2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Bimbiingan
Konseling tentang Perkembangan dan Masalah Anak Usia Sekolah Menengah. Serta tidak
lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi kontribusinya
sehingga tugas ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Tugas ini berisi tentang karakteristik dan aspek-aspek perkembangan anak usia
sekolah menengah. Harapannya selain untuk memenuhi tugas perkuliahan Bimbingan
Konseling, pembahasan tentang karakteristik dan aspek-aspek perkembangan anak usia
sekolah menengah ini bisa memberikan wawasan lebih kepada pembaca mengenai
problematika yang dialami oleh anak usia sekolah menengah beserta solusinya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 36
B. Saran ..................................................................................................................... 36
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan bagi peserta didik usia sekolah menengah timbul baik dari
intern ataupun ekstern yang mana keduanya sangat mengganggu proses belajar
dan pembelajaran peserta didik di usia itu. Keingintahuan pada usia sekolah
menengah sangatlah besar karena pada masa itu mereka mencari jati diri dan figur
yang di idolakan oleh mereka.
4
B. Rumusan Masalah
1. Perkembangan apa saja yang terjadi pada masa anak usia sekolah?
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas , makalah ini secara khusus memiliki
tujuan sebagai berikut :
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Fase remaja ini merupakan masa terjadinya banjir hormon,
yaitu zat-zat kimia yang sangat kuat, yang disekresikan oleh kelenjar-
kelenjar endoktrin dan dibawa keseluruh tubuh oleh aliran darah.
Konsentrasi hormon-hormon tertentu meningkat secara dramatis
selama masa remaja, seperti hormon testosteron dan estradiol.
Pertumbuhan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja.
Kondisi yang baik berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja,
demikian pula sebaliknya.
a. Pengaruh Keluarga
Pengaruh Keluarga meliputi faktor keturunan maupun faktor
lingkungan. Karena faktor keturunan seorang anak dapat lebih tinggi
atau panjang dari anak lainnya, sehingga ia lebih berat tubuhnya, jika
ayah dan ibunya atau kakeknya tinggi dan panjang. Faktor lingkungan
akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi
keturunan yang dibawa dari orang tuanya.
b. Pengaruh Gizi
Anak yang mendapatkan gizi cukup biasanya akan lebih tinggi
tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf dewasa dibadingkan
dengan mereka yang tidak mendapatkan gizi cukup. Lingkungan juga
dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga
menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan dimasa
remaja.
c. Gangguan Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan
menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan dan ini
akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon
pertumbuhan di kelenjar pituitary. Bila terjadi hal demikian
pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh
yang seharusnya.
d. Jenis Kelamin
7
Anak laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak
perempuan, kecuali pada usia 12 15 tahun. Anak perempuan
baisanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari pada laki-laki-
laki. Hal ini terjadi karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki
berbeda dengan perempuan. Anak perempuan lebih cepat
kematangannya dari pada laki-laki.
e. Status Sosial Ekonomi
Anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi
rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang bersal dari keluarga
dengan tingkat ekonomi tinggi.
f. Kesehatan
Kesehatan amat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik
remaja. Remaja yang berbadan sehat dan jarang sakit, biasanya
memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat dibanding yang sering
sakit.
g. Pengaruh Bentuk Tubuh
Perubahan psikologis muncul antara lain disebabkan oleh
perubahan-perubahan fisik. Diantara perubahan fisik yang sangat
berpengaruh adalah : pertumbuhan tubuh (badan makin besar dan
tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid
pada perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki).
8
Pada masa ini terjadi reorganisasi lingkaran syaraf Lobe Frontal yang
berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu kemampuan
merumuskan perencanaan dan pengambilan keputusan.
a. Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang
pertumbuhan fisiknya, bertambahnya pengalaman, dan
10
meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang
sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor
fisik ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya
pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan
gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan
biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai
tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan
tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara
berkomunikasi dengan baik.
b. Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi
andil untuk cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa
dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan
pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai,
pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada dasarnya bahasa dipelajari dari lingkungan.
Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam
kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan
kelompok sosial lainnya.
c. Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal
tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik.
Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru,
memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan
menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap
maksud suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kerja
pikir atau kecerdasan seseorang anak.
d. Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan
mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa
anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat
ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial
tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal
ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang
11
hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata
lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan
bahasa.
e. Kondisi Fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat
yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu,
tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna akan mengganggu
perkembangan alam berbahasa.
f. Aspek Emosional
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas.
Pertumnbuhan organ-organ seksual mempengaruhi emosi atau
perasaan-persaan baru yang belum dialami sebelumnya. Dalam
budaya Amerika, periode ini dipandang sebagai masa Strom &
Stress, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian,
mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan terealisasi dan
kehidupan sosial budaya orang dewasa. (Pinukas, 1976).
Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi
masa-masa kuliah, bedanya terletak pada macam dan derajat
rangsangan yang membangkitkan emosi dan pola pengendalian
yang dilakukan individu terhadap emosinya. Beberapa kondisi
emosional yang akan dirasakan oleh remaja adalah seperti cinta /
kasih sayang, gembira, kemarahan, permusuhan, ketakutan dan
kecemasan.
12
e. Ada perasaan marah dengan gaya orang dewasa / guru yang
bersikap serba tahu.
13
1.1.5 Aspek Kepribadian
Masa remaja merupakan saat berkembangnya self-identity (kesadaran
akan identitas atau jati dirinya). Remaja dihadapkan kepada berbagai
pertanyaan: who am i, man ana, siapa saya? (keberadaan diriya), akan
menjadi apa saya? Apa peran saya dan mengapa saya harus beragama?
Apabila remaja berhasil memahami dirinya, peran-perannya dalam
kehidupan social, dan memahami makna hidup beragama, maka dia akan
menemukan jati dirinya, dalam arti dia akan memiliki kepribadian yang sehat.
Sebaliknya apabila gagal, maka dia akan mengalami kebingungan atau
kekacauan (confusion) sehingga cenderung memiliki kepribadian yang tidak
sehat.
14
Kegoncangan dalam keagamaan ini mungkin muncul karena
disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal, terkait dengan 1). matangnya organ-organ seks
yang mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
namun disisi lain dia tahu perbuatan itu dilarang oleh agama. 2).
Berkembangnya sikap independen, keinginan untuk hidup bebas,
tidak mau terikat dengan norma-norma keluarga, sekolah atau
agama.
Faktor eksternal, terkait dengan 1). Perkembangan kehidupan
sosial budaya dan masyarakat yang tidak jarang bertentangan
dengan nilai-nilai agama. 2). Perilaku orang dewasa, orang tua
sendiri, para pejabat dan warga masyarakat yang gaya hidupnya
kurang mempedulikan agama, bersifat munafik, tidak jujur dan
perilaku amoral lainnya.
b. Masa Remaja Akhir (17-21 tahun)
Secara psikologis, pada masa ini emosi remaja sudah mulai stabil
dan pemikirannya mulai matang. Dalam kehidupan beragama, remaja
sudah melibatkan diri kedalam kegiatan keagamaan. Remaja sudah dapat
membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya.
15
tabu untuk dipelajari karena itu akan sangat berguna bagi remaja agar orientasi
seksual mereka tidak menyimpang.
Peran pendidik seperti orang tua dan guru sangat diperlukan untuk
menemani remaja mengatasi masalah ini, pengertian serta bimbingan dari
pendidik untuk membantu mengenali mana yang boleh dan yang tidak akan
membatu menjaga mereka dalam masa ini.
16
dalam tingkat intelektualitas, kepribadian, minat, sikap dan kebiasaan belajar.
Dalam pandangan yang lain, perbedaan individual siswa sekolah menengah
dibedakan berdasarkan perbedaan dalam kemampuan potensial dan kemampuan
nyata. Kemampuan nyata dapat disebut sebagai prestasi belajar.
17
2. Tugas-tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah
Tugas-tugas perkembangan terkait dengan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang seyogyanya dimiliki setiap siswa sesuai dengan fase
perkembangannya.
