Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan biasanya ditandai dengan adanya riwayat terlambat haid dan keluhan
mual muntah. Mual dan muntah dalam kehamilan dikenal dengan morning sickness,
dialami 80% wanita hamil. Mual dan muntah adalah gejala yang umum dan wajar
terjadi pada usia kehamilan trimester I . Mual biasanya terjadi pada pagi hari, dapat
juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala ini biasanya terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung ± 10 minggu. Derajat beratnya mual
dan muntah yang terjadi pada kebanyakan kehamilan sampai dengan gangguan yang
berat dimana keluhan semakin memburuk, menetap, hingga mengganggu aktivitas
sehari-hari dikenal dengan hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah begitu hebatnya sehingga segala
apa yang dimakan diminum dimuntahkan sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari,
berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan perempuan
mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan simptom akan
teratasi hingga akhir trimester I. Etiologinya belum diketahui secara pasti, tetapi adal
beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya dengan endokrin, biokimia
dan psikologis.
Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-
90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60%
multi gravida. Dari seluruh kehamilan di USA 0,3-2% diantaranya mengalami
hiperemesis gravidarum.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hiperemesis Gravidarum.


Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal akehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya sehingga
segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi
keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi
dan terdapat aseton dalam urin.

2.2 Etiologi
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan
simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Etiologinya belum diketahui
secara pasti, tetapi adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya
dengan endokrin, biokimia dan psikologis. Faktor-faktor yang menjadi predisposisi
diantaranya:
a) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan hehamilan ganda
akibat peningkatan kadar HCG.
b) Faktor organik : masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik.
c) Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut
terhadap kahamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan sebagainya.
d) Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes dan lain-lain.

2.3 Patologi
Ada teori yang menyebutkan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron karena keluhan
ini mucul pada 6 minggu pertama kehamilan yang dimulai dari hari pertama haid
terakhir dan berlangsung selama 10 minggu. Pengaruh fisiologis hormon korionik

2
gonadotropin, estrogen dan progesteron ini masih belum jelas, mungkin berasal dari
sistem saraf pusat akibat berkurangnya sistem pengosongan lambung.
Secara umum berdasarkan berbagai teori, pada hiperemesis gravidarum terjadi
mual, muntah dan penolakan semua makanan dan minuman yang masuk, sehingga
apabila terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya kadar
elektrolit dalam darah. Selain itu hiperemesis gravidarum mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi karena energi yang
didapat dari makanan tidak cukup, lalu karena oksidasi lemak yang tidak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan
aseton dalam darah sehingga menimbulkan asidosis.
Selanjutnya, dehidrasi yang telah terjadi menyebabkan aliran darah ke jaringan
berkurang, hal tersebut menyebabkan pasokan zat makanan dan oksigen berkurang dan
juga mengakibatkan penimbunan zat metabolik yang bersifat toksik didalam darah.
Kemudian, hiperemesis gravidarum juga dapat menyebabkan kekurangan kalium akibat
dari muntah dan ekskresi lewat ginjal, yang menambah frekuensi muntah yang lebih
banyak, dan membuat lingkaran setan yang sulit untuk dipatahkan.

2.4 Klasifikasi
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu:
a) Tingkat I : muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan,
lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat
sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering,
turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.
b) Tingkat II : gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan,
haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/ menit,tekanan darah sistolik < 80
mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan
berat badan cepat menurun.
c) Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau
berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin,
dan proteinuria.

3
2.5 Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum diantaranya:
a) Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
b) Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah menurun pada keadaan
berat, subfebril dan gangguan kesadaran.
c) Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal
toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensinya lunak, pada
pemeriksaan inspekulo seviks berwarna biru.
d) Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan dan
kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan mola hidatidosa.
e) Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, keton dan proteinuria.

2.6 Diagnosis Banding


Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai gejala
muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan. Beberapa penyakit tersebut antara lain:
a) Appendicitis akut.
Pada pasien hamil dengan appendicitis akut keluhan nyeri tekan perut sangat menonjol
sedangkan pada pasien hamil tanpa appendicitis akut keluhan tersebut sedikit bahkan
tidak ada. Tanda-tanda defance musculare juga bisa dijadikan petunjuk membedakan
hamil dengan appendictis akut dan tanpa appendicitis akut.
b) Ketoasidosis diabetes.
Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil mempunyai
riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi disertai dengan
penurunan kesadaran dan pernafasan kussmaul. Perlu dilakukan pemeriksaan keton,
pemeriksaan gula darah, dan pemeriksaan gas darah.
c) Gastritis dan ulkus peptikum.
Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien mempunyai riwayat
makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan NSAID. Keluhan nyeri epigastrium
tidak terlalu dapat membedakan dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus
peptikum karena hampir semua pasien dengan hiperemesis gravidarum mempunyai
keluhan nyeri epigastrium yang hebat. Pasien dengan gastroenteritis selain

4
menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti dengan diare. Pasien
hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai diare.
d) Hepatitis.
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya sudah
menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan Serum Glutamic
Oxaloacetate Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
(SGPT) yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan pasien hiperemesis gravidarum
tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak menderita hepatitis
dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah menderita hepatitis.
e) Pankreatitis akut
Pasien dengan pankreatitis biasanya mempunyai riwayat peminum alkohol berat.
Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri epigastrium, kadang-kadang agak ke kiri atau
ke kanan. Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung, kadang-kadang nyeri menyebar di
perut dan menjalar ke abdomen bagian bawah. Pemeriksaan serum amylase dapat
membantu menegakkan diagnosis.
f) Tumor serebri.
Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang hebat juga
disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi hampir setiap hari, gangguan
keseimbangan, dan bisa pula disertai hemiplegi. Pemeriksaan CT scan kepala pada
wanita hamil sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi janin.

