Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Virus Chikungunya pertama kali diidentifikasi di Afrika Timur tahun
1952. Virus ini terus menimbulkan epidemi di wilayah tropis Asia dan Afrika.
Di Indonesia Demam Chikungunya dilaporkan pertama kali di Samarinda
tahun 1973. Kemudian berjangkit di Kuala Tunkal, Jambi, tahun 1980. Tahun
1983 merebak di Martapura, Ternate dan Yogyakarta. Setelah vakum hampir
20 tahun, awal tahun 2001 kejadian luar biasa (KLB) demam Chikungunya
terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh. Disusul Bogor bulan
Oktober. Demam Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi Jawa Barat,
Purworejo dan Klaten Jawa Tengah tahun 2002.
Faktor penular utamanya adalah nyamuk Aedes aegypti. Dalam musim
hujan nyamuk ini berkembang sangat cepat sehingga pada musim hujan
penderita penyakit chikungunya semakin banyak dan meningkat. Selain itu,
lingkungan juga bisa menjadi factor pemicu datangnya nyamuk ini.
Lingkungan yang kurang dijaga kebersihannya dan didukung oleh sikap
masyarakat yang kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan tempat
tinggalnya dapat mengundang nyamuk penyebar penyakit chikungnunya..
Penyakit ini tidak dapat di tularkan secara langsung oleh penderita, seperti
berjabat tangan, memakai peralatan yang sama secara bergantian. Penyakit ini
ditularkan oleh nyamuk pembawa. Penyakit ini seperti penyakit demam
berdarah yang ditularkan oleh faktor pembawa yaitu nyamuk. Bedanya, jika
virus demam berdarah menyerang pembuluh darah, sedangkan virus
Chikungunya menyerang sendi dan tulang. Penyakit demam Chikungunya ini
merupakan penyakit endemik.

1
Penyakit Zika begitu marak dibicarakan dan begitu booming
diberbagai pemberitaan. Nyamuk Aedes disebut-sebut sebagai salah satu
penyebab virus ini bisa menyebar antara satu penderita ke penderita lainnya.
Virus Zika adalah sejenis virus yang berasal dari family flaviviridae dan genus
flavivirus yang mana, dua jenis virus ini berasa dari nyamuk jenis Aedes.
Virus Zika yang telah menginfeksi manusia akan dapat menimbulkan
beberapa gangguan pada tubuhnya. Beberapa gangguan yang mungkin
dinampakan diantaranya adalah demam, mata merah (konjungtivitis), nyeri
dibagian persendian dan juga ruam dibagian kulit.Jika dilihat sekilas, dampak
dari virus Zika, cenderung lebih mirip dengan penyakit dengue dan
chikungunga, serta masa berlangsungnya bisa terjadi dalam beberapa hari
bahkan satu minggu.
Nah, kondisi inilah yang pada umumnya akan membuat si penderita
yang terinfeksi virus Zika mengalami kondisi yang cukup mengkhawatirkan.
Betapa tidak, beberapa dampak atau resiko yang dirasakan seperti halnya
demam, nyeri sendi dan resiko lain, akan tentu saja membuat si penderita
tidak mampu menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Terutama, bila terjadi
pada anak-anak, kondisi seperti ini tentu saja akan membuat setiap orangtua
merasa khawatir dan terus-terusan dihantui dengan perasaan yang tidak tenang
akan kesehatan si buah hatinya. Untuk itulah, mewaspadai segala macam
ancaman penyakit adalah perioritas paling penting dalam menjaga agar tubuh
tetap sehat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian chikungunya dan zika?
2. Bagaimana etiologi dan cara penularan dari chikungunya dan zika?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit chikungunya dan zika?
4. Apa saja manefestasi klinis dari chikungunyah dan zika?
5. Apa saja komplikasi dari chikungunya dan zika?

2
6. Bagaimana penatalaksaan pada penyakit chikungunya dan zika?
7. Bagaimana manejemen transfusi pada penyakit chikungunya dan zika?
8. Bagaimana pengakajian keperawatan pada pasien chikungunya dan zika?
9. Apa saja diagnosa keperawatan chikungunyah dan zika?
10. Apa rencana keperawatan pada khasus chikungunya dan zika?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian chikungunya dan zika?
2. Untuk mengetahui etiologi dan cara penularan dari chikungunya dan
zika?
3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit chikungunya dan zika?
4. Untuk mengetahui manefestasi klinis dari chikungunyah dan zika?
5. Untuk mengetahui komplikasi dari chikungunya dan zika?
6. Untuk mengetahui penatalaksaan pada penyakit chikungunya dan zika?
7. Untuk mengetahui manejemen transfusi pada penyakit chikungunya dan
zika?
8. Untuk mengetahui pengakajian keperawatan pada pasien chikungunya
dan zika?
9. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan chikungunyah dan zika?
10. Untuk mengetahui rencana keperawatan pada khasus chikungunya dan
zika?

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. CHIKUNGUNYA
A. Pengertian
Chikungunya berasal dari bahasa swahili yang berarti terikat,
yang dalam hal ini berkaitan dengan kejang urat yang merupakan
suatu tanda altralgia. Dan merupakan penyakit infeksi akut yang mirip
seperti nfeksi virus dengue demam mendadak altralgia, ruam,
makulopapular dan leukopenia. (Sumarno, 2002)
Gejala demam mendadak pada penyakit ini dapat mencapai 39o
C, nyeri terdapat pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan,
jari kaki, dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam
(kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Terdapat juga sakit
kepala, konjungtiva injection dan sedikit fotophobia
B. Etiologi Dan Cara penularan
Chikungunya disebabkan adanya infeksi virus chikungunya
(CHIKV), yaitu jenis Alphavirus yang termasuk dalam keluarga
togoviridae, dan ditularkan atau disebarkan lewat gigitan nyamuk
Aedes aegypt, nyamuk yang sama yang menularkan penyakit demam
berdarag dengue (Sumarno, 2002).

