Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agronomi adalah ilmu dan teknologi dalam memproduksi dan memanfaatkan


tumbuhan untuk bahan pangan, bahan bakar, serat, dan aplikasi lingkungan seperti reklamasi.
Agronomi merupakan salah satu ilmu terapan yang berbasis biologi tumbuhan yang
mempelajari pengaruh dan manipulasi berbagai komponen biotik (hidup) dan abiotik (tidak
hidup) terhadap suatu individu atau sekumpulan individu tanaman untuk dimanfaatkan bagi
kepentingan manusia. Agronomi mencakup kegiatan di bidang genetika tumbuhan, fisiologi
tanaman, meteorologi, dan ilmu tanah dan aplikasi kombinasi ilmu biologi, genetika, kimia,
ekonomi, ekologi, topografi, dan kebijakan ekonomi-politik. Pakar agronomi saat ini terlibat
dalam berbagai isu terkait produksi bahan pangan secara kuantitas maupun kualitas,
mengelola dampak lingkungan aktivitas pertanian, dan penciptaan sumber energi dari
tanaman.[1] Mereka umumnya ahli dalam penerapan rotasi tanaman, irigasi dan drainase,
pemuliaan tanaman, fisiologi tanaman, klasifikasi tanah, kesuburan tanah, pengendalian
gulma dan hama.

Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk
mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam sejarah
peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan
dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting.
Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad
tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga
vektor yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan
dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman
berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah,
tiphus dan lain-lain.

Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk


meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan.
Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari
kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar
petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai “dewa penyelamat” yang sangat vital.
Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat
serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun
gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu
meningkat dengan pesat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Saja Jenis-Jenis Pestisida Berdasarkan Sasaran OPTnya
2. Apa Saja kegunaan Pestisida Nabati dan Pestisida kimia
3. Apa Saja Pemanfaatan Pestisida
4. Apa Saja Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan
dan Kesehatan Manusia
1.3. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Pestisida Berdasarkan Sasaran OPTnya
2. Untuk Mengetahui kegunaan Pestisida Nabati dan Pestisida kimia
3. Untuk Mengetahui Pemanfaatan Pestisida
4 Untuk Mengetahui Dampak Positif dan Penggunaan Pestisida Terhadap
Lingkungan dan Kesehatan Manusia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-Jenis Pestisida Berdasarkan Sasaran OPTnya

Penggunaan pestisida kimia merupakan salah satu upaya pengendalian OPT yang
banyak digunakan karena dianggap paling efektif dan menguntungkan. Namun, penggunaan
pestisida kimia juga menimbulkan pengaruh negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Praktek penggunaan yang tidak mempertimbangkan ekologi, pencampuran berbagai jenis
pestisida, penyemprotan yang belum benar, dan frekuensi penyemprotan tinggi dapat
menyebabkan dampak negatif pestisida meningkat.nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
Memperhatikan dampak positif dan negatif dari pestisida kimia, maka pestisida harus
dikelola dengan sebaik-baiknya. Hal ini penting untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya dengan dampak negatif yang sekecil-kecilnya.jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
Untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan pestisida, maka harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:

A. Penerapan Sistem PHTnmmmmmnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn


Pengendalian diutamakan menggunakan teknik biologis, mekanik, fisik dan kultur
teknis. Penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir untuk mengendalikan OPT apabila
langkah-langkah yang lain gagal. Untuk tingkat serangan yang tinggi, penggunaan pestisida
dianjurkan asalkan tepat.

B. Memilih Pestisida yang Efektifmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm


Penggunaan pestisida harus memperhatikan OPT yang akan dikendalikan agar bekerja
secara efektif. Berdasarkan OPT nya, jenis-jenis pestisida antara lain:

- Insektisida untuk serangga


- Bakterisida, untuk bakteri
- Fungisida untuk jamur,
- Herbisida untuk gulma
- Nametisida untuk nematoda
- Muluscisida untuk moluska
- Akarisida untuk akarina
- Dll
Setelah memilih kelompoknya, kemudian dipilih juga jenis pestisida spesifik yang efektif
terhadap OPT sasaran. Karena meskipun sama sebagai insektisida, bukan berarti efektif untuk
semua serangga OPT atau tingkat efektifitasnya berbeda untuk setiap jenis serangga

C. Memenuhi Kriteria 6 Tepat

1. Tepat Jenis

Jenis pestisida harus sesuai dengan OPT sasaran hasil pengamatan dan sesuai dengan
komoditas tanamannya. Untuk mengetahui kesesuaiannya dapat dilihat d kemasan pestisida
tersebut.
2. Tepat Mutu
Pestisida harus bermutu baik, tidak kadaluarsa, tidak rusak,terdaftar dan berizin edar.