2.1 Faktor-Faktor Munculnya Tugas-Tugas Perkembangan
a. Kematangan fisik, misalnya (1) belajar berjalan karena kematangan otot-otot
kaki, dan (2) belajar bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada masa
remaja, karena kematangan hormon seksual.
b. Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya (1) belajar membaca, (2)
belajar menulis, (3) belajar berhitung, (4) belajar berorganisasi.
c. Tuntutan dari dorongan dan cita-cita siswa itu sendiri misalnya (1) memilih
pekerjaan, (2) memilih teman hidup.
d. Tuntutan norma agama, misalnya (1) taat beribadah kepada Allah, dan (2)
berbuat baik kepada semua manusia.
2.2 Tugas-tugas Perkembangan Remaja
a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya
b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas
c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal
d. Mampu bergaul dengan teman sebaya atau orang lain secara wajar
e. Menemukan manusia model yang dijadikan pusat identifikasinya
f. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan
sendiri
g. Memperoleh Self-control atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah
hidup
h. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri yang kekanak-kanakan
i. Bertingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial
j. Mengembangkan keterampilan intelectual dan konsep-konsep yang diperlukan
bagi warga negara
k. Memilih dan mempersiapkan karir
l. Memiliki sikap positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga
m. Mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
18
Elizabeth B. Hurlock (1981) mengemukakan bahwa anak sekolah menengah
atas sudah mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Anak
laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam perkerjaan dibanding dengan
anak perempuan yang memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum
menikah.
Apabila dilihat dari tahapan karier dari Super dan Jordaan (John Milton
Dillard, 1985:200, masa remaja termasuk tahap eksplorasi pada tingkat tentatif dan
transisi (usia 15-21 tahun). Pada tahap tentatif (15-17), faktor-faktor yang
dipertimbangkan adalah kebutuhan, minat, kapasitas, nilai-nilai dan kesempatan.
20
menenerus. Sehingga pada masa puber ini berpotensi sangat besar untuk
menurunkan prestasi belajar.
c. Inkoordinasi. Anak akan mengalami ketidakseimbangan gerakan.
d. Antgonisme sosial. Anak pada masa puber sering tidak mau diajak untuk
bekrja sama, sering membantah dan menentang. Permusuhan akan sering
dimunculkan dengan dimulai melalui kritik dan komentar-komentar yang
cenderung merendahkan.
e. Emosi yang meninggi. Pada masa puber anak akan mudah tersinggung
dan marah hanya karena masalah sepele.
f. Hilangnya kepercayaan diri. Sebagai akibat dari perubahan fisik pada
diri anak mengakibatkan anak akan merasa rendah diri, lebih-lebih pada
anak yang sering mendapat kritik yang bertujuan untuk
merendahkannya.
Sikap dan perilaku anak yang berada dalam masa puber akan
mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya, yaitu fase
remaja, dan sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam
menjalani kehidupan pada fase remaja. Beberapa masalah yang dialami oleh
remaja adalah :
21
Sekolahsebagai lembaga formal yang diberi tugas dan tanggung
jawab untuk membantu subjek didik menuju kearah kedewasaan yang
optimal harus mempunyai langkah-langkah konkrit untuk mencegah
dan mengatasimasalah emosional ini. Misalnya dengan memberikan
pelayanan khusus bagi siswa melalui program layanan informasi,
layanan konseling, layanan bimbingan dan konseling kelompok.
Dalam layanan konseling dan konseling kelompok anak dapat berlatih
bagaimana caranya menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara
mengemukakan masalah, bagaimana cara mengendalikan diri baik
dalam menanggapi masalah sesama anggota maupun mengemukakan
masalahnya sendiri. melalui wahanan kelompok, siswa dapat berlatih
mengendalikan diri.
3.2.2 Masalah Penyesuaian Diri
Salah satu tugas yang paling sulit pada masa remaja adalah
yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus
menyesuaikan diri dengan lawan jenis baik dengan sesama remaja
maupun dengan orang-orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan
sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja
harus membuat banyak penyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih
banyak diluar rumah bersama dengan teman-temannya sebagai
kelompok, maka dapat dimengerti bahawa pengaruh dari teman sebaya
dalam segala pola perilaku, sikap minat, dan gaya hidupnya lebih besar
dari pada pengaruh dari keluarga. Perilaku remaja sangat tergantung
dari pola-pola perilaku kelompok. Yang menjadi masalah apabila
mereka salah dalam bergaul, misalnya berada dalam kelompok
pemakai narkoba dan perilaku negatif lainnya. Dalam keadaan
demikian, remaja cenderung akan mengikuti tanpa memperdulikan
berbagai akibat yang bisa menimpa dirinya. Kebutuhan akan
penerimaan dalam kelompok sebaya merupakan kebutuhan yang
paling dianggap penting. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja
mau melakukan apa saja dengan tanpa melihat berbagai efek negatif
yang akan menimpa atas perilaku yang mereka perbuat.