C. Patofisiologi
Demam Chikungunya mempunyai masa inkubasi (periode
sejak digigit nyamuk pembawa virus hingga menimbulkan gejala)
sekitar 2 hingga 4 hari. Pada saat virusmasuk ke dalam sel secara
endositosis virus tersebut menuju sitoplasma dan
reticulumendoplasma. Di dalam sitoplasma terjadi proses sisntesis

4
DNA dan sisntsesis RNA virussedangkan di dalam reticulum
endoplasma terjai proses sintesis protein virus. Setetahmasa inkubasi
tersebut virion matang di sel endothelial di limfonodi, sumsum
tulang,limfa dan sel kuffer, lalu virus tersebut di keluarkan melewati
sel membrane maka virus beredar dalam darah. Demam chikungunya
salah satunya dapat menginfekasi sel hatisehingga sel hati mengalami
degenerasi dan dapat menyebabkan nekrosis pada sel hatitersebut yang
akan mempengaruhi metabolisme pada sel hati yang
mempengaruhi peningkatan bilirubin sehingga seseorang yang
mengalami demam ini biasanya terdapatikterus. Gejala yang paling
menonjol pada kasus ini adalah nyeri pada setiap
persendian(poliarthralgia) terutama pada sendi lutut, pergelangan kaki
dan tangan, serta sendi-senditulang punggung. Radang sendi yang
terjadi menyebabkan sendi susah untuk digerakkan, bengkak dan
berwarna kemerahan. Itulah sebabnya postur tubuh penderita
menjadiseperti membungkuk dengan jari-jari tangan dan kaki menjadi
tertekuk Gejala lainadalah munculnya bintik-bintik kemerahan pada
sebagian kecil anggota badan, serta bercak-bercak merah gatal di
daerah dada dan perut. Muka penderita bisa menjadikemerahan dan
disertai rasa nyeri pada bagian belakang bola mata. Meskipun
gejala penyakit itu bisa berlangsung 3-10 hari (kemudian sembuh
dengan sendirinya), tetapitidak dengan nyeri sendinya yang bisa
berlangsung berminggu-minggu bahkan berbulan- bulan.

D. Manifestasi Klinis
1. Demam
Biasanya demam tinggi timbul mendadak disertai menggigil dan
muka kemerahan, panas tinggi selama 2 – 4 hari kemudian
kembali normal.

5
2. Nyeri persendian
Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum
timbul demam dan dapat bermanifestasi berat, sehingga kadang
penderita merasa lumpuh sebelum berobat. Sendi yang sering
dikeluhkan yaitu sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan
serta tulang belakang.
3. Nyeri otot
Nyeri biasa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan
dareah bahu, kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar mata
kaki.
4. Bercak kemerahan ( ruam )
Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi
lebih sering pada hari 4 – 5 demam, lokasinya biasanya di daerah
muka, badan, tangan dan kaki.
5. Sakit kepala
6. Kejang dan penurunan kesadaran
Kejang biasanya pada anak karena panas terlalu tinggi, jadi bukan
secara langsung oleh penyakitnya.
7. Pembesaran kelenjar getah bening
Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar
getah bening dibagian leher.
E. Komplikasi Dan Pemeriksaan Penunjang
Komplikasi:
Sampai saat ini komplikasi pada chikungunya belum ditemukan,
karena penyakit ini bersifat “self limited” yakni akan sembuh sendiri.
Pemeriksaan Penunjang:

Pengujian darah ( serologi ) penyakit chikungunya sering tidak mudah


karena serum chikungunya mempunyai reaksi silang dengan virus lain

6
dalam satu family. Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa
uji serologi antara lain Uji Hambatan Aglutinasi ( HI ), serum
netralisasi, dan IgM capture ELISA.

F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan demam chikungunya adalah pengobatan simptomatis
dengan penurun panas atau penghilang rasa nyeri, disertai istirahat.
Perjalanan penyakit ini umumnya cukup baik, karena bersifat self
limited yakni sembuh dengan sendirinya.
2. Belum ditemukan obat spesifik untuk penyakit ini, juga belum
ditemukan imunisasi yang berguna sebagai tindakan preventif,
namun pada penderita yang telah terinfeksi timbul imunitas /
kekebalan terhadap penyakit ini dalam jangka panjang.

G. Managemen Tranfusi
H. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Sekarang : Keluhan saat ini, Biasanya demam tinggi
timbul mendadak disertai menggigil dan muka kemerahan, panas
tinggi selama 2 – 4 hari kemudian kembali normal, Nyeri
persendian, Nyeri otot, Bercak kemerahan ( ruam), Sakit kepala,
Kejang dan penurunan kesadaran. dan pembesaran kelenjar getah
bening.
2. Riwayat Masa Lalu : apakah ada anggota keluarga maupun
tetangga di sekitar rumah yang pernah atau sedang terkena
penyakit dengan gejala yang sama, bagaimana kondisi lingkungan
di sekitar rumah.

7
3. Pemeriksaan Fisik : inpeksi/lihat adakah kemerahan dan bentuk
luka dikulit, sesak dan palpasi adakah pembengkakan, demam,
nyeri lambung.
4. Pemeriksaan Penunjang : adakah pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui bakteri antraks, dan pemeriksaan radiologi untuk
mengetahui kelainan perdarahan, dan komplikasi.
5. Penatalaksanaan : terapi yang diberikan sesuai intruksi dokter.
6. Dischart Planning
Pencegahan terbaik adalah membasmi sarang nyamuk dengan 3 M
( menutup, menguras dan mengubur barang bekas yang biasa
menampung air ), atau menaburkan bubuk abate pada
penampungan air sebagaimana mencegah demam berdarah.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan proses
penyakitnya
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus chikungunya
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri sendi
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit.
J. Rencana Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses
penyakitnya, ditandai dengan :
DS : nyeri, skala sedang-berat
DO : Ekpresi wajah meringis
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, nyeri berkurang sampai dengan hilang. Kriteria
hasil :
1) Klien melaporkan rasa nyeri berkurang s/d hilang
2) Ekspresi wajah tidak tegang / meringis

8
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal
4) Skala nyeri : 4

Intervensi:

1) Kaji skala nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri


2) Monitor tanda-tanda vital
3) Berikan posisi yang nyaman
4) Pertahankan lingkungan yang tenang
5) Ajarkan teknik relaksasi
6) pemberian obat analgetik

2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus


chikungunya, ditandai dengan :

DS : Demam

DO : Suhu lebih 37oC, akral teraba panas, kulit kering.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24


jam, suhu tubuh klien kembali nomal

Kriteria hasil :

1) Suhu tubuh 36-37°C

2) Akral teraba hangat

3) Kulit lembab

Intervensi

1) Berikan kompres dengan air biasa

2) Observasi cairan parenteral

3) Batasi aktifitas selama panas

4) Anjurkan klien untuk banyak minum air putih

5) pemberian obat antipireutik

9
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri sendi,
ditandai dengan : DS : tidak mampu beraktifitas

