
purpurea Leaves Againts Parasetamol-Induced Hepatic Damage in Rats.
Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine.
Yida, Zhang et al. 2014. In Vitro Bioaccessibility and Antioxidant Properties of
Edible Bird’s Nest Following Simulated Human Gastro-Intestinal Digestion.
BMC Complementary & Alternative Medicine. 14 : 468.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


44

Lampiran 1. Hasil determinasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


45

Lampiran 2. Alur Penelitian

Alur Kerja Pembuatan Ekstrak

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


46

Alur kerja hepatoprotektif

Tikus

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


47

Lampiran 3. Perhitungan Dosis

Perhitungan dosis untuk hepatoprotektor standart (Hepa-Q ®)


Tiap kapsul Hepa-Q ® bobotnya adalah 500 mg
Komposis Bobot
Silymarin 87,5 mg
Curcumae rhizome 21 mg
Oleum xanthorrizae 10 mg
Ekstr ructus schisandrae 7,5 mg

Dosis pemeliharan 3 x 1 kapsul sesuai petunjuk dokter.


Perhitungan dosis :
Bobot manusia = 60 kg
Dosis manusia = 1500 mg (3 x bobot kapsul)
HED = = 25 mg / kgBB

HED (mg / kgBB) = dosis hewan (mg / kgBB) x

25 mg / kgBB = dosis hewan (mg / kgBB) x

Dosis hewan = 154, 17 mg = 150 mg

Jadi dosis Hepa-Q® yang digunakan pada hewan uji adalah 150 mg

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


48

Perhitungan Volume Administrasi (VAO)

VAO (mL) =

a. Dosis Rendah (1mg/kgBB)

3 ml =

Konsentrasi = 0,1 mg/mL

Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 20 mL, maka ekstrak yang
dibutuhkan sebanyak :

Ekstrak (mg) = konsentrasi (mg/mL) x Volume (mL)

Ekstrak = 0,1 mg/mL x 20 mL

= 2 mg

b. Dosis Sedang (10mg/kgBB)

3 mL =

Konsentrasi = 1 mg/mL

Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 20 mL, maka ekstrak yang
dibutuhkan sebanyak :

Ekstrak (mg) = konsentrasi (mg/mL) x Volume (mL)

Ekstrak = 1 mg/mL x 20 mL

= 20 mg

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


49

c. Dosis Tinggi

3 mL =

Konsentrasi = 10 mg/mL

Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 20 mL, maka ekstrak yang
dibutuhkan sebanyak :

Ekstrak (mg) = konsentrasi (mg/mL) x Volume (mL)

Ekstrak = 10 mg/mL x 20 mL

= 200 mg

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


50

Lampiran 4. Hasil Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet

No Identifikasi Perlakuan Gambar Hasil Keterangan


Uji Kualitatif Uji
1 2 mL larutan Terjadi
uji + 2 mL perubahan warna
Biuret NaOH 2M -> ungu setelah
kocok + penambahan
perlahan + 10 larutan CuSO4
tetes
CuSO40,1 M

2 2 mL larutan Terbentuk cincin


uji + 5 tetes α- ungu
Molish naftol 3% + diperbatasan
dalam etanol kedua cairan
-> kocok + 2 setelah
mL H2SO4 P penambahan
H2SO4

3 2 mL larutan Adanya endapan


Xantoprotein asam nitrat putih setelah
pekat + + penambahan
larutan uji -> asam nitrat dan
kocok berubah menjadi
kuning setelah
dipanaskan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


51

Lampiran 5. Perhitungan Rendemen

Perhitungan rendemen

Berat ekstrak = 5,8 gram

Berat simplisia = 150 gram

% Rendemen =

= 3,8 %

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


52

Lampiran 6. Rata-rata Berat Badan Tikus

Data berat badan tikus disajikan dalam tabe berikut

Tabel 5.1. Rata-rata Berat Badan Tikus

Rata-rata Berat
Tanggal Tikus Normal Positif Negatif Dosis 1 Dosis 10 Dosis
mg/kgBB mg/kgBB 100
mg/kgBB
17/5/2015 1 264 169 234 205 255 214
2 222 210 285 157 259 260
3 195 213 178 220 187 150
4 256 182 259 228 192 270
5 200 132 218 201 212 247
Rata-rata 227,4 ± 181,2 234,8 ± 202,2 ± 212 ± 228 ±
+ SD 31,57 ± 33,2 40,66 27,54 34,19 48,55
18/5/2015 1 264 165 234 205 252 214
2 222 211 285 160 261 253
3 195 216 178 219 185 154
4 256 180 259 226 194 270
5 200 120 218 196 210 238
Rata-rata 227,4 ± 178,4 234,8 ± 201,2 ± 220,4 ± 225,8 ±
+ SD 31,5 ± 38,9 40,6 25,83 34,29 45,10
19/5/2015 1 262 157 225 200 243 212
2 211 203 275 156 256 248
3 188 202 170 213 173 152
4 256 174 248 192 187 267
5 190 125 208 221 205 236
Rata-rata 221,4 ± 172,2 225,2 ± 196,4 ± 212,8 ± 223 ±
+ SD 35,54 ± 32,7 39,82 25,22 35,66 44,41
20/5/2015 1 246 156 219 206 243 213
2 203 208 275 156 257 251
3 180 202 166 218 180 153
4 242 177 244 196 184 268
5 183 128 206 227 205 242
Rata-rata 210,8 ± 174,2 222 ± 200,6 ± 213,8 ± 225,4
+ SD 31,6 ±33,12 40,90 27,56 34,73 ±45,11
21/5/2015 1 220 161 239 210 249 213
2 265 200 298 161 264 248
3 192 206 174 200 187 157
4 260 184 269 200 188 272
5 200 134 218 230 205 254
Rata-rata 227,4 ± 177 ± 239,6 ± 200,2 ± 218,6 ± 228,8 ±
+ SD 33,67 29,68 47,55 25,10 35,72 45,48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