Untuk itulah maka sekolah harus ikut membantu tugas-tugas
perkembangan remaja tersebut agar mereka tidak mengalami kesalahan
22
dalam penyesuaian dirinya. Melalui penyeiaan sarana dan prasarana
serta fasilitas pembinaan bakat dan minat baik lewat kegiatan kurikuler
maupun kokurikuler di sekolah, diharapkan dapat mencegah dan
mengatasi kesalahan pergaulan tersebut.
3.2.3 Masalah Perilaku Seksual
Tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh remaja
sehubungan dengan kematangan seksualitasnya adalah pembentuan
hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis dan belajar
memerankan peran seks yang diakuinya. Pada masa ini remaja mulai
tertarik dengan lawan jenis, mulai bersifat romantis, yang diikuti oleh
keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhatian dari
lawn jenis, akiibatnya remaja mempunyai minat yang tinggi pada seks.
Seharusnya mereka mencari dan ataumemeroleh informasi tentang
seluk beluk seks dari orang tua, tetapi kenyataannya mereka
memperoleh informasi lebih banyak dari sumber-sumber yang kadang
tidak dapat dipertanggungjawabkan, misalnya dari teman sebaya yang
sama-sama kurang memahami arti pentingnya seks, internet, media
elelktronik, dan media cetak yang kadang-kadang lebih menjurus pada
pornografi. Sebagai akibat dari informasi yang tidak tepat tersebut
dapat menimbulkan perilakuseks remaja yang apabila ditinjau dari segi
moral dan kesehatan tidak layak untuk dilakukan, misalnya berciuman,
bercumbu, bermasturbasi, dan bersenggama. Bagi generasi yang lalu,
perilaku seksual seperti itu adalah tabu dan menimbulkan rasa bersalah
dan rasa malu pada dirinya, namun pada generasi sekarang seperti
dianggap benar dan normal, atau paling tidak diperbolehkan. Bahakan
hubungan seks diluar nikah dianggap benar apabila orang-orang
yang terlibat saling mencintai dan saling merasa terikat (Hurlock, 1980
: 229).
Untuk menanggulangi dan mengatasi permasalahan itu, sekolah
hendaknya melakukan tindaakn-tindakan nyata, misalnya pendidikan
seks (sex education).
3.2.4 Masalah Perilaku Sosial
Tanda-tanda masalah perilaku sosial pada remaja dapat dilihat
dari adanya diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras,
23
agama, atau sosial ekonomi yang berbeda. Dengan pola-pola perilaku
sosial seperti ini, maka dapat melahirkan genk-genk atau kelompok-
kelompok remaja, yang pembentukannya berdasarkan atas kesamaan
latar belakang agama, suku, dan sosial ekonomi. Pembentukan
kelompok atau genk pada remaja tersebut dapat memicu terjadinya
permusuhan atar kelompok atau genk. Untuk mencegah dan mengatasi
msalah-masalah diatas sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan kelompok (baik kurikuler maupun kokurikuler) dengan tidak
memperhatikan latar belakang suku, agama, dan sosial ekonomi.
Sekolah harus memperlakukan siswa secara sama, tidak membeda-
bedakan siswa yang satu dengan yang lain.
3.2.5 Masalah Moral
Masalah moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh adanya
ketidakmampuan remaja membedakan mana yang benar dan mana
yang salah. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidak konsistenan dalam
konsep benar dan salah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya anatar sekolah, keluarga, dan kelompok remaja.
Ketidakmampuan membedakan mana yang benar dan mana yang salah
dapat membawwa malapetaka bagi kehidupan remaja pada khususnya
dan pada semua orang pada umumnya. Untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah yang demikian, maka sekolah sebaiknya
menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan, meningkatkan
pendidikan budi pekerti.