3. Tepat Sasaran
Penggunaan pestisida harus berdasarkan pengamatan di lapang terhadap jenis OPT dan
tingkat serangannya. Diusahakan hanya tanaman yang terserang yang diaplikasi pestisida

4. Tepat Dosis dan Konsentrasi


Dosis yaitu ukuran (liter atau kilogram) pestisida per hektar sedangkan konsentrasi adalah
ukuran (ml atau gr) pestisida per liter cairan semprot. Dosis dan konsentrasi dapat dilihat di
kemasan pestisida dan tidak boleh kurang ataupun lebih.mmmmmmmmmmmmmmmmmmm

5. Tepat Waktu
Aplikasi pestisida dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat cuaca cerah, tidak hujan
dan angin tidak kencang. Selain itu, usahakan OPT pada stadia awal/ peka dan intensitas
serangan sudah melampaui ambang pengendalian.mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

6. Tepat Cara dan Alat Aplikasi

Cara aplikasi harus disesuaikan dengan OPT sasaran misalnya disemprot, ditabur, disiram dll.
Cara aplikasi bisa dilihat pada label kemasan. Aplikasi pestisida kimia secara kurang tepat
akan menimbulkan dampak negatif bagi usaha tani dalam jangka panjang.

Dampak negatifnya antara lain:mmmmmmmmmmmmmmmmmm

1. Menimbulkan resistensi hama terhadap pestisida berbahan aktif sama


2. Menimbulkan resurgensi (ledakan) hama generasi berikutnya akibat matinya musuh alami
3. Timbulnya hama sekunder (yang dulunya bukan hama) akibat matinya musuh alami
4. Pencemaran lingkungan
5. Matinya organisme yang bermanfaat seperti musuh alami, predator, serangga penyerbuk dll
6. Mengkonsumsi produk pertanian yang tercemar pestisida dalam jangka waktu lama akan
menimbulkan gangguan kesehatan

2.2 Pestisida Nabati dan Pestisida kimia

Pestisida kimia atau sintetik merupakan produk menakjubkan yang dikenal luas saat
Revolusi Hijau. Petani-petani yang baru tahu langsung senang karena ia dapat membunuhi
hama begitu cepat dan mudah. Namun, lalu disadari bahwa penggunaan yang berlebihan telah
membunuh organisme lain yang sesungguhnya positif yaitu “musuh alami”.

Dalam upaya mencari alternatif pestisida lain yang diharapkan lebih lunak,
berkembang pembuatan pestsida nabati. Petani diajarkan membuat pestisida dengan meracik
sendiri dengan mengambil dari bahan-bahan yang ada di sekitar mereka. Ini disebut dengan
“pestisida nabati”, karena hampir seluruh bahannya berasal dari tanaman. Digali lah kembali
pengetahuan-pengetahuan lama yang petani tua-tua dulu pernah praktekkan. Ada juga yang
menyebut ini dengan “pestisida organik”. Kalangan NGO pemberdaya petani juga banyak
mengajarkan ini, karena lebih sehat untuk lingkungan dan tidak meninggalkan residu yang
susah diurai secara alamiah. Selain itu, pembuatan pestisida sendiri dari bahan-bahan yang
tidak harus dibeli, otomatis akan memandirikan petani. Good bye pengusaha obat-obatan
kapitalis yang selama ini disinyalir telah menarik keuntungan berlebihan tanpa perduli
kepada kerusakan tanah, air, udara, dan produk makanan yang dikonsumsi.

Perbedaan ciri pestisida kimia dengan pestisida nabati

Pestisida kimia Pestisida nabati

Disebut juga pestisida sintetik Atau pestisida organik


Bahan aktifnya direkayasa di labor dan Bahan aktifnya berasal dari tanaman
pabrik, dari berbagai bahan kimia atau tumbuhan, hewan dan bahan
organik lain
Membutuhkan bahan baku dan Dapat dibuat dengan mudah
teknologi tinggi yang mahal, sehingga menggunakan bahan
hanya dikuasai oleh perusahaan yang murah dan peralatan yang
kapitalis besar. sederhana. Petani dapat mengerjakan
sendiri.