53

22/5/2015 1 253 157 236 200 239 215


2 212 194 289 156 268 245
3 185 204 176 219 185 157
4 251 182 253 191 185 269
5 192 133 219 220 207 240
Rata-rata 218,6 ± 174 234,6 ± 197,2 ± 216,8 ± 225,2 ±
+ SD 32,0 ±28,87 41,7 26,16 36,16 42,67
23/5/2015 1 249 159 235 209 239 214
2 203 199 274 155 260 244
3 173 204 172 258 185 162
4 241 182 246 192 188 268
5 183 137 205 226 204 247
Rata-rata 209,8 ± 176,2 226,4 ± 208 ± 215,2 ± 227 ±
+ SD 34,01 ± 28,1 39,18 38,37 32,98 41,12
24/5/2015 1 251 154 223 203 237 217
2 212 195 276 154 256 249
3 182 197 169 220 182 153
4 249 182 244 191 183 267
5 187 133 206 216 198 246
Rata-rata 216,2 ± 172,2 223,6 ± 196 ± 211,2 ± 226 ±
+ SD 32,88 ± 27,8 40,16 26,50 33,52 44,77
25/5/2015 1 251 146 215 198 237 209
2 213 183 274 147 257 245
3 183 196 168 217 182 152
4 248 171 239 188 201 266
5 189 125 202 212 197 239
Rata-rata 216,8 ± 164,2 219,6 ± 192,4 ± 214,8 ± 222,2 ±
+ SD 31,90 ± 28,6 39,77 27,84 31,05 44,22
26/5/2015 1 246 149 220 203 235 215
2 209 201 281 152 257 246
3 182 199 170 208 180 154
4 246 181 240 187 183 243
5 189 134 202 212 199 263
Rata-rata 214,4 ± 172,8 222,6 ± 192,4 ± 210,8 ± 224,2 ±
+ SD 30,50 ± 30,0 41,56 24,50 33,84 42,85
27/5/2015 1 252 151 221 202 239 216
2 216 208 279 154 266 243
3 189 208 175 213 181 155
4 255 182 243 191 186 244
5 197 138 209 215 204 269
Rata-rata 221,8 ± 177,4 225,4 ± 195 ± 215,2 ± 225,4 ±
+ SD 30,57 ± 38,76 24,84 36,38 43,59
32,18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


54

28/5/2015 1 259 148 227 202 237 217


2 224 201 278 216 260 247
3 187 198 172 216 186 252
4 252 180 240 189 182 150
5 203 135 208 153 201 275
Rata-rata 225 ± 172,4 225 ± 195,2 ± 213,2 ± 228,2 ±
+ SD 30,87 ± 29,6 39,16 26,12 33,98 48,34
29/5/2015 1 259 148 226 203 235 214
2 224 201 275 150 255 247
3 187 198 178 217 179 251
4 252 180 247 186 183 156
5 203 135 207 216 192 278
Rata-rata 225 ± 172,4 226,6 ± 194,4 ± 208,8 ± 229,2 ±
+ SD 30,87 ± 29,6 37,09 27,80 34,12 46,80
30/5/2015 1 263 151 229 210 235 219
2 233 207 280 155 262 245
3 188 204 181 226 183 294
4 261 184 251 192 182 157
5 202 146 200 222 245 278
Rata-rata 229,4 ± 178,4 228,2 ± 201 ± 221,4 ± 236
+ SD 33,93 ± 28,7 39,45 28,91 36,80 ±54,09
31/5/2015 1 258 145 227 199 231 216
2 219 198 283 150 255 242
3 188 196 181 221 180 258
4 253 184 254 187 184 163
5 202 136 204 217 192 277
Rata-rata 224 ± 171,8 229,8 ± 194,8 ± 208,4 ± 231,2 ±
+ SD 30,83 ± 29,2 40,22 28,56 32,98 44,20
1/6/2015 1 267 152 224 198 242 220
2 230 204 296 153 277 240
3 187 208 176 232 194 264
4 262 187 250 194 192 163
5 206 144 194 212 199 275
Rata-rata 230,4 ± 179 ± 228 ± 197,8 ± 220,8 ± 232,4 ±
+ SD 34,70 29,51 47,39 29,12 37,51 44,27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


55

Lampiran 7. Gambar Kegiatan Penelitian

Penyiapan simplisia dan pembuatan ekstrak air sarang burung walet putih
(Collocalia fuciphaga T.)

Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3


Sarang Burung Walet Sarang burung walet Serbuk sarang burung
(Collocalia fuciphaga T.) setelah dibersihkan walet

Gambar 5.4 Gambar 5.5 Gambar 5.6


Proses pemanasan Proses homogenisasi Proses sonikasi

Gambar 5.7 Gambar 5.8


Hasil penyaringan Hasil freeze dry

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


56

Lampiran 8. Nilai SGPT dan SGOT

Nilai kadar SGPT

Kelompok Tikus Hari ke-0 Hari ke-15 Hari ke-17


SGPT ⩟ SGPT SGPT ⩟ SGPT SGPT ⩟ SGPT
1 122,9 76,49 61,9
2 128,7 86,66 215,8
Normal 3 178,2 152,12 61,9 75,43 168,4 140,41
4 168 68,97 134
5 162,9 83,12 122

1 57,92 67,64 122


2 90,19 55,27 95,5
Positif 3 112,3 123,42 52,17 77,27 113,2 169,95
4 190,5 81,79 244,1
5 166,2 129,5 275

1 97,27 34,04 181,3


2 92,4 58,36 158,7
Negatif 3 108,3 97,70 42,44 49,43 271 213,98
4 76,05 52,17 253,3
5 114,3 60,12 205,6

1 84,45 34,04 244,9


Dosis 2 91,96 58,36 115
1mg/kgBB 3 95,5 94,79 42,44 49,43 211,8 181,53
4 97,71 52,17 161,8
5 104,3 60,12 174,2

1 107,9 68,53 84,89


Dosis 2 118,9 58,36 77,37
10mg/kgBB 3 102,6 121,31 42 52,52 159,2 113,97
4 133,1 51,29 107,9
5 144,1 42,44 140,6

1 85,33 74,72 256


Dosis 2 124,2 33,16 257,8
100mg/kgBB 3 117,2 107,70 61,9 63,22 199,4 218,32
4 101,2 84 210,5
5 110,5 62,34 168

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


57

Nilai kadar SGOT

Kelompok Tikus Hari ke-0 Hari ke-15 Hari ke-17


SGOT ⩟ SGOT SGOT ⩟ SGOT SGOT ⩟ SGOT
1 86,21 72,95 83,11
2 93,72 95,94 296,66
Normal 3 124,24 127,91 83,56 77,90 213,55 179,23
4 127,77 66,31 154,3
5 207,63 70,74 148,55

1 43,77 93,73 182,6


2 55,26 67,2 100,8
Positif 3 110,58 69,86 63,66 81,17 210,01 223,89
4 34,92 92,40 281,19
5 104,78 88,86 344,86

1 56,14 80,02 209,12


2 106,11 66,76 246,7
Negatif 3 82,23 75,86 60,12 70,47 255,99 196,47
4 62,78 79,14 204,26
5 72,06 66,31 66,31

1 107,88 46,86 298,87


Dosis 2 72,95 86,65 140,15
1mg/kgBB 3 82,23 76,83 76,04 66,93 219,73 207,88
4 62,78 60,12 205,14
5 72,06 64,99 175,52

1 46,86 88,42 78,69


Dosis 2 86,65 62,78 141,48
10mg/kgBB 3 20,33 58,88 84,44 86,38 133,96 124,58
4 76,48 111,41 185,69
5 64,1 84,88 83,11

1 121,14 68,08 279,42


Dosis 2 73,39 72,5 246,7
100mg/kgBB 3 76,04 84,26 72,5 74,44 232,56 243,16
4 73,83 73,39 244,04
5 76,92 85,77 213,1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


58

Lampiran 9. Analisa statistik data kadar SGPT ekstrak air sarang burung walet putih
(Collocalia fuciphaga T.)

Analisa statistik dilakukan dengan membandingkan kadar SGPT di dalam kelompok


yang sama pada hari yang berbeda yakni hari ke-0, hari ke-15 dan hari terminasi
menggunakan uji Paired samples T-Test. Selain itu dibandingkan juga kadar SGPT
hari ke-0, hari ke-15 dan hari terminasi setiap kelompok dengan kelompok lainnya
menggunakan uji one way ANNOVA.
A. Paired samples T-Test
Hipotesis :
Ho : Data kadar SGPT tidak berbeda secara signifikan
Ha : Data kadar SGPT berbeda secara signifikan
Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi > 0.05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka Ho ditolak
a. Kelompok Normal
a. Hari ke-0 dan hari ke-15

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of


the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Normal_0 -
7.67040E1 28.37939 12.69165 41.46633 111.94167 6.044 4 .004
Normal_15

 Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok normal pada hari


ke-0 dan ke-15 berbeda secara signifikan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


59

b. Hari ke-15 dan hari ke-17

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Normal_15 -
-6.49920E1 60.17480 26.91099 -139.70889 9.72489 -2.415 4 .073
Normal_17

 Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok normal pada hari


ke-15 dan ke-17 tidak berbeda secara signifikan

b. Kelompok Negatif
a. Hari ke-0 dan 15

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Negatif_0 -
4.82660E1 24.85628 11.11607 17.40286 79.12914 4.342 4 .062
Negatif_15

 Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok negatif pada hari


ke-0 dan ke-15 tidak berbeda secara signifikan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


60

b. Hari ke-15 dan 17

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of


the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Negatif_15 -
-1.64548E2 50.13032 22.41896 -226.79302 -102.30298 -7.340 4 .002
Negatif_17

 Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok negatif pada hari


ke-15 dan ke-17 berbeda secara signifikan

c. Kelompok Positif
a. Hari ke-0 dan ke-15

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of


the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Positif_0 -
4.61340E1 78.26481 35.00109 -51.04460 143.31260 1.318 4 .258
Positif_15

 Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok positif pada hari


ke-0 dan ke-15 tidak berbeda secara signifikan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


61

b. Hari ke-15 dan ke-17

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of


the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Positif_15 -
-9.26680E1 94.07198 42.07027 -209.47379 24.13779 -2.203 4 .092
Positif_17

 Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok positif pada hari


ke-15 dan ke-17 tidak berbeda secara signifikan

c. Kelompok dosis 1 mg/kgBB


a. Hari ke-0 dan ke-15

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of


the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 K1_0 -
4.22660E1 17.17952 7.68292 20.93481 63.59719 5.501 4 .005
K1_15

 Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok dosis 1 mg/kgBB


pada hari ke-0 dan ke-15 berbeda secara signifikan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


62

b. Hari ke-15 dan ke-17

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of


the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 K1_15 -
-1.29010E2 48.73862 21.79657 -189.52699 -68.49301 -5.919 4 .004
K1_17

 Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok dosis 1 mg/kgBB


pada hari ke-15 dan ke-17 berbeda secara signifikan

d. Kelompok dosis 10 mg/kgBB


a. Hari ke-0 dan ke-15

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 K10_0 -
5.80980E1 26.81004 11.98982 24.80893 91.38707 4.846 4 .008
K10_15

 Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok dosis 10 mg/kgBB


pada hari ke-0 dan ke-15 berbeda secara signifikan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


63

b. Hari ke-15 dan ke-17

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 K10_15 -
-5.07580E1 41.99789 18.78203 -102.90527 1.38927 -2.702 4 .054
K10_17

 Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok dosis 10 mg/kgBB


pada hari ke-15 dan ke-17 tidak berbeda secara signifikan

e. Kelompok dosis 100 mg/kgBB


a. Hari ke-0 dan ke-15

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 K100_0 -
4.96040E1 7.73972 3.46131 39.99387 59.21413 14.331 4 .000
K100_15

 Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok dosis 100


mg/kgBB pada hari ke-0 dan ke-15 berbeda secara signifikan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


64

b. Hari ke-15 dan ke-17

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 K100_15 -
-1.60222E2 40.98502 18.32906 -211.11163 -109.33237 -8.741 4 .001
K100_17

 Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok dosis 100


mg/kgBB pada hari ke-15 dan ke-17 berbeda secara signifikan

B. One way ANNOVA


1. Hari ke-0
a. Uji Normalitas

Tujuan : Untuk distribusi normal data kadar SGPT


Hipotesis :
Ho : Data kadar SGPT terdistribusi normal
Ha : Data kadar SGPT tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


65

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Hari_Ke_0

N 30
a
Normal Parameters Mean 116.1727

Std. Deviation 31.47157

Most Extreme Differences Absolute .132

Positive .132

Negative -.098

Kolmogorov-Smirnov Z .725

Asymp. Sig. (2-tailed) .670

a. Test distribution is Normal.

Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok uji terdistribusi normal

b. Uji Homogenitas

Tujuan : Untuk melihat data kadar SGPT homogen atau tidak


Hipotesis :
Ho : Data kadar SGPT terdistribusi homogen
Ha : Data kadar SGPT tidak terdistribusi tidak homogen
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Hari_Ke_0

Levene Statistic df1 df2 Sig.

6.977 5 24 .000

Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok tidak homogen (p≤0,05) sehingga
bisa dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis karena syarat belum terpenuhi.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


66

c. Uji Kruskal Wallis

Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar SGPT yang
bermakna
Hipotesis :
Ho : Data kadar SGPT tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data kadar SGPT berbeda secara bermakna
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

Test Statisticsa,b
Hari_Ke_0
Chi-Square 5.841
df 4
Asymp. Sig. .211
a. Kruskal Wallis Test

Keputusan : data kadar SGPT tidak berbeda secara bermakna

2. Hari ke-15
a. Uji Normalitas

Tujuan : Untuk distribusi normal data kadar SGPT


Hipotesis :
Ho : Data kadar SGPT terdistribusi normal
Ha : Data kadar SGPT tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


67

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Hari_Ke_15

N 30
a
Normal Parameters Mean 62.6590

Std. Deviation 19.00626

Most Extreme Differences Absolute .137

Positive .137

Negative -.072

Kolmogorov-Smirnov Z .748

Asymp. Sig. (2-tailed) .630

a. Test distribution is Normal.

Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok uji terdistribusi normal

b. Uji Homogenitas

Tujuan : Untuk melihat data kadar SGPT homogen atau tidak


Hipotesis :
Ho : Data kadar SGPT terdistribusi homogen
Ha : Data kadar SGPT tidak terdistribusi tidak homogen
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances


Hari_Ke_15
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.793 5 24 .152

Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok homogen (p≥0,05) sehingga bisa
dilanjutkan dengan uji ANNOVA

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


68

c. Uji ANNOVA

Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar SGPT yang
bermakna
Hipotesis :
Ho : Data kadar SGPT tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data kadar SGPT berbeda secara bermakna
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

ANOVA

Hari_Ke_15

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3378.481 5 675.696 2.285 .078

Within Groups 7097.422 24 295.726

Total 10475.903 29

Keputusan : data kadar SGPT tidak berbeda secara bermakna

3. Hari ke-17
a. Uji Normalitas

Tujuan : Untuk distribusi normal data kadar SGPT


Hipotesis :
Ho : Data kadar SGPT terdistribusi normal
Ha : Data kadar SGPT tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


69

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Hari_Ke_17

N 30
a
Normal Parameters Mean 173.0270

Std. Deviation 62.17564

Most Extreme Differences Absolute .107

Positive .094

Negative -.107

Kolmogorov-Smirnov Z .584

Asymp. Sig. (2-tailed) .884

a. Test distribution is Normal.

Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok uji terdistribusi normal

b. Uji Homogenitas

Tujuan : Untuk melihat data kadar SGPT homogen atau tidak


Hipotesis :
Ho : Data kadar SGPT terdistribusi homogen
Ha : Data kadar SGPT tidak terdistribusi tidak homogen
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Hari_Ke_17

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.281 5 24 .079

Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok homogen (p≥0,05) sehingga bisa
dilanjutkan dengan uji ANNOVA

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


70

c. Uji ANNOVA

Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar SGPT yang
bermakna
Hipotesis :
Ho : Data kadar SGPT tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data kadar SGPT berbeda secara bermakna
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

ANOVA

Hari_Ke_17

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 41805.823 5 8361.165 2.854 .037

Within Groups 70302.670 24 2929.278

Total 112108.493 29

Keputusan : data kadar SGPT berbeda secara bermakna

d. Uji Multiple Comparison tipe LSD (Least Significant Difference)

Tujuan : untuk menentukan data kadar SGPT yang abnormal kelompok mana yag
memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengaan kelompok lainnya.
Hipotesis :
Ho : Data kadar SGPT tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data kadar SGPT berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


71

Multiple Comparisons

Hari_Ke_0
LSD

(I) (J) 95% Confidence Interval


Kelompok_ Kelompok_ Mean Difference
Uji Uji (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

K-Normal K-Positif 28.71000 17.08529 .106 -6.5523 63.9723


*
K-Negatif 54.42200 17.08529 .004 19.1597 89.6843
*
K-1 57.33800 17.08529 .003 22.0757 92.6003

K-10 30.81000 17.08529 .084 -4.4523 66.0723


*
K-100 44.42800 17.08529 .016 9.1657 79.6903

K-Positif K-Normal -28.71000 17.08529 .106 -63.9723 6.5523

K-Negatif 25.71200 17.08529 .145 -9.5503 60.9743

K-1 28.62800 17.08529 .107 -6.6343 63.8903

K-10 2.10000 17.08529 .903 -33.1623 37.3623

K-100 15.71800 17.08529 .367 -19.5443 50.9803


*
K-Negatif K-Normal -54.42200 17.08529 .004 -89.6843 -19.1597

K-Positif -25.71200 17.08529 .145 -60.9743 9.5503

K-1 2.91600 17.08529 .866 -32.3463 38.1783

K-10 -23.61200 17.08529 .180 -58.8743 11.6503

K-100 -9.99400 17.08529 .564 -45.2563 25.2683


*
K-1 K-Normal -57.33800 17.08529 .003 -92.6003 -22.0757

K-Positif -28.62800 17.08529 .107 -63.8903 6.6343

K-Negatif -2.91600 17.08529 .866 -38.1783 32.3463

K-10 -26.52800 17.08529 .134 -61.7903 8.7343

K-100 -12.91000 17.08529 .457 -48.1723 22.3523

K-10 K-Normal -30.81000 17.08529 .084 -66.0723 4.4523

K-Positif -2.10000 17.08529 .903 -37.3623 33.1623

K-Negatif 23.61200 17.08529 .180 -11.6503 58.8743

K-1 26.52800 17.08529 .134 -8.7343 61.7903

K-100 13.61800 17.08529 .433 -21.6443 48.8803

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


72

*
K-100 K-Normal -44.42800 17.08529 .016 -79.6903 -9.1657

K-Positif -15.71800 17.08529 .367 -50.9803 19.5443

K-Negatif 9.99400 17.08529 .564 -25.2683 45.2563

K-1 12.91000 17.08529 .457 -22.3523 48.1723

K-10 -13.61800 17.08529 .433 -48.8803 21.6443

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok tidak berbeda secara


bermakna (p≥0,05), kecuali antara kelompok normal dengan kelompok
negatif, dan kelompok dosis 1 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB berbeda secara
bermakna.

Multiple Comparisons

Hari_Ke_15
LSD

(I) (J) 95% Confidence Interval


Kelompok_ Kelompok_ Mean Difference
Uji Uji (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

K-Positif K-1 24.76000 12.44904 .064 -1.6308 51.1508

K-10 14.06400 12.44904 .275 -12.3268 40.4548

K-100 19.18800 12.44904 .143 -7.2028 45.5788

K-1 K-Positif -24.76000 12.44904 .064 -51.1508 1.6308

K-10 -10.69600 12.44904 .403 -37.0868 15.6948

K-100 -5.57200 12.44904 .660 -31.9628 20.8188

K-10 K-Positif -14.06400 12.44904 .275 -40.4548 12.3268

K-1 10.69600 12.44904 .403 -15.6948 37.0868

K-100 5.12400 12.44904 .686 -21.2668 31.5148

K-100 K-Positif -19.18800 12.44904 .143 -45.5788 7.2028

K-1 5.57200 12.44904 .660 -20.8188 31.9628

K-10 -5.12400 12.44904 .686 -31.5148 21.2668

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


73

Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok tidak berbeda secara


bermakna (p≥0,05).

Multiple Comparisons

Hari_Ke_17
LSD

(I) (J) 95% Confidence Interval


Kelompok_ Kelompok_ Mean Difference
Uji Uji (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

K-Normal K-Positif -29.53600 34.23027 .397 -100.1838 41.1118


*
K-Negatif -73.57200 34.23027 .042 -144.2198 -2.9242

K-1 -41.11800 34.23027 .241 -111.7658 29.5298

K-10 26.43800 34.23027 .447 -44.2098 97.0858


*
K-100 -77.90200 34.23027 .032 -148.5498 -7.2542

K-Positif K-Normal 29.53600 34.23027 .397 -41.1118 100.1838

K-Negatif -44.03600 34.23027 .211 -114.6838 26.6118

K-1 -11.58200 34.23027 .738 -82.2298 59.0658

K-10 55.97400 34.23027 .115 -14.6738 126.6218

K-100 -48.36600 34.23027 .171 -119.0138 22.2818


*
K-Negatif K-Normal 73.57200 34.23027 .042 2.9242 144.2198

K-Positif 44.03600 34.23027 .211 -26.6118 114.6838

K-1 32.45400 34.23027 .353 -38.1938 103.1018


*
K-10 100.01000 34.23027 .007 29.3622 170.6578

K-100 -4.33000 34.23027 .900 -74.9778 66.3178

K-1 K-Normal 41.11800 34.23027 .241 -29.5298 111.7658

K-Positif 11.58200 34.23027 .738 -59.0658 82.2298

K-Negatif -32.45400 34.23027 .353 -103.1018 38.1938

K-10 67.55600 34.23027 .060 -3.0918 138.2038

K-100 -36.78400 34.23027 .293 -107.4318 33.8638

K-10 K-Normal -26.43800 34.23027 .447 -97.0858 44.2098

K-Positif -55.97400 34.23027 .115 -126.6218 14.6738


*
K-Negatif -100.01000 34.23027 .007 -170.6578 -29.3622

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


74

K-1 -67.55600 34.23027 .060 -138.2038 3.0918


*
K-100 -104.34000 34.23027 .006 -174.9878 -33.6922
*
K-100 K-Normal 77.90200 34.23027 .032 7.2542 148.5498

K-Positif 48.36600 34.23027 .171 -22.2818 119.0138

K-Negatif 4.33000 34.23027 .900 -66.3178 74.9778

K-1 36.78400 34.23027 .293 -33.8638 107.4318


*
K-10 104.34000 34.23027 .006 33.6922 174.9878

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok tidak berbeda secara


bermakna (p≥0,05), kecuali antara kelompok normal dengan kelompok
negatif, dan kelompok dosis 100 mg/kgBB, antara kelompok negatif dengan
kelompok 10 mg/kgBB, dan antara kelompok 10 mg/kgBB dengan kelompok
100 mg/kgBB

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


75

Lampiran 11. Analisa statistik data kadar SGOT ekstrak air sarang burung walet
putih (Collocalia fuciphaga T.)

Analisa statistik dilakukan dengan membandingkan kadar SGOT di dalam kelompok


yang sama pada hari yang berbeda yakni hari ke-0, hari ke-15 dan hari terminasi
menggunakan uji Paired samples T-Test. Selain itu dibandingkan juga kadar SGPT
hari ke-0, hari ke-15 dan hari terminasi setiap kelompok dengan kelompok lainnya
menggunakan uji one way ANNOVA.
B. Paired samples T-Test
Hipotesis :
Ho : Data kadar SGOT tidak berbeda secara signifikan
Ha : Data kadar SGOT berbeda secara signifikan
Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi > 0.05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka Ho ditolak
d. Kelompok Normal
a. Hari ke-0 dan hari ke-15

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Normal_0 -
5.00156E1 54.41513 24.33518 -17.54970 117.58090 2.055 4 .109
Normal_15

 Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok normal pada hari


ke-0 dan ke-15 tidak berbeda secara signifikan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


76

b. Hari ke-15 dan hari ke-17

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of


the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Normal_15 -
-1.01336E2 70.25239 31.41782 -188.56566 -14.10594 -3.225 4 .032
Normal_17

 Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok normal pada hari


ke-15 dan ke-17 berbeda secara signifikan

e. Kelompok Negatif
a. Hari ke-0 dan saat terminasi

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of


the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 K100_15 -
-1.68714E2 30.15803 13.48708 -206.15964 -131.26736 -12.509 4 .000
K100_17

 Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok negatif pada hari


ke-0 dan ke-17 berbeda secara signifikan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


77

f. Kelompok Positif
a. Hari ke-0 dan ke-15

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference

Std. Std. Error Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Positif_0 -
-1.13074E1 29.19356 13.05576 -47.55597 24.94121 -.866 4 .435
Positif_15

 Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok positif pada hari


ke-0 dan ke-15 tidak berbeda secara signifikan

b. Hari ke-15 dan ke-17

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Positif_15 -
-1.42717E2 86.27313 38.58252 -249.83886 -35.59438 -3.699 4 .021
Positif_17

 Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok positif pada hari


ke-15 dan ke-17 berbeda secara signifikan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


78

g. Kelompok dosis 1 mg/kgBB


a. Hari ke-0 dan ke-15

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 K1_0 -
9.90294 34.35002 15.36180 -32.74824 52.55412 .645 4 .554
K1_15

 Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok dosis 1 mg/kgBB


pada hari ke-0 dan ke-15 tidak berbeda secara signifikan

b. Hari ke-15 dan ke-17

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 K1_15 -
-1.40948E2 53.58116 23.96223 -207.47774 -74.41814 -5.882 4 .004
K1_17

 Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok dosis 1 mg/kgBB


pada hari ke-15 dan ke-17 berbeda secara signifikan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


79

h. Kelompok dosis 10 mg/kgBB


a. Hari ke-0 dan ke-15

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 K10_0 -
-2.75005E1 32.70104 14.62435 -68.10419 13.10323 -1.880 4 .133
K10_15

 Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok dosis 10 mg/kgBB


pada hari ke-0 dan ke-15 tidak berbeda secara signifikan

b. Hari ke-15 dan ke-17

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 K10_15 -
-6.18085E1 53.57191 23.95808 -128.32683 4.70979 -2.580 4 .061
K10_17

 Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok dosis 10 mg/kgBB


pada hari ke-15 dan ke-17 tidak berbeda secara signifikan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


80

i. Kelompok dosis 100 mg/kgBB


a. Hari ke-0 dan ke-15

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of


the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 K100_0 -
9.81490 24.62096 11.01083 -20.75606 40.38586 .891 4 .423
K100_15

 Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok dosis 100


mg/kgBB pada hari ke-0 dan ke-15 tidak berbeda secara signifikan

b. Hari ke-15 dan ke-17

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 K100_15 -
-1.68714E2 30.15803 13.48708 -206.15964 -131.26736 -12.509 4 .000
K100_17

 Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok dosis 100


mg/kgBB pada hari ke-15 dan ke-17 berbeda secara signifikan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


81

C. One way ANNOVA


4. Hari ke-0
d. Uji Normalitas

Tujuan : Untuk distribusi normal data kadar SGOT


Hipotesis :
Ho : Data kadar SGOT terdistribusi normal
Ha : Data kadar SGOT tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Hari_0
N 30
Normal Parametersa Mean 82.2749
Std. Deviation 3.54152E1
Most Extreme Absolute .151
Differences Positive .151
Negative -.072
Kolmogorov-Smirnov Z .826
Asymp. Sig. (2-tailed) .503
a. Test distribution is Normal.

Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok uji terdistribusi normal

e. Uji Homogenitas

Tujuan : Untuk melihat data kadar SGOT homogen atau tidak


Hipotesis :
Ho : Data kadar SGOT terdistribusi homogen
Ha : Data kadar SGOT tidak terdistribusi tidak homogeny

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


82

Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances


Hari_0
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.071 5 24 .401

Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok homogen (p≥0,05) sehingga bisa
dilanjutkan dengan uji ANNOVA

f. Uji ANNOVA

Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar SGOT yang
bermakna
Hipotesis :
Ho : Data kadar SGOT tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data kadar SGOT berbeda secara bermakna
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

ANOVA
Hari_0
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 14293.149 5 2858.630 3.107 .027
Within Groups 22079.654 24 919.986
Total 36372.804 29

Keputusan : data kadar SGOT tidak berbeda secara bermakna

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


83

5. Hari ke-15
d. Uji Normalitas

Tujuan : Untuk distribusi normal data kadar SGOT


Hipotesis :
Ho : Data kadar SGOT terdistribusi normal
Ha : Data kadar SGOT tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Hari_15
N 30
Normal Parametersa Mean 76.2218
Std. Deviation 1.34906E
1
Most Extreme Absolute .116
Differences Positive .116
Negative -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .638
Asymp. Sig. (2-tailed) .811
a. Test distribution is Normal.

Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok uji terdistribusi normal

e. Uji Homogenitas

Tujuan : Untuk melihat data kadar SGOT homogen atau tidak


Hipotesis :
Ho : Data kadar SGOT terdistribusi homogen
Ha : Data kadar SGOT tidak terdistribusi tidak homogen

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


84

Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Hari_15

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.937 5 24 .475

Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok homogen (p≥0,05) sehingga bisa
dilanjutkan dengan uji ANNOVA

f. Uji ANNOVA

Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar SGOT yang
bermakna
Hipotesis :
Ho : Data kadar SGOT tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data kadar SGOT berbeda secara bermakna
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

ANOVA
Hari_15
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1265.548 5 253.110 1.514 .223
Within Groups 4012.383 24 167.183
Total 5277.931 29

Keputusan : data kadar SGOT berbeda secara bermakna

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


85

6. Hari ke-17
e. Uji Normalitas

Tujuan : Untuk distribusi normal data kadar SGOT


Hipotesis :
Ho : Data kadar SGOT terdistribusi normal
Ha : Data kadar SGOT tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Hari_17
N 30
a
Normal Parameters Mean 1.9981E2
Std. Deviation 6.89249E
1
Most Extreme Absolute .108
Differences Positive .058
Negative -.108
Kolmogorov-Smirnov Z .591
Asymp. Sig. (2-tailed) .876
a. Test distribution is Normal.

Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok uji terdistribusi normal

f. Uji Homogenitas

Tujuan : Untuk melihat data kadar SGOT homogen atau tidak


Hipotesis :
Ho : Data kadar SGOT terdistribusi homogen
Ha : Data kadar SGOT tidak terdistribusi tidak homogen

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


86

Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances


Hari_17
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.267 5 24 .310

Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok homogen (p≥0,05) sehingga bisa
dilanjutkan dengan uji ANNOVA

g. Uji ANNOVA

Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar SGOT yang
bermakna
Hipotesis :
Ho : Data kadar SGOT tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data kadar SGOT berbeda secara bermakna
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

ANOVA
Hari_17
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 28114.841 5 5622.968 1.231 .326
Within Groups 109653.893 24 4568.912
Total 137768.735 29

Keputusan : data kadar SGOT berbeda secara bermakna

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


87

h. Uji Multiple Comparison tipe LSD (Least Significant Difference)

Tujuan : untuk menentukan data kadar SGOT yang abnormal kelompok mana yag
memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengaan kelompok lainnya.
Hipotesis :
Ho : Data kadar SGOT tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data kadar SGOT berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan :
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak

Multiple Comparisons

Hari_0
LSD

(I) (J) 95% Confidence Interval


Kelompok Kelompok Mean Difference
_Uji _Uji (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
normal positif 58.05120 19.18318 .006 18.4591 97.6433
*
negatif 52.04980 19.18318 .012 12.4577 91.6419
*
K1 51.07720 19.18318 .014 11.4851 90.6693
*
K10 69.02740 19.18318 .001 29.4353 108.6195
*
K100 43.64920 19.18318 .032 4.0571 83.2413
*
positif normal -58.05120 19.18318 .006 -97.6433 -18.4591

negatif -6.00140 19.18318 .757 -45.5935 33.5907

K1 -6.97400 19.18318 .719 -46.5661 32.6181

K10 10.97620 19.18318 .573 -28.6159 50.5683

K100 -14.40200 19.18318 .460 -53.9941 25.1901


*
negatif normal -52.04980 19.18318 .012 -91.6419 -12.4577

positif 6.00140 19.18318 .757 -33.5907 45.5935

K1 -.97260 19.18318 .960 -40.5647 38.6195

K10 16.97760 19.18318 .385 -22.6145 56.5697

K100 -8.40060 19.18318 .665 -47.9927 31.1915

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


88

*
K1 normal -51.07720 19.18318 .014 -90.6693 -11.4851

positif 6.97400 19.18318 .719 -32.6181 46.5661

negatif .97260 19.18318 .960 -38.6195 40.5647

K10 17.95020 19.18318 .359 -21.6419 57.5423

K100 -7.42800 19.18318 .702 -47.0201 32.1641


*
K10 normal -69.02740 19.18318 .001 -108.6195 -29.4353

positif -10.97620 19.18318 .573 -50.5683 28.6159

negatif -16.97760 19.18318 .385 -56.5697 22.6145

K1 -17.95020 19.18318 .359 -57.5423 21.6419

K100 -25.37820 19.18318 .198 -64.9703 14.2139


*
K100 normal -43.64920 19.18318 .032 -83.2413 -4.0571

positif 14.40200 19.18318 .460 -25.1901 53.9941

negatif 8.40060 19.18318 .665 -31.1915 47.9927

K1 7.42800 19.18318 .702 -32.1641 47.0201

K10 25.37820 19.18318 .198 -14.2139 64.9703

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok tidak berbeda secara


bermakna (p≥0,05), kecuali antara kelompok normal dengan kelompok
positif, kelompok negatif, dan kelompok dosis berbeda secara bermakna.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


89

Multiple Comparisons

Hari_15
LSD

(I) (J) 95% Confidence Interval


Kelompo Kelompo Mean Difference
k_Uji k_Uji (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

positif K1 14.23632 8.86084 .128 -4.5478 33.0205

K10 -5.21690 8.86084 .564 -24.0010 13.5672

K100 6.72028 8.86084 .459 -12.0639 25.5044

K1 positif -14.23632 8.86084 .128 -33.0205 4.5478


*
K10 -19.45322 8.86084 .043 -38.2374 -.6691

K100 -7.51604 8.86084 .409 -26.3002 11.2681

K10 positif 5.21690 8.86084 .564 -13.5672 24.0010


*
K1 19.45322 8.86084 .043 .6691 38.2374

K100 11.93718 8.86084 .197 -6.8470 30.7213

K100 positif -6.72028 8.86084 .459 -25.5044 12.0639

K1 7.51604 8.86084 .409 -11.2681 26.3002

K10 -11.93718 8.86084 .197 -30.7213 6.8470

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok tidak berbeda secara bermakna
(p≥0,05), kecuali antara kelompok dosis 1 mg/kgBB dengan kelompok dosis 10
mg/kgBB berbeda secara bermakna.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


90

Multiple Comparisons

Hari_17
LSD

(I) (J) 95% Confidence Interval


Kelompok Kelompok Mean Difference
_Uji _Uji (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

normal positif -44.65440 42.75003 .307 -132.8861 43.5773

negatif -17.24280 42.75003 .690 -105.4745 70.9889

K1 -28.64940 42.75003 .509 -116.8811 59.5823

K10 31.03680 42.75003 .475 -57.1949 119.2685

K100 -63.93100 42.75003 .148 -152.1627 24.3007

positif normal 44.65440 42.75003 .307 -43.5773 132.8861

negatif 27.41160 42.75003 .527 -60.8201 115.6433

K1 16.00500 42.75003 .711 -72.2267 104.2367

K10 75.69120 42.75003 .089 -12.5405 163.9229

K100 -19.27660 42.75003 .656 -107.5083 68.9551

negatif normal 17.24280 42.75003 .690 -70.9889 105.4745

positif -27.41160 42.75003 .527 -115.6433 60.8201

K1 -11.40660 42.75003 .792 -99.6383 76.8251

K10 48.27960 42.75003 .270 -39.9521 136.5113

K100 -46.68820 42.75003 .286 -134.9199 41.5435

K1 normal 28.64940 42.75003 .509 -59.5823 116.8811

positif -16.00500 42.75003 .711 -104.2367 72.2267

negatif 11.40660 42.75003 .792 -76.8251 99.6383

K10 59.68620 42.75003 .175 -28.5455 147.9179

K100 -35.28160 42.75003 .417 -123.5133 52.9501

K10 normal -31.03680 42.75003 .475 -119.2685 57.1949

positif -75.69120 42.75003 .089 -163.9229 12.5405

negatif -48.27960 42.75003 .270 -136.5113 39.9521

K1 -59.68620 42.75003 .175 -147.9179 28.5455


*
K100 -94.96780 42.75003 .036 -183.1995 -6.7361

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


91

K100 normal 63.93100 42.75003 .148 -24.3007 152.1627

positif 19.27660 42.75003 .656 -68.9551 107.5083

negatif 46.68820 42.75003 .286 -41.5435 134.9199

K1 35.28160 42.75003 .417 -52.9501 123.5133


*
K10 94.96780 42.75003 .036 6.7361 183.1995

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok tidak berbeda secara


bermakna (p≥0,05), kecuali antara kelompok dosis 100 mg/kgBB dengan
kelompok dosis 10 mg/kgBB berbeda secara bermakna.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai