Pengertian Iman
Iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu-imanan artinya
beriman atau percaya. Percaya dalam Bahasa Indonesia artinya meyakini atau yakin
bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu memang benar atau nyata adanya.
Pengertian iman secara istilahi ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati,
dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak (ragu), serta memberi pengaruh bagi
pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Jadi,iman itu bukanlah
semata-mata ucapan lidah, bukan sekedar perbuatan dan bukan pula merupakan
pengetahuan tentang rukun iman.
Iman itu membentuk jiwa dan watak manusia menjadi kuat dan positif, yang akan
mengejawantah dan diwujudkan dalam bentuk perbuatan dan tingkah laku akhlakiah
manusia sehari-hari adalah didasari/ diwarnai oleh apa yang dipercayainya. Kalau
kepercayaannya benar dan baik pula perbuatannya, dan begitu pula sebaliknya.
Kemudian hal-hal apa saja yang harus diimani? Obyek yang harus diimani adalah
semua yang termasuk dalam rukun iman yang enam, seperti yang tercantum dalam QS
Al-Baqarah ayat 285 dan kemudian hadist Jibril yang terkenal. Keenam rukun iman
tersebut ialah iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya, takdir yang baik dan buruk serta hari kiamat .Keimanan seseorang terhadap
rukun iman tersebut membawa konsekuensi konsekuensi logis yang harus dijalaninya.
1
Berikutnya iman kepada malaikat membawa konsekuensi kita berhati-hati dalam
sikap, perkataan, dan perbuatan karena di kanan dan di kiri kita ada Raqib dan Atid
yang siap mencatat segala yang baik maupun yang buruk yang kita kerjakan.
Berikutnya iman kepada takdir yang baik dan buruk membuat kita akan
selalu berusaha, berikhtiar optimal dan kemudian bertawakal atau berserah diri kepada
Allah. Jika berhasil, itu berarti takdir baik berupa karunia Allah yang haus disyukuri
dan bila gagal atau terkena musibah, itu berarti taqdir buruk berupa cobaan yang harus
disabari dan diterima.
Dan akhirnya iman kepada hari akhir atau kiamat akan menyebabkan kita selalu
waspada dan berhitung atau mengkalkulasi pahala dan dosa kita serta mempersiapkan
bekal untuk hari kiamat itu (QS 59:18) berupa ketakwaan karena segala sesuatunya
akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak.
2. Wujud iman
Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti
percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh
karena itu lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang
dilakukan seorang muslim yang disebut amal saleh.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia
merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal.
Seseorang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya.
Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai
sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak berakidah, maka
2
segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun perbuatan yang dilakukan
bernilai dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan
segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang
muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran
Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.
2. Menjalankan shalat wajib tepat pada waktunya, bahkan shalat selain wajib
sekalipun jika memungkinkannya.3 Dalam riwayat, ketika dalam Perang Mu’tah,
Nabi saw menasihati Abdullah bin Rawahah dan berkata kepadanya, “Sungguh kamu
akan mendatangi sebuah negara yang di dalamnya jumlah orang yang sujud di sana
sangatlah sedikit. Maka dari itu, perbanyaklah kamu untuk bersujud.”
Zaid bin Syaham meriwayatkan dari Abu Abdillah, bahwa dia mendengar Abu
Abdillah berkata, “Sebaik-baik amal yang paling dicintai Allah Àzza wa Jalla adalah
shalat. Itu adalah pesan terakhir dari pesan-pesan yang disampaikan oleh para nabi.”4
Imam Ali telah berwasiat kepada kita tentang shalat, beliau berkata, “Perhatikanlah
urusan shalat dan jagalah dia. Perbanyaklah menunaikannya dan mendekatlah kepada
Allah dengannya, karena sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman. Tidakkah kalian mendengar jawaban
3
penduduk neraka ketika mereka ditanya apakah yang memasukkan kamu ke dalam
Saqar (neraka)? Mereka menjawab: Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang
mengerjakan shalat,” (al-Muddatstsir: 42-43).
Sesungguhnya shalat itu dapat meruntuhkan dosa seperti runtuhnya dedaunan dari
pohon dan melepaskan dosa seperti lepasnya tali dari ikatan. Rasulullah saw
mengibaratkan shalat ini dengan kamar mandi yang ada di depan pintu seseorang.
Dalam waktu sehari semalam dia mandi lima kali, maka tidak akan ada kotoran
sedikit pun yang tersisa pada dirinya.”5
3. Membaca doa, munajat, dan berzikir yang mudah. Ini semua mengingatkan akan
dosa dan membawa orang untuk bertaubat, mendorong manusia untuk menjauhi
keburukan, dan menambahkan bekal kebaikan. Misalnya, doa-doaShahifah
Sajjadiyah Imam Ali Zainal Abidin, doa Kumail bin Ziyad, dan doa-doa bulan
Ramadhan seperti doa Abu Hamzah ats-Tsumali dan doa sahur, serta doa mingguan
dan lain sebagainya.
Penyucian seperti ini sangat dibutuhkan bagi setiap Muslim terutama mereka yang
berada di negara selain negara Islam.
4. Secara rutin mendatangi pusat-pusat dan lembaga Islam yang sering mengadakan
hari-hari besar dan peringatan keagamaan, hari kelahiran, majelis kesedihan, dan
peringatan-peringatan keagamaan lainnya yang dapat memberi nasihat, pengarahan,
dan wawasan baik pada bulan Ramadhan, Muharram, Shafar, ataupun pada bulan,
hari serta waktu-waktu lainnya.
6. Membaca kitab, majalah, serta koran-koran Islam agar dapat mengambil manfaat
darinya dan sekaligus menikmatinya sebagai khazanah keilmuan.
9. Mencari sahabat yang saleh yang dapat diarahkan dan memberikan pengarahan,
yang dapat diluruskan dan memberikan pelurusan. Hendaknya memanfaatkan waktu-
waktu kosong untuk duduk bersama mereka dengan membahas sesuatu yang berguna.
Hendaknya menjauhi persahabatan dengan teman-teman yang berperilaku buruk.
Imam Shadiq meriwayatkan dari ayah-ayahnya, beliau berkata dalam sebuah hadis
4
Rasulullah saw yang bersabda, “Tidak seorang Muslim pun yang dapat mengambil
keuntungan setelah Islam seperti halnya saudara yang memberi keuntungan
kepadanya di jalan Allah.”6
Maisarah bercerita bahwa Imam Abu Ja’far Shadiq bertanya kepadanya, “Apakah
kalian berbuat hampa, berbicara, serta berkata-kata sesuka kalian?”
“Benar, demi Allah, kami adalah hampa dan berbincang-bincang serta berkata sesuka
kami,” jawab Maisarah.
Lalu beliau berkata, “Ingatlah demi Allah, aku sangat berkeinginan bisa bersama
kalian ketika kalian berada di tempat-tempat tersebut. Ingatlah demi Allah, sungguh
aku sangat mencintai bau wangi ruh kalian sedangkan kalian berada dalam agama
Allah dan naungan malaikat-Nya. Maka dari itu, berusahalah dengan sikap menjaga
diri dan semangat (beribadah).”
