PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
(Brunner & Suddarth, 2001)
Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak.
Kekurangan atau defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau kurang
darah. Di dunia, defisiensi besi terjadi pada 20-25% bayi. Di Indonesia, ditemukan
anemia pada 40,5% balita, 47,2% usia sekolah, 57,1% remaja putri, dan 50,9% ibu
hamil. Penelitian pada 1000 anak sekolah yang dilakukan oleh IDAI di 11 propinsi
menunjukkan anemia sebanyak 20-25%. Jumlah anak yang mengalami defisiensi besi
tanpa anemia tentunya jauh lebih banyak lagi.
Berbagai macam pembagian anemia dalam kehamilan telah dikemukakan oleh
para penulis. Berdasarkan penyelidikan data dari Dep.Kes anemia dalam kehamilan
dapat dibagi menjadi:
1. Anemia defisiensi besi
2. Anemia megaloblastik
3. Anemia hipopalstik
4. Anemia hemolitik
Anemia yang langsung berhubungan dengan kehamilan adalah anemia defisiensi
besi, yang merupakan 95% dari anemia pada wanita hamil.
Dalam makalh ini penulis membahas konsep teori anemia defisiensi besi serta
asuhan keperawatannya.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis data membuat rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Defisiensi Besi ?
C. Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem
Hematologi & Imunologi yang berjudul ” Askep Anemia Defisiensi Besi ”. Tujuan
khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan
pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep skoliosis serta
proses keperawatan dan pengkajiannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Anemia akibat defesiensi besi untuk sisntesis Hb merupakan penyakit darah yang
paling sering pada bayi dan anak. Frekuensinya berkaitan dengan aspek dasar
metabolisme besi dan nutrisi tertentu. Tubuh bayi baru lahir mengandung kira-kira
0,5 g besi, sedangkan dewasa kira-kira 5 g. untuk mengejar perbedaan itu rata-rata
0,8 mg besi harus direabsorbsi tiap hari selama 15 tahun pertam kehidupan.
Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil diperlukan untuk
menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh pengelupasan sel, karena itu untuk
mempertahankan keseimbangan besi positif pada anak, kira-kira 1 mg besi harus
direabsorbsi setiap hari.
Anemia Defisiensi besi adalah kadar besi dalam tubuh dibawah nilai normal.
Pada tahap awal kita akan menemukan cadangan besi tubuh yang berkurang.
Kemudian jika kekurangan berlanjut kadar besi dalam plasma akan berkurang. Pada
akhirnya proses pembentukan hemoglobin akan terganggu dan menyebabkan
anemia defisiensi besi.
Anemia yang disebabkan kekurangan besi untuk sintesa Hemoglobin.
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau
beberapa bahan yang diperlukan untuk pamatangan eritrosit.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe
sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit
B. Etiologi
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi,
gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun :
1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :
- Saluran cerna à Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang
3
- Saluran genetalia wanita à menoragi atau metroragi
- Saluran kemih à hematuria
- Saluran nafas à hemoptoe
2. Faktor nutrisi à akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas
besi yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan
rendah daging)
3. Kebutuhan besi meningkat à seperti pada prematuritas anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan
4. Gangguan absorpsi besi à gastrekotomi, kolitis kronis
C. Patofisiologi
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi
semakin menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron depleted
state. Apabila kekurangan besi berlanjut terus, maka penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang. Sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit,
tetapi anemia secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut iron deficien
erythropoesis. Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer, sehingga disebut
iron deficiency anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta
pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku epitel mulut dan
faring, serta berbagai gejala lainnya
Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin (Hb). Kekurangan
Fe mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit juga menurun, tiap
eritrosit mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga timbul anemia
hipokromik mikrositik.
1. Jumlah efektif eritrosit berkurang menyebabkan jumlah O2 ke jaringan berkurang.
4
- Peningkatan curah jantung dan pernafasan
- Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin
-Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan,
redistribusi aliran darah ke organ vital.
Salah satu tanda yang sering di kaitkan dengan anemia adalah pucat, ini
umumnya sering di kaitkan dengan volume darah, berkurangnya hemoglobin dan
vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman O2 ke organ-organ vital. Karena faktor-
faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler
mempengaruhi warna kulit maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang
dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan dan membran mukosa mulut serta
konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.