DO : tampak bedrest, aktifitas dibantu penuh

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,


mobilitas fisik klien meningkat secara optimal

Kriteria hasil :

1) Klien dapat beraktifitas dengan bantuan minimal

2) Meningkatnya fungsi bagian tubuh yang sakit

Intervensi:

1) Bantu kebutuhan klien

2) Anjurkan klien untuk melakukan aktifitas secara bertahap

3) Bantu klien melakukan latihan ROM aktif dan pasif

4) Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri


sesuai kemampuan

5) Obsevasi adanya daerah yang mengalami nyeri

2. ZIKA

A. Pengertian

Virus zika adalah molekul RNA single-stranded positif dengan


panjang dasar 10794 dengan dua non-coding regions flanking regions yang
dikenal sebagai NCR 5’ dan NCR 3’. Kerangka baca terbuka pembacaan virus
zika adalah: 5′-C-prM-E-NS1-NS2A-NS2B-NS3-NS4A-NS4B-NS5-3′ dan
kode untuk poliprotein yang kemudian terbelah menjadi kapsid (C), membran
prekursor (prM), bungkus (E) dan protein non struktural (NS). Protein E
membangun sebagian besar permukaan virus dan terlibat dalam replikasi
seperti pengikatan sel inang dan fusi membran. Infeksi virus Zika terjadi

10
melalui perantara gigitan nyamuk Aedes, terutama spesies Aedes aegypti.
Penyakit yang disebabkannya dinamakan sebagai Zika, penyakit Zika (Zika
disease) ataupun demam Zika (Zika fever). Virus Zika yang telah menginfeksi
manusia dapat menimbulkan beberapa gejala, seperti demam, nyeri sendi,
konjungtivitis (mata merah), dan ruam. Gejala-gejala penyakit Zika dapat
menyerupai gejala penyakit dengue dan chikungunya, serta dapat berlangsung
beberapa hari hingga satu minggu.

a. Etiologi Dan Cara Penularan

Penyebab penyakit Zika (Zika disease) ataupun demam Zika (Zika


fever) adalah virus Zika. Virus Zika termasuk dalam garis virus flavivirus
yang masih berasal dari keluarga yang sama dengan virus penyebab penyakit
dengue/demam berdarah. Virus Zika disebarkan kepada manusia oleh
nyamuk Aedes yang terinfeksi. Nyamuk ini menjadi terinfeksi setelah
menggigit penderita yang telah memiliki virus tersebut. Nyamuk ini sangat
aktif di siang hari dan hidup serta berkembang biak di dalam maupun luar
ruangan yang dekat dengan manusia, terutama di area yang terdapat genangan
air. Walaupun jarang, virus Zika dapat ditransmisikan dari seorang ibu ke
bayinya. Virus Zika berkemungkinan ditularkan dari seorang ibu hamil pada
janin di dalam kandungannya. Dapat pula bayi tertular pada waktu persalinan.
Hingga saat ini, kasus penularan virus Zika melalui proses menyusui belum
ditemukan sehingga ahli medis tetap menganjurkan ibu yang terinfeksi untuk
tetap menyusui bayinya.Selain itu, terdapat beberapa laporan virus Zika yang
penularannya terjadi melalui tranfusi darah dan hubungan seksual.

b. Patofisiologi

Virus Zika masuk ke sel manusia melalui arthropoda arbovirus, salah


satunya adalah dengan melalui nyamuk. Jenis nyamuk yang dapat membawa
virus Zika adalah nyamuk genus Aedes termasuk Aedes africanus, Aedes

11
apicoargenteus, Aedes leuteocephalus, Aedes aegypti, Aedes vitattus dan
Aedes Furcifer. Virus Zika termasuk dalam golongan genus flavivirus,
sehingga patogenesis dari virus Zika hampir sama dengan virus dengue atau
demam berdarah. Beberapa sumber menyatakan bahwa virus Zika dapat
menular ke manusia melalui transfusi darah, transmisi perinatal dan transmisi
seksual.
Patogenesis virus Zika berawal ketika nyamuk Aedes betina yang
membawa virus Zika menggigit manusia, kemudian virus masuk ke tubuh
manusia. Setelah masuk ke tubuh manusia, virus Zika akan menginfeksi sel
dendritik pada daerah dimana nyamuk menyuntikkan virus Zika. Kemudian
diikuti penyebaran ke kelanjar getah bening dan aliran darah. Seperti pada
kelompok flavivirus lainnya, virus mengalami siklus replikasi dengan empat
tahap, yaitu terjemahan RNA genomik menjadi protein virus, replikasi RNA
virus, berkumpulnya partikel virus di retikulum endoplasma dan pelepasan
virion. Replikasi virus Zika terjadi pada sitoplasma, akan tetapi antigen virus
Zika telah ditemukan dalam inti sel yang terinfeksi.
Gejala dari infeksi virus Zika biasanya muncul 3-11 hari setelah
gigitan nyamuk yang membawa virus, meskipun periode viremic masih belum
dipastikan. Infeksi virus Zika dapat terkait dengan pengembangan kepala yang
kecil dan kerusakan otak pada bayi baru lahir atau mikrosefali. Penelitian
yang dilakukan di Brasil pada September 2015 juga menyebutkan bahwa ada
hubungan antara infeksi virus Zika dengan kejadian mikrosefali dan bayi lahir
cacat. Karena ada peningkatan kasus mikrosefali di daerah yang mengalami
wabah Zika, dan adanya peningkatan munculnya gejala klinis pada ibu hamil
selama awal kehamilan. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya RNA
Zika pada sampel cairan ketuban dari dua ibu hamil yang janinnya didiagnosis
mikrosefali. Waktu paling berbahaya diperkirakan selama trimester pertama
kehamilan. Akan tetapi para ahli belum dapat memastikan bagaimana virus

12
memasuki plasenta dan menyebabkan gangguan perkembangan otak pada
janin.

c. Manifestasi Klinis

Pada pasien yang terinfeksi virus Zika 80% sering tanpa gejala dan
berpotensi menjadi sumber penularan (Muso, et al. 2014). Masa inkubasi
berkisar antara 3-12 hari. Tanda-tanda utamanya hampir sama dengan DBD,
seperti demam dalam jangka waktu 2-7 hari, namun demam pada DBD
cenderung lebih tinggi yaitu bisa > 400C sedangkan pada Zika bisa < 380C.
Demam tersebut diikuti dengan timbulnya ruam makolobular, sakit kepala,
arthralgia, nyeri otot dan sendi, konjungtivitis serta edema pada kaki dan
tangan. Infeksi virus Zika tidak memberikan gejala mual dan muntah seperti
pada DBD (Chang, et al. 2016). Munculnya ruam makolobular dialami oleh
lebih dari 90 % pasien. Pada beberapa kasus juga dilaporkan terjadi gangguan
saraf dan komplikasi autoimun. Pada kondisi tubuh yang baik penyakit ini
dapat sembuh dalam 7-12 hari tanpa pengobatan medis. Penderita bahkan
tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi Zika. Penderita jarang mengalami
gejala klinis berat yang hingga butuh rawat inap atau bahkan kematian.

