Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Pada saat ini tantangan dalam dunia industri maupun perdagangan sedemikian
pesat, hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam mengembangkan industri,
sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lain yang telah maju. Seiring
dengan itu, suatu konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)
mutlak dilakukan. Sustainable Development merupakan strategi pembangunan
terfokus pada pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengesampingkan kebutuhan
mendatang yang mana hal ini dikaitkan dengan kelestarian dan kesehatan
lingkungan alam.

Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah
cair berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan
dampak yang luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan
sumber daya air di masa mendatang dan bencana alam semisal erosi, banjir, dan
kepunahan ekosistem perairan tidak pelak lagi dapat terjadi apabila kita tidak
peduli terhadap permasalahan tersebut. Alam memiliki kemampuan dalam
menetralisir pencemaran yang terjadi apabila jumlahnya kecil, akan tetapi apabila
dalam jumlah yang cukup besar akan menimbulkan dampak negatif terhadap alam
karena dapat mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan
sehingga limbah tersebut dikatakan telah mencemari lingkungan. Hal ini dapat
dicegah dengan mengolah limbah yang dihasilkan industri sebelum dibuang ke
badan air. Limbah yang dibuang ke sungai harus memenuhi baku mutu yang telah
ditetapkan, karena sungai merupakan salah satu sumber air bersih bagi
masyarakat, sehingga diharapkan tidak tercemar dan bisa digunakan untuk
keperluan lainnya.

Seperti halnya pada industri pupuk urea ( kandungan nitrogennya tertinggi


46% dibanding pupuk anorganik jenis lain) yang produksinya mengalami
peningkatan dari tahun ketahun, diperkirakan mencapai 7,3 juta ton pada tahun
2010 atau meningkat 7,35 persen, dibanding tahun 2009 yaitu 6,8 juta ton. Hal ini
dikarenakan adanya peningkatan kebutuhan pupuk urea di kalangan masyarakat.

1
sebanding dengan peningkatan produksi urea tersebut, pastinya juga
diimbangi dengan peningkatan produksi limbah yang dihasilkan, padahal
diketahui bahwa limbah cair pabrik pupuk urea dapat menimbulkan kerusakan
ekosistem badan air yang sangat serius. Sehingga melihat kondisi tersebut perlu
adanya penanganan yang tepat dalam pengolahan limbah cair industri pupuk urea.

1.2.Rumusan Masalah
1. Dampak limbah industri pupuk urea terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia?
2. Bagaimana cara pengelolaan limbah dalam industri pupuk urea sehingga
tidak berdampak buruk terhadap lingkungan dan kesehatan manusia?

1.3. Tujuan
Secara garis besar bertujuan untuk meminimalisir bahaya pencemaran limbah
yang dihasilkan dari industri pupuk urea terhadap lingkungan dan pengelolaan
limbah industri pupuk urea.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Proses Kimia Amonia dan Urea

Pupuk Urea yang dikenal dengan nama rumus kimianya NH2CONH2


pertama kali dibuat secara sintetis oleh Frederich Wohler tahun 1928 dengan
mereaksikan garam cyanat dengan ammonium hydroxide.
Pupuk urea yang dibuat PT Pupuk Kujang merupakan reaksi antara karbon
dioksida (CO2) dan ammonia (NH3). Kedua senyawa ini berasal dari bahan gas
bumi, air dan udara. Ketiga bahan baku tersebut meruapakan kekayaan alam yang
terdapat di Jawa Barat.
Pada proses pembuatan ammonia dengan tekanan rendah dalam reaktor (±150
atmosfir) yaitu dengan reaksi reforming merubah CO menjadi CO2, penyerapan
CO2 dan metanasi. Reaksi reforming ini dilakukan dalam 2 tingkatan yaitu :
Tingkat Pertama :

2
Gas bumi dan uap air direaksikan dengan katalis melalui pipa-pipa vertikal
dalam dapur reforming pertama dan secara umum reaksi yang terjadi sebagai
berikut:
Cn H2n + nH2O  NCO + (2n+1)H2 - panas
CH4 + H2 O  CO + 3H2 - panas

Tingkat Kedua :
Udara dialirkan dan bercampur dengan arus gas dari reformer pertama di
dalam reformer kedua, hal ini dimaksudkan untuk menyempurnakan reaksi
reforming dan untuk memperoleh campuran gas yang mengandung nitrogen (N)
2 CH4 + 3 O2 ---> 12 N2
2 CO + 4 H2 O ---> 12 N2
lalu campuran gas sesudah reforming direaksikan dengan H2O di dalam
converter CO untuk mengubah CO menjadi CO2
CO + H2 O ---> CO2 + H2
CO2 yang terjadi dalam campuran gas diserap dengan K2 CO3
K2 CO3 + CO2 + H2O ---> KHCO3
larutan KHCO3 dipanaskan guna mendapatkan CO2 sebagai bahan baku
pembuatan urea.
Setelah CO2 dipisahkan, maka sisa-sisa CO, CO2 dalam campuran gas harus
dihilangkan yaitu dengan cara mengubah zat-zat itu menjadi CH4 kembali
CO + 3H2  CH4 + H2O
CO2 + 4H2  CH4 + 2H2O
Lalu kita mensitesa nitrogen dengan hidrogen dalam suatu campuran ganda
pada tekanan 150 atmosfer dan kemudian dialirkan ke dalam ammonia converter.
N2 + 3H2 ---> 2NH3
Setelah didapatkan CO2 (gas) dan NH3 (cair), kedua senyawa ini direaksikan
dalam reaktor urea dengan tekanan 200 - 250 atmosfer.
2NH3 + CO2  NH2COONH4 +Q
karbon
ammonia ammonium
dioksida karbamat

