Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anti kanker adalah obat untuk mencegah dan mengobati pertumbuhan sel-sel jaringan
tubuh yang tidak normal. Penyakit Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang
dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke
jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan
menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang.

Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang


bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel kanker. Banyak
obat yang digunakan dalam Kemoterapi.

Antimikroba adalah bahan-bahan atau obat-obat yang digunakan untuk


memberantas/membasmi infeksi mikroba, khususnya yang merugikan manusia,terbatas
yang bukan parasit diantaranya antibiotika, antiseptika, khemoterapeutika, preservative.

Antibiotika adalah suatu senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang
dalam konsentrasi kecil mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh
mikroorganisme lain

Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun
seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah
hemolisis rhesus dan neonatus.

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang marfologi darah dan jaringan
pembentuk darah. Salah satu contoh penyakit yang berhubungan dengan kekurangan
darah adalah Anemia. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel
darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal

Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut


diuretik. Diuretika adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine.

1
Istilah dieresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukan jumlah pengeluaran zat-
zat terlarut dalam air.

Vitamin adalah zat dalam jumlah kecil sangat penting diperlukan untuk
mempertahankan metabolisme tubuh yang normal. Tidak dapat disintesa oleh tubuh
sehingga harus diperoleh dari luar. Vitamin memiliki peran spesifik didalam tubuh dan
dapat memberikan manfaat kesehatan

Mineral adalah zat organik yang dalam jumlah kecil berguna untuk metabolism
tubuh.

Narkotika merupakan Zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang
menggunakannya dengan memasukkan kedalam tubuh. Pengaruh tersebut bisa berupa
pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya
khayalan-khayalan

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik, bukan narkotika dan
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Zat adiktif adalah istilah untuk zat-zat yang pemakaiannya dapat menimbulkan
ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis yang panjang (drug
dependence).

Untuk itu makalah ini disusun sedemikian rupa agar dapat memudahkan pembaca
dalam mempelajari dan mengutahui tentang penggolongan obat kemoterapi/antikanker,
anti mikroba, imunosupresan, obat hematology, obat yang mempengaruhi air dan
elektrolit, vitamin, mineral, dan napza.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang termasuk golongan obat Kemoterapi/anti kanker
2. Apa saja yang termasuk golongan obat Anti Mikroba
3. Apa saja yang termasuk golongan obat Imunospresan
4. Apa saja yang termasuk golongan obat Hematology
5. Apa saja yang termasuk golongan obat yang Mempengaruhi air dan elektrolit

2
6. Apa saja yang termasuk golongan obat Vitamin dan Mineral
7. Apa saja yang termasuk golongan obat NAPZA

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk golongan obat Kemoterapi/anti kanker
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk golongan obat Anti Mikroba
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk golongan obat Imunospresan
4. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk golongan obat Hematology
5. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk golongan obat yang Mempengaruhi air dan
elektrolit
6. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk golongan obat Vitamin dan Mineral
7. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk golongan obat NAPZA

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kemoterapi/Anti Kanker
1. Pengertian
Anti kanker adalah obat untuk mencegah dan mengobati pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal. Penyakit Kanker adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker
akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri,
selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui
jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang.

Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang


bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel kanker. Banyak
obat yang digunakan dalam Kemoterapi. Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-
sel kanker dengan mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara
pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat
membunuh sel kanker.

Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker sebelum operasi,


merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi, dan mengobati beberapa
macam kanker darah. Kemoterapi Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan
menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel
kanker.

2. Jenis Obat Anti Kanker Dan Kemoterapi Kanker


a. Golongan Alkilator
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan alkilator yaitu :
1) Siklofosfamid
Sediaan : Siklofosfamid tersedia dalam bentuk kristal 100, 200, 500 mg dan 1,2
gram untuk suntikan, dan tablet 25 dan 50 gram untuk pemberian per oral.

4
Indikasi : Leukemia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, Limfoma non Hodgkin,
Mieloma multiple, Neuro Blastoma, Tumor Payudara, ovarium, paru, Cerviks,
Testis, Jaringan Lunak atau tumor Wilm.
Mekanisme kerja : Siklofosfamid merupakan pro drug yang dalam tubuh
mengalami konversi oleh enzim sitokrom P-450 menjadi 4-hidroksisiklofosfamid
dan aldofosfamid yang merupakan obat aktif. Aldofosfamid selanjutnya mengalami
perubahan non enzimatik menjadi fosforamid dan akrolein. Efek siklofosfamid
dipengaruhi oleh penghambat atau perangsang enzim metabolismenya. Sebaliknya,
siklofosfamid sendiri merupakan perangsang enzim mikrosom, sehingga dapat
mempengaruhi aktivitas obat lain.
2) Klorambusil
Sediaan : Klorambusil tersedia sebagai tablet 2 mg. Untuk leukemia limfositik
kronik, limfoma hodgkin dan non-hodgkin diberikan 1-3 mg/m2/hari sebgai dosis
tunggal (pada penyakit hodgkin mungkin diperlukan dosis 0,2 mg/kg berat badan,
sedangkan pada limfoma lain cukup 0,1 mg/kg berat badan)
Indikasi : Leukimia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, dan limfoma non
Hodgkin, Makroglonbulinemia primer.
Mekanisme kerja : Klorambusil (Leukeran) merupakan mustar nitrogen yang
kerjanya paling lambat dan paling tidak toksik. Obat ini berguna untuk pengobatan
paliatif leukemia limfositik kronik dn penyakin hodgkin (stadium III dan IV),
limfoma non-hodgkin, mieloma multipel makroglobulinemia primer
(Waldenstrom), dan dalam kombinasi dengan metotreksat atau daktinomisin pada
karsinoma testis dan ovarium.
3) Prokarbazin
Sediaan : Prokarbazin kapsul berisi 50 mg zat aktif. Dosis oral pada orang dewasa :
100 mg/m2 sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi selama minggu pertama,
diikuti pemberian 150-200 mg/m2 sehari selama 3 minggu berikutnya, kemudian
dikurangi menjadi 100 mg/m2 sehari sampai hitung leukosit dibawah 4000/m2 atau
respons maksimal dicapai. Dosis harus dikurangi pada pasien dengan gangguan
hati, ginjal dan sumsum tulang.
Indikasi : Limfoma Hodgkin.

5
Mekanisme kerja : Mekanisme kerja belum diketahui, diduga berdasarkan alkilasis
asam nukleat. Prokarbazin bersifat non spesifik terhadap siklus sel. Indikasi
primernya ialah untuk pengobatan penyakit hodgkin stadium IIIB dan IV, terutama
dalam kombinasi dengan mekloretamin, vinkristin dan prednison (regimen MOPP).
b. Golongan Antimetabolit
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan antimetabolit yaitu :
1) 5-fluorourasil (5-FU)
Sediaan : Obat ini tersedia sebagai larutan 50 mg/mL dalam ampul 10 mL untuk
IV.
Indikasi : Kanker payudara, kolon, esofagus, leher dan kepala, Leukimia
limfositik dan mielositik akut, Limfoma non-Hodgkin.
Target enzim untuk 5-FU ini adalah timidilat sintetase. Perbedaan respon ini
berkaitan erat dengan adanya polimorfisme gen yang bertanggungjawab
terhadap ekspresi enzim timidilat sintetase (TS). Enzim ini sangat penting dalam
sintesis DNA yaitu merubah deoksiuridilat menjadi deoksitimidilat. Diketahui
bahwa sekuen promoter dari gen timidilat sintetase bervariasi pada setiap
individu. Ekspresi yang rendah dari mRNA TS berhubungan dengan
meningkatnya kemungkinan sembuh dari penderita kanker yang diobati dengan
5-FU.
2) Gemsitabin
Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk larutan infus 1-1,2 g/m2.
Indikasi : Kanker paru, pankreas dan ovarium.
Mekanisme kerja : Sebelum menjadi bahan aktif, gemsitabin mengalami
fosforilasi oleh enzim deoksisitidin kinase dan kemudian oleh nukleosida kinase
menjadi nukleotida di- dan trifosfat yang dapat menghambat sintesis DNA.
Gemsitabin difosfat dapat menghambat ribonukleotida reduktase sehingga
menurunkan kadar deoksiribonukleotida trifosfat yang penting untuk sintesis
DNA.
3) 6-Merkaptopurin
Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 50 mg.

6
Indikasi : Leukimia limfositik akut dan kronik, leukemia mieloblastik akut dan
kronik, kariokarsinoma.
Mekanisme kerja : Merkaptopurin dimetabolisme oleh hipoxantin-guanin
fosforibosil transferase (HGPRT) menjadi bentuk nukleotida (asam-6-
tioinosinat) yang menghambat enzim interkonversi nukleotida purin. Sejumlah
asam tioguanilat dan 6-metilmerkaptopurin ribotida (MMPR) juga dibentuk dari
6-merkaptopurin. Metabolit ini juga membantu kerja merkaptopurin.
Metabolisme asam nukleat purin menghambat proliferasi sel limfoid pada
stimulasi antigenik.
c. Golongan Produk Alamia
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan Produk Alamiah yaitu :
1) Vinkristin (VCR)
Sediaan : Tersedia dalam bentuk vial berisi larutan 1, 2, dan 5 mL yang
mengandung 1 mg/mL zat aktif untuk penggunaan IV.
Indikasi : Leukimia limfositik akut, neuroblastoma, tumor Wilms,
Rabdomiosarkoma, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.
Mekanisme kerja : Berikatan dengan tubulin dan inhibisi formasi mikrotubula,
menahan sel pada fase metafase dengan mengganggu spindel mitotik, spesifik
untuk fase M dan S. Vinblastin juga mempengaruhi asam nukleat dan sintesis
protein dengan memblok asam glutamat dan penggunaannya.
2) Vinblastin (VLB)
Sediaan : Tersedia dalam bentuk vial 10 mg/10 ml.
Indikasi : Penyakit Hodgkin, limfosarkoma, kariokarsinoma dan tumor
payudara.
Mekanisme kerja : Vinblastin berikatan pada tubulin dan menghambat formasi
mikrotubula, kemudian menahan sel pada fase metafase dengan cara
mengganggu spindel mitotik, spesifik untuk fase M dan S. Vinblastin juga
mempengaruhi asam nukleat dan sintesis protein dengan memblok asam
glutamat dan penggunaannya.
3) Paklitaksel
Sediaan : Anzatax (vial), Ebetaxel (vial), Paxus kalbe farma (vial