Pada beberapa hasil kajian menunjukkan kemungkinan adanya


hubungan antara infeksi virus Zika dengan kejadian microcephaly pada janin.
Microcephaly ditandai dengan lingkar kepala janin yang lebih kecil dari rata-
rata lingkar kepala janin normal yang sesuai dengan umurnya. Kecilnya
ukuran lingkar kepala ini terjadi akibat otak janin tidak berkembang
sebagaimana seharusnya. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan kepala
serta bangunan didalamnya terhambat (Oliveira., et al. 2016). Hal ini juga
menyebabkan gangguan intelektual dan cacat secara fisik. Data dari
Departemen Kesehatan Brasil menunjukkan bahwa terdapat 4180 laporan
kasus microcephaly yang berhubungan dengan virus Zika. (Chang, et al.
2016).

13
d. Komplikasi Dan Pemeriksaan Penunjang

Komplikasi:

Komplikasi dari infeksi virus zika ini diantaranya telah diketahui, Gullain
Bare Syndrome, microensefali, dan berbagai kelainan oftalmologis. Juga
ditemukan myelitis akut, pada sample yang telah berkunjung pada daerah
endemis zika.

Pemeriksaan Penunjang :

1. Tes serologis : tes serologis dilakukan dengan deteksi dan isolasi RNA
virus Zika dengan RT-PCR. Tes terbaik dilakukan pada minggu pertama
dan saat kondisi viremia. Jika RT-PCR hasilnya negatif, maka dapat di
lakukan tes IgM.

2. Tes urin : urin dapat di tes dengan real time reverse transcription
polymerase chain reaction (rRT-PCR) dengan sampel kurang dari 2
minggu.

3. Tes infeksi selama kehamilan : deteksi selama kehamilan dapat


dilakukan dengan USG, untuk melihat tanda congenital malformation
seperti microensefali, dan dapat juga dilakukan dengan amniocentesis
untuk evaluasi intrauterin infeksi virus zika

e. Penatalaksanaan

1. Sampai saat ini belum ada pengobatan spesifik dari infeksi virus zika.

2. Pengobatan bersifat supportif sesuai dengan gejala yang diderita


pasien.

3. Demam dan nyeri dapat diberikan acetaminophen.

4. Penggunaan NSAID sebaiknya di hindari, untuk meminimalkan reaksi


dengan obat yang dapat menyebabkan resiko pendarahan.

5. Minum minuman yang banyak untuk menjaga hidrasi cairan tubuh.

14
6. Apabila terdapat komplikasi Guilain bare syndrome dapat
dipertimbangkan pemberian IV ig dan plasma pharesis

7. Lakukan pencegahan dengan tidak mengunjungi area endemis virus


zika, kontrol perkembangan nyamuk dan cegah gigitan dengan
mengubur, menutup dan menguras air.

f. Managemen Tranfusi

g. Pengkajian

1. Riwayat Sekarang : Keluhan saat ini, Biasanya demam timbul mendadak


disertai ruam , demam selama 2 – 7 hari, Nyeri persendian, Nyeri otot,
Bercak kemerahan ( ruam), Sakit kepala, edema, dan konjungtivis.

2. Riwayat Masa Lalu : apakah ada anggota keluarga maupun tetangga di


sekitar rumah yang pernah atau sedang terkena penyakit dengan gejala
yang sama, bagaimana kondisi lingkungan di sekitar rumah.
3. Pemeriksaan Fisik : inpeksi/lihat adakah kemerahan dan bentuk luka
dikulit, dan palpasi adakah pembengkakan, demam, nyeri lambung.
4. Pemeriksaan Penunjang : adakah pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui bakteri antraks, dan pemeriksaan radiologi untuk mengetahui
kelainan perdarahan, dan komplikasi.
5. Penatalaksanaan : terapi yang diberikan sesuai intruksi dokter.
6. Dischart Planning
Pencegahan terbaik adalah membasmi sarang nyamuk dengan 3 M (
menutup, menguras dan mengubur barang bekas yang biasa menampung
air ), atau menaburkan bubuk abate pada penampungan air sebagaimana
mencegah demam berdarah

h. Diagnosa

1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit

2. Hipertermia berhubungan dengan proses invfeksi virus zika

15
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri sendi

i. Rencana

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses penyakitnya,


ditandai dengan :

DS : nyeri, skala sedang-berat

DO : Ekpresi wajah meringis

Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


3 x 24 jam, nyeri berkurang sampai dengan hilang. Kriteria hasil :

1) Klien melaporkan rasa nyeri berkurang s/d hilang Ekspresi wajah tidak
tegang / meringis

2) Tanda-tanda vital dalam batas normal

3) Skala nyeri : 5

Intervensi:

1) Kaji skala nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri

2) Monitor tanda-tanda vital

3) Berikan posisi yang nyaman

4) Pertahankan lingkungan yang tenang

5) Ajarkan teknik relaksasi

6) pemberian obat analgetik

2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus zika, ditandai


dengan :

DS : Demam

DO : Suhu lebih 37oC, akral teraba panas, kulit kering.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, suhu


tubuh klien kembali nomal

16
Kriteria hasil :

1) Suhu tubuh 36-37°C

2) Akral teraba hangat

3) Kulit lembab

Intervensi:

1) Monitor TTV

2) Monitor Wbv, Hb, dan Htc

3) Kompres pasien pada lipatan paha dan aksila

4) Menganjarkan indikasi dari hipertermi dan penanganan yang


dilakukan.

