Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN

Osmosis dan Plasmolisis

Oleh:
Kelompok 3
1. Aan Tri Pratama(1512220001) 6. Panca Setiawati (1522220044)
2. Megawati (1522220039) 7. R.A Dwika S. (1512220019)
3. Monica Afriani (1512220013) 8. Lestari (1512220009)
4. Julia Afifah (1522220035) 9. Desi Herlina U. (1512220003)
5. Amalia Utami (1522220027)

Asisten:
1. Elisah Andriyani
2. Muhammad Irsan
3. Muhammad Julian

Dosen Pembimbing:
Ike Apriani, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti zat lainnya, molekul air air cenderung berdifusi akibat gradien
konsentrasi. Osmosis ialah istilah pergerakan ini. Air menembus membran sel
dengan sendirinya juga melaui protein transport. Kadar air berupa jumlah
relatif molekul air dan molekul zat terlarut. Kadar air bergantung pada jumlah
total molekul atau ion yang larut di dalamnya. Makin tinggi kadar zat terlarut
makin rendah kadar air. Osmosis adalah difusi air menembus membran
permeabel selektif dari daerah yang memiliki kadar zat terlarut lebih rendah
(hipotonik) ke daerah dengan kadar zat terlarut tinggi (hipertonik) (Starr,
2012).
Osmosis adalah difusi melintasi membran semipermeabel yang
memisahkan dua macam larutan dengan konsentrasi solut yang berbeda.
Proses ini cenderung untuk menyamakan konsentrasi solut pada kedua sisi
membran tersebut. Sebagai gambaran, andaikanlah bahwa sejumlah sel
bakteri disuspensikan dalam larutan yang mengandung natrium kloride
berkosentrasi tinggi. Air akan mengalir dari daerah bersubtansikan terlarut
dengan kosentrasi lebih rendah (bagian sel sebelah dalam mempunyai
konsentrasi garam yang rendah) melintasi membran sitoplasma yang bersifat
semipermeabel, masuk ke dalam larutan di sekeliling sel. Jadi sel itu akan
terhidrasi, efeknya serupa seperti mengeringkan sel. Proes ini dikenal dengan
nama plasmolisis. Pada sel hewan yang tidak mempunyai dinding yang kaku,
dapat teramati penyusutan sel yang sesungguhnya sebagai akibat dari
plasmolisis (Pelezar, 2009).
Jadi yang melatar belakangi praktikum Biologi Umum mengenai
Osmosis yaitu agar praktikan atau mahasiswa dapat membedakan antara
difusi dan osmosis. Selain itu, praktikan juga dapat mengetahui dan
memahami tentang peristiwa osmosis yang terjadi pada sel dengan
melakukan beberapa percobaan dan dengan bantuan mikroskop. Mahasiswa
juga dapat mengetahui tentang plasmolisis.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum mengenai Osmosis dan Plasmolisis yaitu:
1. Untuk mengetahui adanya proses osmosis pada Solanum tuberosum dan
Cucumis sativum
2. Mengamati peristiwa plasmolisis pada sel daun Rhoeo discolor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Transport Zat
Harus ada yang dimasukkan ada pula yang harus dikeluarkan dari sel.
Yang harus dimasukkan itu ialah air, ion, metabolit, zat regulator (pengatur
aktivitas sel sejaringan), dan oksigen. Karena itu dalam kehidupan sel
melakukan transport zat terus-menerus baik ke dalam maupun keluar.
Tranport itu lewat membran sel atau unit membran pada umumnya. Transport
zai itu melewati dua daerah yaitu cairan intrasel dan cairan ekstrasel. Cairan
intrasel adalah cairan sitoplasma atau sitosol sendiri. Cairan ekstrasel disebut
juga cairan interseluler bagi makhluk multiseluler. Cairan ekstraseluler itu
adalah cairan tubuh individu, termasuk limfa dan darah. Jadi sel terendam
dalam medium cairan. Bagi makhluk uniseluler cairan medium itu adalah
lingkungan sendiri (Yatim, 1996).
Transport pasif adalah difusi zat melintasi membran tanpa mengeluarkan
energi. Molekul memiliki tipe energi yang disebut gerak termal (panas atau
kalor). Salah satu hasil gerak termal adalah difusi. Pergerakan molekul zat
sehingga tersebar merata di dalam ruang yang tersedia. Setiap molekul
bergerak secara acak, namun difusi populasi suatu molekul dapat memiliki
arah tertentu (Campbell, 2008).
Transport pasif berfungsi untuk membantu molekul kecil atau ion
tertentu untuk menembus membran sel ke lain yang memiliki kadar lebih
rendah. Transport aktif berfungsi memompa ion atau molekul-molekul untuk
Ada beberapa macam cara transport zat lewat membran sel yaitu difusi,
osmosa, filtrasi, tranport aktif, dan cytosis. Difusi, osmosa, dan filtrasi lebih
banyak melibatkan sifat fisik, transport aktif gabungan sifat fisik dan biologis,
sedangkan sitosis semata-mata sifat biologis (Yatim, 1996).

B. Difusi
Difusi adalah perembasan zat dari ruang berkosentrasi lebih tinggi ke
ruang yang berkosentrasi lebih rendah. Perembasan itu mungkin tanpa lewat
sekat, mugkin pula lewat sekat. Perembasan tanpa lewat sekat berlangsung
dalam protoplasma sendiri, seperti dari satu ujung retikulum endoplasma ke
ujung lain. Perembasan lewat sekat, berlangsung bik antara intra dan ekstra
sel, antara sitoplasma dengan nukleoplasma, atau pun antara sitoplasma dan
organel. Perembasan itu lewat unit membrane. Difusi berlansung menurut
gradient (kemiringan) konsentrasi. Yakni di ruang yang kosentrasi zat A
tinggi ke ruang yang kosentrasi zat A itu rendah. Cara difusi umum terdapat
pada sel dan tanpa butuh energi (Yatim, 1996).
Unit membran bersifat semi permeabel atau permeabelitasnya adalah
selektif, terpilih. Umumnya membran sel permeabel terhadap air, lemak serta
zat yang larut dalam lemak, dan sedikit elektrolit. Difusi lewat sekat jauh
lebih pelan dan sulit daripada tanpa lewat sekat. Karena molekul zat itu harus
melewati molekul-molekul membran yang tersussun rapat. Air mudah
berdifusi lewat pori yang banyak tersebar pada membran sel. Porus dibatasi
oleh molekul protein intrinsik (integral). Lemak dan zat yang larut dalam
lemak mudah berdifusi lewat membran sel, karena membran itu dibina atas
lemak yang dua lapis (bilayer). Makin mudah larut suatu zat dalam lemak
makin mudah berdifusi. Untuk difusi ini tak perlu energi dikerahkan. Karena
itu irit. Melihat kepada ada tidaknya pembawa (carrier) pada membran maka
difusi dapat dibedakan atas 2 macam yaitu difusi bebas dan difusi terikat.
Difusi bebas adalah difusi zat tanpa kemudahan dari protein pembawa pada
embran. Zat itu bebas berdifusi sendiri. Sedangkan difusi terikat ialah difusi
yang dipermudah atau diberi fasilitas oleh protein pembawa dalam membran
(Yatim, 1996).
Sebelum dua buah molekul dapat saling terikat, keadaan harus saling
mendekat dan bersentuhan dahulu. Ini dimungkinkan oleh gerak termal yang
menyebabkan molekul-molekul berkeliaran, atau berdifusi, dari posisi awal
masing-masing. Ketika molekul-molekul dalam suatu zat cair saling tumbuk
dan saling bentur cepat satu sama lain, bila diperhatikan, sebuah molekul
tampak bergerak mula-mula satu arah, kemudian ke arah lain, dan tiba-tiba
berubah arah lagi, dalam suatu lintasan yang disebut lintasan acak (raandom
walk) (Alberts, 1994).
C. Osmosis
Seperti zat lainnya, molekul air air cenderung berdifusi akibat gradien
konsentrasi. Osmosis ialah istilah pergerakan ini. Air menembus membran sel
dengan sendirinya juga melaui protein transport. Kadar air berupa jumlah
relatif molekul air dan molekul zat terlarut. Kadar air bergantung pada jumlah
total molekul atau ion yang larut di dalamnya. Makin tinggi kadar zat terlarut
makin rendah kadar air. Osmosis adalah difusi air menembus membran
permeabel selektif dari daerah yang memiliki kadar zat terlarut lebih rendah
(hipotonik) ke daerah dengan kadar zat terlarut tinggi (hipertonik). Tekanan
osmotik adalah jumlah turgor atau tekanan hidrostatis (Starr, 2012).
Alat ukur osmotik disebut osmometer. Umumnya, osmometer adalah
perkakas laboratorium tapi sel hidup dapat pula dianggap sebagai sistem
osmotik. Pada osmometer laboratorium, biasanya tekanan timbul secara
hidrostatik dengan cara menaikkan larutan dalam tabung melawan grativasi.
Namun, sarana lain dapat pula digunakan, misalnya alat pelacak volume
(contohnya seberkas cahaya dan fotosel) yang dapat menaikkan tekanan di
dalam sistem segera setelah volume cairan mulai membesar akibat sedikit air
yang ditambahkan. Pada sel, dinding sel yang tegarlah yang menyebabkan
naiknya tekanan. Perlu diingat bahwa struktur dinding sel dan membran sel
berbeda. Membran memungkinkan molekul air melintas lebih cepat daripada
unsur terlarut, dinding sel primer biasanya sangat permeabel terhadap
keduanya. Memang membran sel tumbuhan memungkinkan berlangsungnya
osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah yang menimbulkan tekanan. Sel
hewan tidak memiliki dinding, sehingga bila timbul tekanan di dalamnya, sel
tersebut sering pecah, seperti terjadi pada saat sel darah merah dimasukkan ke
dalam air. Sel yang turgid banyak berperan dalam menegakkan bagian
tumbuhan yang tidak berkayu (Salisbury, 1995).
Menurut perjanjian, potensial air murni pada tekanan atmosfer dan pada
suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka potensial air
suatu larutan air pada tekanan atmosfer akan bernilai negatif (kurang dari nol).
Oleh karena itu, molekul air akan berdifusi dari potensial air lebih tinggi di luar
menuju potensial air yang lebih rendah dalam larutan sel, artinya air akan
berdifusi menuruni gradien potensial air ke dalam larutan. Akibatnya, tekanan
di dalam sistem membesar, yang menyebabakan naiknya cairan dalam tabung
osmometer laboratorium atau naiknya tekanan pada dinding sel. Meningkatnya
tekanan akan menaikkan potensial air, sehingga potensial air dalam sistem
osmotik akan mulai naik menuju nol. Keadaan tersebut dapat disamakan
dengan skala pada termometer, hanya saja dalam hal ini hampir selalu
berurusan dengan nilai dibawah nol (Salisbury, 1995).
Osmosis adalah difusi melintasi membran semipermeabel yang
memisahkan dua macam larutan dengan konsentrasi solut yang berbeda. Proses
ini cenderung untuk menyamakan konsentrasi solut pada kedua sisi membran
tersebut. Sebagai gambaran, andaikanlah bahwa sejumlah sel bakteri
disuspensikan dalam larutan yang mengandung natrium kloride berkosentrasi
tinggi. Air akan mengalir dari daerah bersubtansikan terlarut dengan kosentrasi
lebih rendah (bagian sel sebelah dalam mempunyai konsentrasi garam yang
rendah) melintasi membran sitoplasma yang bersifat semipermeabel, masuk ke
dalam larutan di sekeliling sel. Jadi sel itu akan terhidrasi, efeknya serupa
seperti mengeringkan sel. Proes ini dikenal dengan nama plasmolisis. Pada sel
hewan yang tidak mempunyai dinding yang kaku, dapat teramati penyusutan
sel yang sesungguhnya sebagai akibat dari plasmolisis (Pelezar, 2009).

D.Tonisitas
Tonisitas kadar relatif zat terlarut dalam cairan yang terpisah oleh
membran permeabel. Saat kadar zat terlarut berbeda cairan dengan kadar zat
terlarut lebih rendah disebut hipotonik. Cairan yang memiliki kadar zat terlarut
yang lebih tinggi disebut hipertonik. Cairan disebut isotonik jika memiliki zat
terlarut yang sama. Tonisitas menentukan arah pergerakan air melalui
membran. Air berdifusi dari cairan hipotonik ke cairan hipertonik. Kebanyakan
sel hidup bebas mengatasi perubahan tonisitas dengan mentranspor secara
selektif zat tersebut untuk menembus membran plasma. Kebanyakan dalam
organisme multisel, tidak dapat melakukannya. Dalam organisme multisel,
memelihara tonisitas ekstraseluler merupakan bagian dari homeostatis cairan
jaringan normal bersifat isotonik dengan cairan dalam sel. Jika cairan jaringan
menjadi hipertonik, maka sel akan kehilangan air dan mengerut. Jika cairan
menjadi hipotonik, maka air berdifusi ke dalam sel dan menjadi meledak
(Starr, 2012).

E. Efek Tekanan Cairan Pada Transport Zat


Tekanan hidrositas atau turgor berhubungan dengan osmosis. Kedua istilah
menyatakan tekanan cairan terhadap dinding sel, membran, tabung, atau
struktur lainnya. Dinding sel pada tumbuhan dan banyak protista, fungi, dan
bakteri menolak peningkatan volume sitoplasma. Dinding pembuluh darah
menolak peningkatan volume darah. Besarnya tekanan hidrotastis yang dapat
menghentikan air berdifusi ke cairan sitoplasma atau larutan hipertonik lainnya
disebut tekananan osmotik (Starr, 2012).
Dalam keadaan biasa sel menjaga suasana yang isotonis dengan cairan
medium. Sel hidup selalu berupaya untuk menjaga tekanan osmosanya sesuai
dengan cairan medium. Jika ada gangguan dalam pada tekanan osmosa itu sel
pun akan rusak. Upaya menjaga tekanan osmosa ini tergolong pada sifat
homostatis (Yatim, 1996).
Sel tumbuhan yang sedang berkembang bersifat hipertonik terhadap air
dalam tanah (cairan sitoplasma biasanya mengandung lebih banyak zat terlarut
dari air tanah). Air berdifusi ke sel tumbuhan muda secara osmosis yang
kemudian meningkatkan tekanan cairan terhadap dinding primer. Dinding tipis
dan elastis membesar di bawah tekanan yang memungkinkan volume
meningkat (Starr, 2012).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 20 September 2017,
pukul 15.30–17.30 WIB, di Laboratorium Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum osmosis dan plasmolisis
yaitu curter, tusuk gigi, tissue, pipet tetes, petridish, label tempel dan gelas
kimia
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum osmosis dan
plasmolisis adalah air/aquades, garam halus, kentang (Solanum
tuberosum) dan Rhoeo discolor

Anda mungkin juga menyukai