Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

A. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan
dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007). Dari
beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka
penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera
terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

B. FAKTOR PREDISPOSISI DAN FAKTOR PRESIPITASI


1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang
signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan
pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum).
Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.

2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

C. RENTANG RESPON

Rentang Adaptif Rentang Mal Adaptif


- Pikiran logis - Distorsi pikiran - Gangguan pikiran/delusi
- Persepsi akurat - Ilusi - Halusinasi
- Emosi konsisten - Reaksi emosi berlebihan - Sulit berespon emosi
dengan pengalaman / berkurang
- Perilaku sesuai - Perilaku aneh/tidak biasa - Perilaku disorganisasi
- Berhubungan sosial - Menarik diri - Isolasi sosial
D. TANDA DAN GEJALA
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-
tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati
sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang
dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi
(Budi Anna Keliat, 1999) :
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
1) Menyeriangai / tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan


Gejala klinis:
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan


Gejala klinis:
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).

d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan


Gejala klinis:
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
E. FASE HALUSINASI
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):
1. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa bersalah dan
takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan
ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.
2. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas
seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi
dengan realita.
3. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam
kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
4. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu
berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.
Kondisi klien sangat membahayakan.

F. JENIS HALUSINASI
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya
klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti :
darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan
stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,
merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

G. AKIBAT
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu keadaan
dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
pada diri sendiri maupuan orang lain.Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan
kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
Data objektif :
a. Wajah tegang, merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi,
sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi
kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara
fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah
dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien
di beritahu tindakan yang akan di lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang
dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas,
misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat
harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di
berikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien
yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang
ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain
yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga,
bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke
kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal
kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan
dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek.
Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat
menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau
aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan
petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak
bertentangan.

I. POHON MASALAH

Effect Risiko tinggi perilaku kekerasan

Core Problem perubahan persepsi sensori: Halusinasi

Cause Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

Gambar 1.1 Pohon Masalah perubahan persepsi sensori : halisinasi

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu dikaji disesuaikan dengan jenis
halusinasinya yaitu, sebagai berikut:
A. Jenis halusinasi
1. Halusinasi Pendengaran
Data Objektif : Bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menyedengkan
telinga kearah tertentu, menutup telinga.
Data Subjektif : Mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya.
2. Halusinasi Penglihatan
Data Objektif : Menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak
jelas.
Data Subjektif : Melihat bayangan, sinar, bentuk kartoon, melihat hantu atau monster.
3. Halusinasi Penghidu
Data Objektif : Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu, menutup hidung.
Data Subyektif : Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, faeces, kadang-kadang bau
itu menyenangkan.
4. Halusinasi Pengecap
Data Objektif : Sering meludah, muntah.
Data Subyektif : Merasakan rasa seperti darah, urin atau faeces.
5. Halusinasi Perabaan
Data Objektif : Menggaruk-garuk permukaan kulit.
Data Subyektif : Mengatakan ada serangga di permukaan kulit, merasa seperti tersengat
listrik.

B. Isi halusinasi.
Data dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila halusinasi
yang dialami adalah halusinasi dengar, atau apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien bila
jenis halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa yang tercium untuk halusinasi
penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau merasakan apa di
permukaan tubuh bila halusinasi perabaan.

C. Waktu dan frekuensi halusinasi.


Data dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul,
berapa kali sehari, seminggu atau bulan, pengalaman halusinasi itu muncul, bila mungkin
klien diminta menjelaskan kapan persisnya waktu terjadi halusinasi tersebut. Informasi ini
penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu
diperhatikan saat mengalami halusinasi.

D. Situasi pencetus halusinasi


Perlu diidentifikasi situasi yang dialami klien sebelum mengalami halusinasi. Data dapat
dikaji dengan menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang dialami sebelum
halusinasi muncul. Selain itu, juga bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelangkan
muncul halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.