7
Indikasi : Kanker ovarium, payudara, paru, buli-buli, leher dan kepala.
Mekanisme kerja : Obat ini berfungsi sebagai racun spindel dengan cara
berikatan dengan mikrotubulus yang menyebabkan polimerisasi tubulin. Efek
ini menyebabkan terhentinya proses mitosis dan pembelahan sel kanker.
d. Golongan Hormon dan Antagonis
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan Hormon dan Antagonis yaitu :
1) Prednison
Sediaan : Obat tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan kaptab 5 mg.
Indikasi : Leukemia limfositik akut dan kronik, limfoma Hodgkin dan non-
Hodgkin, tumor payudara.
Mekanisme kerja : Sebagai glukokortikoid, bersifat menekan sistem imun, anti
radang.
2) Medroksiprogesteron asetat
Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 5 mg, 10 mg, 100 mg.
Indikasi : Tumor endometrium.
Mekanisme kerja : Mencegah sekresi gonadotropin pituitari yang akan
menghambat maturasi follicular yang menyebabkan penebalan endometrial.
3) Etinil estradiol
Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 0,02 mg, 0,03 mg, 0,05 mg dan
0,5 mg
Indikasi : Gejala vasomotor sedang atau parah yang dihubungkan dengan
menopause (Tidak ada bukti bahwa estrogen efektif mengatasi gejala
kecemasan atau depresi yang mungkin terjadi selama atau sebelum menopause,
oleh sebab itu tidak boleh diberikan untuk indikasi tersebut). Hipogonadism
pada wanita. Terapi paliatif karsinoma prostat yang tak dapat dioperasi, pada
tahap lanjut terapi paliatif kanker payudara yang tak dapat dioperasi, hanya
dilakukan dengan pertimbangan khusus : misalnya pada wanita yang sudah
lebih 5 tahun postmenopause dengan penyakit yang makin parah dan resisten
terhadap radiasi.

8
3. Macam-macam Obat Kemoterapi
Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
1) Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik Anthrasiklin
obst golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga
sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
2) Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang
berakibat menghambat sintesis DNA.
3) Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja pada
gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
4) Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat sintesis
protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel
kanker tersebut.

B. Anti Mikroba
1. Pengertian
Antimikroba adalah bahan-bahan atau obat-obat yang digunakan untuk
memberantas/membasmi infeksi mikroba, khususnya yang merugikan manusia,terbatas
yang bukan parasit diantaranya antibiotika, antiseptika, khemoterapeutika, preservative.
Antibiotika adalah suatu senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme,
yang dalam konsentrasi kecil mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh
mikroorganisme lain.

2. Penggolongan antimikroba
1) Berdasarkan mekanisme kerjanya
a. Bersifat sebagai antimetabolit/ penghambatan metabolisme sel.
Koenzim asam folat di perlukan untuk sintesis purin dan pirimidin (prekursor
DNA dan RNA) dan senyawa-senyawa lain yang dipelukan untuk pertumbuhan
seluler dan replikasi. Untuk banyak mikroorganisme, asam p-amino benzoate
(PABA) merupakan metabolit utama. Antimikroba seperti sulfonamide secara
struktur mirip dengan PABA, asam folat, dan akan berkompetisi dengan PABA
untuk membentuk asam folat, Jika senyawa antimikroba yang menang bersaing

9
dengan PABA maka akan terbentuk asam folat non fungsional yang akan
mengganggu kehidupan mikroorganisme.
Contoh obat: Sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat
b. Penghambatan sintesis dinding sel
Antimikroba golongan ini dapat menghambat biosintesis peptidoglikan, sisntesis
mukopeptida atau menghambat sintesis peptide dinding sel , sehingga dinding sel
menjadi lemah dank arena tekanan turgor dari dalam, dinding sel akan pecah atau
lisis sehingga bakteri akan mati.
Contoh obat: penisilin, sefalosforin, sikloserin, vankomisin, basitrasin, dan
antifungi gol. Azol.
c. Penghambatan fungsi permeabilitas membrane sel
Antimikroba bekeja secara langsung pada membrane sel yang mempengarui
permeabilitas dan menyebabkan keluarnya senyawa intraseluler mikroorganisme,
sehingga sel mengalami kerusakan bahkan mati.
Contoh Obat : polimiksin, nistatin, dan amfoteresin B

d. Penghambatan sintesis protein yang reversible


Mempengaruhi fungsi sub unit 50S dan 30S. Antimikroba akan menghambat
reaksi transfer antara donor dengan aseptor atau menghambat translokasi t-RNA
peptidil dari situs aseptor kesitus donor yang menyebabkan sitesis protein
terhenti.
Contoh obat : kloramfenikol, gol. Tetrasiklin, eritromisin, klindamisin, dan
pristinamisin
e. Pengubahan sintesis protein
Berikatan dengan subunit ribosom 30S dan mengubah sintesis protein, yang pada
akhirnya akan mengakibatkan kematian sel
Contoh obat : aminoglikosida
f. Penghambatan asam nukleat
Antimikroba mempengaruhi metabolis asam nukleat bakteri, contoh obat : gol.
Rifamisin, yang menghambat RNA polimerase , dan yang menghambat
topoisomerase Contoh obat : golongan kuinolon

10
g. seny. Antivirus yang terdiri beberapa gol :
1) Analog asam nukleat, secara selektif menghambat DNA polimerase virus
(asiklovir ), menghambat transkriptase balik (zidovudin)
2) Inhibitor transkriptase balik non-nukleosida (nevirapin)
3) Inhibitor enzim2 esensial virus lainnya, mis.inhibitor protease HIV atau
neuranidase influenza.
2) Berdasarkan spektrumnya
1. Antibiotik dengan spektrum luas, efektif baik terhadap gram positif maupun gram
negatif
Contoh obat: tetrasiklin, amfenikol, aminoglikosida, makrolida, rifampisin,
turunan penisilin (ampisilin, amoksisilin, bakampisilin, karbanesilin, hetasilin,
pivampisilin, sulbenisilin, dan tirkasilin), dan sebagian besar turunan sefalosporin
2. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap gram positif
Contoh obat: basitrasin, eritromisin, sebagian besar turunan penisilin sprt
benzilpenisilin, penisilin G prokain, penisilin V, fenetilisin K, metisilin Na,
turunan linkosamida, asam fusidat, dan beberapa turunan sefalosporin.
3. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri gram negatif
Contoh obat: kolkistin, polimiksin B sulfat, dan sulfomisin
4. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan thdp Mycobacteriae (antituberkulosis)
Contoh obat: streptomisin, kanamisin, sikloserin, rifampisin, viomisin, dan
kapreomisin
5. Antibiotik yang aktif terhadap jamur (antijamur),
Contoh obat: griseofulvin, dan antibiotik polien seperti nistatin, amfoterisin B,
dan kandisidin
6. Antibiotik yang aktif terhadap neoplasma (antikanker)
Contoh obat: aktinomisin, bleomisin, daunorubisin, mitomisin, dan mitramisin
3) Berdasarkan Struktur kimianya
a. Antibiotik β-laktam
b. Turunan amfnikol
c. Turunan tetrasklin
d. Aminoglikosida

11
e. Makrolida
f. Polipeptida
g. Linkosamida
h. Polien
i. Ansamisin
j. Antrasiklin
4) Berdasarkan Aksi utamanya
a. Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan mikroba
Contoh obat : Penisilin, Aminoglikosid, Sefalosporin, Kotrimoksasol,
Isoniasid, Eritromisin (kadar tinggi), Vankomisin
b. Bakterisida : membunuh / memusnahkan mikroba
Contoh obat : Tetrasiklin, Asam fusidat, Kloramfenikol, PAS, Linkomisin,
Eritromisin kadar rendah), klindamisin
5) Berdasarkan Tempat kerjanya
a. Dinding sel, menghambat biosintesis peptidoglikan, Contoh obat: penisilin,
sefalosporin, basitrasin, vankomisin, sikloserin.
b. Membran sel, fungsi dan integritas membran sel, Contoh obat: nistatin,
amfoteresin, polimiksin B.
c. Asam nukleat, menghambat biosintesis DNA, mRNA, biosintesis DNA dan
mRNA Contoh obat: mitomisin C, rifampisin, griseofilvin
d. Ribosom, menghambat biosintesis protein (subunit 30S prokariotik contoh:
aminosiklitol, tetrasiklin, subunit 50S prokariotik contoh: amfenicol,
makrolida, linkosamida.

C. Imunosupresan

1. Pengertian
Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon
imun seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan
mencegah hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis
dan digunakan sebagai antikanker. Immunosupresan merupakan zat-zat yang justru
menekan aktivitas sistem imun dengan jalan interaksi di berbagai titik dari sistem

12
tersebut. Titik kerjanya dalam proses-imun dapat berupa penghambatan transkripsi dari
cytokin, sehingga mata rantai penting dalam respon-imun diperlemah. Khususnya IL-2
adalah esensial bagi perbanyakan dan diferensial limfosit, yang dapat dihambat pula
oleh efek sitostatis langsung. Lagi pula T-cells bisa diinaktifkan atau dimusnahkan
dengan pembentukan antibodies terhadap limfosit. Imunosupresan digunakan untuk tiga
indikasi utama yaitu, transplanatasi organ, penyakit autoimun, dan pencegahan
hemolisis Rhesus pada neonatus.

