Vitaminku
Vitaminku
Vitamin C adalah vitamin yang tergolong vitamin yang larut dalam air.
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan
rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal
putih, tidak berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-192°C.
Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Vitamin C
sangat mudah larut dalam air (1g dapat larut sempurna dalam 3 ml air),
sedikit larut dalam alkohol (1 g larut dalam 50 ml alkohol absolut atau 100 ml
gliserin) dan tidak larut dalam benzena, eter, kloroform, minyak dan
sejenisnya. Vitamin C tidak stabil dalam bentuk larutan, terutama jika
terdapat udara, logam-logam seperti Cu, Fe, dan cahaya.
Sifat vitamin C
Vitamin C memiliki sifat sebagai berikut:
1. Dalam bentuk kristal tidak berwarna.
2. Larut dalam air dan sedikit larut dalam asetat atau alkohol yang
mempunyai berat.
3. Stabil pada pH rendah.
4. Merupakan reduktor kuat.
5. Mudah teroksidasi
Reaksi tahap I:
Reaksi tahap II
Kelebihan Vitamin C
- Diare
Nanas
Klasifikasi Nanas
- Kingdom : Plantae
- Divisio : Spermatophyta
- Kelas : Angiospermae
- Ordo : Bromeliales
- Famili : Bromiliaceae
- Genus : Ananas
Titrasi Iodium
Titrasi redoks adalah titrasi yang melibatkan proses oksidasi dan
reduksi. Kedua proses ini selalu terjadi secara bersamaan. Dalam titrasi
redoks biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir.
Untuk mengetahui kadar vitamin C metode titrasi redoks yang digunakan
adalah titrasi langsung yang menggunakan iodium. Iodium akan
mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang
lebih kecil disbanding iodium. Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang
lebih kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan
iodium. Pendeteksian titik akhir pada titrasi iodimetri ini adalah dilakukan
dengan menggunakan indicator amilum yang akan memberikan warna biru
pada saat tercapainya titik akhir (Gandjar, dkk., 2007).
Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi
yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian
ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan sifat larutan yang diuji.
Pengukuran kadar Vitamin C dengan reaksi redoks yaitu menggunakan
larutan iodin (I2) sebagai titran dan larutan kanji sebagai indikator. Pada
proses titrasi, setelah semua Vitamin C bereaksi dengan Iodin, maka
kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan larutan berwarna
biru gelap. Dengan persamaan reaksi:
(l) + I2 (aq) → + 2H+ + 2I-
+ nI2
Prinsip Kerja
Kadar vitamin C ditentukan dengan cara iodometri dimana vitamin C
mereduksi I2 menjadi I-. Titik akhir titrasi ditentukan dari warna biru amilum
sehingga kadar vitamin C dapat dihitung sebagai berikut :
V I 2 × N I 2 × 0,88 mg
Kadar Vitamin C = = a mg
0,01 N
20 mL
Kadar Vitamin C = a mg × fp [ ] = b mg
10 mL
100 g mg
Kadar Vitamin C = b mg × = h asil
berat sampel awal (g) 100 g
Setelah diperoleh kandungan vitamin C dalam mg, maka ditentukan
persentasenya menggunakan rumus:
% Kadar Vitamin C =
a mg
berat sampel awal ( g )
× fp[20 mL
10 mL ]
×100
= h asil
V. Alat dan Bahan
Alat – Alat :
Neraca Analitik 1 buah
Mortar dan alu 1 buah
Labu Ukur 100 mL 1 buah
Erlenmeyer 4 buah
Buret 1 buah
Statif dan Klem 1 buah
Gelas Kimia 1 buah
Gelas Ukur 1 buah
Pipet tetes 3 buah
Bahan:
Aquades
Larutan I2 0,01N
Larutan amilum
Buah nanas
1. Persiapan sampel
Nanas
dikupas
ditimbang sebanyak 10 gram
dihancurkan dengan mortal sampai memperoleh slurry
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
ditambahkan aqudes sampai tanda batas
ditunggu 15 menit sambil digoyang – goyang
Filtrat Endapan
diambil sebanyak 10 mL
dimasukkan ke dalam erlenmeyer
ditambah 20 mL aquades
ditambah 3 tetes amilum 1%
dititrasi dengan larutan standar Iodium 0,01 N
diulang titrasi sebanyak 3 kali
Volume Iodium
2. Larutan Blanko
20 mL aquades
dimasukkan ke dalam erlenmeyer
ditambah 3 tetes amilum 1%
dititrasi dengan larutan standar Iodium 0,01 N
Volume Iodium
(aq) → + 2H+ + 2e
Reaksi Reduksi :
I2(aq) + 2e → 2I-
+nI2 +2H2O
Volume larutan I2 yang digunakan ketika dalam proses titrasi yaitu
1 0,50
2 0,50
3 0,60
mg
dengan rumus:
100
V I 2 × N I 2 × 0,88 mg
Kadar Vitamin C = = a mg
0,01 N
20 mL
Kadar Vitamin C = a mg × fp [ ] = b mg
10 mL
100 g mg
Kadar Vitamin C = b mg × = h asil
berat sampel awal (g) 100 g
mg
Setelah diperoleh kandungan vitamin C dalam , maka
100
ditentukan persentasenya menggunakan rumus:
a mg 20 mL
% Kadar Vitamin C = × fp[ ]×100
berat sampel awal ( g) 10 mL
= h asil
0,7907
=2× × 100%
10,2893 gram
= 15,37 %
Dari hasil perhitungan rata-rata hasil percobaan yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa kandungan vitamin C dalam sampel buah
nanas sebesar 15,37 mg dengan persentase sebesar 15,37 . Menurut
teori, kandungan vitamin C pada buah nanas sebesar 20 mg (Direktorat Gizi
Depkes RI, 1988) sehingga hasil kadar vitamin C pada buah nanas
berdasarkan hasil percobaan hampir mendekati dengan kadar vitamin C
pada buah nanas secara teori.