D. Manifestasi Klinis
1. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
2. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit
dada)
3. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
4. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SS
5. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
Pucat merupakan tanda paling penting pada defisiensi besi. Pada ADB dengan
kadar Hb 6-10 g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang efektif sehingga gejala
anemia hanya ringan saja. Bila kadar Hb turun <> 100 µg/dl eritrosit
Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia
jenis lain adalah sebagai berikut :
a. Koilorikia adalah Kuku sendok (Spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis
5
c. Stomatitis angularis adalah adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga
E. Pencegahan
Tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan besi pada
masa awal kehidupan adalah meningkatkan penggunaan ASI eksklusif, menunda
penggunaan susu sapi sampai usia 1 tahun, memberikan makanan bayi yang
mengandung besi serta makanan yang kaya dengan asam askorbat (jus buah) pada
saat memperkenalkan makanan pada usia 4-6 bulan, memberikan suplementasi Fe
kepada bayi yang kurang bulan, serta pemakaian PASI (susu formula) yang
mengandung besi.
F. Komplikasi
1.Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
2.Daya konsentrasi menurun
3.Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun.
BAB III
6
TINJAUAN KASUS
KASUS :
Ny.K 35 tahun datang ke RS Raden, dengan keluhan klien mengatakan dadanya nyeri, sakit kepala
dan sesak nafas, lemas, cepat lelah saat beraktivitas. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
dan berat badannya sebelum sakit 50 Kg, klien mengatakan mual, lemas/lemah, sesak napas, dan
klien tampak pucat, mukosa bibir dan tangan tampak pucat, konjungtiva tampak pucat, pada sudut
tampak bercak berwarna pucat keputihan, kuku pasien tampak melengkung seperti sendok.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, diperoleh data TD : 110/70 mmHg, Suhu : 35 0 C, HR : 89x/i,
RR : 25x/i, (Hb didapat ; Hb 9 g/dl, kadar zat besi 3mg),TB 158 cm, BB : 45 Kg.
A. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama : Ny.K
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sukamerindu
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Anak ke :1
Penanggung Jawab
Nama : Tn.A
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Almat : Sukamerindu
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub dengan klien : Ibu kandung
DS :
Klien mengatakan sesak napas dan lemas, cepat lelah pada saat beraktivitas
DO :
7
TD : 110/70
Suhu : 350 C
HR : 89x/i
RR : 25x/i
BB : 45 Kg
B. ANALISA DATA
NO SIGN & SYMTOMP ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : Penurunan O2 ke jaringan. Gangguan rasa
TD : 110/70mmHg
HR : 89x/i
RR : 25x/i
2 DS : Nafsu makan menurun, mual Gangguan nutrisi
nya 50 Kg
DO :
BB 50 Kg
3 DS : Ketidakseimbangan antara Intoleransi aktifitas
beraktifitas.
DO :
8
Klien tampak lemah
HR : 89x/i
RR : 25x/i
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Diagnnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan rasa Klien akan Kaji keluhan nyeri, lokasi
Nyeri pada anemia membuat
nyaman nyeri b.d menunjukan dan lamanya (skala 0-10). hipoksia dan dapat
menggunakan bantal.
Hangat menyebabkan
basah untuk sendi yang
sirkulasi. Dingin
menyebabkan vasokontriksi.
2. Gangguan nutrisi Jelaskan tentang manfaat
Nutrisi terpenuhi Dengan pemahaman klien
kurang dari kebutuhan sesuai dengan makan bila dikaitkan akan lebih kooperatif
9
menurun, mual KH : Anjurkan agar Untuk menghindari makanan
klien
peroral.
dukungan fsikologis.
Kolaborasi tentang
fsikologis .
Meningkatkan pemenuhan
10
ketidakseimbangan 2x24jam aktivitas tekanan darah selama dan mengindikasikan penurunan
jantung.
dengan aktivitas.
11
Untuk mendapatkan cukup
kerja jantung.
jantung
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan
Saluran cerna Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis,
12
2. Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang
tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan rendah daging)
3. Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan
kehamilan
3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat
lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
DAFTAR PUSTAKA
13
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi
9. Jakarta : EGC
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice. A Guide
to Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill, 1995 : 72-85.
Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology. Edisi ke-
2. New York; Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50.
Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood.
Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25.
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
http://poetriezhuzter.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-anemia.html
14