3
NH2COONH4  NH2 CONH2 + H2O - Q

Reaksi ini berlangsung tanpa katalisator dalam waktu ± 25 menit. Proses


selanjutnya adalah memisahkan urea dari produk lain dengan memanaskan hasil
reaksi (urea, biuret, ammonium karbamat, air dan ammonia kelebihan) dengan
penurunan tekanan, dan temperatur 120-165 derajat Celsius, sehingga ammonium
karbamat akan terurai menjadi NH3 dan CO2, dan kita akan mendapatkan urea
berkonsentrasi 70-75%.
Untuk mendapatkan konsentrasi urea yang lebih tinggi maka dilakukan
pemekatan dengan cara:
Penguapan larutan urea di bawah vacuum (ruang hampa udara, tekanan 0,1
atmosfir mutlak), sehingga larutan menjadi jenuh dan mengkristal.
Memisahkan kristal dari cairan induknya dengan centrifuge.
Penyaringan kristal dengan udara panas.
Untuk mendapatkan urea dalam bentuk butiran kecil, keras, padat maka
kristal urea dipanaskan kembali sampai meleleh dan urea cair lalu disemprotkan
melalui nozzle-nozzle kecil dari bagian atas menara pembutir (prilling tower).
Sementara tetesan urea yang jatuh melalui nozzle tersebut, dihembuskan
udara dingin ke atas sehingga tetesan urea akan membeku dan menjadi butir urea
yang keras dan padat.
Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2 dan liquid NH3
yang disuplai dari Pabrik Ammonia.
Proses pembuatan Urea tersebut dibagi menjadi 6 unit, yaitu :

4
Gambar 2.1. Alur Proses Pembuatan Urea

1. Synthesa Unit
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik Urea, untuk mensintesa
Urea dengan mereaksikan Liquid NH3 dan gas CO2 di dalam Urea Reaktor
dan ke dalam reaktor ini dimasukkan juga larutan recycle karbamat yang
berasal dari bagian Recovery. Tekanan operasi di Sintesa adalah 175
Kg/cm2g. Hasil Sintesa Urea dikirim ke bagian Purifikasi untuk dipisahkan
ammonium karbamat dan kelebihan ammonianya setelah dilakukan stripping
oleh CO2.

2. Purification Unit
Ammonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan ammonia di unit
Sintesa diuraikan dan dipisahkan dengan cara tekanan dan pemanasan dengan
dua langkah penurunan tekanan, yaitu pada 17 kg/cm2g dan 22,2 kg/cm2g.

5
Hasil peruraian berupa gas CO2 dan NH3 dikirim ke bagian Recovery,
sedangkan larutan ureanya dikirim ke bagian Cristaliser.

3. Cristaliser Unit
Larutan urea dari unit Purifikasi dikristalkan dibagian ini secara vakum.
Kemudian kristal ureanya dipisahkan di Centrifuge. Panas yang diperlukan
untuk menguapkan air diambil dari panas sensibel larutan urea, maupun panas
kristalisasi urea dan panas yang diambil dari sirkulasi Urea Slurry ke HP
Absorber dari Recovery.

4. Prilling Unit
Kristal urea keluaran Centrifuge dikeringkan sampai menjadi 99,8% berat
dengan udara panas, kemudian dikirimkan ke bagian atas Prilling Tower
untuk dilelehkan dan didistribusikan merata ke seluruh distributor, dan dari
distributor dijatuhkan ke bawah sambil didinginkan oleh udara dari bawah
dan menghasilkan produk urea butiran (prill). Produk urea dikirim ke bulk
storage dengan belt conveyor.

5. Recovery Unit
Gas ammonia dan gas CO2 yang dipisahkan dibagian purifikasi diambil
kembali dengan 2 langkah absorbsi dengan menggunakan mother liquor
sebagian absorbent kemudian di recycle kembali ke bagian sintesa.

6. Process Condensate Treatment Unit


Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian kristaliser didinginkan dan
dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3, dan CO2 ikut kondensat
kemudian diolah dan dipisahkan di stripper dan hydrolizer. Gas CO2 dan gas
NH3 - nya dikirim kembali ke bagian purifikasi untuk direcover. Sedang air
kondensatnya dikirim ke utilitas.

6
2.2. Limbah Industri Pupuk

Pupuk merupakan salah satu komoditi andalan Indonesia yeng


perkembangannya sangat pesat. Secara umum limbah dari pabrik pupu terdiri atas
tiga macam yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah cair pabrik pupuk urea
terdiri dari urea dan amonium yang masing-masing mempunyai konsentrasi
berkisar antara 1500-10000 ppm dan 400-3000 ppm. Konsentrasi urea yang tinggi
di dalam badan air dapat menyebabkan blooming algae dalam ekosistem tersebut
yang dapat mengakibatkan kehidupan biota air lain terserang penyakit. Peristiwa
ini terjadi karena kurangnya nutrisi bagi biota air dan sedikitnya sinar matahari
yang dapat menembusi permukaan air. Disamping kedua hal tersebut di atas, algae
juga dapat memproduksi senyawa beracun bagi biota air dan manusia. Penelitian
ini bertujuan untuk mengolah urea menggunakan oksidasi konvensional (H2O2)
dan Advanced Oxidation Processes (kombinasi H2O2-Fe2+) pada pH 5 dengan
parameter yang digunakan adalah variasi konsen-trasi awal H2O2 dan
konsentrasi Fe2+. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penurunan konsentrasi
urea tertinggi diperoleh pada penggunaan reagen fenton (8000 ppm H2O2 dan 500
ppm Fe2+), yaitu dapat menurunkan urea dari konsentrasi awal urea 2566,145
ppm menjadi 0 ppm. Kinetika reaksi dekomposisi urea menjadi amonium dan
amonium menjadi nitrit dan nitrat yang diuji mengikuti laju kinetika reaksi orde 1
(satu) terhadap urea dan orde satu terhadap amonium dengan konstanta laju reaksi
masing-masing k1 = 0,019 dan k2 = 0,022 min-1.
Sedangkan limbah padat Limbah katalis bekas berasal dari pabrik
ammonia yang mengandung oksida -oksida dari : Ni, Zn, Cu, Fe, Mo, Co. Diatasi
dengan penyimpanan sementara ditempat yang aman kemudian dijual kembali.
Limbah gas yang berpotensi menjadi polusi udara adalah uap asam
amoniak (NH3). Limbah gas ini dihasilkan oleh menara pembutir dan sintesa
pabrik amoniak. Pada pabrik pupuk gas amoniak dapat di olah kembali dan
menjadi bahan baku lagi ketika sudah di tanggulangi dengan Pure Gas Recovery.
Pure Gas Recovery merupakan unit pengolah gas buang dari pabrik amoniak.
Dalam pabrik pupuk juga terdapat beberapa pabrik dan salah satunya adalah
pabrik amonik yang berfungsi untuk menghasilkan amoniak yang digunakan

7
sebagai bahan baku pupuk. Untuk emisi gas NH3 dan debu yang dihasilkan oleh
menara pembulir akan ditanggulangi dengan dust separator system wet scrubber.

2.3. Peraturan Pemerintah terkait


Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia mempunyai landasan hukum
yang kuat melalui UU no 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dalam lampiran A.X keputusan menteri Negara lingkungan hidup nomor
KEP 51-/MENLH/10/1995 pada tanggal 25 Oktober 1995

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI UREA

PARAMETER KADAR BEBAN

MAKSIMUM PENCEMARAN

( mg/L ) MAKSIMUM

( kg/ton )

BOD5 100 1,5

COD 250 3,75

TSS 100 1,5

Minyak dan Lemak 25 0,4

Amonia Total (sbg. NH3-N) 50 0,75

pH 6,0 - 9,0

Debit Limbah

Maksimum 15 m3 per ton produk pupuk urea

Catatan :

1. Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel diatas


dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah.
2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di
atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk pupuk urea.

8
BAB III
IDENTIFIKASI LIMBAH INDUSTRI PUPUK

3.1. Jenis-Jenis limbah Industri Pupuk


3.1.1 Limbah Cair
 Limbah cair mengandung ammonia dan urea berasal dari pabrik
ammonia dan pabrik urea
 Limbah cair mengandung minyak berasal dari kompressor dan pompa
 Limbah cair mengandung asam/basa berasal dari unit Demineralisasi
 Limbah cair mengandung lumpur berasal dari pengolahan air
 Limbah sanitasi mengandung suspended solid, BOD dan Koliform
Bahan baku utama dalam proses produksi urea adalah gas alam, air dan
udara. Gas alam yang digunakan oleh PT. Pupuk Kujang diambil dari
tiga sumber gas alam yaitu off shore Arco, L. Paligi di lepas pantai
Cimalaya dan Mundu di Indramayu. Penyediaan gas alam ini dilakukan
oleh pemasok tunggal yaitu Pertamina. Air baku yang dipergunakan
diambil dari dua sumber, yaitu di daerah Parungkadali Bendung Curug
dan di Cikao sebelah hilir Jatiluhur dengan kapasitas 1000 m3/jam
(Puspita, 2000). Bahan pembantu yang dipergunakan adalah asam
sulfat, soda kaustik, alum/tawas, klorin, potassium karbonar, asam
koagulan, O2 scavenger, corrosion inhibitor, dan scale dispersant.
Kandungan utama dari limbah cair industri pupuk urea adalah senyawa
nitrogen, yaitu berupa urea, garam ammonium, ammonia bebas, nitrit,
nitrat, dan senyawa-senyawa anorganik lainnya. Beberapa
senyawa/unsur kimia dan kondisi kualitas limbah cair industri pupuk
urea ini dapat dilihat di Tabel 2.

Tabel 2. Parameter Kimia pada Kolam Penampung Air Limbah


Industri Pupuk Urea (Berasal dari Semua Seksi Proses)
PT. Pupuk Iskandar Muda
Parameter PT. Pupuk Kujang
Sep 87 Okt 87 Nop 87
pH 8,9 9,0 8,7 8,8

9
COD (mg/l) 6,95 5,52 4,5 29
BOD (mg/l) Tdu Tdu 1,59 9,2
NH2 (mg/l) 117,72 848,47 2,73 15,12
Urea (mg/l) 5227,49 2116,75 3744,96 Tdu
PO4 (mg/l) 3,26 8,41 7,85 Tdu
DO (mg/l) 6,00 0,45 8,30 Tdu
Hg (mg/l) Ttu Ttu Ttu Tdu
Cd (mg/l) 0,04 0,10 0,00 Ttu
Cr (mg/l) 0,03 Trace 0,00 0,047
Fe (mg/l) 1,28 0,68 0,20 0,29
Sumber : * SSLH Unsyiah (1987) dalam Halim (2001)
** PT. Pupuk Kujang (2000) dalam Halim (2001)
Keterangan : Tdu : tidak diukur ; Ttu : tidak terukur

3.1.2 Limbah Gas dan Kebisingan

 Limbah gas buang / stack gas berasal dari emisi boiler-boiler dan
reformer dari pabrik utilitas dan pabrik ammonia. Diatasi dengan
pengoperasian boiler sesuai SOP dan pembakaran gas alam dengan
oksigen berlebih
 Emisi gas NH3 dan debu urea berasal dari bagian atas menara
pembutir. Diatasi dengan pengendalian urea dust separator system
wet scrubber dan penggantian filter secara kontinyu
 Limbah gas buang ( purge gas ) yang berasal dari daur sintesa pabrik
ammonia diatas dengan memasang Unit Hydrogen Recovery untuk
memisahkan NH3 dan H2
 Sumber kebisingan yang berasal dari pabrik utilitas, pabrik ammonia
dan pabrik urea diatasi dengan keharusan setiap pekerja memakai alat
penyumbat telinga

10
3.1.3. Limbah Padat
 Limbah katalis bekas berasal dari pabrik ammonia yang mengandung
oksida -oksida dari : Ni, Zn, Cu, Fe, Mo, Co. Diatasi dengan penyimpanan
sementara ditempat yang aman kemudian dijual kembali
 Limbah debu urea berasal dari unit pengantongan. Diatasi dengan
pemasangan peralatan dust collector, dehumidifier dan exhaust fan, urea
dust dan waste dilarutkan kembali kemudian di – recycle.

3.2. Dampak Limbah Industri Pupuk


3.2.1 Gas Ammonia
Gas ammonia adalah suatu gas yang tidak berwarna, dan menimbulkan
bau yang sangat kuat. Dalam udara, ammonia dapat bertahan kurang lebih satu
minggu. Gas ammonia terpajan melalui pernapasan dan dapat mengakibatkan
iritasi yang kuat terhadap sistem pernapasan. Karena sifatnya yang iritasi, polutan
ini dapat merangsang proses peradangan pada saluran pernapasan bagian atas
yaitu saluran pemapasan mulai dari hidung hingga tenggorokan. Terpajan gas
ammonia pada tingkatan tertentu dapat menyebabkan gangguan pada fungsi paru-
paru dan sensitivitas indera penciuman. Berdasarkan pengamatan di lapangan,
diketahui bau ammonia yang ditimbulkan dari kegiatan proses produksi masih
sangat terasa pada siang dan malam hari baik itu di lingkungan kerja maupun di
luar lingkungan kerja yaitu lingkungan permukiman masyarakat sekitar.
Gangguan saluran pemapasan lebih banyak dikeluhkan oleh pekerja pabrik
(terpajan ammonia risiko tinggi) dibandingkan pekerja non pabrik (terpajan
ammonia risiko rendah). Sementara itu, di lingkungan permukiman masyarakat
pun, sebagian besar merasa terganggu dengan bau dari gas ammonia tersebut.