Pro pada industrialis bermodal besar Lebih pro ke ekonomi kerakyatan


Membuat petani tergantung dan Lebih memandirikan petani dan
semakin tergantung kepada pabrik- ekonomi nasional, tidak membuang
pabrik milik kapitalis internasional devisa untuk terus-terusan
mengimpor pestisida
Sesuai cara kerjanya disebut dengan Merusak perkembangan telur, larva,
racun perut yakni membunuh melalui dan pupa; menghambat pergantian
perut untuk membasmi serangga- kulit; mengganggu komunikasi
serangga pengunyah, penjilat dan serangga; menyebabkan serangga
penggigit; racun kontak yang menolak makan; menghambat
menyerang melalui kulit lalu menembus reproduksi serangga betina;
saluran darah atau melalui saluran mengurangi nafsu makan; memblokir
nafas; dan racun gas yang menyerang kemampuan makan serangga;
pernafasan serangga. mengusir serangga, dan menghambat
perkembangan patogen penyakit
Keunggulannya karena kuat dan efektif Lebih murah dan mudah dibuat oleh
membunuh hama, sehinga produksi petani, aman terhadap lingkungan,
terselamatkan dengan segera, serta juga tidak menyebabkan keracunan pada
telah banyak dijual di pasaran dengan tanaman, sulit menimbulkan
harga terjangkau. kekebalan terhadap hama, kompatibel
digabung dengan cara pengendalian
yang lain, dan menghasilkan produk
pertanian yang sehat karena bebas
residu kimia.
Kerugiannya adalah meninggalkan Tidak meninggalkan residu yang
residu yang berbahaya pada tanaman berbahaya pada tanaman maupun
maupun lingkungan, dan membunuh lingkungan, karena mudah terurai.
“musuh alami” hama.

Dampak negatif pestisida sintetik cukup besar. Jika kita menyemprot insektisida,
bukan hanya hama yang akan terpapar, tapi juga tanaman tempat hama itu berada. Jadi,
dampaknya pada tubuh hama dan pada tumbuhan. Insektisida sistemik diserap oleh organ-
organ tanaman, baik lewat akar, batang maupun daun; ditransportasikan mengikuti aliran
cairan tanaman ke bagian tanaman lainnya. Sementara insektisida non sistemik hanya
menempel di bagian luar tanaman, sehingga disebut juga sebagai insektisida kontak.
Sedangkan insektisida sistemik lokal diserap oleh jaringan tanaman (umumnya daun), tapi
tidak atau hanya sangat sedikit ditransportasikan ke bagian tanaman lainnya.

Pembuatan pestisida nabati cukup mudah. Bahannya bisa dari bahan tepung yang bisa
digiling dari bahan nimba, kunyit atau jahe. Juga dengan mengekstrak berbagai tanaman
sehingga menghasilkan minyak nimba, minyak krisan, minyak cengkeh, dan minyak
tembakau. Bahan tanaman juga bisa dibakar lalu diambil abunya. Ini bisa menjadi insektisida
dari bahan serai, tembelekan, daun bambu, dan lain-lain.

Namun, ada kelebihan dan kekurangan pestisida nabati. Kelebihannya adalah dapat
mengurai lebih cepat karena sinar matahari, efeknya cepat misalnya menghentikan nafsu
makan serangga, toksinitasnya rendah sehingga baik untuk hewan maupun manusia,
spektrum pengendalinanya luas, serta phitotoksitasnya rendah sehingga tidak meracuni dan
merusak tanaman. Kelemahannya cepat terurai sehingga harus sering-sering disemprotkan,
daya racun rendah, dan produksi komersialnya saat ini sangat jarang.

Selain perbedaan secara teknis, perbedaan penting lebih pada dampak sosialnya.
Dengan menerapkan pestisida organik, yang bahannya bisa dicari sendiri di alam dan diolah
dengan mudah, maka petani akan menjadi lebih mandiri. Penerapannya juga selaras dengan
berbagai semangat baru pembangunan pertanian saat ini yang harus ramah lingkungan,
menyehatkan konsumen, dan memandirikan petani.

2.3 Pemanfaatan Pestisida

Pestisida digunakan untuk mengendalikan keberadaan hama yang diyakini


membahayakan. Misal nyamuk yang dapat membawa berbagai penyakit mematikan seperti
virus Nil Barat, demam kuning, dan malaria. Pestisida juga ditujukan kepada hewan yang
mampu menyebabkan alergi seperti lebah, tawon, semut, dan sebagainya. Insektisida pun
digunakan di peternakan dalam mencegah kehadiran serangga yang mampu menularkan
penyakit dan menjadi parasit. Pestisida pun digunakan dalam pengawetan makanan, seperti
mencegah tumbuhnya jamur pada bahan pertanian dan mencegah serta membunuh tikus yang
biasa memakan hasil pertanian yang disimpan. Herbisida juga digunakan dalam transportasi
seperti membunuh gulma di pinggir jalan dan trotoar. Tumbuhan dan hewan invasif juga
dapat ditanggulangi dan dicegah dengan pestisida. Herbisida dan algasida telah digunakan
untuk mengendalikan pertumbuhan alga dan tumbuhan air di perairan. Hama seperti rayap
dan jamur dapat merusak struktur bangunan yang terbuat dari kayu.