2. Deskripsi
Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon
imun seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan
mencegah hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis
dan digunakan sebagai antikanker.

a. Respon imun:
Pada mahkluk tingkat tinggi seperti hewan vertebrata dan manusia, terdapat dua
sistem pertahanan (imunitas), yaitu imunitas nonsepesifik (innate immunity) dan
imunitas spesifik ( adaptive imunity).
1) Imunitas nonspesifik.
Merupakan mekanisme pertahanan terdepan yang meliputi komponen fisik
berupa keutuhan kulit dan mukosa; komponen biokimiawi seperti asam
lambung, lisozim, komploment ; dan komponen seluler nonspesifik seperti
netrofil dan makrofag. Netrofil dan makrofag melakukan fagositosis terhadap
benda asing dan memproduksi berbagai mediator untuk menarik sel-sel
inflamasi lain di daerah infeksi. Selanjutnya benda asing akan dihancurkan
dengan mekanisme inflamasi.
2) Imunitas spesifik
Memiliki karakterisasi khusus antara lain kemampuannya untuk bereaksi
secara spesifik dengan antigen tertentu; kemampuan membedakan antigen
asing dengan antigen sendiri (nonself terhadap self) ; dan kemampuan untuk
bereaksi lebih cepat dan lebih efesien terhadap antigen yang sudah dikenal

13
sebelumnya. Respon imun spesifik ini terdiri dari dua sistem imun , yaitu
imunitas seluler dan imunitas humoral. Imunitas seluer melibatkan sel limposit
T, sedangkan imunitas humoral melibatkan limposit B dan sel plasma yang
berfungsi memproduksi antibodi.

b. Indikasi imunosupresan
Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu:
1) transplantasi organ
2) penyakit autoimun
3) pencegahan hemolisis Rhesus pada neonates

c. Prinsip umum terapi imunosupresan


Prinsip umum penggunaan imunosupresan untuk mencapai hasil terapi yang
optimal adalah sebagai berikut:
1) Respon imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan dibandingkan
dengan respon imun sekunder. Tahap awal respon primer mencakup:
pengolahan antigen oleh APC, sintesis limfokin, proliferasi dan diferensiasi
sel-sel imun. Tahap ini merupakan yang paling sensitif terhadap obat
imunosupresan. Sebaliknya, begitu terbentuk sel memori, maka efektifitas obat
imunosupresan akan jauh berkurang.
2) Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen yang
berbeda. Dosis yang dibutuhkan untuk menekan respon imun terhadap suatu
antigen berbeda dengan dosis untuk antigen lain.
3) Penghambatan respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan diberikan
sebelum paparan terhadap antigen. Sayangnya, hampir semua penyakit
autoimun baru bisa dikenal setelah autoimuitas berkembang, sehingga relatif
sulit diatasi.

d. Pilahan Obat Imunosupresan


Secara praktis, di klinik penggunaan obat imunosupresan berdasarkan waktu
pemberiannya. Untuk itu, respon imun dibagi dalam dua fase :

14
1) Fase pertama adalah fase induksi, yang meliputi :
a) Fase pengolahan antigen oleh makrofag, dan pengenalan antigen oleh limfosit
imunokompeten.
b) Fase proliferasi dan diferensiasi sel B dan sel T
2) Fase kedua adalah fase produksi, yaitu fase sintesis aktif antibodi dan limfokin.

Berdasarkan respon imun, imunosupresan dibagi menjadi tiga kelas :

1) Kelas I: harus diberikan sebelum fase induksi yaitu sebelum terjadi


perangsangan oleh antigen. Kerjanya merusak limfosit imunokompeten. Jika
diberikan setelah terjadi perangsangan oleh antigen, biasanya tidak diperoleh
efek imunosupresif sehingga respon imun dapat berlanjut terus.
2) Kelas II: harus diberikan dalam fase induksi, biasanya satu atau dua hari
setelah perangsangan oleh antigen berlangsung. Obat golongan ini bekerja
mengambat proses diferensiasi dan proliferasi sel imunokompeten, misalnya
antimetabolit.
3) Kelas III: memiliki sifat dari kelas I dan II. Jadi golongan ini dapat
menghasilkan imunosupresi bila diberikan sebelum maupun sesudah adanya
perangsangan oleh Antigen.

e. Obat Imunosupresan
1. Azatioprin
Azatioprin sudah digunakan selama 20 tahun untuk menekan penolakan
cangkok organ ginjal dan sudah merupakan prosedur yang diterima. Juga
digunakan untuk pengobatan artritis reumatoid berat yang refrakter. Toksisitas
terhadap darah seperti leukopenia dan trombositopenia harus dimonitor dengan
baik sebagai petunjuk penentuan dosis azatioprin.

2. Metotreksat (MTX)
Digunakan sebagai obat tunggal atau kombinasi dengan siklosporin dalam
mencegah penolakan cangkok sumsum tulang. MTX juga berguna untuk
penyakit autoimun dan peradangan tertentu. Saat ini disetujui untuk digunakan

15
dalam pengobatan artritis reumatoid yang aktif dan berat pada orang dewasa dan
pada psoriasis yang sudah refrakter terhadap obat lain.

3. Siklofosfamid
Secara umum siklofosfamid mengurangi respon imun humoral dan
meningkatkan respon imun selular. Selain pada bedah cangkok, obat ini juga
digunakan pada artritis reumatoid, sindrom nefrotik dan granulomatosis
Wegener.

4. Kortikosteroid
Yang digunakan sebagai imunosupresan adalah golongan glukokortikoid
yaitu prednison dan prednisolon. Kortikosteroid (glukokortikoid) digunakan
sebagai obatTunggal atau dalam kombinasi dengan imunosupresanLain untuk
mencegah reaksi penolakan transplantasi danUntuk mengatasi penyakit
aoutoimun.

5. Siklosporin (Cyclosporin A)
Berasal dari jamur Tolypocladium inflatum gams. Siklosporin punya efek
imunosupresan karena mempunyai kemampuan yang selektif dalam
menghambat sel T. Siklosporin digunakan terutama dalam kombinasi denga
prednison untuk mempertahankan ginjal, hati dan cangkok jantung pada
transplantasi.

6. Rho (D) immunoglobulin


Antibodi ini merupakan bentuk spesifik dalam pengobatan imunologi untuk
ibu dengan Rho (D) negatif yang terpapar darah Rho (D) positif pada perdarahan
karena abortus, amniosintesis, trauma abdomen atau kelahiran biasa dari janin.

7. Tacrolimus (prograf)
Senyawa makrolida ini diekstraksi dari jamur streptomyces tsukubaensis
(1993). Khasiat dan mekanisme immunosupressivenya sama dengan

16
sikolosporin, tetapi ca lebih kuat 50x dalam hal pencegahan sintesa IL-2 yang
mutlak perlu untuk proliferasi sel –T. Juga bersifat sangat lipofil dan sama
efektifnya dengan siklosporin pada transplantasi hati, jantung, paru-paru, dan
ginjal. Terutama digunakan bersama kortikosteroida. Lebih sering menimbulkan
efek samping berupa toksisitas bagi ginjal dan saraf.

8. Mycofenolat-mofetil (CellCept)
Obat terbaru ini (1996) adalah prodruk dengan khasiat menekan perbenyakan
dari khusus limfosit melalui inhibisi enzim dehidrogenasi yang diperlukan untuk
sintese purin (DNA/RNA). Ternyata sangat efektif untuk melawan penolakan
akut setelah transplantasi ginjal. Dibandingkan dengan obat-obat lainya , yaitu
azatioprin dan siklosporin ( dan prednisone), persentase penolakan dikurangi
sampai 50%. Lagi pula efek sampingnya lebih sedikit. Mungkin berdaya pula
untuk menghambat penolakan menahun (jangka panjang) yang sampai kini
merupakan maslah besar. Resorpsinya dari usus baik, dengan BA 90%. Dalam
hati segera diubah menjadi asam mycofenolat aktif . Ekskresinya berlangsung
melaluiurin sebagai glukuronidanya (inaktif), sesudah mengalami resirkulasi
enterohepatis. Plasma – t1/2 mycofenolat adalah ca 16 jam.

9. Talidomida (synovir)
Derivat-piperidin ini (1957) adalah obat tidur dengan efek teratogen sangat
kuat (peristiwa softenon, 1962, lihat edisi empat), yang berdasarkan khasiat anti-
angiogenesisnya. Juga berdaya imunosupresif (anti-TNF). Dan antiradang.
Setelah dilarang peredaranya selama lebih dari 25 tahun, sejak awal tahun 1990-
an talidomida mulai digunakan lagi antara lain untuk menekan reaksi lepra dan
meringankan gejala AIDS seperti (aphtae) dimulut , kerongkongan, dan
kemaluan, serta diare dan kehilangan bobot serius. Di AS penggunaanya pada
lepra disahkan kembali sejak akhir tahun 1997 dengan syarat- syarat ketat.
Dewasa ini efektivitasnya sedang diselidiki secara klinis untuk berbagai penyakit
auto-imun.

17
10. Sulfalazin (sulcolon)
Sulfalazin adalah persenyawaan sulfapiridin dengan 5- ASA yang bersifat
antiradang dengan jalan blokade siklo-oksigenase serta lipoksigenase dan
dengan demikian mencegah sintesis prostaglandin dan leukotrien . Sulfalazin
mempengaruhi fungsi limfosit, mungkin lewat cytokine, juga berdaya
antioksidans ( ‘ Menangkap’ radikal bebas O2). Zat ini digunakan khusus pada
penyakit usus beradang kronis (crohn, colitis) dan pada rema.

D. Obat Hematology
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang marfologi darah dan jaringan
pembentuk darah. Salah satu contoh penyakit yang berhubungan dengan kekurangan darah
adalah Anemia. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal.
1. Anemia
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Doenges, 1999). Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel
darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 :
935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml
darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis
yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium. Anemia terjadi bila
konsentrasi Hb dalam darah menurun di bawah nilai normal. Batas bawah dari nilai
normal untuk wanita dan laki – laki dewasa berbeda yaitu :
a. Untuk laki – laki dewasa : 13,0 gr / dl.
b. Untuk wanita dewasa : 11,5 gr / dl.