2. Larutan Banko
Pada percobaan kedua ini yaitu larutan blanko, bertujuan sebagai
larutan pembanding. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan
memasukkan 20 mL aquades tidak berwarna ke dalam Erlenmeyer.
Kemudian ditambahkan dengan 3 tetes amilum larutan tidak berwarna.
Amilum berfungsi sebagai indikator yang menunjukkan perubahan warna
pada titik akhir titrasi dapat dilihat dari munculnya warna biru. Amilum juga
berfungsi untuk mendeteksi adanya I2. Kelebihan amilum sebagai indikator
yaitu amilum memiliki sifat yaitu tidak dapat larut dalam air dingin,
ketidakstabilan suspensinya dalam air dan dengan iod memberi suatu
kompleks yang tak dapat larut dalam air, sehingga amilum tidak boleh
ditambahkan terlalu dini dalam titrasi.
Kemudian larutan dititrasi dengan larutan standar iodium 0,01 N
yang berwarna kuning kecoklatan yang berfungsi sebagai titran. Larutan
dititrasi dengan larutan iodium hingga diperoleh warna biru yang
menunjukkan titik akhir titrasi. Warna biru diperoleh karena reaksi dari
indikator amilum dengan larutan iodium dimana iodium dapat menunjukkan
adanya I2 dalam larutan. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
+ n2 +2H2O
Volume I2 yang dibutuhkan untuk titrasi pada larutan blanko
sebesar 0,15 mL. Warna yang dihasilkan pada larutan blanko yaitu berwarna
biru berperan sebagai pembanding pada warna larutan sampel.
IX. KESIMPULAN
X. JAWABAN PERTANYAAN
100 gram
Kadar Vitamin C = b ×
berat sampel
100 gram
= 1,5814 mg ×
10,2893 gram
= 15,3694 mg
20 mL
a
% Kadar Vitamin C = ×
× 100%
10 mL
msampel
0,7907
=2× × 100%
10,2893 gram
= 15,37 %
2. Gambarkan struktur vitamin C!
Jawab:
3. Sebutkan penyakit atau gejala yang tampak, yang disebabkan oleh
defisiensi vitamin C!
Jawab:
a. Anemia
Panyakit ini memiliki gejala kurang energi, lemas, mudah mengantuk,
dan pada kondisi yang lebih parah dapat menyebabkan nafas
tersengal-sengal kemudian pingsan. Anemia sendiri adalah penyakit
dimana tubuh kekurangan sel darah merah. Sel darah merah dihitung
dalam jumlah hemogoblin. Biasanya juga terjadi pada wanita saat
menstruasi atau masa kehamilan.
b. Sariawan
Penyakit sariawan atau skorbut. Gejala-gejala penyakit skorbut ialah
terjadinya pelembekan tenunan kolagen, infeksi, dan demam. Juga
timbul sakit, pelunakan, dan pembengkakan kaki bagian paha. Pada
anak yang giginya telah keluar, gusi membengkak, empuk, dan terjadi
pendarahan.Pada orang dewasa skorbut terjadi setelah beberapa bulan
menderita kekurangan vitamin C dalam makanannya. Gejala gejalanya
ialah pembengkakan dan pendarahan pada gusi, gingivalis, kaki
menjadi empuk, anemia, dan deformasi tulang.
c. Scurvy
f. Gusi berdarah
g. Tulang menjadi kurang stabil karena perubahan pada tulang rawan
yang mendukung tulang biasa.
Satu buah pepaya ukuran kecil sekitar 157 gram memiliki 95,6
miligram vitamin C. Secangkir pepaya yang dihaluskan memiliki 140
miligram. Pepaya memiliki kandungan vitamin A tinggi, kaya folat
dan serat.
Paprika merah
Satu cangkir isi paprika merah yang telah diiris memiliki 190,3
miligram vitamin C. Pada paprika hijau memiliki 119,8 miligram
Brokoli
Khomsan, Ali. 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.