Pestisida dapat menyelamatkan usaha pertanian dengan mencegah hilangnya hasil


pertanian akibat serangga dan hama lainnya. Di Amerika Serikat, diperkirakan setiap dolar
yang dikeluarkan untuk pestisida menyelamatkan empat dolar uang yang dapat hilang karena
hama. Studi lainnya menemukan bahwa tanpa penggunaan pestisida, hasil pertanian dapat
turun sekitar 10%. Studi lainnya yang dilakukan pada tahun 1999 menemukan bahwa
pelarangan pestisida di Amerika Serikat dapat menyebabkan kenaikan harga pangan,
hilangnya lapangan pekerjaan, dan meningkatnya penderita kelaparan.

DDT yang disemprotkan di tembok rumah dapat melawan malaria dan digunakan
pada tahun 1950an dan WHO mendukung hal tersebut. Namun pada tahun 2007, sebuah studi
mengkaitkan kanker payudara dengan paparan DDT pra-pubertas. Gejala keracunan juga
dapat terjadi ketika DDT dan senyawa hidrokarbon berklorin masuk ke makanan manusia.
Meski begitu, para ilmuwan memperkirakan DDR dan bahan kimia organofosfat lainnya
telah menyelamatkan 7 juta jiwa sejak tahun 1945 dengan mencegah penyebaran penyakit
malaria, wabah bubonik, tripanosomiasis Afrika, dan typhus.[ Meski demikian, penggunaan
DDT tidak selalu efektif karena resistansi terhadap DDT telah ditemukan sejak tahun 1955,
dan pada tahun 1972 19 spesies nyamuk dinyatakan telah tahan terhadap DDT. Sebuah studi
oleh WHO pada tahun 2000 di Vietnam menemukan bahwa pengendalian malaria tanpa DDT
dapat lebih efektif dibandingkan DDT.

Pada tahun 2006 dan 2007, dunia telah menggunakan setidaknya 5.2 miliar pon pestisida
dengan herbisida merupakan porsi terbesar, mencapai 40%, diikuti insektisida 17%, dan
fungisida 10%.Pada tahun yang sama, Amerika Serikat menggunakan 1.1 miliar pon
pestisida. Saat ini terdapat 155 juta bahan aktif yang terdaftar sebagai pestisida yang dapat
digunakan bersama-sama untuk membentuk 20000 jenis produk pestisida. Diperkirakan pasar
ini akan mendapatkan keuntungan sebesar US$ 52 miliar pada tahun 2019.

2.3 Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan dan Kesehatan
Manusia

Masalah yang banyak diprihatinkan dalam pelaksanaan program pembangunan yang


berwawasan lingkungan adalah masalah pencemaran yang diakibatkan penggunaan pestisida di
bidang pertanian, kehutanan, pemukiman, maupun di sektor kesehatan. Pencemaran pestisida
terjadi karena adanya residu yang tertinggal di lingkungan fisik dan biotis disekitar kita. Sehingga
akan menyebabkan kualitas lingkungan hidup manusia semakin menurun.

Pestisida sebagai bahan beracun, termasuk bahan pencemar yang berbahaya bagi lingkungan
dan kesehatan manusia. Pencemaran dapat terjadi karena pestisida menyebar melalui angin, melalui
aliran air dan terbawa melalui tubuh organisme yang dikenainya. Residu pestisida sintesis sangat sulit
terurai secara alami. Bahkan untuk beberapa jenis pestisida, residunya dapat bertahan hingga
puluhan tahun. Dari beberapa hasil monitoring residu yang dilaksanakan, diketahui bahwa saat ini
residu pestisida hampir ditemukan di setiap tempat lingkungan sekitar kita. Kondisi ini secara tidak
langsung dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap organisma bukan sasaran. Oleh karena
sifatnya yang beracun serta relatif persisten di lingkungan, maka residu yang ditinggalkan pada
lingkungan menjadi masalah.

Residu pestisida telah diketemukan di dalam tanah, ada di air minum, air sungai, air sumur,
maupun di udara. Dan yang paling berbahaya racun pestisida kemungkinan terdapat di dalam
makanan yang kita konsumsi sehari-hari, seperti sayuran dan buah-buahan.