18
Sel darah merah ( eritrosit ) dibuat dalam sumsum tulang – tulang pipih dan
pembentukan eritrosit ini diperlukan zat besi ( fero ) untuk pembentukan warna sel
darah merah ( hemopoese ), sedang asam folat dan vitamin B12 untuk pembentukan
sel darah merah ( eritropoese ).

2. Jenis serta Obat Anemia diantaranya :


a. Anemia Ferriprive
Disebabkan kekurangan zat besi disebut pula anemia primer. Pengobatan hanya
dibenarkan bila terdapat defisiensi besi. Karena bila seseorang tidak mengalami
defisiensi besi dan orang tersebut menjalani pengobatan atau terapi besi maka orang
itu akan kelebihan besi dapat memperberat siderosis jaringan. Contoh :
1) SULFAS FEROSUS
a) Efek samping : mual, rasa tidak enak di daerah epigastrium, konstipasi dan
diare.
b) Dosis : sulfas ferosus diberikan pada dosis 200 mg 3X sehari sampai anemia
terkoreksi dan cadangan besi terisi kembali.
2) FERO SULFAT
a) Indikasi : anemia defisiensi besi.
b) Peringatan : kehamilan
c) Efek samping : mual, rasa tidak enak di daerah epigastrium, konstipasi dan
diare.
d) Dosis : Profilaksis, 1 tablet 200 mg / hari; Terapeutik, 1 tablet 200
mg 2 – 3 X sehari
e) Konseling : penyerapannya paling baik ketika perut kosong tapi bisa
juga dimakan sesudah makan untuk mengurangi efek samping
gastrointestinal.
3) FERO FUMARAT
a) Indikasi : anemia defisiensi besi
b) Peringatan : kehamilan
c) Efek samping : mual, rasa tidak enak di daerah epigastrium, konstipasi dan
diare.

19
d) Dosis : 1 – 2 tablet 200 mg 3X sehari. Sirop, fero fumarat 140 mg (
besi 45 mg ) / 5 ml. Dosis 10 – 20 ml 2X sehari; BAYI PREMATUR 0, 6 – 2,
4 ml / kg / hari. ANAK hingga 6 tahun 2, 5 – 5 ml 2X sehari.
4) FERO GLUKONAT
a) Indikasi : anemia defisiensi besi
b) Peringatan : kehamilan
c) Efek samping : mual, rasa tidak enak di daerah epigastrium, konstipasi dan
diare.
d) Dosis : Profilaksis, 2 tablet sehari sebelum makan; TERAPEUTIK 4
– 6 tablet sehari dalm dosis terbagi sebelum makan; ANAK 6 – 12 tahun,
Profilaktik dan Terapeutik, 1 – 3 tablet sehari sesuai dengan usia.
5) SEDIAAN BESI PARENTERAL
Alasan yang tepat untuk pemberian besi secara parenteral adalah kegagalan
terapi oral karena penderita kurang kooperatif. Diberikan melalui Injeksi
Intravena atau Injeksi Intramuskular yang dalam.
a) Efek samping : rasa tidak enak di daerah epigastrium.
b) Dosis :sesuai dengan berat badan dan kadar Hb masing – masing
pasien. RUMUS = ( Hb normal – Hb pasien ) x BB pasien x 2, 21 + 1000.

b. Anemia Megaloblaster
Disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 atau asam folat disebut pula anemia
primer. Disebabkan karena kekurangan vitamin B12. Contoh Obat :
1) HIDROKSIKOBALAMIN
a) Indikasi : anemia pernisiosa, sebab lain dari defisiensi vitamin B12.
b) Peringatan : tidak boleh diberikan sebelum diagnosis dipastikan.
c) Dosis : dengan injeksi intramuskular, dosis awal 1 mg diulangi lima kali
dengan interval 2 – 3 hari; dosis pemeliharaan 1 mg setiap 3 bulan; ANAK
dosis seperti pada orang dewasa.
d) Catatan : bila yang diresepkan atau diminta adalah injeksi vitamin B12, maka
yang diberikan adalah suntikan hidroksikobalamin.
2) SIANOKOBALAMIN

20
a) Indikasi : anemia pernisiosa, sebab lain dari defisiensi vitamin B12,
b) Dosis : oral, defisiensi vitamin B12 karena kekurangan gizi, 50 – 150 mcg
atau lebih diberikan diatara makan. ANAK 35 – 50 mcg dua kali sehari
suntikan IM, permulaan 1 mg diulangi 10 kali dengan interval 2 – 3 hari,
dosis pemeliharaan 1 mg setiap bulan.
3) ASAM FOLAT
a) Indikasi : kehamilan, antiepilepsi, nutrisi yang buruk.
b) Peringatan : jangan diberikan secara tunggal untuk anemia pernisiosa
Addison dan penyakit defisiensi vitamin B12 lainnya karena dapat
menimbulkan degenerasi majemuk dari medula spinalis. Jangan digunakan
untuk penyakit ganas kecuali bila anemia megaloblastik karena defisiensi
folat mrupakan komplikasi penting ( beberapa tumor ganas adalah folate
dependent ).
c) Dosis : permulaan, 5 mg sehari untuk 4 bulan. Pemeliharaan, 5 mg
setiap 1 – 7 hari tergantung penyakit dasarnya; ANAK sampai 1 tahun, 500
mcg / kg / hari.

c. Anemia Sideroblastik
Ditandai dengan saturasi transferrin yang naik atau normal, eritrosit yang
hipokromik dan mikrositik, kenaikan besi dalam sumsum tulang dan gangguan
pemakaian besi dan manifestasi adanya cincin sideroblast. Disebabkan karena
eritropoesis yang tidak efektif. Beberapa penderita dapat membaik dengan
Pyridoxine dosis besar ( 50 – 200 mg / hari ) atau Asam Folat 5 mg / hari. Obat
yang digunakan
1) FILGASTRIM
a) Indikasi : ( hanya digunakan oleh spesialis ) pengurangan masa neutropenia
dan febrile neutropenia pada kemoterapi sitotoksik keganasan non – myeloid;
pengurangan masa neutropenia ( dan sequalae – nya ) dalam terapi
myeloablasi yang dilanjutkan dengan transplantasi sumsum tulang; mobilisasi
sel progenitor darah tepi untuk dipanen dan selanjutnya digunakan dalam
infus autolog; neutropenia idiopatik dan adanya riwayat infeksi berat

21
berulang; penyembuhan neutropenia pada infeksi HIV lanjut agar dapat
melakukan pengobatan mielosupressif atau antivirus terjadwal.
b) Peringatan : tumor berciri mieloid kondisi prakeganasan mieloid; prekusor
myeloid berkurang; monitor hitung leukosit; kehamilan; laktasi.
c) Kontraindikasi : neutropenia kongenital yang berat dengan sitogenik
abnormal.
d) Efek samping : nyeri muskoskeletal; hipotensi selintas; gangguan enzim hati
dan asam urat serum; trombositopenia; disuria; reaksi alergi; haematuria;
sakit kepala; diare.
e) Dosis : neutropenia sitotoksik, lebih baik diberi secara injeksi subkutan atau
infus subkutan atau infus intravena ( dalam 30 menit ). DEWASA dan
ANAK, 500.000 UI / kg / hari dimulai tidak kurang dari 24 jam setelah
kemoterapi sitotosik, dilanjutkan sampai hitung neutrofil dalam batas normal,
biasanya hingga 14 hari.
2) LENOGASTRIM
a) Indikasi : ( hanya untuk digunakan oleh spesialis ) pengurangan lamanya
neutropenia dan komplikasi yang berhubungan sesudah transplantasi
sumsum tulang untuk keganasan non–mieloid atau menyusul pngobatan
kemoterapi sitotoksik untuk insidens febrile neutropenia yang tinggi.
b) Peringatan dan efek samping sama dengan Filgrastim.
c) Dosis : menyusul transplantasi sumsum tulang, secara infus IV, DEWASA
dan ANAK lebih dari 2 tahun 19, 2 juta UI / m2 tiap hari dimulai pada hari
selesainya transplantasi, dilanjutkan sampai hitung neutrofil stabil dalam
batas yang bisa diterima (maksimum 28 hari).
3) MOLGRAMOSTIM
a) Peringatan: kehamilan, laktasi, belum dianjurkan untuk penderita usiadi
bawah 18 tahun.
b) Kontraindikasi : keganasan myeloid
c) Efek samping : mual, muntah, diare, anoreksia, dispneu, astenia, lelah,
demam, rigor, nyeri muskoskeletal, nyeri abdominal stomatitis, pusing
mialgia.

22
d) Dosis : kemoterapi sitotoksik, secara injeksi subkutan 60.000 – 110.000 UI /
kg, dimulai 24 jam setelah dosis terakhir kemoterapi, dilanjutkan untuk 7 –
10 hari. Tranplantasi sumsum tulang, secara infus IV 110.000 UI / kg / hari,
dimulai pada hari setelah transplantasi, dilanjutkan sampai hitung neutrofil
absolut dalam batasan yang dikehendaki maksimum lama pengobatan 30
hari. Sebagai ajuvan pada pengobatan gansiklovir, secara injeksi subkutan
60.000 UI / kg untuk lima hari, kemudian diatur untuk menjaga hitung
neutrofil absolut yang dikehendaki dan hitung sel darah putih.

E. Obat yang mempengaruhi air dan elektrolit


Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut
diuretik. Diuretika adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine.
Istilah dieresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukan jumlah pengeluaran
zat-zat terlarut dalam air.