3.2.2 Cupper (Cu) /Tembaga

Tembaga adalah logam berwarna kemerah-merahan digunakan sebagai


logam murni atau logam kombinasi (suasa) dalam pabrik kawat, pelapis logam,
pipa dan sebagainya yang berasal dari limbah padat industry pupuk yang jika tiak
ditanggulangi dan menyebar kelingkungan dapat mengakibatkan :

11
Pada manusia lewat pernapasan, oral serta kulit yang datang dari beragam
bahan yang memiliki kandungan tembaga. Tembaga juga ada pada tempat
pembuangan limbah bahan beresiko. Senyawa tembaga yang larut di air semakin
lebih meneror kesehatan. Cu yang masuk kedalam badan, dengan cepat masuk ke
peredaran darah serta didistribusi ke semua badan.
Apabila minum air dengan kandungan Cu lebih tinggi dari normal akan
menyebabkan muntah, diare, kram perut serta mual. Apabila intake begitu tinggi
bisa menyebabkan rusaknya liver serta ginjal, bahkan juga hingga kematian.

3.2.3. Ni (Nikel)
Ni serta senyawanya adalah bahan karsinogenik. Inhalasi debu yang memiliki
kandungan Ni-Sulfide yang dihasilkan dari limbah industry pupuk dan jika tidak
dicegah penyebarannya ke lingkungan dapat mengakibatkan kematian lantaran
kanker pada paru-paru serta rongga hidung, serta mungkin saja dapat juga
berlangsung kanker pita nada.

3.3. Strategi Pengendalian dan Penanggulangan Limbah


3.3.1.Prinsip Pengelolaan Lingkungan
 Pengendalian dan penanggulangan Pencemaran
 Monitoring limbah dan kondisi lingkungan
 Pemeliharaan kondisi lingkungan

3.3.2. Strategi Pengendalian dan Penanggulangan Limbah


a) Pencegahan terjadinya insiden pencemaran
 House Keeping, untuk mencegah terjadinya kebocoran, ceceran atau
tetesan bahan pencemar
 Mengendalikan kondisi operasi pabrik sesuai SOP
 Operasi penanggulangan keadaan darurat
 Melakukan minimisasi limbah dengan cara daur ulang ( recycling ),
penggunaan kembali ( reuse )
b) Memasang dan mengoperasikan alat pengolah limbah

12
c) Pemantauan kualitas air limbah dan air sungai

3.3.3. Manajemen Pengolahan Limbah


a) Organisasi Pengelola Lingkungan
Manajemen Pengolahan Limbah ditangani secara struktural dan
fungsional yang mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab :
Struktural : berdasarkan struktural organisasi Perusahaan uang ada
 Divisi Produksi : pengoperasian unit pengolahan limbah sesuai SOP
 Divisi Pemeliharaan : pemeliharaan unit pengolahan limbah agar
dapat beroperasi kontinyu
 Biro Pengawasan Proses : evaluasi unjuk kerja unit-unit pengolahan
limbah, serta analisa kualitas limbah
 Biro Keselamatan dan Lingkungan Hidup/Bagian Ekologi :
pemantauan lingkungan dari aspek fisika-kimia-biologi dan aspek
sosial-ekonomi-budaya
 Bagian Pertamanan dan Kebersihan Lingkungan : menjaga
kebersihan dan penghijauan lingkungan

Fungsional : Berdasarkan fungsi-fungsi yang terbagi dalam 3 bidang


pada struktur organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3) dengan rincian tugas sebagai berikut :
 Bidang Lingkungan Hidup : Menangani kasus pencemaran lingkungan
 Bidang Hyperkes : pemantauan kondisi lingkungan kesehatan kerja
karyawan yang diakibatkan oleh aktivitas pabrik
 Bidang Keselamatan Kerja : Pemeriksaaan kebocoran gas-gas mudah
terbakar, beracun dan mudah meledak di area pabrik

3.3.4. Pengolahan Limbah Cair

13
Agar tidak mencemari lingkungan maka seluruh limbah cair diolah terlebih
dahulu dengan proses fisika, kimia, biologi atau gabungan ketiga proses tersebut,
sebelum dibuang ke lingkungan ( sungai ). Unit pengolahan tersebut antara lain :

1. Kolam Pengendap Lumpur


Terdiri dari dua kolam yang beroperasi paralel, yang mempunyai tujuan
utama untuk memisahkan bahan - bahan padat yang terkandung dalam air
limbah yang berasal dari : backwash sand filter, blowdown clarifier dan blodown
boiler. Kapasitas dari dua kolam ini sekitar 9 juta gallon dan cukup mampu untuk
menampung lumpur dalam selang waktu 6 tahun. Overflow dari kolam ini akan
mengalir ke Kolam Equalisasi / stabilisasi.