E. Respon klien.
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji dengan
menanyakan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah
klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi terhadap
halusinasi

MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji


Perubahan persepsi Subjektif:
sensori: halusinasi Klien mengatakan mendengar sesuatu
Klien mengatakan melihat bayangan putih
Klien mengatak dirinya seperti disengat
listrik
Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap,
seperti feses.
Klien mengatakan kepalanya melayang di
udara
Klien mengatakan dirinya merasakan ada
sesuatu yang berebda pada dirinya

Objektif:
Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat
dikaji
Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
Berhenti bicara di tengah- tengah kalimat
unutk menfengarkan sesuatu
Disorientasi
Kosentrasi rendah
Pikiran cepat berubah-ubah
Kekacauan alur pikiran

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
gangguan sensori persepsi: halusinasi
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

Nama Klien : DX. Medis :


RM.NO : Ruangan :
Tg Perencanaan
No Dx Dx Keperawatan
l Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan sensori TUM: Klien dapat


persepsi: mengontrol
halusinasi halusinasi yang
(lihat/dengar/peng dialaminya 1. Setelah….. x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan
hidu/raba/kecap) Tuk 1 : menunjukkan tanda – tanda menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
Klien dapat percaya kepada perawat :  Sapa klien dengan ramah baik verbal
membina hubungan  Ekspresi wajah maupun non verbal
saling percaya bersahabat.  Perkenalkan nama, nama panggilan dan
 Menunjukkan rasa tujuan perawat berkenalan
senang.  Tanyakan nama lengkap dan nama
 Ada kontak mata. panggilan yang disukai klien
 Mau berjabat tangan.  Buat kontrak yang jelas
 Mau menyebutkan  Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji
nama. setiap kali interaksi
 Mau menjawab salam.  Tunjukan sikap empati dan menerima apa
 Mau duduk adanya
berdampingan dengan perawat.  Beri perhatian kepada klien dan perhatikan
 Bersedia kebutuhan dasar klien
mengungkapkan masalah yang  Tanyakan perasaan klien dan masalah yang
dihadapi. dihadapi klien
 Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi
perasaan klien
TUK 2 : 2. Setelah ….. x interaksi klien 2.1. Adakan kontak sering dan singkat secara
Klien dapat menyebutkan : bertahap
mengenal o Isi 2.2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan
halusinasinya o Waktu halusinasinya (* dengar /lihat /penghidu /raba
o Frekunsi /kecap), jika menemukan klien yang sedang
o Situasi dan kondisi halusinasi:
yang menimbulkan halusinasi  Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu
( halusinasi dengar/ lihat/ penghidu /raba/ kecap )
 Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang
sedang dialaminya
 Katakan bahwa perawat percaya klien
mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri
tidak mengalaminya ( dengan nada bersahabat
tanpa menuduh atau menghakimi)
 Katakan bahwa ada klien lain yang
mengalami hal yang sama.
 Katakan bahwa perawat akan membantu
klien
Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya pengalaman halusinasi, diskusikan
dengan klien :
 Isi, waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi, siang, sore, malam atau sering
dan kadang – kadang )
 Situasi dan kondisi yang menimbulkan
atau tidak menimbulkan halusinasi