10. Mengintrospeksi diri setiap hari atau setiap minggu tentang apa yang telah
diperbuat. Apabila yang telah diperbuat adalah kebaikan, hendaknya bersyukur
kepada Allah dan meningkatkannya lagi. Apabila yang telah diperbuat adalah
keburukan, hendaknya meminta ampun dan bertaubat kepada-Nya dan berniat untuk
tidak mengulanginya lagi. Nabi Muhammad saw telah berwasiat kepada Abu Dzar
dan berkata kepadanya, “Wahai Abu Dzar, hisablah dirimu sebelum kamu dihisab
karena sesungguhnya hal itu akan meringankan hisabmu di hari esok. Timbang-
timbanglah dirimu sebelum kamu ditimbang, bersiaplah untuk menghadapi
pertunjukan besar di hari pertunjukan yang tidak ada tersembunyi bagi Allah. Wahai
Abu Dzar, tidak tergolong orang yang bertakwa hingga orang tersebut
mengintrospeksi dirinya melebihi daripada seorang sekutu terhadap sekutunya.
Mengetahui darimana asal minuman dan pakaiannya, apakah hasil dari yang halal
ataukah dari yang haram.”8
Imam Kazhim berkata, “Tidak termasuk golongan kami orang yang tiap harinya tidak
melakukan hisab terhadap dirinya. Apabila telah melakukan kebaikan, dia meminta
tambahan kepada Allah Ta’ala, dan apabila telah melakukan keburukan, dia meminta
ampun kepada Allah dan bertaubat.”9
11. Memerhatikan bahasa Arab sebagai bahasa al-Quran dan bahasa berbagai sumber
hukum Islam serta syariat. Di samping juga sebagai bahasa nenek moyang bagi kaum
muslimin yang menggunakan bahasa Arab sekaligus memerhatikan anak-anaknya
agar tidak berbicara dalam keluarga kecuali dengan bahasa Arab. Apabila status
mereka adalah para pelajar yang mempelajari lebih dari satu bahasa asing, maka
hendaknya mereka mempelajari bahasa al-Quran agar dapat meneruskan agama,
warisan, norma, dan sejarah, serta peradaban mereka.
12. Memerhatikan generasi baru melalui pendidikan anak-anak agar mencintai kitab
Allah dan senang membacanya dengan cara mengadakan lomba dan aktivitas lain
yang dapat mendorong untuk ke arah sana. Membiasakan mereka beribadah dan
berakhlak mulia, seperti sikap jujur, berani, tepat janji, dan mencintai orang lain.
Kemudian hendaknya mengajak mereka pergi ke lembaga dan pusat-pusat Islam
sehingga mereka akan menjadi terbiasa. Mengenalkan musuh-musuh Islam kepada
mereka dan menanamkan semangat persaudaraan Islam dalam hati mereka. Mengajak
mereka bergabung dalam berbagai peringatan dan hari-hari besar Islam. Mendidik
5
mereka untuk mencintai kerja dan bersikap serius serta hal-hal lain yang bisa
membantu mereka untuk meningkatkan pemahaman yang lebih baik tentang Islam.
Dengan demikian, maka mereka akan bersikap yang lebih baik dalam hidup ini sesuai
dengan nilai dan prinsip Islam itu sendiri
Yang Kedua, Jaga tadabbur Al-Qur’an. Bukan hanya sekedar qira’ah atau tilawah,
tapi mengaji dan mengkaji al-Qur’an 2 atau 3 ayat, dengan upaya untuk
memahaminya. Sadarilah wahai saudaraku bahwa Al-Quran itu adalah petunjuk
hidup, petunjuk yang dijaga oleh Allah S.W.T.., Oleh karena itu bacalah Al-Qur’an,
maka pada saat yang bersamaan sesungguhnya kita sedang berdialog dengan Allah
S.W.T..
Yang Ketiga, Selalu melaksanakan shalat wajib berjamaah, apalagi waktu shubuh.
Jangan pernah meningglakan shalat shubuh berjamaah. Negeri kita atau kampung
akan kehilangan keberkahan, yaitu masjid. Lantas Apa Alasan Kita Selama ini Tidak
ke Masjid ???? Cari dunia!. Berapa banyak dunia kita cari ??? Berapa lama kita
hidup ??? Jabatan berapa tinggi kita punya jabatan ??? Mau tahu, siapakah orang yang
beriman di mata Allah S.W.T. ???? Renungkanlah firman Allah S.W.T. :
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat
dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang
yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (At-
Taubah [9]: 18)
6
Yang Keempat, Jaga shalat dhuha. Kunci rezeki dan kunci keberkahan rezeki adalah
dengan melaksanakan shalat dhuha. Dalam salah satu hadits dikatakan; “Dua rakaat
shalat dhuha lebih baik daripada dunia dan segala isinya.” Menurut hadits tersebut,
dunia dan segala apa yang ada di dalamnya, tidak apa-apanya jika dibandingkan
dengan dua rakaat shalat dhuha. Subhanallah…!
Yang Kelima, Biasakan untuk selalu berwudhu’. Setiap kali batal, kita berwudhu’,
terus selalu wudhu’…. Kita pun harus memastikan bahwa diri kita selalu dalam
keadaan berwudhu’. Sehingga anggota badan kita akan merasa malu untuk berbuat
maksiat dan kejahatan.
Yang Keenam, Adalah Sedekah, dengan sedekah kita akan terhindar dari berbagai
macam bencana yang menimpa.
Yang Ketujuh, Istighfar setiap saat, jangan merasa diri kita paling hebat, paling
pintar, dan palingalim, dan jangan sok suci. Beristighfarlah terus… serta jauhkan
sifat-sifat itu (merasa diri kita paling hebat, paling pintar, dan palingalim, dan
jangan sok suci) dari diri kita karena hal itu akan membakar dan menghapus semua
amal ibadah kita.
Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat
dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri atas perbuatan yang tampak saja. Di
dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak selalu mudah ditanggapi
kecuali secara fisik langsung (misalnya, melalui ucapan atau perbuatan yang diduga
dapat menggambarkan sikap mental tersebut), bahkan secara tidak langsung itu
adakalanya cukup sulit menarik kesimpulan yang teliti. Di dalam tulisan ini
dipergunakan istilah tingkah laku dalam arti luas dan dikaitkan dengan nilai-nilai
hidup, yakni seperangkat nilai yang diterima oleh manusia sebagai nilai yang penting
7
dalam kehidupan, yaitu iman. Yang dituju adalah tingkah laku yang merupakan
perwujudan nilai-nilai hidup tertentu, yang disebut tingkah laku terpola.