2. Kolam Netralisasi
Unit ini berfungsi untuk menetralkan air buangan yang bersifat asam atau
basa, yang berasal dari : regenerasi unit penukar ion di unit demineralisasi. Untuk
mencapai pH netral ( = 7,0 ) kolam ini dilengkapi dengan mixer dan
perlengkapan untuk menambahkan asam sulfat atau kaustik seperti yang
diinginkan. Kapasitas kolam adalah 100.000 galon, cukup untuk waktu ritensi 3 –
4 jam. Keluaran dari kolam ini dialirkan ke kolam equalisasi/stabilisasi.

3. Unit Sanitasi
Unit ini dirancang untuk memproses air limbah sanitasi dengan sistem
lumpur aktif, dilanjutkan dengan aerasi udara dan klorinasi. Unit ini mempunyai
kapasitas retensi desain sekitar 50.000 galon. Keluaran kolam ini dialirkan ke
kolam stabilisasi.

4. Unit Pemisah Air Berminyak


Unit ini dirancang untuk mengolah buangan minyak atau oli dari kompresor
pabrik ammonia, dan buangan oli dari utilitas dan urea dengan metode
perbedaan berat jenis. Unit ini mempunyai desain kapasitas pemrosesan 300
gpm, daya tampung cairan 3.600 gallon, konsentrasi minyak keluaran 1,5 mg/l

14
5. Unit Pemisah Ammonia
Unit ini dirancang untuk memisahkan ammonia yang terkandung dalam air
buangan dengan metoda Steam Stripping. Metoda pemisahan yang dipakai
adalah proses pelepasan ammonia dengan steam. Jika ammonia dalam air
buangan dikontakkan dengan aliran steam berlawanan arah dalam suatu menara
maka ammonia akan dibebaskan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi proses pelepasan ammonia
adalah : jenis unit stripping, pH, suhu laju pembebanan dan pengendapan kerak.

6. Kolam Ekualisasi / Stabilisasi


Kolam ini berfungsi untuk menstabilkan air limbah agar kualitasnya sama
(equal) dengan kualitas air sekitarnya.
3.3.5. Pengolahan limbah Gas

A. Dust Separator System Wet Scrubber


Untuk menagani limbah debu urea berasal dari bagian atas menara pembutir
diatasi dengan pengendalian urea dust separator system wet scrubber.

15
Wet scrubber adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk mengontrol
polusi udara dan memindahkan beberapa partikel berbahaya atau gas dari sistem
pembuangan industri. Wetsrubber digunakan karena untuk menghilangkan bahan
yang tidak diinginkan dari aliran gasi. Yang paling umum cairan yang digunakan
untuk melakukan hal ini adalah air. Gas buang yang disebabkan oleh pembakaran
mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi lingkungan, tetapi wet
scrubber akan membersihkan gas buang atau partikel debu dan polutan lainnya
dalam berbagai gas. Gas buang, seperti hidrogen klorida atau amonia dapat
dihapus oleh wet scrubber. Hal ini sangat penting bahwa scrubber basah
dibersihkan secara menyeluruh setelah digunakan karena mereka dapat
menularkan bakteri.
Wet scrubber membuang polutan partikel dari arus gas dengan menangkap
partikel tersebut dalam tetesan/butiran liquid atau lapisan scrubbing liquid
(biasanya air) lalu memisahkan tetesan air tersebut dari arus gas. Beberapa
variabel proses mempengaruhi penangkapan partikel; variabel tersebut adalah
ukuran partikel, ukuran droplet liquid, dan kecepatan relatif partikel dengan
droplet liquid, dengan ukuran polutan partikel menjadi parameter yang paling.
Secara umum, partikel yang lebih besar lebih mudah untuk ditangkap daripada
yang lebih kecil. Kunci dari penangkapan partikel yang efektif pada wet scrubber
adalah dengan menciptakan kabut atau droplet kecil yang bertindak sebagai target
pengumpul : biasanya, makin kecil droplet dan makin banyak droplet yang
tercipta, makin baik kemampuan untuk menangkap partikel berukuran kecil.
Penangkapan partikel secara umum meningkat seiring dengan tingginya energi
sistem yang digunakan karena energi dibutuhkan untuk memproduksi kabut
droplet air. Kecepatan relatif yang tinggi antara partikel dan droplet liquid
(partikel bergerak cepat terhadap droplet liquid) juga mendukung pengumpulan
partikel. Untuk pengumpulan atau pembuangan polutan gas, polutan tersebut
harus mudah terlarut dalam liquid yang dipilih. Sebagai tambahan, sistem harus
didesain sedemikian rupa agar dapat menyediakan pencampuran yang baik antara
fase gas dan liquid, dan waktu yang cukup (residence time) untuk polutan gas
dapat larut. Pertimbangan lain yang cukup penting untuk kedua jenis
pengumpulan polutan adalah jumlah liquid yang digunakan atau diinjeksikan ke