3.2.6 Masalah Keluarga
Sering ditemukan berbagai masalah remaja yang menjadi
penyebab utama adalah terjadinya kesalahpahaman antara anak dan
orang tua. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1980 : 233) sebab-
sebab umum pertentangan keluarga selama masa remaja adalah :
standar perilaku, metode disiplin, hubungan dengan saudar kandung,
sikap yang sangat kritis pada remaja, dan masalah palang pintu.
Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang
kuno dan yang modern berbeda. Menurut remaja, orang tua yang
mempunyai standar kuno harus mengikuti standar modern, sedangkan
orang tua tetap pada pendiriannya. Keadaan ini yang menjadi sumber
24
perselisihan. Metode disiplin yang diterapkan oleh orang tua terlalu
kaku dan cenderung otoriter dapat menimbulkan permasalahan dan
pertentangan diantara remaja dan orang tua. salah satu ciri remaja
adalah memiliki sikap kritis terhadap segala sesuatu, namun bagi
keluarga tertentu sering tidak menyukai sikap remaja yang terlalu kritis
terhadap pola perilaku orang tua dan terhadap pola perilaku keluarga
pada umumnya. Yang dimaksud dengan masalah palang pintu adalah
peraturan keluarga tentang penentapan jam atau waktu pulang dan
mengenai teman-teman dengan siapa remaja itu berhubungan, terutama
teman-teman lawan jenis. Yang mencegah dan mengatasi
permasalahan tersebut, maka sekolah harus meningkatkan kerja sama
dengan orang tua.
Prayitno (1994:42) mengelompokkan masalah siswa di sekolah
menengah menjadi empat kelompok besar, yaitu masalah yang
berhubungan dengan dimensi keindividualan, masalah yang
berhubungan dengan dimensi kesosialan, masalah yang berhubungan
dengan dimensi kesusilaan, dan maslah yang berhubungan dengan
keberagamaan.
Jenis masalah yang diderita individu amat bervariasi. Roos L.
Mooney (dalam Prayitno, 1994:238) mengidentifikasi 330 masalah
yang digolongkan kedalam 11 masalah, yaitu kelompok masalah yang
berkenaan dengan :
a. Perkembangan jasmani dan kesehatan
b. Keuangan, keadaan lingkungan, dan pekerjaan
c. Kegiatan sosial rekreasi
d. Hubungan muda-muda, pacaran, dan perkawinan
e. Hubungan sosial kejiwaan
f. Keadaan pribadi kejiwaan
g. Moral dan agama
h. Keadaan rumah tangga
i. Masa depan pendidikan dan pekerjaan
j. Enyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah
k. Kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran
25
Frekuensi dialaminya masalah-masalah tersebut juga bervariasi.
Satu jenis masalah barangkali banyak dialami, sedangkan jenis
masalah lain lebih jarang muncul. Frekuensi munculnya masalah-
masalah itu diwarnai oleh berbagai kondisi pribadi dan lingkungan.
Permasalahan yang dialami manusia tidak akan pernah putus sampai ajal
menjemput, permasalahan manusia akan semakin memuncak ketika mereka
menginjak usia transisi dimana keingintahuan yang sangat tinggi dengan semangat
yang menggebu-gebu akan sia-sia tanpa bimbingan yang terarah, perkiraan usia
transisi manusia yaitu ketika mereka berada di jenjang sekolah tingkat menengah,
ketika mereka menginjak remaja dan dewasa awal, mereka lebih tenar dengan
istilah ABG (anak baru gede).
Dalam buku karangan Prof.Dr.H.Sunarto dan Dra.Ny.B.Agung Hartono
dalam bukunya perkembangan peserta didik, menerangkan beberapa
permasalahan remaja sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhannya sebagai
berikut:
a. Upaya untuk dapat mengubah sikap dan perilaku kekanak-kanakan
menjadi sikap dan perilaku dewasa, tidak semuanya dapat dicapai
dengan mudah oleh mereka. Pada masa ini remaja menghadapi
tugas-tugas besar , sedang dipihak lain harapan ditumpukan pada
mereka untuk dapat meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan
sikap dan pola perilaku. Kegagalan mengatasi ketidakpuasan ini
dapat mengakibatkan menurunnya harga diri, dan akibat lebih
lanjut dapat mengakibatkan remaja bersikap keras dan agresif atau
sebaliknya bersikap tidak percaya diri, pendiam, atau kurang harga
diri.
b. Sering kali remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan
fisiknya. Hal ini disebabkan pertumbuhan tubuhnya dirasa kurang
serasi, walau hal ini tidak terjadi pada semua remaja.
c. Perkembangan fungsi seks pada masa ini dapat menimbulkan
kebingungan remaja untuk memahaminya, sehingga sering salah
tingkah dan perilaku yang menentang norma (bagi remaja laki-laki)
serta berperilaku mengurung diri (bagi remaja perempuan).