1. Mekanisme kerja
Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi ion-ion Na+,
sehingga pengeluarannya bersama air diperbanyak. Obat ini bekerja khusus terdapat
tubuli ginjal pada tempat yang berlainan, yaitu:
a. Pada tubuli proksimal, disini 70% ultra filtrate diserap kembali (Glukosa,
Ureum, ion Na+, dan Cl-). Filtrate tidak berubah dan tetap isotonik terhadap
plasma. Diuretika Osmotik (Monitol, Sorbitol, Gliserol) juga bekerja di tempat
ini dengan mengurangi reabsorbsi ion Na+ dan Cl-.
b. Pada lengkungsn henle, disini 20% ion Cl- di angkut secara aktif ke dalam sel
tubuli dan disusul secara pasif oleh ion Na+ , tetapi tanpa air, sehingga filtrate
menjadi hipotonik terhadap plasma. Diuretika lengkungan (diuretika kuat seperti
Furosemid, Bumetamida, Asam Etakrinat) bekerja disini dengan merintangi
transpor Cl-.
c. Pada tubuli distal bagian depan ujung henle’s loop dalam korteks, disini ion Na+
diserap kemali secara aktif tanpa penarikan air, sehingga filtrate menjadi lebih

23
cair dan lebih hipotonik. Saluretika (zat-zat Thiazida, Klortalidon, Mefruzida,
dan Klopamida) bekerja disini dengan merintangi reabsorbsi ion Na+ dan Cl-.
d. Pada tubuli distal again belakang, disini ion Na+ diserap kembali secara aktif,
dan terjadi pertukaran dengan ion K+ H+ NH4+. Proses ini dikendalikan oleh
hormone anak ginjal aldosteron. Zat-zat penghemat kalium (Spironolakton,
Triamteren dan Amilorida) bekerja disini dengan mengurangi pertukaran ion K+
dengan ion Na+ , dengan demikian terjadi retensi kalium (antagonis aldosteron).
Reabsorbsi air terutama berlangsung disaluran pengumpul (duktus colligens),
dan disini bekerja hormone anti diuretik( vasopressin ).
2. Penggolongan
Pada umumnya diuretik dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
a. Diuretika- legkungan
Berkhasiat kerja kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak
digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak, dan paru-paru.
Memperhatikan kurva dosis efek curam, artinya bila dosis dinaikan efek nya
(dieresis) bertambah. Tidak dianjurkan pada wanita hamil kecuali bila mutlak
diperlukan. Conto: Furosemida, Torsemide, Bumetanida, dan asam etakrinat.
b. Derivat Thiazida
Efeknya lemah dan lambat, tetapi bertahan lebih lama (6-48 jam) dan
terutama digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan
jantung (decompensatio cardis) . obat-obat ini memiliki kurva dosis efek datar
artinya bila dosis optimal dinaikan lagi efeknya (diuresis, penurunan tekanan
darah) tidak bertambah. Contohnya Klorotiazid, Hidroklorotiazida,
Klortalidon, Mefrusida, Indapanida dan Klopamida.
c. Diuretika penghemat kalium
Efek obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan
diuretik lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi
reabsropsi Na+ dan ekskresi K+, proses ini dihambat secara kompetitif (saingan)
oleh obat-obat ini contohnya antagonis aldosteron (spironolakton, kanrenoat)
amilorida dan triamteren.
d. Diuretika osmotis

24
Obat ini hanya direabsorbsi sedikit oleh tubuli, hingga reabsorbsi air juga
terbatas. Efeknya adalah dieuresis osmotis dengan ekskresi air kuat dan
relative sedikit ekskresi Na+, terutama manitol yang hanya jarang digunakan
sbagai infuse intravena untuk mengeluarkan cairan dan menurunkan tekanan
intraokuler pada glaucoma, menurunkan volume cairan serebrospinal dan
tekanan intracranial dalam tengkorak serta menimbulkan dieresis setelah
overdosis obat. Contohnya : manitol dan sorbitol.
e. Perintang Karbonanhidrase( Inhibitor karbon anhidrase )
Zat ini merintangi enzim karbonhidrase ditubuli proksimal, sehingga
disamping karbonat. Juga Na+ dan K+ diekskresikan lebih banyak, bersamaan
dengan air. Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi
takifilaksis, maka perlu digunakan selang seling( intermitten) contohnya
asetazolamida.
3. Pengguanaan
Diuretik digunakan pada semua keadaan dimana dikehendaki peningkatan
pengeluaran urine lebih banyak terutama pada:
a. Udema
b. Hipertensi
c. Gagal jantung
d. Diabetes Insipidus
e. Batu Ginjal

4. Obat-obat diuretik
a. Amilorida
1) Indikasi : udema dan hipertensi apabila hipoklemia sulit dihindarkan dengan
kalium tambahan.
2) Efek samping : Fotosensibilisasi, impotensi (jarang terjadi)
3) Sediaan: Kombinasi tablet amilorida 5 mg dan HCT 50mg
b. Furosemida
1) Indikasi :Efektif pada udema otak dan paru-paru yang akut, insufisiensi
ginjal dan hipertensi, keracunan barbiturate (dieresis paksa).

25
2) Efek samping : Gangguan saluran cerna (Mual dan mulut kering), pada
injeksi i.v yang terlalu cepat dapat terjadi ketulian (jarang terjadi), hipotensi.
3) Sediaan : Injeksi 10mg/ml, tablet 40mg
c. Hidroklortiazida
1) Indikasi : sering dipakai dalam kombinasi dengan anti hipertensi yang
berhubungan dengan berkurangnya volume plasma dan penurunan daya
tahan dinding pembuluh.
2) Efek samping : gangguan saluran cerna (ual dan mulut kering) , pada injeksi
i.v yang terlalu cepat dapat terjadi ketulian (jarang terjadi), hipotensi.
3) Sediaan : tablet kombinasi HCT 25mg+ triamteren 50mg.
d. Asam etakrinat
1) Indikasi : efektif pada udema otak dan paru-paru yang akut. Digunakan jaga
pada insufisiensi ginjal dan hipertensi.
2) Efek samping : gangguan lambung
3) Sediaan : oral 50 mg garam Na
e. Spironolakton
1) Indikasi : daya diuresisnya lemah, karena itu digunakan sebagai kombinasi
bersama diuretic umum. Penggunaanya pada hipertensi essensial, udema
pada payah jantung kongestif.
2) Efek samping: Pada penggunaan yang lama dapat menimbulkan impotensi
(pada pria) dan nyeri payudara dan gangguan haid (pada wanita).
3) Sediaan : tablet 25mg, 100mg.

F. Vitamin dan Mineral


Vitamin adalah zat dalam jumlah kecil sangat penting diperlukan untuk
mempertahankan metabolisme tubuh yang normal. Tidak dapat disintesa oleh tubuh
sehingga harus diperoleh dari luar. Vitamin memiliki peran spesifik didalam tubuh dan
dapat memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi tubuh
dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah
sedikit tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme didalam tubuh kita akn
terganggu karna fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan

26
kesehatan ini dikenal dengan istilah afitaminosis. Contohnya bila kita kekurangan
vitamin A maka kita akan mengalami kerabunan. Disamping itu, asupan vitamin juga
tidak boleh berlebihan karna dapat mengakibatkan gangguan metabolisme pada tubuh
1. Penggolongan Vitamin
Berdasarkan sifat kelarutannya, vitamin dibagi atas 2 golongan yaitu :
a. Vitamin larut dalam air, meliputi:
1) Vitamin Bkompleks
a) Thiamin (Vit.B1)
b) Riboflavin (Vit.B2)
c) Nikotinamida (Vit.B3)
d) Pyridoksin (Vit.6)
e) Asam pantotenat (Vit.b5)
f) Biotin (Vit. B7)
g) Vitamin C (Asam askorbat):
h) Kolin
i) Inositol
j) Asam paraaminobenzoat
k) Asam folat (Vit. B11)
l) Cyannocobalamin (Vit.B12)
Semua vitamin tersebut mudah diserap di dinding usus dan mudah pula
dikeluarkan bersama dengan urine, kecuali vitamin B12 yang penyerapannya
membutuhkan adanya faktor intrinsik. Dengan demikian, kemungkinan
timbulnya toksisitas akibat pumulasi vitamin tersebut dalam tubuh jarang
terjadi.
b. Vitamin yang larut dalam lemak, meliputi:
1) Vitamin A
2) Vitamin D
3) Vitamin E
4) Vitamin K

Vitamin ini diserap bersama-sama lemak, sehingga adanya gangguan


pencernaan lemak dapat mengurangi penyerapannya ekskresinya lambat,

27
dapat menimbulkan pumulasi dalam tubuh sehingga menyebabkan gejala
keracunan.

Informasi obat tanpa resep dokter


1. Vitamin yang larut dalam air
a. Vitamin B kompleks:
1) Thiamin (vitamin B1)
a) Sumber: daging, hati, susu, ragi, sayuran, dan kacang-kacangan.
b) Fungsi : Koenzim pada metabolism karbohidrat dan fungsi saraf.
c) Defisiensi : gangguan SSP seperti depresi, mudah tersinggung dan
gangguan jantung.
d) Dosis : pencegahan 2-5 mg/hari
Pengobatan 5-10mg/hari 3x sehari

2) Riboflavin ( vitamin B2)


a) Sumber : hati, ragi, susu, daging, telur, dan berbagai sayuran.
b) Fungsi : koenzim dalam flavoprotein, enzim esensial dalam
metabolism asam amino.
c) Defisiensi : sakit tenggorokan, radang di sudut mulut, keilosis, dan
dermatitis seboroik.
d) Dosis : pencegahan 2 mg/hari
Pengobatan 5-10 mg/hari
3) Nikotinamida (niasinamida, asam nikotinat)/ vitamin B3
a) Sumber : daging, ikan, sayuran, padi dan gandum.
b) Fungsi : mencegah penyakit pellagra pada manusia, dan membantu
pelepasan energi makanan dan menormalkan fungsi SSP.
c) Difisiensi : penyakit pellagra berupa kelainan kulit, diare dan
dementia.
d) Dosis : pencegahan 15-30mg/hari
Pengobatan pellagra 50-300 mg/hari
4) Asam pantotenat (vitamin B5)
a) Sumber : semua jaringan tubuh dan semua macam makanan.