16
dalam scrubber pervolume gas yang dihasilkan (disebut juga sebagai liquid-to-gas
ratio) dan pembuangan tetesan air yang terbawa dalam gas. liquid-to-gas ratio
sangat pentinguntuk menjamin jumlah liquid agar cukup untuk pembuangan
polutan yang efektif.
B. Menara Absorben
Gas amoniak dan gas karbon dioksida yang dipisahkan di bagian purifikasi
diambil kembali dengan 2 langkah absorbsi dengan menggunakan mother liquor
sebagai absorben kemudian di recycle kembali ke bagian sintesa. Mother Liquor
(cairan induk) adalah cairan induk yang dipakai sebagai absorben (cairan
pembersih atau recovery liquor) pada proses absorbsi. Mother Liquor berasal dari
unit kristalisasi yang kaya ammonium karbamat.
Absorbsi adalah operasi pemisahan solute dari fase gas ke fase cair yaitu dengan
mengontakan gas yang berisi solute dengan pelarut cair (absorben) yang tidak
menguap.
Menara absorpsi adalah suatu menara atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi (penyerapan/ penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di menara
atau tabung tersebut. Struktur yang dapat pada menara absorber dibagi menjadi
tiga bagian yaitu;
1. Bagian atas, spray untuk mengubah gas input menjadi fase cair
2. Bagian tengah, packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga
mudah untuk di absorbs
3. Bagian bawah, input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reactor.

17
Keterangan
a. Input gas
b. Gas keluaran
c. Pelarut
d. Hasil absorbs
e. Disperser
f. Packed column
 Prinsip kerja menara absorber
Menara absorber adalah sebuah menara dimana ada zat yang berbeda fase
mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer
dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reactor kimia.
Proses ini dapat berupa absorbsi gas, destilasi, pelarutan yang terjadi pada semua
reaksi kimia.
Campuran gas yang merupakan keluarkan dari reactor diumpankan ke bawah
menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa gas
dan fasa cair, mengakibatkan perpindahan masa diffusional dalam umpan gas dari
bawah menara ke dalam pelarut air sprayer yang diumpankan dari bagian atas
menara. Peristiwa absorbs ini terjadi pada sebuah kolom yang berisi packing
dengan dua tingkat. Keluaran dari absorber pada tingkat satu mengandung larutan
dari gas yang dimasukan tadi.

18
2.6 Manfaat

 Nitrogen (N) diserap oleh akar dalam bentuk ion nitrat NO3- atau ion ammonium
NH4+ yang berasal dari penguraian sisa-sisa organisme serta senyawa nitrogen
hasil fiksasi nitrogen oleh bakteri dan petir. Nitrogen berfungsi untuk bahan
síntesis asam amino, protein, asam nukleat, klorofil, merangsang pertumbuhan
vegatatif, membuat bagian tanaman menjadi lebih hijau karena mengandung
butir hijau yang penting dalam proses fotosíntesis dan mempercepat
pertumbuhan tanaman.
Kekurangan unsur Nitrogen menyebabkan warna daun menjadi hijau muda dan
akhirnya kuning (menyebabkan klorosis), pertumbuhan lambat dan tanaman
menjadi kerdil dan buah masak sebelum waktunya. Sebaliknya, kelebihan
Nitrogen dapat menghambat pembungaan dan pembuahan.

 Phosphor (P) diserap oleh akar dalam bentuk ion HPO42- atau ion H2PO4- yang
berasal dari sisa-sisa organisme. Sebenarnya, di alam terdapat banyak batuan
fosfat berupa senyawa Ca3(PO4)2, tetapi sukar larut dalam air sehingga tidak
dapat diserap oleh tumbuhan. Phosphor berfungsi memacu pertumbuhan akar
pada benih dan tumbuhan muda, mempercepat pembungaan dan pemasakan
buah atau biji, serta berguna pada pembentuan asam nukleat (inti sel),
fosfolopid (lemak), dan protein dan koenzim.
Kekurangan Phosphor menyebabkan pertumbuhan terhambat, daun mudah
rontok, pembentukan buah dan biji jelek, dan terjadi nekrosis atau kematian sel.
 Kalium (K) diserap oleh tumbuhan dalam bentuk ion K+ yang berasal dari
berbagai mineral seperti ortoklas (KSiO8) dan lesit (KSiO6). Kalium berfungsi
sebagai katalisator dalam pembentukan karbohidrat (fotosintesis) dan protein,
memperkokoh tubuh tumbuhan dan meningkatkan daya tahan tanaman
terhadap serangan hama.
 Pupuk organik mempunyai banyak manfaat selain menghasilkan tanaman yang
dipupuk dengan pupuk organik aman dan baik untuk dikonsumsi pupuk organik
juga dapat digunakan untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan
kapasitas tukar kation (KTK), meningkatkan kemampuan menahan air,

19
meningkatkan aktifitas biologi tanah, meningkatkan kadar pH tanah,
mengaktifkan mikro organisme, dan lain-lain.
 Manfaat unsur hara Nitrogen yang dikandung pupuk Urea :
- Membuat tanaman lebih hijau dan segar

- Mempercepat pertumbuhan

- Menambah kandungan protein hasil panen

 Gejala tanaman yang kekurangan pupuk Urea/Nitrogen :


- Tanaman berwarna pucat kekuningan

- Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil

- Pertumbuhan buah tidak sempurna.