5) Kolaborasi pemberian cairan melalui intravena

6) Batasi aktifitas selama panas

7) Anjurkan klien untuk banyak minum air putih

8) Pemberian obat antipireutik

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri sendi, ditandai


dengan :

DS : tidak mampu beraktifitas

DO : tampak bedrest, aktifitas dibantu penuh

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, mobilitas fisik


klien meningkat secara optimal

Kriteria hasil :

1) Klien dapat beraktifitas dengan bantuan minimal

2) Meningkatnya fungsi bagian tubuh yang sakit

17
Intervensi:

1) Bantu kebutuhan klien

2) Anjurkan klien untuk melakukan aktifitas secara bertahap

3) Bantu klien melakukan latihan ROM aktif dan pasif

4) Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai


kemampuan

5) Obsevasi adanya daerah yang mengalami nyeri

18
Artikel

1. Judul : Perilaku pemeliharaan kesehatan dan lingkungan terhadap


pencegahan demam chinkungunya pada keluarga di Desa Cijeruk
Kecematan pemulihan kabupaten sumedang

Oleh : Dedi Suhendi , Ahmad Yamin, Setiawan ( Fakultas Ilmu


Keperawatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, pemeliharaan kesehatan sebagian


responden,65 keluarga (65%), dan kesehatan lingkungan hampir seluruh
responden, 92 keluarga (92%) dalam kategori baik. Berikut tabelnya:
Tabel 1. Hasil Penelitian Pemeliharaan Kesehatan dan Lingkungan (n=100)
Baik Kurang Baik
Variabel
F P (%) F P (%)
Pemeliharaan Kesehatan 65 65 35 35
Kesehatan Lingkungan 92 92 8 8
Total 100 100

Hasil penelitian kemudian dijelaskan secara rinci berdasarkan

variabel, dimensi, dan masing-masing item di halaman selanjutnya.

19
Pemeliharaan Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian, perilaku pemeliharaan kesehatan terhadap

pencegahan demam chikungunya pada keluarga di Desa Cijeruk Kecamatan

Pamulihan Kabupaten Sumedang, sebagian besar responden, 65 keluarga (65%)

dalam kategori baik.

Tabel 2. Indeks Pemeliharaan Kesehatan terhadap Pencegahan Demam


Chikungunya pada Keluarga di Desa Cijeruk Kecamatan
Pamulihan Kabupaten Sumedang (n= 100)
Baik Kurang Baik
Indeks
F P(%) F P(%)
Dimensi Peningkatan Kesehatan 38 38 62 62
Kebiasaan olahraga 38 38 62 62
Dimensi Pemenuhan Gizi 75 75 25 25
Makan sehat dan seimbang 75 75 25 25
Dimensi Pencegahan Gigitan Nyamuk 22 22 78 78
Berpakaian lengan dan celana panjang 92 92 8 8
Penggunaan lotion 19 19 81 81
Penggunaan kelambu saat tidur 7 7 93 93
Dimensi Tindakkan Kontrol Vektor 36 36 64 64
Mencegah nyamuk masuk rumah 76 76 24 24
Pemakaian obat nyamuk bakar 22 22 78 78
Penggunaan semprotan/raket nyamuk 21 21 79 79
Dimensi Tindakkan Kontrol Larva 11 11 89 88
Larvasidasi (penyerbukan abate) 11 11 89 88
Dimensi Eliminasi Tempat Perindukan Nyamuk 89 89 11 11
Menggantung/menumpuk pakaian 35 35 65 65
Menutup tempat penampungan air 88 88 12 12
Menguras bak mandi 82 82 18 18
Membersihkan tempat minum hewan 63 63 37 37
Membersihkan semak-semak halaman 80 80 20 20
Mengubur/membersihkan barang bekas 74 74 26 26
Membersihkan wadah/perabot 95 95 5 5
Mengalirkan genangan air 88 88 12 12
Menutup tempat sampah 47 47 53 53
Membersihkan pot bunga 63 63 37 37
Membersihkan toilet/kamar mandi 97 97 3 3

20
Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) dan pedoman WHO (2009), hasil

penelitian pemeliharaan kesehatan dikembangkan sebagai berikut:

1. Dimensi Perilaku Peningkatan Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian, perilaku peningkatan kesehatan termasuk ke

dalam kategori kurang baik, yaitu 62 keluarga (62%). Perilaku peningkatan

kesehatan ini dimanifestasikan dengan berolahraga.

Rutin melakukan aktivitas fisik dapat meningkatkan sistem kekebalan

tubuh. Sistem kekebalan tubuh meningkat seiring meningkatnya jumlah sel darah

putih untuk melawan segala bentuk penyakit. Untuk meningkatkan partisipasi

keluarga dalam olahraga, perlu adanya sosialisai kegiatan olahraga secara rutin.

Dengan demikian, peningkatan kesehatan dapat berjalan optimal sebagai upaya

pencegahan penularan penyakit.

2. Dimensi Pemenuhan Gizi

Hasil penelitian pada dimensi pemenuhan gizi, sebagian besar responden

dalam kategori baik yaitu sebanyak 75 responden (75%). Dimensi pemenuhan gizi

dimanifestasikan dengan mengonsumsi makan-makanan yang sehat dan

seimbang.

Berdasarkan PAHO (2011), tidak ada makanan pantangan khusus untuk

penderita penyakit chikungunya. Namun, salah satu anjuran untuk tercegah dari

penyakit adalah makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama

protein serta minum air putih secara rutin. Konsumsi buah-buahan segar atau

vitamin bermanfaat untuk menghadapi kondisi tubuh yang menurun setelah

beraktivitas berat. Dengan demikian, pemenuhan gizi perlu dilakukan dengan baik

21
sehingga fungsi imunitas berjalan optimal dan tercegah dari penularan penyakit

demam chikungunya.

3. Dimensi Pencegahan Gigitan Nyamuk

Hasil penelitian dimensi ini sebagian kecil responden, yaitu hanya 22

responden (22%) mencegah diri dari gigitan nyamuk. Pada dimensi pencegahan

gigitan nyamuk, item berpakaian lengan dan celana panjang dalam kategori baik,

yaitu sebesar 92 keluarga (92%), namun terdapat dua item dalam kategori kurang

baik, yaitu penggunaan lotion (19%) dan kelambu saat tidur (7%).

Dengan pekerjaan mayoritas di kawasan perkebunan, memakai pakaian

dan celana panjang adalah suatu keharusan agar terhindar dari gigitan nyamuk.

Sebagian besar responden mengaku kesulitan bila harus menggunakan lotion

dalam jangka waktu lama. Selain harus mengeluarkan dana lebih, dengan aktivitas

seharian di perkebunan, kulit tidak selamanya dalam kondisi bersih. Begitupun

kelambu, nampaknya kelambu sudah tidak menjadi prioritas kebutuhan keluarga.

Penggunaan kelambu dapat dimodifikasi dengan menggunakan pakaian yang

menutupi kulit secara menyeluruh.

4. Dimensi Tindakan Kontrol Vektor

Pada dimensi tindakan kontrol vektor, hasil penelitian menunjukkan

sebagian kecil responden melakukan tindakan ini, yaitu 22 responden (22%).

Dimensi tindakan kontrol vektor terdiri dari sebagian besar responden, 76 orang

(76%) mencegah nyamuk untuk tidak masuk ruangan, sebagian kecil responden,

22 orang (22%) menggunaan obat nyamuk bakar pada waktu pagi/sore hari, dan

sebagian kecil responden menggunakan semprotan/raket nyamuk sebanyak 21

22
orang (21%). Jadi, hanya item mencegah nyamuk untuk tidak masuk ruangan

yang termasuk ke dalam kategori baik.

Pada item pencegahan masuknya nyamuk, keluarga intensif menjaga

rumahnya agar tidak dimasuki nyamuk. Hal ini dapat dilakukan seperti dengan

menutup pintu/jendela. Sedangkan pada siang hari, sangat dianjurkan membuka

ventilasi agar sinar matahari dapat masuk sehingga ruangan tidak menjadi tempat

perindukan nyamuk.

Kebanyakan responden mengakui menggunakan obat nyamuk bakar dan

semprotan /raket nyamuk hampir setiap malam. Hanya saja, nyamuk vektor

chikungunya tidak beraktivitas pada malam hari tetapi pagi dan sore hari. Hal ini

dapat menjadi kekeliruan keluarga dalam mengetahui karakteristik nyamuk

chikungunya. Dengan demikian, pengetahuan keluarga dalam memahami

karakteristik nyamuk vektor chikungunya perlu ditingkatkan.

5. Dimensi Tindakan Kontrol Larva

Pada dimensi tindakan kontrol larva, sangat sedikit responden, 11 orang

(11%) menyerbukkan abate ke bak mandi/penampungan air. Dimensi ini

disesuaikan dengan pedoman WHO (2009) yaitu dengan kegiatan larvasidasi

(penyerbukan).

Sesuai dengan pedoman WHO (2009) dan anjuran Kemenkes (2010), ini

adalah salah satu upaya pemberantasan sarang nyamuk yang dianjurkan. Dengan

memberantas dari sumbernya, nyamuk tidak dapat berkembang biak. Bila air

dalam bak/penampungan masih bersih tapi dalam kondisi terbatas dan berjentik,

penaburan abate mungkin akan menjadi efektif tanpa harus mengurasnya.

10
6. Dimensi Eliminasi Perindukan Nyamuk

Hasil penelitian dimensi eliminasi tempat perindukan nyamuk

menunjukkan hampir seluruh responden, 89 (89%) dalam kategori baik.

Berdasarkan hasil penelitian, walaupun dalam dimensi eliminasi perindukan

nyamuk sebagian besar responden dalam kategori baik, masih terdapat dua item

yang termasuk ke dalam kategori kurang baik, yaitu sebanyak 65 responden

(65%) menggantung pakaian dan menumpuk pakaian di tempat terbuka dan

kebiasaan menutup tempat sampah yang hanya dilakukan oleh 47 responden

(47%).

Menggantung atau menumpuk pakaian menjadi kebiasaan yang sulit

dihilangkan, begitupun kebiasaan menutup tempat sampah. Tindakan ini memang

sederhana, tetapi apabila dihiraukan, maka memungkinkan nyamuk dapat

bertahan hidup pada tumpukkan pakaian atau tempat sampah.

Oleh karena itu, keluarga perlu memperhatikan kebiasaan ini sebagai salah

satu upaya pencegahan tempat perindukan nyamuk. Hasil kedua item ini menjadi

salah satu masukan untuk memperbaiki kebiasaan sehari-hari dalam memelihara

lingkungan.

Kesehatan Lingkungan
Hasil observasi variabel kesehatan lingkungan keluarga di Desa Cijeruk

Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang menunjukkan bahwa hampir seluruh

lingkungan, 92 lingkungan (92%) dalam kategori baik. Hasil penelitian

dikelompokkan per dimensi dan item di halaman selanjutnya:

11
Tabel 3. Indeks Kesehatan Lingkungan terhadap Pencegahan Demam
Chikungunya pada Keluarga di Desa Cijeruk Kecamatan
Pamulihan Kabupaten Sumedang (n = 100)
Baik Kurang Baik
Indeks
F P (%) F P (%)
Dimensi Inspeksi Rumah 88 88 12 12
Semak-semak kebun (<10 meter) 41 41 59 59
Hewan primata (<10 meter) 68 68 32 32
Semak-semak di halaman rumah 43 43 57 57
Sampah di halaman rumah 96 96 4 4
Genangan air di sekitar rumah 76 76 24 24
Atap ruangan berplafon 87 87 13 13
Temperatur ruangan <28o C 51 51 49 49
Kehadiran nyamuk 92 92 8 8
Kelembaban ruangan >75% 88 88 12 12
Dimensi Anti Nyamuk 6 6 94 94
Jendela/ventilasi anti nyamuk 37 37 63 63
Kelambu anti nyamuk 16 16 84 84
Dimensi Tempat Perindukan Nyamuk 98 98 2 2
Pot bunga/tanaman berjentik 97 97 3 3
Jentik wadah dispenser/tempat minum 100 100 0 0
Jentik di tempat penampungan air 94 94 6 6
Penampungan air terbuka 74 74 26 26
Jentik/nyamuk di toilet 68 68 32 32

1. Dimensi Inspeksi Rumah

Inspeksi rumah maksudnya adalah hasil observasi terhadap lingkungan

sekitar rumah secara umum seperti kondisi halaman, letak, dan ruangan rumah.

Pada dimensi ini, hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh responden, (88%)

dalam kategori baik. Dari 9 item dimensi inspeksi rumah, terdapat 2 item dalam

kategori kurang baik, yaitu: semak-semak karena dekat kebun (59%) dan semak-

semak di halaman rumah (57%). Hal ini diketahui karena mayoritas rumah

penduduk dekat dengan perkebunan.

12
Perkembangan chikungunya sebagian besar berada di daerah rural. Desa

Cijeruk sebagai daerah rural memungkinkan menjadi tempat berkembangnya

vektor chikungunya. Selama masih banyaknya semak-semak baik di dekat kebun

maupun di halaman rumah, kemungkinan perkembangan vektor nyamuk akan

sulit dihentikan. Oleh karena itu, sebagai upaya pencegahan, keluarga dapat

memodifikasi kondisi lingkungan rumah sehingga tidak menjadi tempat

perindukan nyamuk.

2. Dimensi Anti Nyamuk

Hasil penelitian dimensi anti nyamuk menunjukkan, hampir seluruh

responden dalam kategori kurang baik yaitu 94 lingkungan (94%). Dari dimensi

anti nyamuk, terdapat dua item yang termasuk ke dalam kategori kurang baik,

yaitu: sebagian rumah, 63 (63%) tidak memiliki jendela/ventilasi anti nyamuk dan

hampir seluruh responden, 84 rumah (84%) tidak memiliki kelambu anti nyamuk.

Walaupun tidak memiliki jaring anti nyamuk di jendela/ventilasi dan

kelambu, keluarga dapat memodifikasi dengan alat lain yang mungkin lebih

nyaman seperti gorden dengan motif jaring di setiap lubang-lubang

ventilasi/jendela. Sama halnya dengan kelambu, keluarga dapat memakai selimut

dan pakaian lengan panjang sebagai alternatif lain untuk terhindar dari gigitan

nyamuk saat tidur.

3. Dimensi Tempat Perindukan Nyamuk

Hasil penelitian pada dimensi perindukan nyamuk menujukkan hampir

seluruh kondisi lingkungan dalam kategori baik, yaitu 98 lingkungan (98%).

Semua item kecuali wadah dispenser/tempat minum air adalah ancaman yang

13
nyata bahwa tempat perindukkan nyamuk masih ada. Walaupun secara umum

masyarakat mempunyai kondisi lingkungan yang baik, namun perilaku terhadap

kesehatan lingkungan perlu ditingkatkan karena sebagian besar rumah penduduk

berada di kawasan perkebunan yang memungkinkan vektor dapat berkembang

biak.

SIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan penelitian ini adalah sebagian responden perilaku

pemeliharaan kesehatan, 65 (65%) dan hampir seluruh responden, 92 (92%)

kesehatan lingkungan terhadap pencegahan demam chikungunya pada keluarga di

Desa Cijeruk Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang dalam kategori baik.

` Saran dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1) Administrasi Keperawatan

Semoga dapat dijadikan salah satu data/informasi dan dokumentasi, dan

evaluasi pelaksanaan program penanggulangan demam chikungunya di wilayah

kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.

2) Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini disarankan dapat menjadi bahan studi pendidikan bidang

keperawatan terkait penyakit demam chikungunya berdasarkan konsep penyakit,

perilaku kesehatan, dan pencegahan penyakit.

3) Praktik Keperawatan

Penelitian ini disarankan menajdi bahan evaluasi layanan kesehatan

penanggulangan penyakit chikungunya khususnya praktik keperawatan di rumah

sakit, puskesmas, posyandu, dan posbindu.


14
4) Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini juga disarankan dapat menjadi bahan

rujukan untuk penelitian keperawatan selanjutnya tentang perilaku

pemeliharaan kesehatan dan lingkungan terhadap pencegahan demam

chikungunya.

Kesimpulan : Kelompok mengambil contoh artikel diatas

karena dari artikel tersebut kita dapat mengetahui bagaimana c

2. Judul : Pengamatan tempat perindukan Aedes Aegypti pada tempat


penampungan air rumah tangga pada masyrakat air pengolahan

Oleh : Hasyim dan Mardjan Soekirno

Bahan Dan Cara Kerja:

Pengamatan dilakukakn di wilayah RW 05 Kelurahan Papanggo


Kecematam Tanjung Priok Jakarta Utara, yang meliputi RT 01, 02, 03, 04,
05, 06, 07, 08, 09, dan 11. Penduduk nya hanya menggunakan air olahan
dari PDAM untuk keperluan sehari-harinya. Sebagai pembanding
dilakukan pulapengamatan di wilayah RW 04 Kelurahan Tanjung Priok
pada kecamatan yang sama yang meliputi RT 05, 06, 09, 10, 11 dan 13.
Dilokasi pembanding ini, keperluan air sehari-hari penduduk
menggunakan air yang bersumber dari tanah, hujan dan air olahan.

Dari tempat perindukan Ae.aegypti diperoleh dengan cara survei


jentik secara single larva dan secara visual. Tempat perindukan yang
berupa TPA rumah tangga yang berisi air diperiksa positif tidaknya
mengandung jentik/pupa dengan menggunakan alat bantu berupa lampu
senter (flash light), sekaligus dicatat tentang jenis dan bahan dasar TPA.
Sebagian jentik yang diperoleh dengan cara single larva tersebut, dibawa
ke laboratorium untuk di identifikasi. Studi inoi dilakukan dengan metode

15
standran dan memakan waktu 2 bulan, yaitu pada bulan agustus dan
september 2001.

Untuk menyamakan pengertian tentang istilah dalam studi ini maka


dibuat bats-batasannya. Drum adalah sebagaimana tempat pengukuran
besar sebagaimana drum dikenal slama ini tanpa melihat bahan dasarnya
bisa dari loga, plastik, dan logam yang telah dilapisi semen. Sedanglkan
yang dimaksud ember disini adalah ember yang dibuat dari plastik serta
isinya mudah dituang.yang dimaksud bak mandi adalah tempat air yang
disediakan untuk mandi, TPA jenis ini biasanya dari semen atau kramik.
Sementara yang dimaksud dengan tempayan pada studi ini adalah
penampungan air yang dibuat dari tanah.

Dengan cara single larva metode sebagaimana disebutkan diatas


dapat diketahui berbagai angka jentik sebagai berikut (chn.1985:

1. Angka kontainer atau container index(CI) merupakan presentase TPA/


container yang positif didapati jentik aedes.

2. Angka rumah atau house index(HI) merupakan presentase rumah yang


didapati jentik.

3. Angka breteau atau breteau index (BI) merupakan jumlah TPA/


container yang positif didapati adanya jentik atau pupa dalam 100
rumah.

