1. Sistem Pemerintahan
2. Kepercayaan
1
Contoh :
Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari
Singasari yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur masih
terwujud dalam upacara kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari,
100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari, serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh
masyarakat Jawa.
3. Bidang Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni
bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India
tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di
India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui
dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan
yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat
perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak,
yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai
tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia untuk
pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah
meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di
India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang
terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.
4. Seni Rupa
Seni rupa yang terdapat pada candi berupa patung dan relief. Patung-patung yang
ada pada candi Periode Awal adalah patung para dewa Hindu-Buddha, seperti Dewa
Brahma, Wisnu, dan Siwa. Akan tetapi, pada Periode tengah, terutama Jawa Timur, yang
dibuat adalah patung raja-raja di Indonesia yang merupakan titisan para dewa, misalnya
patung Tribuwana sebagai Parwati, atau Kertanegara sebagai Siwa. Patung- patung dalam
Periode Akhir, terutama di Bali, sudah benyak menggambarkan makhluk-makhluk seram
(demon).
Seni rupa dalam wujud relief juga dijumpai pada dinding-dinding candi. Relief yang
ada pada Periode Awal memiliki ciri naturalis ( bersifat alami ), misalnya relief pada
dinding candi Borobudur yang menggambarkan kehidupan Sidharta Gautama, sedangkan
relief pada candi Prambanan mengisahkan Ramayana dan Kresnayana.
Sementara itu, pada Periode Tengah di Jawa Timur, unsur Indonesia semakin terasa
kuat. Hal ini tampak pada relief candi Panataran yang tidak lagi naturalis, melainkan
bergaya wayang. Mengingatkan orang pada kepercayaan lama, yaitu memuja roh nenek
moyang. Pada Periode Akhir di Bali, relief yang mencolok berupa candi-candi yang dibuat
di tebing sungai merupakan makam para raja, seperti yang ada di Gunung Kawi ( Tampak
Siring ).
2
5. Sistem Pengetahuan