- Kekurangan yang parah daun menjadi kering dimulai dari bagian bawah
tanaman terus ke bagian atas tanaman.

2.7 Dampak Penggunaan Pupuk Bagi Lingkungan

Pupuk kimia adalah zat substansi kandungan hara yang dibutuhkan oleh
tumbuhan. Akan tetapi seharusnya unsur hara tersebut ada di tanah secara alami
dengan adanya siklus hara tanah misalnya tanaman yang mati kemudian dimakan
binatang pengerat/herbivora, kotorannya atau sisa tumbuhan tersebut diuraikan
oleh organisme seperti bakteri, cacing, jamur dan lainnya. Siklus inilah yang
seharusnya dijaga, jika menggunakan pupuk kimia terutama bila berlebihan maka
akan memutuskan siklus hara tanah tersebut terutama akan mematikan organisme
tanah, maka hanya akan subur di masa sekarang tetapi tidak subur di masa
mendatang. Untuk itu, perlu dijaga dengan pola tetap menggunakan pupuk oganik
bukan pupuk kimia.
Dampaknya zat hara yang terkandung dalam tanah menjadi diikat oleh
molekul-molekul kimiawi dari pupuk sehingga proses regenerasi humus tak dapat
dilakukan lagi. Akibatnya ketahanan tanah/ daya dukung tanah dalam
memproduksi menjadi kurang hingga nantinya tandus. Tak hanya itu penggunaan
pupuk kimiawi secara terus-menerus menjadikan menguatnya resistensi hama
akan suatu pestisida pertanian.

20
Masalah lainnya adalah penggunaan Urea biasanya sangat boros. Selama pemupukan
Nitrogen dengan urea tidak pernah maksimal karena kandungan nitrogen pada urea
hanya sekitar 40-60% saja. Jumlah yang hilang mencapai 50% disebabkan oleh
penguapan, pencucian (leaching) serta terbawa air hujan (run off). Efek lain dari
penggunaan pupuk kimia juga mengurangi dan menekan populasi mikroorganisme
tanah yang bermanfaat bagi tanah yang sangat bermanfaat bagi tanaman.
Lapisan tanah yang saat ini ada sudah parah kondisi kerusakannya oleh
karena pemakaian pupuk kimia yang terus menerus dan berlangsung lama,
sehingga mengakibatkan :
a. Kondisi tanah menjadi keras
b. Tanah semakin lapar dan haus pupuk
c. Banyak residu pestisida dan insektisida yang tertinggal dalam tanah
d. Mikroorganisme tanah semakin menipis
e. Banyak Mikroorganisme yang merugikan berkembang biak dengan baik
f. Tanah semakin sedikit memiliki unsur hara baik makro maupun mikro
g. Tidak semua pupuk dapat diserap oleh tanaman

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. . Pencemaran gas ammonia dan dampaknya terhadap pekerja dan
masyarakat sekitar: Studi kasus di PT. Pupuk Kujang Cikampek, Jawa
Barat. Online : http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-93110.pdf /Diakses
Pada Tanggal 1 November 2017
Wahid Muslim, Muhammad. 2013. Dasar-Dasar Pengolahan Lingkungan Industri
Pupuk Urea. Online :
http://wahedlabstechnologies.blogspot.co.id/2013/04/dasar-dasar-
pengelolaan-lingkungan.html /Diakses Pada Tanggal 1 November 2017
Handiani, Syahdini.2012.Sumber dan Karakteristik Air Limbah Industri Pupuk.
Online : https://www.scribd.com/document/105112162/Sumber-Dan-
Karakteristik-Air-Limbah-Industri-Pupuk / Diakses Pada Tanggal 12
November 2017
Tamtampratama.2016. Dampak dan Bahaya Limbah B3 Bagi Kesehatan Manusia.
Online : https://tamtampratama.wordpress.com/2016/08/15/dampak-dan-

21
bahaya-limbah-b3-bagi-kesehatan-manusia/ Diakses Pada Tanggal 1
November 2017
Darmadi. 2014.Pengolahan Limbah Cair Pabrik Urea Menggunakan Advanced
Oxidation Prosses. Online :
http://jurnal.unsyiah.ac.id/RKL/article/view/2166 / Diakses Pada Tanggal 9
November 2017

https://toolsfortransformation.net/wp-content/uploads/2017/05/51-tahun-1995-
Baku-mutu-limbah-cair-industri.pdf

http://www.pusri.co.id/ina/berita-amp-kegiatan-media-massa/unit-pengelolaan-
limbah-sangat-canggih/ Diakses Pada Tanggal 9 November 2017

22

Anda mungkin juga menyukai