26
d. Dalam memasuki kehidupan bermasyarakat, remaja yang terlalu
mendambakan kemandirian dalam artian menilai dirinya cukup
mampu untuk mengatasi problema kehidupan, kebanyakan
menghadapi berbagai macam permasalahan, terutama masalah
penyesuaian emosional. Kehidupan bermasyarakat menuntut
mereka untuk banyak menyesuaikan diri, namun yang terjadi
semuanya tidak selaras dengan kenyataan. Dalam hal ini terjadi
ketidak selarasan antara pola hidup masyarakat dan perilaku yang
menurut remaja baik, remaja merasa selalu disalahkan dan
akibatnya meraka frustasi dengan tingkah lakunya sendiri.
e. Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendiri dan untuk hidup
mandiri secara sosial ekonomis akan berkaitan dengan berbagai
masalah untuk menetapkan berbagai jenis pekerjaan dan jenis
pendidikan. Penyesuaian sosial merupakan salah satu yang sangat
sulit dihadapi oleh remaja.
f. Berbagai norma dan nilai yang berlaku di dalam hidup
bermasyarakat merupakan masalah tersendiri bagi remaja, sedang
dipihak remaja merasa memiliki norma dan nilai kehidupan yang
dirasa lebih sesuai dari pada nilai dan norma dikalangan
masyarakat luas.
Permasalahan yang terjadi pada anak usia sekolah menengah timbul atas
dua factor yang sangat mempengaruhi proses perkembangan mereka, dua faktor
itu adalah:
a. Faktor intern siswa yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari
dalam diri siswa sendiri. Permasalahan intern siswa ini mencakup semua
permasalahan yang timbul dari diri siswa dari berbagai aspek yang pengaruhi
diri siswa itu sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang
mampuan psiko-fisik siswa dalam dirinya, yakni:
Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya
kapasitas intelektual / intelegensi siswa. Dari pengalaman sehari-
hari, kita memiliki kesan seakan-akan apa-apa yang kita alami dan
kita pelajari tidak seluruhnya tersimpan dalam akal kita. Padahal
menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan yang kita
27
pelajari, kalau memang sistem akal kita dalam hal mengolahnya
dengan cara yang memadai, maka semuanya akan tersimpan dalam
subsistem akal permanen kita, akan tetapi kenyataan yang kita
alami terasa bertolak belakang dengan teori itu, apalagi yang telah
kita pelajari dengan tekun justru sukar diingat kembali dan mudah
terlupakan.
Lupa ialah: hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau
memperoduksi kembali apa-apa sebelumnya yang telah kita
pelajari. Menurut Gulo (1982), dan Reber (1988), mendefinisikan
lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu
yang telah dipelajar. Dengan demikian lupa bukanlah peristiwa
hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
28
telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif, karena
item informasi yang diproduksi tertekan ke alam bawah
sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah
dipergunakan.
- Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi
lingkungan antara waktu belajar dan waktu mengingat
kembali (Andeson 1990).
- Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat
siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu, jadi
meskipun seorang siswa telah mengikuti proses belajar-
mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena suatu
hal minat dan sikap siswa tersebut menjadi sebaliknya
maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
29
- Menemonic device (muslihat memori)
Ialah kiat khusus yang dijadikan alat pengait mental untuk
memasukkan item-item informasi kedalam sistem akal siswa.
Muslihat ini beragam caranya diantaranya ialah dengan bentuk
not yang dijadikan sebagai nyanyian anak-anak TK, atau juga
dengan singkatan huruf-huruf tau nama-nama istilah yang harus
diingat oleh siswa.
30
yang paling umum adalah keletihan yang melanda siswa, karena
keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada
siswa yang bersangkutan.
Menurut Cross dalam bukunya the psychology of learning,
keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu:
- Keletihan indra siswa
- Keletihan fisik siswa
- Keletihan mental siswa
Keletihan fisik dan keletihan indra pada umumnya dapat
dikurangi lebih mudah setelah siswa beristirahat cukup dan
mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, sebaliknya
keletiha mental tidak dapat diatasi dengan cara yang mudah, itulah
sebabnya keletihan dipandang sebagai faktor utama penyebab utama
munculnya kejenuhan belajar.
31
- Mengubah atau menata kembali lingkungan belajar siswa yang
memungkinkan siswa dapat belajar lebih menyenangkan.
- Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong
untuk lebih giat dalam belajar.
- Siswa harus berbuat nyata atau tidak pantang menyerah dengan cara
belajar dan belajar lagi.
b. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari
luar diri siswa. Hal ini meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar
yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa, faktor ini dapat dibagi tiga
macam :
- Lingkungan keluarga, lingkungan keluarga menjadi faktor penting
dalam menanamkan pendidikan karakter anak, di luar faktor
pendidikan di sekolah serta lingkungan sosial. Lingkungan keluarga
ini, bisa dimulai dari situasi dalam keluarga dan pola pendidikan yang
dilakukan. Jika pola pendidikan karakter di tengah keluarga sudah
terbangun dengan baik, dengan sendirinya anak akan lebih mudah
untuk menerima pendidikan karakter di sekolah. Demikian pula saat
anak harus bersinggungan dengan lingkungan sosial. Namun hal ini
berbeda jika terjadi kemerosotan dalam hubungan keluarga, baik itu
berupa kurang perhatiannya orangtua atau konflik yang sering terjadi
dalam lingkungan keluarga sangat mengganggu proses pembelajaran
seorang siswa yang masih mencari jati diri yang sesuai dengan
karakternya, ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu
sangatlah menghambat kesuksesan pendidikannya, dan rendahnya
kehidupan ekonomi keluarga juga sangat mempengaruhi terbentuknya
penerus bangsa yang berpendidikan tinggi.
- Lingkungan perkampungan/masyarakat, masyarakat adalah bagian
keluarga besar bagi para remaja yang tidak ingin mengetahui keadaan
anaknya dan menuntunnya kejalan yang benar jika mereka tersesat,
justru seorang anak harus mengetahui dan menjaga keadaannya sendiri
dengan berbagai macam karakter anggota keluarga yang berbeda-beda.
- Lingkungan sekolah, kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk
seperti dekat pasar sangat mengganggu sekali pada proses pendidikan
yang dilaksanakan oleh peserta didik usia sekolah menengah, kondisi
32
guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah juga mengganggu
terlaksananya pendidikan seorang siswa.
Selain faktor yang bersifat umum diatas ada faktor-faktor lain yang
menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor khusus yang
dapat dipandang adalah sindrom psikologis berupa learning disability
(ketidak mampuan belajar). Sindrom (syindrom) yang berarti satuan gejala
yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1998)
yang menimbulkan kesulitan belajar.
Akan tetapi siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara
umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal, bahkan diantaranya ada
yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Oleh karenanya kesulitan belajar
siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh
adanya minimal Brain Disfunction, yaitu gangguan ringan pada otak (Lask,
1985: Reber, 1988).
Problematika atau masalah yang bersifat ekstern itu timbul dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat. Pada usia sekolah menengah peserta
didik menginginkan sesuatu kebebasan emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya. Mereka ingin selalu diakui sebagai pribadi, ia ingin
bertanggung jawab atas hidupnya sendiri, pada usia ini orang tua tidak terlalu
mengekang terhadap kebebasan atau bahkan meniadakan kebebasannya. Jadi,
dalam hal ini orang tua harus memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengambil keputusannya sendiri mengenai hal-hal yang akan dilakukannya.