28
b) Fungsi : berperan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein dan sebagai katalisator transferasi gugus asetil.
c) Defisiensi : kelelahan, malaise, sakit kepala, gangguan tidur, mual
dan muntah.
d) Dosis : 5-10 mg/hari.
5) Piridoksin (vitamin B6)
a) Sumber : beras, daging, hati, susu, sayuran dan kacang-kacangan.
b) Fungsi : sebagai koenzim metabolisme asam amino dan protein,
karbohidrat, dan lemak, mual, muntah, depresi karena pil anti hamil
dan morning sickness.
c) Difisiensi : hanya pada pemakaian INH untuk jangka waktu yang
lama antara lain: dermatitis seboroik, radang selaput lendir mukosa
dan lidah.
d) Dosis : pencegahan 2-5 mg/hari
Wanita hamil 50 mg/hari
Depresi akibat pil KB 125mg/hari selama 7 hari dalam
sebulan pengobatan 10-100 mg/hari peroral.
6) Biotin/ vitamin B7
a) Sumber : hati, roti, dan kuning telur
b) Fungsi : dalam terapi belum jelas, dalam badan sebagai koenzim
berbagai reaksi karboksilasi.
c) Defisiensi : dermatitis, lemah, sakit otot, anoreksia, anemia ringan
dan hiper kolesterolaemia.
7) Kolin
a) Sumber : sintesa serin dengan metionin sebagai donor metil,
makanan yang mengandung protein, kolin, dan metionin.
b) Fungsi : donor metil dalam pembentukan berbagai asam amino
essensial, pengobatan penyakit hati, dan hepatitis.
c) Defisiensi : kenaikan konsentrasi lemak dalam hati yang lama-lama
dapat menyebabkan sirosis hepatis, kelainan ginjal degeneratif,
kelainan pada kulit dan lemah otot.

29
8) Asam folat (asam pteroilmonoglutamat/vitamin B11)
a) Sumber : ragi, sayuran hijau segar, kentang, buah-buahan, daging,
hati, telur, dan ikan.
b) Fungsi : memperbaiki kelainan darah pada anemia pernisiosa,
pembentuk sel darah merah.
c) Defisiensi : gangguan pertumbuhan, glositis, diare, penurunan berat
badan dan anemia.
d) Dosis : anak-anak 50-300 mcg/hari
Dewasa 400 mcg/hari
Wanita hamil 800mcg/hari
Wanita menyusui 600 mcg/hari
9) Cyanocobalamin (vitamin B12)
a) Sumber : microorganisme usus, ikan, kuning telur, susu, keju, kerang
dan daging.
b) Fungsi : sintesa hemoglobin dalam sel darah merah dan sintesa
protein.
c) Defisiensi : kerusakan pada sel epitil terutama saluran cerna, anemia
pernisiosa addison.

b. Vitamin C (asam ascorbat)


1) Sumber : kol, tomat dan kentang serta buah-buahan terutama jeruk, hati
dan hanya sedikit dalam susu dan susu dan daging sapi.
2) Fungsi : pembentukan zat pengikat antar sel dan kolagen, mempertinggi
daya tahan tubuh dan pembentukan tulang dan dentin.
3) Defisiensi : kadang terjadi pada bayi yang minum susu botol,
osteoporosis pada orang dewasa, gigi mudah lepas, gusi berdarah dan
bengkak, sariawan, dinding pembuluh darah mudah rusak sehingga
mudah menimbulkan perdarahan.
4) Dosis : pencegahan 50-100mg/hari
Pengobatan dewasa 250 mg, 2x sehari
Pengobatan bayi 100 mg/hari

30
2. Vitamin yang larut dalam lemak
a. Vitamin A (retinol, axerophthol)
1) Sumber : susu, minyak ikan, minyak kelapa sawit, sayur hijau dan
kuning, buah-buahan, telur, hati dan daging.
2) Fungsi :
a) Pemeliharaan jaringan epitel dan mukosa diseluruh tubuh.
b) Merangsang sintesa RNA, glukoprotein dan kortikosteroida.
c) Adaptasi gelap karena mengandung suatu pigmen yang
fotosensitif seperti rodopsin dan yodopson.
d) Profilaksis pada kasus kekurangan protein pada ibu hamil
dan menyusui, bayi dan anak-anak hingga umur 6 tahun.
3) Defisiensi : rabun senja, xeroptalmia dan akhirnya buta, kulit kering
bertanduk dan pertumbuhan terhambat pada anak.
4) Efek samping : pada dosis besar menimbulkan mual muntah, sakit
kepala halusinasi, kulit besisik dan gatal.
5) Dosis : pencegahan pada anak-anak 1000 Ul/hari
Pencegahan pada dewasa 2500-5000 Ul/hari
Pengobatan 25000-50000/hari peroral selama maksimal 2
bulan.

b. Vitamin D (ergokalsiferol, kalsiferol)


1) Sumber : ikan, minyak ikan bersama dengan vitamin A, susu, kuning
telur dan hati.
2) Fungsi : mengatur metabolism kalsium dan fosfat yang pertumbuhan
tulang, ginjal dan gigi.
3) Defisiensi : berkurangnya penyerapan kembali kalsium dan fosfat yang
penting bagi tulang, pada anak disebut rachitis atau penyakit inggris dan
pada orang dewasa disebut osteomalasia.
4) Efek samping : pada dosis besar menyebabakan hipertensi, mual,
muntah diare, sakit kepala dan mengatuk dan poliuria.
5) Dosis : pengobatan 1000-2000Ul/hari
Pada malabsorbsi 10000-50000Ul/hari

31
Hiperparatiroidisme 50000-200000Ul/hari

c. Vitamin E (alfa tokoferol asetas)


1) Sumber : minyak nabati, kedelai, bunga matahari, padi, hai dan kuning
telur, dan sayuran.
2) Fungsi : belum diketahui dengan jelas tetapi diduga mencegah oksidasi
Oksidasi sel, mencegah terbentuknya hasil oksidasi.
3) Defisiensi : jarang terjadi, hanya pada bayi premature dengan anemia
khas akibat kelainan struktur dan membrane sel darah merah.
4) Efek samping : pada dosis diatas 300 Ul. hari yaitu gangguan lambung
usus, kepala sakit, rasa lemah, hambatan penyembuhan luka, proteinuria
dan dermatitis kontak.
5) Dosis : pengobatan pada anak 1 Ul/kg BB peroral
Pengobatan pada bayi prematur 5-25 Ul/hari
6) Sediaan : kurang dari 120 mg.

d. Vitamin K ( menadion)
1) Sumber :
a) vitamin K1 terdapat pada kloroplas sayuran hijau dan buah serta minyak nabati.
b) Vitamin K2 disintesa oleh bakteri usus.
c) Vitamin K sintetik adalah vitamin K3
d) Vitamin K4
2) Fungsi : meningkatkan biosintesa faktor pembekuan darah.
3) Defisiensi : menyebabkan hipotrombinaemia yang menyebabkan sukar
membeku.
4) Sediaan : kurang dari 1,5 mg

Mineral adalah zat organik yang dalam jumlah kecil berguna untuk metabolism
tubuh. Mineral yang paling banyak dibutuhkan oleh tubuh disebut elemen spura.
Elemen ini dibutuhkan kurang dari 20 mg sehari, yakni besi (Fe), seng (Zn), tembaga
(Cu), mangan (Mn), molibden (Mo), fluor (F), krom (Cr), iod (I), selenium(Se), dan
kobalt (Co).

32
Informasi obat tanpa resep dokter
1. Besi (Fe)
a. Sumber : sayur bayam, kangkung dan daging berwarna merah.
b. Fungsi : merupakan bagian dari molekul hemoglobin dalam darah yang
mengangkut oksigen dari paru ke sel tubuh untuk metabolism glukosa, lemak
dan protein.
c. Defisiensi : anemia akibat asupan kurang maupun akibat kehilangan darah dan
kebutuhan yangmeningkat seperi pada penyakit kronis dan wanita hamil.
d. Dosis : wanita hamil 100 mg/hari
Dewasa pria 50 mg/kgBB dan wanita 35/kgBB.
2. Fluorida
a. Sumber : sayur mayur, kadar tinggi dalam daun teh.
b. Fungsi : menstimulir remineralisasi, menghambat pembentukan asam oleh
kuman mulut dan prevensi gigi berlubang.
c. Defisiensi : caries gigi
3. Kalium
a. Sumber : jeruk, pisang, tomat dan kopi.
b. Fungsi : kation terpeting dalam cairan intra sel dan sangat essensial untuk
mengatur keseimbangan asam-asam serta cairan tubuh.
c. Defisiensi : hipokalemia dengan gejala kelemahan otot, rasa sangat letih,
gangguan konsentrasi dan irama jantung.
d. Dosis : pencegahan 0,6 – 1 g dalam bentuk garam klorida tablet retrad 2 x sehari.
4. Kalsium
a. Sumber : susu, telur, gandum dan sayuran.
b. Fungsi : bahan pembangun tulan, regulasi daya rangsang dan kontraksi otot dan
penerusan implus saraf.
c. Defisiensi : osteomalacia yaitu melunaknya tulang dan osteoporosis yaitu
kerapuhan tulang.
d. Efek samping : iritasi lambung usus, dan obstipasi, hiperkalsemia, kelemahan
otot, letargia, poliuria dan haus.
e. Dosis : pencegahan 500 mg -100 mg/hari

33
5. Magnesium
a. Sumber : padi, kacang, pisang, sayuran hijau, susu dan daging.
b. Fungsi : terdapat dalam tulang dan cairan intra sel, ko-faktor enzim-enzim yang
menghasilkan energi, relaksasi otot dan prevensi terapi infark jantung.
6. Natrium
a. Fungsi : kation terpenting dalam cairan ekstra sel, regulasi tekanan osmotik,
memelihara keseimbangan volume dan cairan tubuh, kontraksi otot dan
penyaluran implus.
b. Defisiensi : terjadi akibat kerja fisik yang terlampau berat dan banyak
berkeringat serta banyak minum air tanpa tambahan garam ekstra, sehingga
menyebabkan dehidrasi karena diare, muntah, kurang makan atau minum.
c. Dosis : dehidrasi 5 - 10 g NaCl.
7. Seng (Zn)
a. Sumber : daging, kerang, kepiting, susu, produk pada padi-padian serta kacang-
kacangan.
b. Fungsi :
1) Kofaktor dalam banyak enzim yang terlibat dalam segala proses
metabolisme.
2) Berperan pada gejala buta malam dalam bentuk ko-faktor dari
alkoholdehidrogenase, yang merubah retinol menjadi retinal.
3) Memperbaiki fungsi sel-sel otak bagi lemah ingatan pada orang
tua.
4) Menstimulir penyembuhan borok
5) Secara lokal berkhasiat sebagai adstringens, anti keringat dan
antiseptik lemah.
c. Defisiensi : jarang terjadi
8. Stronsium klorida
a. Fungsi : melindungi gigi terhadap pengaruh thermis dan kimiawi disertai nyeri,
selain itu juga mengurangi sensitivitas gigi terhadap rangsangan tersebut dengan
jalan membentuk lapisan pelindung keras diluar dentin yang sudah kehilangan
emailnya karena erosi atau pengendapan kalsium.

