Anda di halaman 1dari 5

PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI MIKROBA

LAPORAN PRAKTIKUM

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


MIKROBIOLOGI
Yang dibimbing oleh Dr. Endang Suarsini M.Ked

Disusun oleh :
Kelompok 4 / Offering A
1. Adek Larasati S (160341606007)
2. Agrintya Indah M (160341606041)
3. Mamik Rizkiatul L (160341606051)
4. Novela Memiasih (160341606093)
5. Racy Rizki A (160341606056)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
FEBRUARI 2018
A. Tujuan
Untuk mempelajari morfologi koloni bakteri.
B. Dasar Teori
Mikroorganisme membutuhkan suatu medium atau substrat untuk pertumbuhannya
(Hastuti, 2012). Medium tersebut ialah bahan yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme diatas atau didalamnya. Meskipun persyaratan nutrien mikroorganisme amat
beragam, namun sebagai makhluk hidup mereka mempunyai kebutuhan dasar yang sama,
yaitu meliputi karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh. Bagi organisme bersel tunggal, air
sangat dibutuhkan karena air merupakan komponen utama protoplasma (70-85%
protoplasma terdiri dari air) serta sebagai media untuk masuknya nutrien ke dalam sel dan
keluarnya sekresi ataupun ekresi dari dalam sel. Disamping itu, air juga diperlukan untuk
berlangsungnya reaksi-reaksi enzimatik didalam sel. Sumber Nitrogen dapat diperoleh dari
senyawa organik juga dapat berasal dari unsur logam seperti natrium, kalium, kalsium,
magnesium, mangan, besi, seng, tembaga, fosfor, dan kobalt. Bakteri membutuhkannya
dalam jumlah yang sedikit (Hadioetomo, 1990).

Faktor tumbuh ialah komponen seluler esensial yang tidak dapat disintesis sendiri
oleh suatu organisme dari sumber dasar karbon dan nitrogennya. Komponen sel yang
dimaksud dapat berupa asam amino atau vitamin. Bagi banyak heterotrof, kebutuhan akan
faktor tumbuh sudah dapat dipenuhi oleh ekstrak daging atau kaldu nutrien. Namun pada
beberapa patogen (fastidious) diperlukan medium yang lebih rumit seperti agar darah untuk
penyediaan fakror tumbuh yang diperlukan.Keasaman (pH) medium juga dibutuhkan bagi
pertumbuhan organisme terutama kerja enzim. Sebagian besar bakteri tumbuh paling baik
pada sekitar pH 7 (Hadioetomo, 1990).

Berdasarkan komposisi kimiawinya dikenal medium sintetik dan medium nonsintetik


atau kompleks. Komposisi kimiawi medium sintetik diketahui dengan pasti dan terbuat dari
bahan-bahan kimia yang kemurniannya tinggi atau ditentukan dengan tepat. Sedangkan
untuk komposisi medium non sintetik tidak diketahui dengan tepat, contohnya ialah bahan-
bahan yang terdapat dalam kaldu nutrien, yaitu ekstrak daging dan pepton, mempunyai
komposisi kimiawi yang tidak pasti.
Kaldu nutrrien merupakan medium yang sangat umum digunakan dalam bakteriologi
(dapat menunjang pertumbuhan ) maka medium ini disebut juga medium serbaguna.
Sedangkan medium yang mengandung zat-zat kimia tertentu yang dapat menghambat
pertumbuhan satu kelompok bakteri atau lebih tanpa mengahambat pertumbuhann organisme
yang diinginkan disebut medium selektif. Selain itu juga terdapat medium diferensial yaitu
medium yang mengandung zat-zat kimia tertentu yang memungkinkan pengamat untuk dapat
membedakan berbagai tipe bakteri (Hadioetomo, 1990).

Berdasarkan tekstur fisiknya, medium dibedakan menjadi medium cair, medium


setengah padat dan medium padat. Medium cair yang sering digunakan adalah kaldu nutrien
atau kaldu glukosa yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti pembiakan
organisme dalam jumlah besar, penelaahan fermentasi, dan berbagai macam uji. Sedangkan
untuk medium setengah padat dan medium padat dapat dibuat dengan menambahkan bahan
pemadat (agar-agar) pada medium kaldu sesuai dengan konsentasi yang dibutuhkan
(Hadioetomo, 1990).

Sterilisasi dalam mikrobiologi ialah suatu proses untuk mematikan organisme yang
terdapat pada atau dalam suatu benda. Ada tiga cara utama yang umum digunakan dalam
sterilisasi yaitu, penggunaan panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan filtasi.
Pemilihan metode disesuaikan dengan bahan yang akan disterilkan. Sterilisasi basah biasanya
dilakukan didalam autoklaf atau sterilisator uap yang mudah diangkat (portabele) dengan
menggunakan uap air jenuh bertekanan suhu 121° C selam 15 menit.

Panas lembab sangat efektif meskipun suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi,
karena uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang disterilkan, dilepaskan panas sebanyak
686 kalori per gram uap air pada suhu 121 ° C. Panas ini mendenaturasikan atau
mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan mematikannya.