2.7 Komplikasi
a. Maternal : akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan teradinya diplopia, palsi
nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani akan terjadi psikosis
korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian.
Komplikasi yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke. Gejala yang
timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata
(oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur (ataksia), dan bingung.
b. Fetal : penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).

5
2.8 Pencegahan dan prognosis
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan dengan
jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Makanan yang berminyak dan berbau lemak
sebaiknya dihindarkan. Defekasi yang teratur hendaknya dapat teratur.

Tujuan terapi hiperemesis gravidarum adalah untuk mencegah komplikasi


seperti ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg
atau 5% berat badan. Penilaian keberhasilan terapi Secara klinis, keberhasilan terapi
dapat dinilai dari penurunan frekuensi mual dan muntah, frekuensi dan intensitas mual,
serta perbaikan tanda-tanda vital dan dehidrasi dan perbaikan keseimbangan asam-basa
dan elektrolit. Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Literatur lain menyebutkan, prognosis hiperemesis gravidarum umumnya
baik, namun dapat menjadi fatal bila terjadi deplesi elektrolit dan ketoasidosis yang
tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat

2.9 Penatalaksanaan
 Obat-obatan.
Apabila keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Sedativa
yang sering diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B1
dan B6, antihistamin juga dianjurkan. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik
seperti prometazin (avopreg), proklorperazin, atau mediamer B6.
 Isolasi.
Dilakukan dalam kamar yang tenang, batasi pengunjung / tamu, hanya dokter dan
perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan pasien mau
makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum dan
selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau
hilang tanpa pengobatan.

6
 Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan
konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
 Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah
kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. urin perlu
diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi
diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan
hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam
penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk
diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang
tidak cair.
Penghentian kehamilan dilakukan bila keadaan umum memburuk melalui
pertimbangan beberapa aspek meliputi pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi
klinis berupa:
 Gangguan kejiwaan: delirium, apatis, somnolen sampai koma, gangguan jiwa
Ensephalopati Wernick.
 Gangguan penglihatan: perdarahan retina, kemunduran visus.
 Gangguan faal: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria, jantung dan
pembuluh darah dalam bentuk nadi meningkat dan tekanan darah menurun.

7
BAB III
KESIMPULAN
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang cukup parah (>10 kali dalam 24
jam) sebelum usia kehamilan 22 minggu sehingga menyebabkan kehilangan berat
badan, dehidrasi, asidosis dari kelaparan, alkalosis dari kehilangan asam hidroklorid
saat muntah dan hipokalemia. Beberapa penelitian menyebutkan beberapa teori tentang
hal yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum seperti kadar hormon korionik
gonadotropin, hormon estrogen, infeksi H.pylori dan juga faktor psikologis.
Diagnosis dan penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan yang tepat
dapat mencegah komplikasi hiperemesis gravidarum yang membahayakan ibu dan
janin. Ketepatan diagnosis sangat penting, karena terdapat sejumlah kondisi lain yang
dapat menyebabkan mual dan muntah dalam kehamilan. Tata laksana komprehensif
dimulai dari istirahat, modifikasi diet dan menjaga asupan cairan. Jika terjadi
komplikasi hiperemesis gravidarum, penatalaksanaan utama adalah pemberian cairan
rehidrasi dan perbaikan elektrolit.
Terapi farmakologi dapat diberikan jika dibutuhkan, seperti piridoksin,
doxylamine, prometazin, dan metoklopramin dengan memperhatikan kontraindikasi dan
efek sampingnya. Beberapa terapi alternatif sudah mulai diteliti untuk penatalaksanaan
hiperemesis gravidarum, seperti ekstrak jahe dan akupuntur, dengan hasil yang
bervariasi.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. 2007. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu


Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 814-818.

2. Mochtar, R., Sofian, A. 2012. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Sinopsis Obstetri.


Jakarta: EGC. Hal 141-142.

3. Tim Obsgin RSUD Ulin- FK UNLAM. 2008. Hiperemesis Gravidarum. Dalam:


Kegawatdaruratan Obstetri dan Ginekologi. Banjarmasin: Bagian/SMF Obstetri dan
Ginekologi RSUD ULIN – FK UNLAM Banjarmasin. Hal 51-52.

4. Ogunyemi DA. Hyperemesis Gravidarum. Emedicine. Available from:


http://www.emedicine.com

Anda mungkin juga menyukai