34
9. Krom
a. Fungsi : digunakan untuk kerja insulin yang optimal dalam bentuk aktifnya
sebagai senyawa organik GTF, mempermudah masuknya glukosa kedalam sel
untuk selanjutnya dibakar dan menimbulkan tenaga.
b. Defisiensi : jarang terjadi.
10. Tembaga
a. Fungsi : kofaktor bagi cytochromoxidase dan beta hidroksilase yang mengubah
dopamin noradrenalin, sintesis hemoglobin, elastin dan myelin.
b. Defesiensi : menyebabkan kelambatan psikomotor, serangan epilepsi serta
kelainan pada rambut.
11. Selenium
a. Sumber : padi, ikan kepiting, daging, hati, ginjal, timun, bawang putih dan
wijen.
b. Fungsi : mempunyai daya anti oksidan kuat, menstimulir sistim imun,
menghambat pembelahan sel, mendorong apoptose sel- sel cacat sehingga
berdaya kerja anti kortikosteroid kuat.
12. lod
a. Sumber : ikan, kepiting, kerang dan lumut laut.
b. Fungsi : pembentukan tiroksin pada kelenjar tiroid.
c. Defisiensi : kretinisme.

G. Napza (narkotika, psikotropika, dan zat aditif )


1. Narkotika
Menurut Soerdjono Dirjosisworo mengatakan bahwa pengertian narkotika
adalah “Zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya
dengan memasukkan kedalam tubuh. Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan,
hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-
khayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dan ditemukan dalam dunia medis
bertujuan dimanfaatkan bagi pengobatan dan kepentingan manusia di bidang
pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan lain-lain. Narkotika digolongkan
menjadi 3 kelompok yaitu :

35
a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya
sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan.
Contoh : ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium.
b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin, benzetidin, dan
betametadol.
c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : kodein dan
turunannya.

2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik, bukan
narkotika dan berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Berdasarkan fungsinya obat psikotropika dibedakan menjadi tiga yaitu obat
stimulan ( obat perangsang ) adalah obat yang merangsang system saraf sehingga
orang yang merasakan lebih percaya diri dan selalu waspada contoh obat ini adalah,
kafein nikotin dan kokain, obat depresan ( obat penenang ) adalah obat yang dapat
menekan system saraf sehingga pemakaiannya merasa ngantuk dan tingkat
kesadarannyaturun. Contoh obat jenis ini adalah alcohol dan barbiturate dan obat
halusinogen adalah obat yang dapat membelokkan pikiran pemakaiannya.

a. Psikotropika digolongkan menjadi:


1) Golongan I
a) Antipsikosis
Adalah dapat mengobati gangguan mental pada penderita skizoprenia
mengatasi agresivitas, hiperaktivitas dan labilitas emosinal pasien psikosis.
Antipsikotik menghambat dopamin pada otak sehingga memulihkan gejala
psikotik dan menghambat daerah pemicu kemoreseptor dan pusat
muntah(emetik) pada otak sehingga menghasilkan efek antiemetik.
Contohnya yaitu Klorpromazin (CPZ) dan Derivat Fenotiazin, CPZ

36
merupakan fenotiazin pertama yang digunakan untuk pengobatan perilaku
psikotik klien rumah sakit jiwa berefek sedasi kuat menurunkan tekanan
darah yang disertai sikap kecekapan dan daya fikir berkurang, aktivitas
motorik terganggu, menimbulkan gejala parkinsonisme (efek
ekstrapiramid).

2) Golongan II
a) Antiansietas
Terutama berguna untuk pengobatan psikoneurosis (gangguan emosi)
Antiansientas yang terutama adalah golongan Benzodiazepin Contohnya :
Golongan Benzodiazepin yang banyak disalahgunakan diantaranya adalah
Dizepam (valium), Bromazepam (lexotan), Flunitrazepam (rohypnol),
Nitrazepam (mogadon) dan Nitradizepam (nipam). Penggunaan
antiansietas dosis tinggi dalam jangka waktu yang lama dapat
menimbulkan ketergantungan psikis dan fisik.

3) Golongan III
a) Antidepresi
Adalah obat untuk mengatasi depresi mental yang biasanya mendadak
dan adanya kejadian pencetus. Contohnya : Obat Antidepresi ialah obat
untuk mengatasi depresi mental, selain itu digunakan untuk
menghilangkan, memperbaiki dan meringankan gejala-gejala suasana jiwa
seperti murung dan lain sebagainya, yang termasuk obat golongan
antidepresi antara lain Zolof, Anafrinie, dan Prozac.

4) Golongan IV
a) Psikogenik
Psikogenik adalah obat yang dapat menimbulkan kelainan tingkah laku,
disertai halusinasi, ilusi, dan gangguan cara berpikir, jadi dapat
menimbulkan psikosis (gangguan kejiwaan yang sangat akut dan kronik).
Salah satu golongan psikogenik yang banyak dikenal oleh masyarakat

37
adalah marihuana atau ganja. Sesuai dengan Undang-undang RI no 5 tahun
1997 tentang psikotropika, yang termasuk golongan psikotropika adalah
Sedative-Hipnotik, Amfetamin, dan Halusinogen.

b. Macam – Macam Psikotropika


1) LSD (Lysergic Acid Diethylamide)
LSD merupakan zat psikotropika yang dapat menimbulkan halusinasi
(persepsi semu mengenai sesuatu benda yang sebenarnya tidak ada). Zat ini
dipakai untuk membantu pengobatan bagi orang-orang yang mengalami
gangguan jiwa atau sakit ingatan. Zat ini bekerja dengan cara membuat otot-
otot yang semula tegang menjadi rileks. Penyalahgunaan zat ini biasanya
dilakukan oleh orang-orang yang menderita frustasi dan ketegangan jiwa.
2) Amfetamin
Kita seringkali mendengar pemberitaan di media massa mengenai
penjualan barang-barang terlarang, seperti ekstasi dan shabu. Ekstasi dan
shabu adalah hasil sintesis dari zat kimia yang disebut amfetamin. Jadi, zat
psikotropika, seperti ekstasi dan shabu tidak diperoleh dari tanaman
melainkan hasil sintesis. Pemakaian zat-zat tersebut akan menimbulkan
gejalagejala berikut: siaga, percaya diri, euphoria (perasaan gembira
berlebihan), banyak bicara, tidak mudah lelah, tidak nafsu makan, berdebar-
debar, tekanan darah menurun, dan napas cepat. Jika overdosis akan
menimbulkan gejala-gejala: jantung berdebar-debar, panik, mengamuk,
paranoid (curiga berlebihan), tekanan darah naik, pendarahan otak, suhu
tubuh tinggi, kejang, kerusakan pada ujung-ujung saraf, dan dapat
mengakibatkan kematian. Jika sudah kecanduan, kemudian dihentikan akan
menimbulkan gejala putus obat sebagai berikut: lesu, apatis, tidur berlebihan,
depresi, dan mudah tersinggung.

c. Dampak Negatif Zat Psikotropika


Orang yang menggunakan obat psikotropika akan mengalami gangguan system
saraf. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

38
1) Narkotika dapat menyebabkan rasa sakit dan membuat sensasi sehingga
pemakaianya merasa senang karena tidak terganggu masalah yang di
hadapinya. Namun, penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan
kematian.
2) Kokain dapat diggunakan untuk pembiusan local. Kokain bersifat stimulan
terhadap sistem saraf sehingga dapat meningkatkan stamina dan mengurangi
kelelahan. Namun penggunan kokain hanya sementara biasanya diikuti
dengan perasan tertekan dan takut (depresi). Penggunaan yang berlebihan
dapat menyebabkan pingsan atau bahkan kematian jika penggunaanya tiba-
tiba dihentikan pecandu akan menderita penyakit dengan tanda-tanda kejang-
kejang, muntah, diare, berkeringat dan sukar tidur.
3) Morfin dapat menghilangkan rasa sakit. Namun, morfin menyebabkan rasa
kantuk dan lesu, kebingunan, perasaan kebahagian yang berlebihan
(euforioa), dan gangguan system pernapasan.
4) Ekstasi dapat menimbulkan rasa segar dan penuh energi sehingga
pemakaiannya merasa mengantuk. Namun, pemakaiobat ini mengurangi
keinginan untuk minum sehingga dapat mengalami dehidrasi. Penggunaan
dalam waktu lama menyebabkan kehilangan daya ingat dan kemampuan
menggerakan badan.

3. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah istilah untuk zat-zat yang pemakaiannya dapat menimbulkan
ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis yang panjang (drug
dependence). Bahan-bahan kimia tidak hanya menyangkut bahan bahan kimia
yang ada di rumah tangga, seperti pemutih, pembersih, dan zat-zat aditif makanan,
tetapi juga zat zat yang dapat menimbulkan pengaruh negatif atau efek samping
bagi kesehatan jika pemakaiannyadisalahgunakan. Bahan kimia dimaksud di sini
adalah kelompok zat kimia yang tergolong ke dalam zat adiktif dan psikotropika.
Kelompok zat adiktif adalah narkotika (zat atau obat yang berasal dari tanaman)
atau bukan tanaman, baik sintetik maupun semisintetik, yang dapat menyebabkan

39
penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa
sakit, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
a. Narkotika menurut tujuan penggunaan dan tingkatan risiko ketergantungannya
terbagi dalam 3 golongan, yaitu:
1) Golongan I, narkotika hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi serta memiliki potensi sangat tinggi untuk
mengakibatkan sindrom ketergantungan.
2) Golongan II, narkotika untuk pengobatan yang digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta memiliki potensi kuat untuk mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
3) Golongan III, narkotika untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berpotensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan.

b. Macam – macam Zat Adiktif


1) Ganja
Ganja atau mariyuana merupakan zat adiktif narkoba dari golongan
kanabionoid. Ganja terbuat dari daun, bunga, biji, dan ranting muda
tanaman mariyuana (Cannabis sativa) yang sudah kering. Tanda-tanda
penyalahgunaan ganja, yaitu gembira dan tertawa tanpa sebab, santai dan
lemah, banyak bicara sendiri, pengendalian diri menurun, menguap atau
mengantuk, tetapi susah tidur, dan mata merah, serta tidak tahan terhadap
cahaya dan badan kurus karena susah makan.
2) Opium
Opium merupakan narkotika dari golongan opioida, dikenal juga dengan
sebutan candu, morfin, heroin, dan putau. Opium diambil dari getah buah
mentah Pavaper sommiverum. Opium digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit karena luka atau menghilangkan rasa nyeri pada penderita kanker.
Namun dalam dosis berlebih dapat mengakibatkan kecanduan yang akhirnya
menyebabkan kematian. Penggunaannya yang menyalahi aturan dapat
menimbulkan rasa sering mengantuk, perasaan gembira berlebihan, banyak

40
berbicara sendiri, kecenderungan untuk melakukan kerusuhan, merasakan
nafas berat dan lemah, ukuran pupil mata mengecil, mual, susah buang air
besar, dan sulit berpikir.
3) Kokain
Kokain termasuk ke dalam salah satu jenis dari narkotika. Kokain
diperoleh dari hasil ekstraksi daun tanaman koka (Erythroxylum coca). Zat
ini dapat dipakai sebagai anaestetik (pembius) dan memiliki efek
merangsang jaringan otak bagian sentral. Pemakaian zat ini menjadikan
pemakainya suka bicara, gembira yang meningkat menjadi gaduh dan
gelisah, detak jantung bertambah, demam, perut nyeri, mual, dan muntah.
Seperti halnya narkotika jenis lain, pemakaian kokain dengan dosis tertentu
dapat mengakibatkan kematian.
4) Sedativa dan Hipnotika (Penenang)
Beberapa macam obat dalam dunia kedokteran, seperti pil BK dan magadon
digunakan sebagai zat penenang(sedativa-hipnotika). Pemakaian sedativa-
hipnotika dalam dosis kecil dapat menenangkan, sedangkan dalam dosis
besar dapat membuat orang yang memakannya tertidur. Gejala akibat
pemakaiannya adalah mula-mula gelisah, mengamuk lalu mengantuk,
malas, daya pikir menurun, bicara dan tindakan lambat. Jika sudah
kecanduan, kemudian diputus pemakaiannya maka akan menimbulkan
gejala gelisah, sukar tidur, gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi cepat,
tekanan darah naik, dan kejang-kejang.
5) Nikotin
Nikotin dapat diisolasi atau dipisahkan dari tanaman tembakau. Namun,
orang biasanya mengonsumsi nikotin tidak dalam bentuk zat murninya,
melainkan secara tidak langsung ketika mereka merokok. Nikotin yang
diisap pada saat merokok dapat menyebabkan meningkatnya denyut jantung
dan tekanan darah, bersifat karsinogenik sehingga dapat meningkatkan
risiko terserang kanker paru-paru, kaki rapuh, katarak, gelembung paru-paru
melebar (emphysema), risiko terkena penyakit jantung koroner,
kemandulan, dan gangguan kehamilan.

41
6) Alkohol
Alkohol diperoleh melalui proses peragian (fermentasi) sejumlah bahan,
seperti beras ketan, singkong, dan perasan anggur. Alkohol ini sudah
dikenal manusia cukup lama. Salah satu penggunaan alkohol adalah untuk
mensterilkan berbagai peralatan dalam bidang kedokteran. Tanda-tanda
gejala pemakaian alkohol, yaitu gembira, pengendalian diri turun, dan muka
kemerahan. Jika sudah kecanduan meminum minuman keras, kemudian
dihentikan maka akan timbul gejala gemetar, muntah, kejang-kejang, sukar
tidur, dan gangguan jiwa. Jika overdosis akan timbul gejala perasaan
gelisah, tingkah laku menjadi kacau, kendali turun, dan banyak bicara
sendiri. Ada 3 golongan minuman beralkohol :
a) Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).
b) Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur )
c) Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky, Vodca, Manson House,
Johny Walker ).

c. Dampak / Efek yang Dapat Ditimbulkan Zat Adiktif


1) Efek/Dampak Penyalahgunaan Minuman Alkohol dalam minuman keras
dapat menyebabkan gangguan jantung dan otot syaraf,mengganggu
metabolisme tubuh, membuat janis menjadi cacat, impoten serta
gangguanseks lainnya.
2) Efek/Dampak Penyalahgunaan GanjaZat kandungan dalam ganja yang
berbahaya dapat menyebabkan daya tahan tubuh berkurang dan melemah
sehingga mudah terserang penyakit dan infeksi sertamemperburuk aliran
darah koroner.
3) Efek/Dampak Penyalahgunaan Halusinogen dalam tubuh manusia dapat
mengakibatkan pendarahan otak.
4) Efek/Dampak Penyalahgunaan KokainZat adiktif kokain jika dikonsumsi
dalam jangka panjang dapat menyebabkan kekurangan sel darah putih atau
anemia sehingga dapat membuat badan kurus kering. Selain itukokain
menimbulkan perforesi sekat hidung (ulkus) dan aritma pada jantung.

42
5) Efek/Dampak Penyalahgunaan Opiat / Opioda zat opioda atau opiat yang
masuk ke dalam badan manusia dapat mengganggu menstruasi pada
perempuan / wanita serta impotensi dan konstipasi khronuk pada pria /laki-
laki.
6) Efek/Dampak Penyalahgunaan Inhalasia memiliki dampak buruk bagi
kesehatan kita seperti gangguan pada fungsi jantung, otak, dan lever.
7) Efek/Dampak Penyalahgunaan Non Obat dalam kehidupan sehari-hari
sering kita temui benda-benda yang disalahgunakan oleh banyak orang
untuk mendapatkan efek tertentu yang dapat mengakibatkan
gangguankesehatan. Contoh barang yang dijadikan candu antara lain seperti
bensin, thiner, racun serangga, lem uhu, lem aica aibon. Efek dari
penggunaan yang salah pada tubuh manusiaadalah dapat menimbulkan
infeksi emboli.

43
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Anti kanker adalah obat untuk mencegah dan mengobati pertumbuhan sel-sel jaringan
tubuh yang tidak normal. Penyakit Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan
berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri,
selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui
jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang.
2. Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang
bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel kanker. Banyak
obat yang digunakan dalam Kemoterapi.
3. Antimikroba adalah bahan-bahan atau obat-obat yang digunakan untuk
memberantas/membasmi infeksi mikroba, khususnya yang merugikan
manusia,terbatas yang bukan parasit diantaranya antibiotika, antiseptika,
khemoterapeutika, preservative.
4. Antibiotika adalah suatu senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang
dalam konsentrasi kecil mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh
mikroorganisme lain
5. Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun
seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah
hemolisis rhesus dan neonatus.
6. Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang marfologi darah dan jaringan
pembentuk darah. Salah satu contoh penyakit yang berhubungan dengan kekurangan
darah adalah Anemia. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan
sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal
7. Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut
diuretik. Diuretika adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine.
Istilah dieresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukan jumlah pengeluaran
zat-zat terlarut dalam air.

44
8. Vitamin adalah zat dalam jumlah kecil sangat penting diperlukan untuk
mempertahankan metabolisme tubuh yang normal. Tidak dapat disintesa oleh tubuh
sehingga harus diperoleh dari luar. Vitamin memiliki peran spesifik didalam tubuh
dan dapat memberikan manfaat kesehatan
9. Mineral adalah zat organik yang dalam jumlah kecil berguna untuk metabolism
tubuh.
10. Narkotika merupakan Zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang
menggunakannya dengan memasukkan kedalam tubuh. Pengaruh tersebut bisa
berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau
timbulnya khayalan-khayalan
11. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik, bukan narkotika dan
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
12. Zat adiktif adalah istilah untuk zat-zat yang pemakaiannya dapat menimbulkan
ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis yang panjang (drug
dependence).

45
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Mohammad. 1993. Penggolongan obat berdasarkan khasiat dan penggunaan.


Yogyakarta : ugm press.

Depkes ri. 2000. Informatorium obat nasional indonesia. Jakarta : cv. Sagung seto.

Ganiswara, E. Sulistia, dkk. 1995. Farmakologi Dan Terapi. Universitas Indonesia:


Fakultas Kedokteran.

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17615-Chapter1-747566.pdf

http://farmasiiqbal.blogspot.com/2012/05/antimikroba.html

http://biologyeastborneo.com/wp-content/uploads/2011/07/ANTIMIKROBA.ppt

http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia diakses pada tanggal 14 mei 2017

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2011-2012. ISO (Informasi Spesialite Obat)


Indonesia Volume 46. PT. ISFI : Yogyakarta.

Ketut, Ritiasa. 2007. Info Obat Indonesia. PT. Eranti Agratama: Jakarta.

Riyanti Sri, priyastuti endah. 2012. Farmakologi, P2B Community. Jakarta

46

Anda mungkin juga menyukai