Dalam keadaan tertentu, sifat, arah, dan intensitas tingkah laku dapat dipengaruhi
melalui campur tangan secara langsung, yakni dalam bentuk intervensi terhadap
interaksi yang terjadi. Dalam hal ini dijelaskan beberap prinsip dengan
mengemukakan implikasi metodologinya, yaitu:
Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang penting, terus menerus, dan
tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan orang semakin
lama semakin mampu bersikap selektif. Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak
kecil dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu penting mengarahkan proses
motivasi agar membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif menghadapi nilai-nilai
hidup yang patut diterima atau yang seharusnya ditolak.
Suatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk
tingkah laku tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk menghayatinya
melalui suatu peristiwa internalisasi (yakni usaha menerima nilai sebagai bagian dari
sikap mentalnya) dan individuasi (yakni menempatkan nilai serasi dengan sifat
kepribadiannya). Melalui pengalaman penghayatan pribadi, ia bergerak menuju satu
penjelmaan dan perwujudan nilai dalam diri manusia secara lebih wajar dan
“amaliah”, dibandingkan bilamana nilai itu langsung diperkenalkan dalam bentuk
“utuh”, yakni bilamana nilai tersebut langsung ditanamkan kepada anak didik sebagai
suatu produk akhir semata-mata. Prinsip ini menekankan pentingnya mempelajari
iman sebagai proses (internalisasi dan individuasi). Implikasi metodologinya ialah
bahwa pendekatan untuk membentuk tingkah laku yang mewujudkan nilai-nilai iman
tidak dapat hanya mengutamakan nilai-nilai itu dalam bentuk jadi, tetapi juga harus
mementingkan proses dan cara pengenalan nilai hidup tersebut. Dari sudut anak didik,
hal ini bahwa seyogianya anak didik mendapat kesempatan sebaik-baiknya
mengalami proses tersebut sebagai peristiwa pengalaman pribadi, agar melalui
pengalaman-pengalaman itu terjadi kristalisasi nilai iman.
3. Prinsip sosialisasi
Pada umumnya nilai-nilai hidup bru benar-benar mempunyai arti apabila telah
memperoleh dimensi sosial. Oleh karena itu suatu bentuk tingkah laku terpola baru
teruji secara tuntas bilamana sudah diterima secara sosial. Implikasi metodologinya
ialah bahwa usaha pembentukan tingkah laku mewujudkan nilai iman hendaknya
tidak diukur keberhasilannya terbatas pada tingkat individual (yaitu hanya dengan
memperhatikan kemampuan seseorang dalam kedudukannya sebagai individu), tetapi
perlu mengutamakan penilaian dalam kaitan kehidupan interaksi sosial (proses
sosialisasi) orang tersebut. Pada tingkat akhir harus terjadi proses sosialisasi tingkah
8
laku, sebagai kelengkapan proses individuasi, karena nilai iman yang diwujudkan ke
dalam tingkah laku selalu mempunyai dimensi sosial.
Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani
secara konsisten, yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren, yaitu tanpa
mengandung pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya. Implikasi
metodologinya adalah bahwa usaha yang dikembangkan untuk mempercepat
tumbuhnya tingkah laku yang mewujudkan nilai iman hendaknya selalu konsisten dan
koheren. Alasannya, caranya dan konsekuensinya dapat dihayati dalam sifat dan
bentuk yang jelas dan terpola serta tidak berubah-ubah tanpa arah. Pendekatan
demikian berarti bahwa setiap langkah yang terdahulu akan mendukung serta
memperkuat langkah-langkah berikutnya. Apabila pendekatan yang konsisten dan
koheren sudah tampat, maka dapat diharapkan bahwa proses pembentukan tingkah
laku dapat berlangsung lebih lancar dan lebih cepat, karena kerangka pola tingkah
laku sudah tercipta.
5. Prinsip integrasi
9
memperoleh kedudukan (derajat) yang tinggi di sisi Tuhan mereka, ampunan, serta
rezki yang mulia” (terj. Qs. Al-Anfal ayat 2-4).
Iman itu bukan sekadar angan-angan, tapi keyakinan yang tertanam dalam hati dan
dibuktikan kebenarannya oleh amal perbuatan (Hasan al-Bashri rahimahullah)
***
Dalam aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, iman bukan sekedar keyakinan hati yang
diucapkan di bibir. Tapi ia merupakan perpaduan antara keyakinan hati, perkataan
lisan, dan perbuatan anggota badan. Banyak ayat al-Qur’an dan hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengisyaratkan bahwa amal perbuatan
merupakan bagian dari iman. Dantaranya firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat
143;
“Sungguh, (Pemindahan qiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyi-nyiakan iman (shalat)mu. (terj. Qs.
Al-Baqarah:143). Makna iman dalam kalimat “Allah tidak akan menyi-nyiakan
imanmu” adalah shalat kalian menghadap baitul maqdis sebelum pengalihan qiblat ke
Ka’bah. Artinya, dalam ayat di atas dengan tegas amalan shalat disebut oleh Allah
sebagai Iman.
Dalam al-Qur’an dan hadits Nabi sering disebutkan ciri orang beriman berupa amal
shaleh. Namun tulisan ini hanya akan fokus pada ciri dan sifat orang beriman yang
Allah sebutkan dalam surah al-Anfal ayat 2-4. Alasannya adalah karena dalam ayat ini
diawali dengan, “Innamal mu’minuunnaldziyna . . . ; Sesungguhnya orang-orang
beriman itu hanyalah mereka yang . . .”. dan dikhiri dengan, “Ulaika humul
mu’minuuna haqqan, . . . mereka itulah orang-orang beriman yang sebenarnya”.
Dalam ayat tersebut Allah menyebutkan lima sifat orang beriman, yakni;
1. Bila disebut nama Allah, hatinya bergetar
“Idza dzukirallahu wajilat quluubuhum; Bila disebut (nama, janji, dan ancaman)
Allah bergetarlah hati mereka. Inilah sifat pertama orang beriman yang disebutkan
oleh Allah dalam ayat ini. Bergetarnya hati mereka menunjukan rasa takut, sikap
ta’dzim (pengagungan), dan cinta kepada Allah yang tertanam di hati mereka.
Dan diantara dzikrullah yang dapat menggetarkan hati orang-orang beriman adalah
bacaan a-Qur’an. Bahkan tidak ada sesuatu yang paling besar pengaruhnya dalam
mengingatkan tentang Allah dan memperingatkan untuk tidak menyelisihi perintah-
Nya melebihi al-Qur’an. Karena dalam Al-Qur’an terdapat nama-nama Allah, janji
dan ancaman-Nya. Allah Ta’ala sebutkan dalam surah Az- Zumar ayat 23;
10
Allah menurunkan perkataan terbaik (yaitu) Kitab Al-Qur’an yang serupa ayat-ayat-
Nya lagi berulang-ulang. Gemetar karena-Nya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhannya. Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka karena mengingat Allah.
(terj. Qs. Az-Zumar :23)
Selain itu getaran hati yang muncul setelah mendengarkan nama Allah tersebut juga
melahirkan ketenangan hati. Karena hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang.