Pada usia sekolah menengah peserta didik sudah mulai memikirkan
tentang hal-hal yang benar dan yang salah serta tentang norma-norma untuk
membimbing tingkah lakunya. Ia mulai memperhatikan konsep-konsep
mengenai hal-hal yang benar dan yang salah, ia tidak mau begitu saja
menerima pendapat-pendapat dari orang lain. Selain itu, masalah yang lebih
penting lagi adalah apa yang disebut dengan kesenjangan generasi antara
peserta didik dengan orang tua, kesenjangan ini sebagian disebabkan karena
adanya perubahan radikal dalam nilai dan standar perilaku yang biasanya
terjadi dalam setiap perubahan budaya yang pesat, sebagian juga disebabkan
karena dalam masa remaja lebih banyak memiliki kesempatan untuk
pendidikan sosial budaya yang lebih besar.
33
Hubungan orang tua dengan anak akan membaik ketika orang tua
mulai menyadari bahwa anak-anak mereka bukan anak kecil lagi. Mereka
memberi banyak keistimewaan dan sekaligus bertanggung jawab serta prestasi
belajar yang lebih baik.
Untuk mengembangkan kepribadian anak secara sempurna maka ada
beberapa hal yang harus diterapkan oleh orang tua pada usia sekolah
menengah antara lain:
Bersikap tidak membedakan
Salah satu cara yang salah yang sering dilakukan oleh orang tua
yang membuat anak menjadi jahat adalah sikap membedakan.
Sebagian orang tua kadang lebih condong pada anak laki-lakinya
dan juga sebaliknya lebih condong pada anak perempuan. Sikap
membedakan yang demikian ini akan meninggalkan pengaruh
negatif pada kejiwaan anak, pengaruk negatif ini akan terus
berkembang seiring dengan perkembangan kedewasaannya yang
kemudian akan mengantar anak pada kehancuran bahkan tidak
jarang sikap negatif ini menular pada anak cucu mereka.
Perhatian dan pengarahan yang baik
Salah satu sarana untuk menghindarkan anak dari sikap jahat
adalah dengan pendekatan psikologis, orang tua harus bersikap
lebih mengerti pada kondisi anak. Ketika hendak membenarkan
sesuatu yang salah pada anak orang tua tidak boleh menggunakan
kekerasan dan meluapkan emosi.
Orang tua harus berbicara dengan lemah lembut yang disertai
dengan nasehat-nasehat. Sesuai dengan firman Allah dalam surat
At-Thoha ayat 44 yang artinya maka berbicaralah kamu keduanya
dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah dia ingat atau takut.
Menanamkan taqwa dalam jiwa anak
Seluruh dosa sebenarnya adalah sifat-sifat yang hina, untuk
menyelamatkan diri dari hal tersebut jalan keluarnya adalah
menanamkan ketaqwaan pada jiwa anak. Apabila tangkai-tangkai
pohon kejahatan itu layu dan daun-daunnya rontok berjatuhan,
maka akar-akarnya akan tumbang dan mati, artinya dalam
kehidupan sosial terdapat sifat-sifat jelek yang ada pada diri
34
manusia seperti kikir, takabur, suudzon dan lain-lain. Jika
seseorang dapat menahan dari segala sifat-sifat buruk tersebut
maka dia akan terlepas dari dosa-dosa, begitu juga pada anak,
pendidikan seperti ini perlu ditanamkan oleh orang tua demi
kebaikan jiwa pada diri anak.
35
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas jelas sekali kondisi peserta didik usia sekolah
menengah masih sangat sangat labil, mereka memerlukan bimbingan orang
yang lebih dewasa dan petunjuk mereka atas masalah-masalah yang belum
bisa mereka pecahkan, perubahan kondisi peserta didik pada usia sekolah
menengah ini banyak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat kultural.
Problematika remaja secara garis besar terdapat dua faktor yaitu faktor
intern (dari dalam diri remaja itu sendiri) dan faktor ekstern (dari luar diri).
Yang sangat menonjol dari problematika remaja adalah yang berhubungan
kultural dan psikososial.
B. Saran
Solusi yang sangat tepat bagi remaja atas apa yang menimpa mereka
adalah usaha mereka sendiri untuk bisa menerapkan kiat-kiat supaya mereka
tidak terlena dengan masalah-masalah yang menimpa mereka, dan
melaksanakan anjuran-anjuran yang telah dijelaskan diatas. Perhatian orang
lain juga sangat membantu mereka untuk memecahkan masalah yang
menimpa.
36
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Poyek Pembinaan dan
Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Pendidikan Menengah Umum,
Jakarta:1994
37