Anda di halaman 1dari 2

Tendon Fleksor

Anatomi

Tendon fleksor digitalis melewati carpal tunnel sebelum menyebar ke relapak tangan melalui
masing-masing jari. Setiap jari memiliki dua tendon fleksor; fleksor digitorum superfisial (FDS), yang
masuk ke bagian tengah dari falang medial, dan fleksor digitorum profundus (FDP), yang melintang
menuju FDS dan masuk ke dasar volar dari distal falang (Gambar 23). Tendon FDS terbagi di distal
metakarpal, melewati dan mengelilingi tendon FDP dan bergabung kembali di tendon FDP setingkat
dengan sendi PIP. Maka, tendon FDS membentuk sebuah lingkaran yang dilewati oleh tendon FDP
menjadi tendon superfisial pada tingkat falang proksimal.

Mulai dari leher dari metakarpal menuju ke sendi DIP, tendon fleksor melalui saluran osteofibrus
yang dikelilingi selubung sinovial yang memberikan nutrisi dan lubrikasi ke tendon. Tendon fleksor
terhubung dengan selubung sinovial dari vincula, yang mengandung aliran darah ke tendon (37).
Dasar dari kanalis fibro-osseus adalah aspek volar dari falang dan lempeng volar dari MCP dan sendi
interfalang. Bagian fibrosa dari kanalis mengandung lima bundaran seperti katrol (A1-A5), yang
berbentuk transversal, terletak di bagian yang menebal dari selubung tendon dan tiga katrol yang
berbentuk silang (C1-C3), yang dibentuk dari serat yang bersilang dari komponen katrol anular (Gbr
23) (38,39).

Katrol pertama (A1) dimulai dari lempeng telapak dari sendi MCP dan meluas ke dasar dari falang
proksimal. Katrol kedua (A2) mulai dari bagian volar dari falang proksimal dan meluas ke bagian
distal dari falang proksimal yang ketiga. Katrol ketiga (A3) kecil dan meluas hingga ke area dari sendi
PIP. Katrol keempat (A4) melintang di bagian tengah dari falang tengah, dimana katrol kelima (A5)
terletak di area dari sendi DIP. A2 dan A4 merupakan yang terbesar dan tertebal, juga yang paling
memiliki bentuk dan prevalensi yang konstan. Katrol yang berbentuk lingkaran merupakan yang
paling memiliki bentuk dan prevalensi yang bervariasi. C1 dan C3 sering menyatu pada bagian distal
dari A2 dan A4. Fungsi utama dari katrol tersebut untuk memperbaiki selubung tendon selama fleksi
jari dan menghindari “bowstringing” telapak tangan. Katrol tersebut dibuat untuk deformasi dari
selubung tendon selama fleksi tanpa mengganggu tendon itu sendiri.

Tendon fleksor dilihat sebagai sebuah struktur yang memiliki intensitas “low-signal”, lebih tebal
dibanding tendon ekstensor, dengan seluruh detak bagian pencitraan MR. Secara umum, T1-
weighted menghasilkan detail gambar ayang anatomi yang bagus dimana gambaran T2-weight
sangat berguna untuk pemeriksaan untuk keadaan peningkatan air yang abnormal, yang
berhubungan dengan kebanyakan kondisi patologis.
Luka-luka

Luka-luka pada tendon fleksor tidak sesering luka pada bagian ekstensir. Sama seperti luka pada
tendon ekstensor, kita bisa membagi lesi menjadi dua bagian; luka terbuka dan luka tertutup.
Perlukaan pada sistem katrol juga dijelaskan.

Luka terbuka

Laserasi pada tendon fleksor berhubungan dengan luka pada kulit umum dijumpai dibanding trauma
tertutup yang menyebabkan ruptur. Hal ini jarang terjadi di lokasi insersi tulang pada suatu tendon
normal. Malah, sering mempengaruhi pada bagian tengah (40). Sama dengan tendon ekstensor,
sebuah pembagian dari tendon fleksor menjadi bagian banyak telah didirikan berdasarkan
perbedaan anatomi yang bertanggungjawab terhadap prognosis berbeda dari luka tendon lainnya
(28). Tendon fleksor terbagi menjadi lima zona. Zona pertama dimulai dari bagian distal insersi dari
tendon FDP menuju insersi distal dari tendon FDS. Zona II (yang disebut “so-called-no-man’s-land)
meluas dari insersi distal dari FDS ke distal dari lipatan telapak tangan, dengan tendon FDS dan FDP
di kontak langsungnya. Laserasi pada zona II adalah yang paling sering dan memiliki prognosis yang
paling parah. Zona III meluas dari bagian proksimal dari katrol A1 menuju bagian distal dari fleksor
retinakulum. Zona IV dan V mengandung carpal tunnel dan lengan proksimal menuju ke fleksor
retinakulum. Luka pada zona I merupakan laserasi yang terisolasi dari FDP dan bermanifestasi
sebagai kehilangan dari fleksi falang distal. Trauma pada zona IV proksimal berhubungan dengan lesi
pada kedua tendon fleksor dan menyebabkan kehilangan fungsi fleksi daru sendu PIP dan DIP.
Tambahan, luka-luka pada struktur neovaskular yang besar juga telah dilaporkan.

Pada tendon ekstensir, luka mungkin bersifat parsial atau komplit. Diagnosis klinis dari laserasi
parsial sulit dinilai karena tanda fisiknya tidak spesifik. Diagnosis klinis dapat dengan mudah
ditegakkan pada laserasi komplit,namun penilaian derajat dari retraksi proksimal tendon sulit dinilai,
karena tendon terkadang dapat bergeser jauh dari lipatan palmar. Perbaikan secara bedah
merupakan pilihan tatalaksana untuk laserasi tendon total. Tatalaksana untuk laserasi tendon parsial
masih kontroversial, dan terapi konservatif direkomendasikan pada beberapa kasus.

Pencitraan MR sudah sukses digunakan dalam mendiagnosis disrupsi tendon dan untuk
menggambarkan secara akurat lokasi pada akhir dari tendon yang laserasi (3,4,6,43,44). Teknik
tersebut juga memperlihatkan informasi tambahan mengenai derajat dari luka, yang memudahkan
membedakan antara laserasi komplit dan parsial. Pencitraan MR pada luka di tendon fleksor mirip
dengan yang dijelaskan pada tendon ekstensor, meskipun demikian, kurangnya dari sistem fiksasi
seperti adanya bagian dari ekstensor yang menunjukkan peningkatan derajat retraksi dapat terlihat
pada beberapa laserasi. Pada kasus ini, jarak yang sebenarnya dapat dinilai menyimpang saat tendon
berubah bentuk dan tetap fleksibel. Temuan pencitraan MR termasuk tenosynovitis, luksasi dari
tendon yang luka dan disrupsi dari sistem katrol.

Anda mungkin juga menyukai