Sebagamana firman Allah dalam surah Ar-Ra’d ayat 28. Rasa tenang tersebut
merupakan cerminan perasaan lapang dada yang ditimbulkan oleh cahaya makrifat
dan tauhid. Karena hati yang bergetar ketika mendengar nama, janji, dan ancaman
Allah juga melahirkan rasa takut berbuat maksiat serta semangat dan energi gerak
melakukan ketaan kepada Allah.
2. Iman Mereka Bertambah bila Mendengar Ayat Allah
Sifat mereka yang kedua adalah, bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, maka
iman mereka bertambah. Yakni keyakinan mereka kepada Allah bertambah mantap,
dan bukti dari pertambahan iman tersebut adalah meningkatnya amal shaleh.
Hal ini menunjukan pula bahwa sarana efektif untuk meningakatkan keimanan adalah
mendengarkan bacaan al-Qur’an dari orang lain. Karena mendengarkan melalui
bacaan orang lain lebih membantu dan mengkondisikan untuk tadabbur (merenungkan
kandungan makna) suatu ayat. Sebab saat mendengar, seseorang bisa lebih fokus
medengarkan dan memikirkan serta tidak disibukkan fikirannya dengan memikirkan
tatacara baca, tajwid, irama lagu, dan sebagainya. Rasulullah sendiri kadang meminta
sahabat untuk memperdengarkan bacaan al Qur’an kepada beliau. Seperti beliau
pernah meminta kepada ibn Masudradhiyallahu ‘anhu untuk membacakan al-Qur’an
kepadanya.
3. Bertawakkal kepada Allah
Tawakkal adalah bertumpu dan bersandar sepenuhnya hanya kepada Allah yang
disertai dengan usaha mencari sebab (sarana). Orang beriman hanya bertawakkal
kepada Allah. Karena mereka tahu, tawakkal merupakan ibdah dan ibadah hanya
ditujukan kepada Allah semata. Tawakkal merupakan tingkatan tauhid tertinggi. Oleh
karena itu, ciri mukmin sejati adalah tawajjuh kepada Allah semata dan hanya berdo’a
kepada-Nya.
Dalam kalimat wa ‘alaa rabbihim yatawakkalun pada ayat di atas didahulukan
penyebutan Allah sebagai objek yang dituju dalam bertawakkal. Hal itu menunjukan
dua hal; pertama, Tawakkal hanya ditujukan kepada Allah Rabb (Tuhan) semesta
11
alam. Karen Dialah tumpuan dan dan sandaran satu-satu-Nya bagi setiap makhluq.
Kedua, Menunjukan kuatnya tawakkal orang-orang beriman kepada Allah. Mereka
hanya bertawakal kepada Allah, serta tidak bertumpu dan bersandar kepada selain-
Nya.
4. Menegakkan Shalat
Ini merupakan salah satu sifat orang beriman yang paling sering disebutkan dalam al-
Qur’an dan hadits Nabi shallallau ‘alaihi wa sallam. Mendirikan atau menegakkan
shalat. Bukan sekadar mengerjakan shalat. Karena yang dimaksud dengan iqamatus
Shalah(mendirikan/menegakkan shalat) adalah mendirikan shalat dengan memenuhi
rukun-rukunnya, syarat-syaratnya, sunnah-sunnhnya, dan adab-adabnya.
Selain itu menegakkan shalat juga bermakna menunaikan shalat tersebut pada awal
waktunya secara berjama’ah di Masjid dan melaksanakannya dengan khusyu’.
Penunaian dan penegakkan shalat secara sempurna dengan menyempurnakan rukun,
syarat,wajib, sunnah, dan adabnya serta dilakukan dengan khusyu dan tertib; waktu,
cara, dan tempat diharapkan membuahkan hasil mencegah seseornag dari perbuatan
keji, mungkar, dan sia-sia.
5. Menginfakkan Sebagian Rezki Yang Mereka Peroleh
Rezki yang dimaksud di sini tidk hanya berupa harta. Tapi termasuk di dalamnya
harta, ilmu, kedudukan, dan kesehatan. Orang beriman menginfakkan kesemua itu
sebagai bukti iman dan taatnya kepada Allah Ta’ala. Infaq di sini bisa mencakup yang
wajib maupun yang sunnah. Karena Ibadah kepada dengan harta (‘ibadah maliyah)
memiliki ragam bentuk, seperti zakat, infaq, sedekah, waqaf, hibah, hadiah, dan
memberi pinjaman.
Dalam ayat al-Qur’an, ibadah maliyah seperti infaq memiliki kedudukan yang sangat
utama. Dalam sebagian ayat diisyaratkan bahwa ibadah maliyah berupa zakat,
sedakah, infaq, dan sebagainya merupakan ciri utama orang beriman dan bertakwa
yang akan memperoleh kemulian dan pemuliaan dari Allah berupa petunjuk (hudan),
rezki, al-falah (keberuntungan), yang akan berujung pada derajat yang tinggi di Surga
Firdaus pada hari akhir kelak. Diantara ayat yang menerangkan hal itu adalah Surah
Al-Mukminun ayat 1-11 dan Surah Al-Anfal ayat 2-4 di atas.
Bukan Hanya Itu
Ciri dan sifat orang beriman bukan hanya lima poin yang disebutkan di atas. Meski
Ayat di atas ditutup dengan penegasan bahwa, “Mereka itulah orang-orang beriman
yang sebenar-nya”, namun hal ini bukan untuk membatasi sifat orang beriman pada
12
lima poin itu saja. Tapi karena kelima sifat tersebut mewakili amalan hati yang paling
afdhal dan amalan anggota badan yang paling afdhal pula. Sifat-sifat mukminin dalam
kelima poin di atas mencakup ibadah qalbiyah (hati), badaniyah (badan), dan maliyah
(harta). Bahkan ada amalan yang menggabungkan qalbiyah, qauliyah, dan badaniyah
sekaligus seperti ibadah shalat.Wallahu Ta’ala a’lam. (Mawasangka, 17-02-2015).
http://wahdah.or.id/lima-tanda-orang-beriman-yang-sebenarnya/
Iman merupakan pokok penting dalam hidup beragama. Tanpa iman hidup ini akan
sia-sia. Orang-orang yang beriman memiliki tanda atau cirinya tersendiri. Tidak
semua orang islam itu beriman tapi semua orang yang beriman sudah pasti islam.
Sangat banyak tanda-tanda atau ciri-ciri orang beriman di dunia ini. Maka marilah kita
simak satu persatu tentang tanda-tanda tersebut. Sebelum itu marilah kita simak
firman Allah berikut ini:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-
Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka
bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang
beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (Qs. Al-
Anfal ayat 2-4)
13
۞ اخ ِّرِّ ٱّللِّ َوٱل َيو ِّم ٱل َءَّ ب َو َل ِّك َّن ٱل ِّب َّر َمن َءا َمنَ ِّب ِّ ق َوٱل َمغ ِّر ِّ وا ُو ُجو َه ُكم قِّ َب َل ٱل َمش ِّر ۟ س ٱل ِّب َّر أَن ت ُ َو ُّل َ لَّي
َٰٓ
يل
ِّ س ِّب
َّ سكِّينَ َوٱبنَ ٱل َ ب َوٱلنَّ ِّبيِّۦنَ َو َءاتَى ٱل َما َل َعلَى ُح ِّب ِّهۦ ذَ ِّوى ٱلقُر َبى َوٱل َيتَ َمى َوٱل َم ِّ َ َوٱل َملَ ِّئ َك ِّة َوٱل ِّكت
صبِّ ِّرينَ فِّى َّ ُوا ۖ َوٱل ۟ ٱلزكَوة َ َوٱل ُموفُونَ بِّعَه ِّدهِّم إِّذَا َع َهد َّ صلَوة َ َو َءاتَى َّ ام ٱل َ َب َوأَق ِّ ٱلرقَا
ِّ سآَٰئِّلِّينَ َوفِّى َّ َوٱل
َٰٓ َٰٓ
َوا ۖ َوأ ُ ۟ولَئِّكَ ُه ُم ٱل ُمتَّقُون َ َسا َٰٓ ِّء َوٱلض ََّّرآَٰ ِّء َو ِّحينَ ٱلبَأ ِّس ۗ أ ُ ۟ولَئِّكَ ٱلَّذِّين
۟ ُصدَق َ ٱلبَأ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya);
dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Qs. Al-baqarah ayat 177)
Berdasarkan ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa tanda-tanda orang yang beriman
adalah:
Salah satu tanda beriman adalah orang-orang yang bergetar hatinya ketika mendengar
nama Allah. Adapaun kenapa dia bergetar hati adalah karena dia takut kepada Allah,
dia tahu siapa dia (sebagai hamba) dan siapa Allah (sebagai Tuhan), dia takut akan
azab Allah, dia takut karena Allah melihat apapun yang dia kerjakan dan juga karena
dia kagum karena keagungan Allah SWT. sehingga membuat bergetar hatinya. Sangat
jarang orang-orang begini di zaman yang seraba canggih ini, karena banyaknya
pengaruh jahiliah yang membuat terperosotnya moral dan rusaknya aqidah.
2. Bertambah imannya ketika mendengar ayat Allah SWT (mengimani kitab Allah
yaitu Al-quran)
Bertambahnya iman seseorang yang mendengar ayat-ayat Allah karena dia tahu akan
kebenaran ayat-ayat Allah dan keluhurannya. Ketika dia mendengar ayat-ayat Allah
maka dia akan menyimak kandungannya untuk menjadi pedoman dia hidup dan
14
menjadikannya bertambah yakin kepada Allah sebagi Tuhan Semesta Alam. Bukan
hanya sekedar menyimak dan mendengar karena dia akan melaksankan atau
mengamalkan apapun yang dia dengar berdasarkan ilmu yang dia miliki. Karena
sesunggunya sangat banyak pelajaran dan peringatan yang terkandung di dalam Al-
quran.
Bertawakal adalah berserah diri kepada Allah atau bersandar pada yang ditentukan
Allah dengan iringan usaha. Bertawakal dengan artian seseorang percaya penuh
bahwa Allah akan memberikan yang terbaik setelah apa yang di usahakan kepadanya.
Karena sesunggunya mereka tahu bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Bijaksana
dalam segala hal sehingga semua yang Allah berikan adalah yang terbaik. Lagi pula
semua ketentuan dan kejadian di dunia ini adalah semua beradasarkan ketentuan
Allah.
Tawakal merupakan tingkat keimanan yang tinggi yang mana menempatkan Allah di
posisi pertama sebagai penolong dan tempat memohon. Iringan usaha adalah suatu
komponem utama dalam bertawakal. Karena doa tanpa usaha itu bohong dan usaha
tanpa doa itu sombong.
Sangat banyak orang islam yang mengerjakan shalat siang dan malam dan bahkan
shalat sunat sekalipun. Bukan hanya sekedar shalat akan tetapi harus kusyu’ didalam
shalatnya. Tidak semua orang yang dapat kusyuk didalam shalatnya karena hanya
orang yang benar-benar beriman sajalah yang mampu melakukannya seperti yang
difrimankan Allah dalam Al-quran:
15
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang
khusyuk dalam salatnya, (Qs. Al-Mu’minum ayat 1-2)
Kusyuk bukan hanya sekedar kata-kata, tapi memang kita mengerjakan shalat dengan
kusyu’. Shalat kusyu’ adalah shalat yang dapat menghilangkan pemikiran yang di luar
shalat. Apakah kita sudah kusyu’ dalam shalat? Kekusyukan memang sangat sulit
dikerjakan, namun apasalahnya kita berusaha untuk kusyu’ dan menjadi salah satu
orang yang benar-benar beriman.
5. Orang yang mengeluarkan zakat dan memberi sedekah (infaq) dengan ikhlas
Zakat dan sedekat merupakan kewajiban bagi kita yang mampu. Tidak banyak dari
orang yang mampu mengeluarkan zakat dan sedekah akan melakukannya karena
mereka kikir dan takut miskin. Padahal zakat atau sedekah tidak akan mengurangi
harta kita bahkan Allah akan memberikan keberkatan kepada harta yang kita miliki.
Daripada Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya
: “ Sedekah tidak mengurangkan harta. Allah tidak melebihkan seseorang hamba
dengan kemaafan-Nya melainkan kemuliaan dan tidak merendahkan diri seseorang
melainkan Allah mengangkatnya.” (Muslim, ad-Darimi dan Ahmad)
Dan Allah SWT. juga berfirman:
16
َّ سنبُلَة ِّم ۟ائَةُ َحبَّة ۗ َو
ُٱّلل َ ٱّللِّ َك َمث َ ِّل َحبَّة أَن َبت َت
ُ سب َع َسنَا ِّب َل فِّى ُك ِّل َ َّمث َ ُل ٱلَّذِّينَ يُن ِّفقُونَ أَم َولَ ُهم فِّى
َّ س ِّبي ِّل
َّ شا َٰٓ ُء ۗ َو
ٱّللُ َو ِّسع َع ِّليم َ ف ِّل َمن َي
ُ ض ِّع
َ ُي
Selain itu, sedekah merupakan amalan yang tidak akan putus-putus pahalanya selama
kita melakukannnya dengan ikhlas. Inilah tanda orang yang beriman yaitu orang yang
suka menfkahkan hartanya di jalan Allah secara ikhlas.
Seperti yang disebutkan dalam surat Al-baqarah ayat 177 dan Surat Al-mu’minun
diatas bahwa orang yang menepati janji adalah termasuk orang yang beriman. Orang
yang menepati janji adalah orang yang takut akan azzab Allah di akhirat nanti dan
akan di minta pertanggungjawaban. Selain itu, orang yang mengikiri janji
dikategorikan sebagi orang yang munafik. Maka jadilah kita orang yang menepati
janji dan memelihara amanat sehingga menjadi orang yang beriman. apalagi menjadi
17
pemimpin, karena setiap apa yang di pimpin akan diminta pertanggungjawabannya
atas apa yang dipimpin.
Allah berfirman:
Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna, (Qs. Al-Mu’minum ayat 3)
Orang-orang yang beriman akan menjauhi perkataan dan perbuatan yang tidak
berguna karena perbuatan itu akan mengundang dosa yang menyebabkan dia menjadi
ahli neraka. Perkataan dan perbuatan yang tidak berguna selain mengundang dosa
juga akan mengundang permusuhan dan konflik. Dalam haditsnya rasulullah SAW.
pernah bersabda:
Perbuatan dan perkataan baik merupakan anjuran, acuan dan perintah yang akan
memicu kita menjadi orang yang beriman karena itu semua adalah perbuatan orang-
orang yang benar-benar ta'at kepada Allah SWT.. Perkara iman memang didasari pada
18
amal perbuatan manusia yang baik sehingga pantas mendapatkan kasih sayang Allah
dan menjadi ahli syurga.
Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau
hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
tercela. (Qs. Al-Mu’minum ayat 5-6)
Menjaga kemaluan adalah menjaga kemaluan terhadap orang yang tidak halal.
Contohnya pelacuran atau prostitusi, zina dan lainnya. Seberapa banyak pelacuran
atau prostitusi yang telah marak di dunia ini, seberapa banya perzinahan yang
terpampang di dunia ini, ketahuilah bahwa semua itu adalah ulah orang yang tidak
beriman. terlebih lagi pemimpin yang menghalalkan perbuatan zina, maka itu
merupakan sebuah kemungkaran yang nyata. Mereka tidak memperdulikan dosa yang
menimpa mereka apabila melakukannya. Yang mereka fikirkan hanyalah kenikmatan
sesaat dan harta kekayaan. Karena kebanyakan pemicu pelacuran adalah faktor
ekonomi yang membuat seseorang terjerumus kedalah perzinahan tersebut. Orang-
orang yang benar-banar beriman akan menjauhkan hal tersebut karena meraka takut
akan azaba dan dosa.
Sebenarnya tanda-tanda orang yang beriman itu sangatlah banyak. Namun itulah
delapan tanda-tanda orang yang beriman versi beriman Blog. Yang mana tanda-tanda
inilah yang mencerminkan seseorang itu beriman. Harus digaris bawahi bahwa semua
itu harus di lakukan dengan ikhlas. Jika sesuatu dilakuakn dengan tidak ikhlas baik
karena riya, ujub, takabur, dan lain sebagainya maka semua akan sia-sia. Semoga kita
mendapatkan kenikmatan iman dan menjadi orang-orang yang beriman kepada Allah
SWT.. aamiin aamiin yaaa rabbal ‘alamiin.
19
5. Defenisi taqwa
Pengertian Takwa Menurut Bahasa
Menurut bahasa, takwa berasal dari bahasa Arab yang berarti memelihara diri
dari siksaan Allah SWT, yaitu dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya (Imtitsalu awamirillah wajtinabu nawahihi).
Takwa (taqwa) berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara, yakni
menjaga diri agar selamat dunia dan akhirat.
Kata Waqa juga bermakna melindungi sesuatu, yakni melindunginya dari berbagai hal
yang membahayakan dan merugikan.
Ibn Abbas mendefinisikan takwa sebagai "takut berbuat syirik kepada Allah dan
selalu mengerjakan ketaatan kepada-Nya" (Tafsir Ibn Katsir).
Ketika Abu Dzarr Al-Ghifari meminta nasihat kepada baginda Rasulullah, maka
pesan paling pertama dan utama yang beliau sampaikan kepada sahabatnya itu adalah
takwa. Rasulullah Saw bersabda:
"Saya wasiatkan kepadamu, bertakwalah engkau kepada Allah karena takwa itu
adalah pokok dari segala perkara." (Tanbihul Ghofilin, Abi Laits As-Samarkindi).
Imam Qurthubi mengutip pendapat Abu Yazid al-Bustami, bahwa orang yang
bertakwa itu adalah: "Orang yang apabila berkata, berkata karena Allah, dan
apabila berbuat, berbuat dan beramal karena Allah."
Ibn Qayyim al-Jauziyyah menegaskan, bahwa hakikat taqwa adalah taqwa hati, bukan
takwa anggota badan." (Al-Fawaid).
20
Pengertian Takwa Menurut Al-Quran dan Hadits
Pengertian takwa menurut sahabat Nabi Saw dan ulama di atas tentu saja
merujuk pada Quran dan Hadits.
Al-Quran menyebutkan, takwa itu adalah beriman kepada hal gaib (Yang
Mahagaib: Allah SWT), Hari Akhir, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat,
beriman pada kitab-kitab Allah, dengan menjadikan Al-Quran sebagai pedoman
dalam menjalankan hidupnya (QS. Al-Baqarah:2-7).Menurut hadits Nabi Saw,
pengertian takwa berintikan pelaksanaan perintah Allah SWT atau kewajiban
agama.
"Laksanakan segala apa yang diwajibkan Allah, niscaya kamu menjadi orang yang
paling bertakwa". (HR. Ath-Thabrani).
Allah Azza Wajalla juga berfirman dala Hadits Qudsi): "Hai anak Adam, luangkan
waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan
dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu
dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan." (HR.
Tirmidzi dan Ibnu Majah). Wallahu a'lam bish-shawab.
21
semata dan menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan
langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman kepada
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan
Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan
dengan perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara
sempurna.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dengan amal,
konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan
demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan percaya
kepada Allah melalui fikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan
dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan
beriman dan bertaqwa, apabila sudah mengucapkan kalimah tauhid dalam syahadat
asyhadu allaa ilaaha illa Allah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan
meninggalkan segala larangan-Nya.
Nyatalah bahwa keimanan dan ketaqwaan pada hakikatnya saling memerlukan.
Artinya keimanan diperlukan oleh manusia supaya Allah dapat menerima
ketaqwaannya. Setiap amalan/ perbuatan yang baik tidak akan diterima Allah tanpa
didasarkan kepada iman. Sholat orang munafik misalnya, tidak akan ada faedahnya
karena Allah tidak akan menerimanya, sebab ibadah yang dilakukannya karena suatu
sebab selain Allah.
Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman
agar bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali
'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan al-Hasyr 18.
Perintah-perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum mencapai
kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa. Berdasarkan hal ini maka orang-
orang yang beriman harus cerdas mencari mediator yang cocok untuk dijadikan
jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan bimbingan kepada orang-orang
Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk memfasilitasi hubungan iman
dengan taqwa adalah ibadah.
Masalah sosial budaya merupakan masalah alam pikiran dan realitas hidup
masyarakat. Alam pikiran bangsa Indonesia adalah majemuk, sehingga pergaulan
22
hidupnya selalu dipenuhi konflik dengan sesama orang Islam maupun dengan non-
Islam.
Pada zaman modern ini, dimungkinkan sebagian masyarakat antara yang satu
dengan yang lainnya saling bermusuhan, yaitu ada ancaman kehancuran.
Secara ekonomi bangsa Indonesia semakin tambah terpuruk. Hal ini karena di
adaptasinya sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran. Sedangkan di
bidang politik, selalu muncul konflik di antara partai dan semakin jauhnya anggota
parlemen dengan nilai-nilai qur’ani, karena pragmatis dan oportunis.
Persoalan itu muncul, karena wawasan ilmunya salah, sedang ilmu merupakan
roh yang menggerakan dan mewarnai budaya. Hal itu menjadi tantangan yang amat
berat dan menimbulkan tekanan.
Sebagian besar permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam
kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh.
Setiap detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang
dilarang agamanya akan tetapi sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi
kondisi religius yang kurang mendukung.
Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam terdahulu yang
kental dalam kehidupan beragama dan situasi zaman pada waktu itu yang cukup
mendukung kualitas iman seseorang. Olah karenanya dirasa perlu mewujudkan satu
konsep khusus mengenai pelatihan individu muslim menuju sikap taqwa sebagai
tongkat penuntun yang dapat digunakan (dipahami) muslim siapapun. Karena realitas
membuktikan bahwa sosialisasi taqwa sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti
puasa dan lain-lain atau bentuk normatif seperti himbauan khatib dan lain-lain terlihat
kurang mengena, ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya :
Muslim yang bersangkutan belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri, sehingga
membuatnya enggan untuk memulai,
Ketidaktahuannya tentang bagaimana, darimana dan kapan dia harus mulai merilis
sikap taqwa,
23
Kondisi sosial dimana dia hidup tidak mendukung dirinya dalam membangun sikap
taqwa.
Oleh karenanya setiap individu muslim harus paham pos – pos alternatif yang harus
dilaluinya, diantaranya yang paling awal dan utama adalah gadhul bashar
(memalingkan pandangan), karena pandangan (dalam arti mata dan telinga) adalah
awal dari segala tindakan, penglihatan atau pendengaran yang ditangkap oleh panca
indera kemudian diteruskan ke otak lalu direfleksikan oleh anggota tubuh dan
akhirnya berimbas ke hati sebagai tempat bersemayam taqwa.
8. peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern
Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
1. Memperbaiki Shalat
Untuk bisa meningkatkan iman dan taqwa salah satu caranya adalah dengan memperbaiki
shalat. Shalat saja tidak cukup, melainkan membutuhkan shalat khusuk dan berkualitas.
Itulah shalat yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan.
Hal mengenai shalat juga disampaikan dalam ayat sebagai berikut, “Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al Ankabut : 45)
Selain shalat wajib juga bisa melaksanakan shalat sunnnah seperti : Shalat Taubat , Shalat
Lailatul Qadar, Shalat Malam Sebelum Tidur , dsb.
2. Mentadaburi Al-Quran
Darimana kita bisa meyakini dan memiliki ketaqwaan kepada Allah? Tentu saja sumbernya
adalah Al-Quran yang memberikan kita petunjuk. Untuk itu dalam meningkat iman dan taqwa
membaca sumbernya adalah jalan yang tepat. Dengan membaca Al-Quran bukan berarti
membaca teksnya, melainkan mentadaburi isinya, dan menjadikannya Fungsi Al-Quran
dalam Kehidupan Sehari-hari serta Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia.
24
Hal ini sebagaimana Allah sampaikan dalam Surat Yunus ayat 37, “Tidaklah mungkin Al
Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di
dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.”.
Untuk itu, tadabur Al-Quran adalah sesuatu yang wajib dilakukan dan ketika sudah
mempelajarinya maka akan muncul keyakinan dan tidak ada keraguan sedikitpun.
Salah satu Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa yaitu bercengkrama dengan orang saleh.
Orang shaleh memupuk iman, sedangkan bersamanya maka kita akan termotivasi dan
semangat menjalankan segala perintah-perintah Allah. Manusia makhluk sosial,
membutuhkan teman dan pendampingan agar hidupnya berwarna dan terdapat dorongan
yang berasal dari luar.
Carilah orang-orang yang shaleh. Bentuklah interaksi bersamanya dan biarkan kita
bersosialisasi dan saling mengingatkan kebaikan dengan mereka untuk membantu kita tetap
dalam keimanan kepada Allah SWT.
Salah satu sumber keimanan adalah ilmu yang kita miliki. Adanya kebermanfaatan ilmu
membuat iman dan taqwa kita semakin bertambah. Salah satunya dengan membaca buku-
buku islam yang diwariskan ulama atau orang berilmu secara benar lainnya. Ilmu Tasawuf
Modern, Ilmu Tauhid Islam, dan Ilmu Kalam dalam Islam bisa juga dipelajari karena sebagai
bagian dari ilmu yang membentuk pondasi keimanan.
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu
pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya” (QS Al Hajj : 8)
Ilmu di dunia ini segalanya milik Allah. Yang benar adalah milik Allah, hanya manusia saja
kadang tidak menangkapnya secara seksama dalam kehidupan sehari-hari. Membaca ilmu
pengetahuan dan mempelajarinya akan membuat kita semakin tunduk dan takjub, karena
ilmu manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang Allah miliki.
Ilmu manusia hanya setetes dari luasnya samudera. Hal ini karena Islam dan Ilmu
Pengetahuan tentu saling mendukung bukan bersebrangan.
Alam semesta jagad raya ini adalah milik Allah SWT. Untuk itu, mentadaburi alam semesta
juga salah satu Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa. Aktivitas ini membuat kita semakin
yakin dan takjub akan segala ciptaan Allah SWT. Dengan mempelajari kebesaran Allah dan
segala isinya, maka keyakinan dan ketaqwaan kita kepada Allah juga akan semakin
meningkat.
Hal ini juga disampaikan Allah dalam QS Fushilat ayat 37, “Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari
maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak
sembah.”
25
7. Membandingkannya dengan Kepercayaan Lain
Salah satu metode yang bisa digunakan untuk menambah keimanan dan ketaqwaan kita
adalah dengan cara membandingkan ajaran islam dengan ajaran lain tentu dengan metode
dan ilmu yang benar. Dengan begitu kita akan mendapatkan bahwa islam yang Allah
turunkan adalah bentuk yang paling baik dan sempurna dibandingkan dengan ajaran lainnya.
Dengan perbandingan maka akan terlihat yang unggul, maka kita akan bisa menmabah
keyakinan kita dan kebanggan kita dalam berislam.
Menjalankan perintah Allah tentu akan memiliki dampak. Untuk itu, merasakan manfaat dan
kebermaknaan dari perintah Allah hanya akan didapatkan ketika kita benar-benar
menjalankannya. Misalnya saja, ibadah puasa sebagai bentuk pelatihan diri. Kita tidak akan
bisa merasakan manfaat puasa terhadap kesehatan jika tidak melaksanakan amalan ibadah
puasa itu sendiri.
Semakin tinggi dan sering kita melaksanakan perintah Allah maka akan semakin tinggi pula
kita merasakan kebermaknaan akan nilai-nilai islam dan kebermanfaatannya bagi diri kita.
Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa juga dapat di dapat saat kita mau mencari informasi.
Semakin kita mengetahui apa manfaat atau dampak yang bisa kita ambil dari sebuah
perintah, maka kita akan semakin bersyukur dan merasakan bahagia karena apa yang
diperintahkann untuk dijalankan oleh Allah SWT adalah sesuatu yang menyelematkan dan
membahagiakan. Untuk itu, kita harus dapat mencari dan menggali informasi mengenai
sebuah perintah agar keimanan dan ketaqwaan semakin bertambah.
Sebelum melakukan peningkatan biasanya maka diperlukan evaluasi terlebih dahulu. Untuk
bisa terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan tentu manusia juga harus melaksanakan
evaluasi diri. Evaluasi ini adalah untuk mengukur sejauh apa kita telah beriman dan
melaksanakan perintah Allah. Evaluasi harus dijalankan oleh diri sendiri bukan oleh orang
lain. Untuk itu, yang mengukurnya adalah diri kita sendiri, karena diri lah yang lebih tau
bagaimana keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Jika kita merasa belum bisa untuk beradabtasi dan menghindari segala kemaksiatan, maka
pilihan kita bisa menjauhi lingkungan tersebut sampai kekuatan iman dan taqwa kita
meningkat. Menjaga diri lebih baik ketimbang harus tetap berada dalam lingkungan yang
membuat diri kita semakin memburuk.
Akan tetapi, menjauhi lingkungan yang buruk bukan berarti kita harus bersikap eksklusif
sehingga tidak ada interaksi sosial dengan manusia lainnya. Allah sendiri menyuruh kita
untuk bersosialisasi dan bersyiar agar tercitrakan islam yang baik di masyarakat.
26
Untuk itu bisa juga kita mempelajari bagaimana cara sukses di Dunia Menurut Islam, Sukses
Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut
Islam agar tidak salah menempatkan dunia dalam hidup.
Menghadiri majelis ilmu adalah cara juga agar keimanan dan ketaqwaan kita bisa meningkat.
Majelis ilmu tentu akan memberikan kita banyak hikmah dan juga pencerahan.
Bagaimanapun, ilmu selalu kita butuhkan dan membuat diri kita semakin baik setiap saat.
Hadirilah majelis ilmu, yang membahas ilmu islam, ilmu pengetahuan yang bermanfaat, agar
kebesaran Allah semakin hadir dalam diri kita.
Hal ini juga disampaikan dalam Al-Quran , “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan
kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS Al Mujadilah : 11)
Menjaga keimanan tentu sama dengan menjaga diri dari perbuatan maksiat. Jauhi
kemaksiatan dan jadikan diri ini kuat terhadap stimulusnya. Jika tidak ingin dihampiri oleh
kemaksiatan maka stimulusnya pun dari awal sudah harus kita hindari.
Ayat tersebut menunjukkan bahwa keimanan dan rasa takut kepada Allah hanya akan muncul
jika kita menggunakan akal dengan benar. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita
bukan hanya persoalan spiritual tapi membutuhkan daya pikir dan nalar yang baik. Untuk itu,
dalam meningaktkan keimanan maka dibutuhkan terus menerus mengasah akal agar akal
kita tunduk kepada yang benar bukan kepada hawa nafsu semata.
Memperbanyak syukur dan menjauhi mengeluh bisa juga meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita. Syukur berarti kita selalu mencari nikmat dan rezeki Allah di setiap saat
dalam kondisi apapun. Dengan begitu kita bisa tetap yakin bahwa Allah tidak pernah
meninggalkan kita dan senantiasa membantu kita untuk mendapatkan nikmat dan rezeki yang
banyak.
Dengan berdzikir artinya kita sedang mengingat Allah. Dzikir tidak selalu dalam bentuk
bacaan yang panjang atau dalam berbagai hitungan. Berdzikir mengingat Allah bisa dilakukan
kapan saja dan dimana saja. Mengingat segala hukum Allah, hukum pengetahuan yang ada
di alam ciptaan Allah ataupun adzab atau hukuman Allah. Untuk itu, orang yang berdzikir
akan mendekati kepada Allah dan semakin cinta akan syariat Allah.
27
18. Melakukan Hiburan yang Bermanfaat
Setiap manusia tentu saja membutuhkan hiburan. Hiburan tentu tidak ada salahnya selagi
hiburan tersebut bermanfaat. Untuk itu, meningkatkan keimanan bisa dengan kita melakukan
hiburan yang bermanfaat dan menjalankan hiburan tanpa harus meninggalkan perintah Allah
SWT.
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian
pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan:
“Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali.” (QS Al Baqarah : 285)
Dalam ayat diatas, menunjukkan bahwa mengikuti sunnah Rasul adalah cara yang bisa juga
dilakukan untuk meningkatkan iman dan taqwa. Sunnah rasul atau apa yang Rasulullah
lakukan sejatinya adalah jalan-jalan yang diarahkan menuju Ridho Allah SWT. Untuk itu,
muslim yang mengikuti sunnah rasul tentu akan mendapatkan juga jalan dan arah yang sama
sebagaimana Rasulullah.
Iman dan taqwa yang kuat serta senantiasa meningkat hanya akan didapatkan oleh orang-
orang yang menikmati hidup dari Allah SWT. Mereka akan mendapatkan keimanan dan
ketaqwaan karena merasakan hidup yang penuh syukur, nikmat, pertolongan Allah, dan
rezeki. Mereka yang merasakan ini tentu akan mendapatkan kenikmatan hidup dunia dan
akhirat.
Hal ini juga disampaikan dalam ayat berikut, “Dan Kami telah memberikan kepada mereka di
antara tanda-tanda kekuasaan (Kami) sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang
nyata” (QS Adh Dhukan : 33)
28
Al Qur’an Surah Al An'am Ayat 82
\
82. orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.
97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
96. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.
29
29. orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan
tempat kembali yang baik.
Iman menurut AlQur’an dijelaskan di banyak ayat-ayat dalam AlQur’an dengan
berbagai keuntungan dan Balasan kebaikan untuk orang-orang beriman dari Allah.
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
33. dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka
Itulah orang-orang yang bertakwa.
34. mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka.
Demikianlah Balasan orang-orang yang berbuat baik,
30
120. jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa,
niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
[2:103] Dan jika mereka beriman dan bertakwa, pahala dari Allah pasti lebih baik,
sekiranya mereka tahu.
QS. Al-Baqarah [2] : ayat 177
[2:179] Dan dalam qisas itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang
yang berakal, agar kamu bertakwa.
31
HADIST TENTANG IMAN DAN TAQWA
كنت حيثما هللا اتق، تمحها الحسنة السيئة وأتبع، حسن بخلق الناس وخالق
32