Aplikasi pestisida dari udara jauh memperbesar resiko pencemaran, dengan adanya
hembusan angin. Pencemaran pestisida di udara tidak terhindarkan pada setiap aplikasi pestisida.
Sebab hamparan yang disemprot sangat luas. Sudah pasti, sebagian besar pestisida yang
disemprotkan akan terbawa oleh hembusan angin ke tempat lain yang bukan target aplikasi, dan
mencemari tanah, air dan biota bukan sasaran.
Pencemaran pestisida yang diaplikasikan di sawah beririgasi sebahagian besar menyebar di
dalam air pengairan, dan terus ke sungai dan akhirnya ke laut. Memang di dalam air terjadi
pengenceran, sebahagian ada yang terurai dan sebahagian lagi tetap persisten. Meskipun
konsentrasi residu mengecil, tetapi masih tetap mengandung resiko mencemarkan lingkungan.
Sebagian besar pestisida yang jatuh ke tanah yang dituju akan terbawa oleh aliran air irigasi.

Dampak Positif Pestisida:


• Dapat diaplikasikan dengan mudah.
• dapat diaplikasikan hampir di setiap waktu dan setiap tempat.
• Hasilnya dapat dirasakan dalam waktu singkat.
• Dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu singkat.
• Mudah diperoleh dan memberikan keuntungan ekonomi terutama jangka pendek.

Dampak Negatif Pestisida:


• Pencemaran terhadap ekosistem sungai, kolam, rawa/danau dan perairan.
• Pencemaran terhadap ekosistem lahan sayuran holtikultura.
• Pencemaran terhadap keadaan populasi hama, patogen dan musuh alami.
• Pemanasan global.
• Pencemaran terhadap kesehatan manusia.

Pencemaran Terhadap Kesehatan Manusia:


Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat
mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan. Kecelakaan akibat pestisida pada
manusia sering terjadi, terutama dialami oleh orang yang langsung melaksanakan
penyemprotan.

Gejala yang terjadi saat Keracunan Pestisida:


Antara lain :
• Pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya,
• Muntah,
• Mulas,
• Mata Berair,
• Kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka,
• Kejang-kejang,
• Pingsan,
• dan tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian.

“Kejadian diatas umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja dan
kurangnya kesadaran bahwa pestisida adalah racun”.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pembasmi hama atau Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan,
menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu.
2. Pencemaran dapat terjadi karena pestisida menyebar melalui angin, melalui aliran air
dan terbawa melalui tubuh organisme yang dikenainya. Residu pestisida sintesis
sangat sulit terurai secara alami.
3. Tujuan penggunaan pestisida adalah untuk mengurangi populasi hama. Akan tetapi
dalam kenyataannya, sebaliknya malahan sering meningkatkan populasi jasad
pengganggu tanaman, sehingga tujuan penyelamatan kerusakan tidak tercapai.
4. Penggunaan pestisida di sektor pertanian selain dapat membasmi atau mengendalikan
hama, sehingga membantu petani meningkatkan produktivitasnya, membuat pertanian
lebih efisien, dan ekonomis. Juga berakibat menimbulkan terjadinya kerusakan
lingkungan dan Pencemaran terhadap kesehatan mahluk hidup.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anonim a, 2013. http://usitani.wordpress.com/2009/02/26/dampak-negatif-penggunaan -


pestisida/. Diakses pada tanggal 10 mei 2013 pukul 16:45.

Anonim b, 2013. http://www.tanindo.com/index.php?option=com _content & view = section


& layout = blog & id=9&Itemid=15. Diakses pada tanggal 10 mei 2013 pukul 16:45.

Hidayat Natawigena dan G. Satari. 1981. Kecenderungan Penggunaan Pupuk dan Pestisida
dalam Intensifikasi Pertanian dan Dampak Potensialnya Terhadap Lingkungan .
Seminar terbatas 19 Maret 1981 Lembaga Ekologi Unpad Bandung.

http://balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita-terbaru/326-penggunaan-pestisida-
harus-berdasarkan-pada-enam-tepat.html

http://kaltim.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?
option=com_content&view=article&id=905:aplikasi-pestisida-kimia-secara-
bijaksana&catid=26:lain&Itemid=59

Mulyani, S. dan M. Sumatera. 1982. Masalah Residu Pestisida pada Produk Hortikultura.
Simposium Entomologi, Bandung 25 – 27 September 1982.

Oka, Ida Nyoman. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia .
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai