Anda di halaman 1dari 3

Etika Lingkungan

Arni Rahmawati Fahmi Sholihah / August 24, 2011 / 2 comments

Manusia merupakan salah satu bagian yang terintegrasi dengan lingkungan. Sebagai makhluk
hidup yang membutuhkan lingkungan, manusia memiliki kewajiban untuk menghormati,
menghargai dan menjaga nilai-nilai yang terkandung di dalam lingkungan. Perilaku positif
manusia dapat menyebabkan lingkungan tetap lestari sedangkan perilaku negatifnya dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan.

Etika dapat dipandang sebagai kebiasaan hidup yang baik yang diwariskan dari satu generasi
ke generasi lain. Etika berisikan aturan tentang bagaimana manusia harus hidup yang baik
sebagai manusia, perintah dan larangan tentang baik buruknya perilaku manusia untuk
mengungkapkan, menjaga, dan melestarikan nilai tertentu, yaitu apa yang dianggap baik dan
penting. Dengan demikian etika berisi prinsip-prinsip moral yang harus dijadikan pegangan
dalam menuntun perilaku.

Etika lingkungan hidup berbicara mengenai perilaku manusia terhadap alam serta hubungan
antara semua kehidupan alam semesta. Etika lingkungan (etika ekologi) adalah pendekatan
terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan
kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang
sama. Prinsip etika ekologi adalah: semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan
karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan
hak untuk berkembang.

Etika lingkungan dapat dibedakan menjadi etika pelestarian dan etika pemeliharaan. Etika
pelestarian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan pelestarian alam untuk
kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan dimaksudkan untuk mendukung usaha
pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua mahluk. Etika ekologi dapat dibedakan
menjadi etika ekologi mendalam dan etika ekologi dangkal.

Etika Ekologi Dangkal

Etika ekologi dangkal merupakan pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan fungsi
lingkungan sebagai sarana penyelenggaraan kepentingan manusia dan bersifat antroposentris.
Etika ekologi dangkal biasa diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu
pengetahuan mekanistik. Dalam hal ini, alam hanya dipandang sebagai alat pemenuhan
kebutuhan hidup manusia.

Poin-poin penekanan dalam etika antroposentris adalah sebagai berikut.

 Manusia terpisah dari alam.


 Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab
manusia.
 Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya.
 Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia.
 Norma utama adalah untung rugi.
 Mengutamakan rencana jangka pendek.
 Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya di negara
miskin.
 Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.

Jenis etika antroposentris.

1. Etika antroposentris yang menekankan segi estetika alam (etika lingkungan harus
dicari pada kepentingan manusia, secara khusus kepentingan estetika).
2. Etika antroposentris yang mengutamakan kepentingan generasi penerus
(mendasarkan etika lingkungan pada perlindungan atau konservasi alam yang
ditujukan untuk generasi penerus manusia).

Tokoh: Eugene Hargrove dan Mark Sagoff.

Etika Ekologi Mendalam

Dalam hal ini, alam dipandang memiliki fungsi kehidupan, patut dihargai dan diperlakukan
dengan cara yang baik (etika lingkungan ekstensionisme atau preservasi). Karena alam
disadari sebagai penopang kehidupan manusia dan seluruh ciptaan. Untuk itu manusia
dipanggil untuk memelihara alam demi kepentingan bersama, kepentingan manusia dan
kepentingan alam itu sendiri.

Berikut adalah poin-poin yang ditekankan dalam etika ekologi.

 Manusia adalah bagian dari alam


 Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia,
tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang
 Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan sewenang-
wenang
 Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk
 Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai
 Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati
 Menghargai dan memelihara tata alam
 Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem
 Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu
sistem mengambil sambil memelihara.

Berikut adalah jenis-jenis etika ekologi mendalam.

1. Etika Neo-Utilitarisme. Etika ini merupakan pengembangan etika utilitarisme Jeremy


Bentham yang dipelopori Pete Singer yang menekankan kebaikan untuk semua
sehingga kebaikan etika lingkungan ditujukan untuk seluruh mahluk.
2.
3. Etika Zoosentrisme. Etika ini menekankan perjuangan hak-hak binatang (pembebasan
binatang) dengan tokoh Charles Brich. Menurut etika ini, binatang memiliki hak
menikmati kesenangan karena mereka dapat merasa senang dan harus dicegah dari
penderitaan dan menjadikan rasa senang/penderitaan binatang sebagai salah satu
standar moral.
4.
5. Etika Biosentrisme. Etika ini menekankan kehidupan sebagai standar moral dengan
salah satu tokohnya adalah Kenneth Goodpaster. Hal yang dijadikan tujuan bukanlah
rasa senang atau menderita tetapi kemampuan atau kepentingan untuk hidup. Dengan
menjadikan kepentingan untuk hidup sebagai standar moral, maka yang dihargai
secara moral bukan hanya manusia dan hewan, melainkan seluruh makhluk hidup
yang ada.
6. Etika Ekosentrisme. Etika ekosentrisme menekankan keterkaitan seluruh organisme
dan anorganisme dalam ekosistem. Setiap individu mamiliki keterkaitan satu sama
lain secara mutual dan memandang bumi sebagai suatu pabrik terintegrasi berisi
organsime yang saling membutuhkan, saling menopang dan saling memerlukan.
Kematian dan kehidupan haruslah diterima secara seimbang. Hukum alam
memungkinkan mahluk saling memangsa diantara semua spesies. Ini menjadi alasan
mengapa manusia boleh memakan unsur-unsur yang ada di alam, seperti binatang
maupun tumbuhan. Menurut salah satu tokohnya, John B. Cobb, etika ekosentrisme
mengusahakan keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan
keseluruhan dalam ekosistem.

Untuk pelaksanaannya, berikut terdapat beberapa prinsip yang dapat menjadi pegangan dan
tuntunan bagi perilaku manusia dalam berhadapan dengan alam.

1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect For Nature). Hormat terhadap alam
merupakan prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya.
Setiap anggota komunitas ekologis, termasuk manusia, berkewajiban menghargai dan
menghormati setiap kehidupan dan spesies serta menjaga keterkaitan dan kesatuan
komunitas ekologis.
2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility For Nature). Manusia mempunyai
tanggung jawab terhadap alam semesta (isi, kesatuan, keberadaan dan kelestariannya).
3. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity). Prinsip solidaritas muncul dari kenyataan
bahwa manusia adalah bagian yang menyatu dari alam semesta dimana manusia
sebagai makhluk hidup memiliki perasaan sepenanggungan dengan alam dan dengan
sesama makhluk hidup lain.
4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam (Caring For Nature). Manusia
digugah untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan alam semesta dan seluruh
isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi yang muncul dari kenyataan bahwa
sebagai sesama anggota komunitas ekologis, semua makhluk hidup mempunyai hak
untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat.

Anda mungkin juga menyukai