2. Setelah…..x interaksi klien 2.3. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan
menyatakan perasaan dan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan untuk
responnya saat mengalami mengungkapkan perasaannya.
halusinasi : 2.4. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan
 Marah untuk mengatasi perasaan tersebut.
 Takut 2.5. Diskusikan tentang dampak yang akan
 Sedih dialaminya bila klien menikmati halusinasinya.
 Senang
 Cemas
 Jengkel
TUK 3 : 3.1. Setelah….x interaksi 3.1. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan
Klien dapat klien menyebutkan tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah,
mengontrol yang biasanya dilakukan untuk menyibukan diri dll)
halusinasinya mengendalikan halusinasinya 3.2. Diskusikan cara yang digunakan klien,
3.2. Setelah …..x interaksi  Jika cara yang digunakan adaptif beri
klien menyebutkan cara baru pujian.
mengontrol halusinasi  Jika cara yang digunakan maladaptif
diskusikan kerugian cara tersebut
3.3. Setelah….x interaksi 3.3. Diskusikan cara baru untuk memutus/
klien dapat memilih dan mengontrol timbulnya halusinasi :
memperagakan cara mengatasi  Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak
halusinasi nyata ( “saya tidak mau dengar/ lihat/ penghidu/
(dengar/lihat/penghidu/raba/ke raba /kecap pada saat halusinasi terjadi)
cap )  Menemui orang lain (perawat/teman/anggota
keluarga) untuk menceritakan tentang
3.4. Setelah ……x interaksi halusinasinya.
klien melaksanakan cara yang  Membuat dan melaksanakan jadwal
telah dipilih untuk kegiatan sehari hari yang telah di susun.
mengendalikan halusinasinya  Meminta keluarga/teman/ perawat menyapa
3.5. Setelah … X jika sedang berhalusinasi.
pertemuan klien mengikuti 3.4 Bantu klien memilih cara yang sudah
terapi aktivitas kelompok dianjurkan dan latih untuk mencobanya.

3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara


yang dipilih dan dilatih.
3.6. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan
dilatih , jika berhasil beri pujian
3.7. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas
kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi

TUK 4 : 4.1. Setelah … X 4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk


Klien dapat pertemuan keluarga, keluarga pertemuan ( waktu, tempat dan topik )
dukungan dari menyatakan setuju untuk 4.2 Diskusikan dengan keluarga ( pada saat
keluarga dalam mengikuti pertemuan dengan pertemuan keluarga/ kunjungan rumah)
mengontrol perawat  Pengertian halusinasi
halusinasinya 4.2. Setelah ……x interaksi  Tanda dan gejala halusinasi
keluarga menyebutkan  Proses terjadinya halusinasi
pengertian, tanda dan gejala,  Cara yang dapat dilakukan klien dan
proses terjadinya halusinasi keluarga untuk memutus halusinasi
dan tindakan untuk  Obat- obatan halusinasi
mengendali kan halusinasi  Cara merawat anggota keluarga yang
halusinasi di rumah ( beri kegiatan, jangan biarkan
sendiri, makan bersama, bepergian bersama,
memantau obat – obatan dan cara pemberiannya
untuk mengatasi halusinasi )
 Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit
dan bagaimana cara mencari bantuan jika halusinasi
tidak tidak dapat diatasi di rumah

TUK 5 : 5.1.Setelah ……x interaksi 5.1 Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan
Klien dapat klien menyebutkan; kerugian tidak minum obat, nama , warna, dosis,
memanfaatkan obat o Manfaat minum obat cara , efek terapi dan efek samping penggunan obat
dengan baik o Kerugian tidak minum
obat
o Nama,warna,dosis, 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat
efek terapi dan efek samping 5.3 Beri pujian jika klien menggunakan obat
obat dengan benar
5.2.Setelah ……..x interaksi 5.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
klien mendemontrasikan konsultasi dengan dokter
penggunaan obat dgn benar 5.5 Anjurkan klien untuk konsultasi kepada
5.3.Setelah ….x interaksi klien dokter/perawat jika terjadi hal – hal yang tidak di
menyebutkan akibat berhenti inginkan .
minum obat tanpa konsultasi
dokter

Keterangan :
* Halusinasi dengar : bicara dan tertawa tanpa stimulus , memandang kekanan/kekiri/kedepan seolah – olah ada teman bicara
* Halusinasi lihat : menyatakan melihat sesuatu, terlihat ketakutan
* Halusinasi penghidu : menyatakan mencium sesuatu, terlihat mengengdus
* Halusinasi Raba : Menyatakan merasa sesuatu berjalan di kulitnya, mengosok – gosok tangan/kaki/wajah dll
* Halusinasi Kecap : menyatakan terasa sesuatu dilidahnya, sering mengulum lidah

Anda mungkin juga menyukai