HASIL

Pada pengamatan ini, telah diperiksa sebanyak 172 rumah dari


kelurahan papanggo kecamatan tanjung priok dan 31 rumah dari kelurahan
tanjung priok pada kecamatan yang sama sebagai pembanding.
Berdasarkan wawancara dan pengamatan, seluruh warga yng bertempat
tinggal di kelurahan papanggo menggunakan air olahan untuk keperluan
masak, mencuci dan mandi. Kecuali hanya 2 rumah, ternyata semua rumah
yang dikunjungi memiliki TPA rumah tangga. Pengamatan lingkungan
terutama yang menyangkut pembuangan sampah rumah tangga yang
dijelaskan bahwa hampir semua penduduk mempunyai cara pembuangan

16
yang sama. Penduduk mengumpulkan sampah dengan kantung plastik
kemudian diletakan di depan rumah. Sampah-sampah tersebut
dikumpulkan oleh petugas. Namun sangat disayangkan, karena tempat
pembuangan akhir sam[ah tersebut membaur disekitar dengan pemukiman.

3. Judul : Pencegahan demam berdarah dan virus Zika di posyandu


Dahlia III, kelurahan Olok Gading Teluk Betung Barat.

Oleh : Diana Mayasari, Dwita Oktaria, Minerva Nadia Putri (


fakultas kedokteran universitas lampung)

Metode Penelitian

Metode dan media yang digunakan dalam penyuluhan tentang


virus zika di posyando dahlia III adalah metode ceramah dengan
menggunakan media cetak. Media cetak yang digunakan pada saat
penyuluhan ini antara lain yaitu flipchart, leaflet. Kelebihan media cetak
antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah dapat
dibuang kemana-mana mempermudah pemahaman dan dapat
meningkatkan gairah belajar. Penyuluhan merupakan penyampaian pesan,
sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuan dan diharapkan dapat
merubah prilaku masyarakat kearah positif terhadap kesehatan.

Sasaran dalam pelaksanaan penyuluhan waspada virus zika ini


mencakup individu-individu keluarga, kelompok dan masyarakat yang
berada dilingkungan posyandu 3 yaitu kelurahan olok gading kecamatan
teluk betung barat kota bandar lampung, salah satu program dari
puskesmas bakung yang dijalankan dalam rangka pengembangan
masyarakat dalam bidang kesehatan serta sebagai salah satu upaya
pemerataan pelayanan kesehatan terutama kesehatan ibu hamil dan anak
balita.

Hasil dan Pembahasan

Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 14 April 2016 di poayandu


Dahlia III, kelurahan olok gading, Teluk batung barat, Bandar Lampung.

17
Kegiatan penyuluhan mengenai pencegahan virus zika ini diikuti oleh 50
orang ibu-ibu yang mempunyai balita dan ibu hamil. Kegiatan ini
dilakukan pada pukul 09.00-11.30 WIB.

Untuk mengetahui keberhasilan penyuluhan, kami memberikan diskusi


dan tanya jawab dengan mempersilahkan peserta penyuluhan bertanya.
Dengan menggunakan alat bantu media cetak dan berapa roleplay agar
materi penyuluhan disampaikan dengan lebih menarik.

Kesimpulan :

Setelah mendapatkan penyuluhan tentang pencegahan demam berdarah


dan virus zika, maka pengetahuan masyarakat diposyandu dahlia 3,
kelurahan pulau gading, teluk betung barat menjadi meningkat. Penilaian
ini didasarkan hasil observasi dan evaluasi dengan diberikan pertanyaan
terkait waspada demam berdarah dan virus zika setelah dilakukan
penyuluhan, dengan menilai jawaban yang diberikan oleh peserta
penyuluhan semua benar dan tepat.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Virus Chikungunya pertama kali diidentifikasi di Afrika Timur


tahun 1952. Virus ini terus menimbulkan epidemi di wilayah tropis Asia
dan Afrika. Di Indonesia Demam Chikungunya dilaporkan pertama kali di
Samarinda tahun 1973. Kemudian berjangkit di Kuala Tunkal, Jambi,
tahun 1980. Tahun 1983 merebak di Martapura, Ternate dan Yogyakarta.
Setelah vakum hampir 20 tahun, awal tahun 2001 kejadian luar biasa
(KLB) demam Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan
Aceh. Disusul Bogor bulan Oktober. Demam Chikungunya berjangkit lagi
di Bekasi Jawa Barat, Purworejo dan Klaten Jawa Tengah tahun 2002.
Faktor penular utamanya adalah nyamuk Aedes aegypti. Dalam
musim hujan nyamuk ini berkembang sangat cepat sehingga pada musim
hujan penderita penyakit chikungunya semakin banyak dan meningkat.
Selain itu, lingkungan juga bisa menjadi factor pemicu datangnya nyamuk
ini. Lingkungan yang kurang dijaga kebersihannya dan didukung oleh
sikap masyarakat yang kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan
tempat tinggalnya dapat mengundang nyamuk penyebar penyakit
chikungnunya.. Penyakit ini tidak dapat di tularkan secara langsung oleh
penderita, seperti berjabat tangan, memakai peralatan yang sama secara
bergantian. Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk pembawa. Penyakit ini
seperti penyakit demam berdarah yang ditularkan oleh faktor pembawa
yaitu nyamuk. Bedanya, jika virus demam berdarah menyerang pembuluh
darah, sedangkan virus Chikungunya menyerang sendi dan tulang.
Penyakit demam Chikungunya ini merupakan penyakit endemik.
Virus Zika adalah sejenis virus yang berasal dari family
flaviviridae dan genus flavivirus yang mana, dua jenis virus ini berasa dari
nyamuk jenis Aedes. Virus Zika yang telah menginfeksi manusia akan
dapat menimbulkan beberapa gangguan pada tubuhnya. Beberapa

19
gangguan yang mungkin dinampakan diantaranya adalah demam, mata
merah (konjungtivitis), nyeri dibagian persendian dan juga ruam dibagian
kulit.Jika dilihat sekilas, dampak dari virus Zika, cenderung lebih mirip
dengan penyakit dengue dan chikungunga, serta masa berlangsungnya bisa
terjadi dalam beberapa hari bahkan satu minggu.

20
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Amin Huda,Hardhi kusuma. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan


berdasarkan diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction
Nama pengarang. Tahun. judul
https://www.chp.gov.hk/files/pdf/zika_factsheet_indonesian.pdf
diaskes pada tanggal :
http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M/article/view/63/28
https://karyatulisilmiah.com/penyakit-tropik-penyakit-zika/

21

Anda mungkin juga menyukai