Bakteri memiliki bentuk dan struktur yang berbeda. Bentuk dan struktur ini yang
disebut dengan morfologi bakteri. Setiap bakteri memiliki bentuk yang berbeda. Ini juga
dipengaruhi oleh kondisi tempat hidupnya. Bakteri dapat hidup di setiap tempat misalnya ;
udara, diantara rambut, di sela-sela gigi , didalam tanah dan sebagainya (Hastuti, 2012).
Pada umumnya ada tiga bentuk bakteri yang berbeda yaitu, bentuk kokus atau bulat,
basil atau silinder (batang), dan spiral atau melengkung melingkar (Volk & Wheeler, 1988).

1. Kokus bentuknya seperti buah beri kecil.bakteri ini terdapat dalam beberapa pola atau
pengelompokan yang berbeda dan oleh karen itu dapat dijadikan ciri setiap marga yang
berbeda. Beberapa kokus secara khas hidup sendiri-sendiri, sedangkan yang lainnya dapat
dijumpai berpasangn, kubus atau rantai panjang, bergantung caranya membelah diri dan
berlekatan satu sama yang lain.
a. Kokus yang senantiasa membelah dalam satu bidang namun tidak memisahkan diri,
sering membentuk rantai kokus, ini merupakan bentuk khas Strepcoccus.
b. Kokus yang membelah dalam tiga bidang tegak lurus satu sama lain membentuk
paket kubus, cara ini dijumpai pada merga Sarcina.
c. Kokus yang membelah dalam dua bidang untuk membentuk gugusan yang tidak
teratur diklasifikasikan dalam marga Staphylococcus atau marga Micrococcus.
2. Basil adalah bakteri yang bentuknya menyerupai batang atau silinder. Basil memiliki
ukuran yang beraneka ragam, beberapa diantaranya menyerupai rokok sigaret. Bentuk
lainnya adalah basil berebantuk gelendong dengan ujung-ujung yang meruncing lebih
menyerupai cerutu. Beberapa basil panjang dan lebarnya sama dan bentuknya lonjong,
basil-bail ini menyerupai kokus sehingga disebut koko-basil.
3. Bentuk Spiral
a. Vibrio adalah batang yang melengkung menyerupai koma. Kadang-kadang vibrio
tumbuh sebagai benang-benang membelit atau membentuk S.
b. Spiril adalah spiral atau lilitan yang sebenarnya, seperti kotrek (pembuka gabus).
Tubuh selnya kokoh.
c. Spirochaeta berbentuk spiral tetapi bedanya dengan spiril dalam hal kemampuannya
melenturkan dan melekuk-lekukkan tubuhnya sambil bergerak.

Untuk mengidentifikasi suatu bakteri dapat diamati dari bentuk koloni, warna koloni, tepi
koloni, elevasi koloni, serta tipe pertumbuhannya pada medium miring.

1. Bentuk Koloni
Bentuk koloni yang umunya ditemukan yaitu bundar, bundar dengan tepian kerang,
bundar dengan tepian timbul, keriput, konsentris, tak beraturan dan menyebar,
berbenang-benang, bentuk L, bundar dengan tepian menyebar, filiform, rizoid, atau
kompleks.
2. Bentuk Tepi Koloni
Bentuk tepian koloni bakteri umunya yaitu licin, berombak, berlekuk, takberaturan, siliat,
bercabang, seperti wol, seperti benang, atau seperti ikal rambut.
3. Elevasi Koloni
Selain dapat diamati dan diidentifikasi dari bentuk, warna, dan tepian koloninya,
pengamatan koloni juga dapat di lakukan pada elevasi koloninya. Beberapa elevasi dari
koloni bakteri yaitu, datar, timbul, cembung, seperti tetesan, seperti tombol, berbukit-
bukit, tumbuh kedalam medium, atau seperti kawah.
4. Tipe Pertumbuhan pada Medium Agar Miring
Tipe pertumbuhan koloni bakteri pada medium agar miring juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi jenis bakteri. Menurut Fardiaz dalam Hatuti (2012) ada beberapa tipe
koloni bakteri pada medium agar miring yaitu bentuk serupa pedang, bentuk berduri,
bentuk serupa tasbih, bentuk titik-titik, bentuk berupa batang, dan bentuk serupa akar.
Medium agar padat miring merupakan medium nutrien cair yang ditambah agar
sebagai pemadatnya dan dibirakan mengeras pada posisi miring. Pada medium agar padat
miring, bakteri Eschercia coli, bentuknya spreadling dengan elevasi low convex, tidak
berbau, berwarna krem dan pertumbuhannya sedikit saja namun membentuk koloni. Pada
Bacillus subtilis pertumbuhannya tipis dan merata tanpa koloni dengan elevasi low convex
berbentuk echinulate, tidak berbau dan berwarna krem (Anitamuina, 2013).

Sumber:
Anitamunia. 2013. Morfologi Koloni Bakteri (online),
anitamuina.wordpress.com/2013/02/13/morfologi-koloni-bakteri/
Hadioetomo, Ratna Siri. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia
Hastuti, Utami Sri. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMMPress.
Volk, Wesley A & Wheeler, Margaret F. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai