Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunisasi merupakan salah asatu bentuk intervensi kesehatan yang sangat
efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Berbagai
macam penyakit menular telah terbukti menurun secara drastic berkat pemberian
imuniasasi pada bayi dan anak bahkan, Indonesia telah dinyatakan bebas penyakit
cacar sejak tahun 1972.
Indonesia juga telah melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang
merupakan pecan dimana setiap anak balita umur 0-59 bulan yang tinggal di
Indonesia pada saat tersebut mendapat dua tetes vaksin polio oral, tanpa melihat
status imunisasi dan kewarganegaraanya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini, antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar imunisasi?
2. Apa saja macam-macam imunisasi?
3. Bagaimana jenis-jenis imunisasi?
4. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar antigen dan antibody?

C. Tujuan
Adapun beberapa tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep dasar imunisasi?
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam imunisasi?
3. Untuk mengetahui bagaimana jenis-jenis imunisasi?
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep dasar antigen dan
antibody?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Imunisasi


1. Pengertian Imunisasi

1
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh bayi membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu (Aziz,2008).
Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi adalah
suatu pemindahan atau transfer antibody secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi
dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang
pembentukan imunitas (antibodi) dari system imun di dalam tubuh.(IGN Ranuh,
2005).

2. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan
dan kematian akibat PD3I. Dan tujuan dalam pemberian imunisasi, yaitu untuk
melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi
bayi dan anak, serta diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga
dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit tertentu.

3. Manfaat Imunisasi
Nilai (value) imunisasi dibagi dalam 3 kategori yaitu untuk individu,
sosial dan menunjang Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
a. Individu
Mempertinggi kekebalan terhadap penyakit tertentu, seorang anak
yang telah mendapat imunisasi maka 80% - 95% akan terhindar dari
penyakit infeksi yang ganas.
b. Sosial
Kekebalan individu akan mengakibatkan pemutusan rantai penularan
penyakit ke anak lain atau orang dewasa yang hidup bersamanya. Inilah
yang disebut keuntungan sosial, karena dalam hal ini 5% - 20% anak yang
tidak diimunisasi juga akan terlindung karena adanya herd immunity atau
kekebalan komunitas. Dengan menurunnya angka kesakitan akan
menurunkan pula biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit,

2
mencegah kematian dan kecacatan yang akan menjadi beban masyarakat
seumur hidupnya.
c. Sistem kesehatan nasional
Program imunisasi sangat efektif dan efisien apabila diberikan dalam
cakupan yang luas secara nasional. Peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu
Negara tentunya akan lebih baik bila masyarakatnya lebih sehat sehingga
anggaran untuk pengobatan/kuratif dapat dialihkan pada program lain yang
membutuhkan investasi dalam kesehatan untuk kesejahteraan dan peningkatan
kualitas anak di masa depan (Ranuh, 2011).

B. Macam-macam Imunisasi
Imunitas atau kekebalan, berdasarkan asal-muasalnya dibagi dalam 2 hal, yaitu
aktif dan pasif. Aktif adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya
imunitas, sedangkan pasif adalah bila tubuh anak tidak bekerja membentuk
kekebalan, tetapi hanya menerimanya saja. Maka berdasarkan hal tersebut maka
imunitas dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
1. Imunisai aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahakan (vaksin)
dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibody sendiri.
Contohnya adalah imunisasi polio dan campak.

a. Imunisasi aktif ini dilakukan dengan vaksin yang mengandung :


1) Kuman-kuman mati (misalnya: vaksin cholera-typhoid atau typus
abdominalis – paratyphus ABC, vaksin pertusis).
2) Kuman-kuman hidup diperlemah (misalnya: vaksin BCG terhadap
tuberkulosis).
3) Virus-virus hidup diperlemah (misalnya: bibit cacar, vaksin
poliomyelitis).
4) Toxoid (toxoid difteri, toxoid tetanus).
b. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan yang terdapat
dalam setiap vaksinnya, antara lain:
1) Antigen, merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat
atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan, yang dapat

3
berupa poli sakarida, toxoid, atau virus yang dilemahkan atau bakteri
yang dimatikan.
2) Cairan pelarut, dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur
jaringan yang digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya
antigen telur, protein serum, dan bahan kultur sel.
3) Pengawet, stabilisator atau antibiotic, Merupakan zat yang
digunakan agar vaksin tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan
antigen dan mencegah tumbuhnya mikroba. Bahan-bahan yang
digunakan seperti air raksa dan antibiotik yang biasa digunakan.
4) Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi meningkatkan
sistem imunogenitas dari antigen.
c. Untuk keperluan imunisasi aktif tersedia, antara lain:
1) Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin)
2) Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
3) Vaksin poliomyelitis
4) Vaksin campak
5) Vaksin typa (typus abdominalis)
6) Toxoid tetanus
d. Ada 5 (lima) jenis imunisasi pada anak dibawah 5 tahun yang harus
dilakukan, yaitu:
1) BCG
2) DPT
3) Polio
4) Campak, dan
5) Hepatitis B

2. Imunisasi Pasif
a. Beberapa pengertian dari Imunisasi Pasif, adalah sebagai berikut:
1) imunisasi pasif adalah zat anti yang didapat dari luar tubuh, misalnya
dengan suntikan bahan atau serum yang mengandung zat anti atau zat
anti dari ibunya selama dalam kandungan. Kekebalan yang diperoleh
dengan imunisasi pasif tidak bertahan lama.
2) imunisasi pasif adalah pemberian zat (imun imunoglobulin) yaitu
suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat
berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk

4
mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi.
3) imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar
antibodi dalam tubuh meningkat.
4) Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi dengan tujuan untuk
memberikan pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi. Transfer
imun yang dibentuk bersifat sementara selama antibodi masih aktif.
Transfer imun juga dapat terjadi pada bayi baru lahir, misalnya
imunoglobulin G yang disalurkan dari ibu ke bayi secara
transplasental.

b. Imunisasi pasif terdiri dari dua macam, yaitu:


1) Imunisasi pasif bawaan:
Imunisasi pasif bawaan merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya
berasal dari ibunya selama dalam kandungan. Misalnya terdapat paa
neonatus (bayi baru lahir) sampai bayi berumur 5 bulan. Neonatus
mendapatkan imunitas tersebut dari ibu swaktu dalam kandungan, yaitu
berupa zat anti (antibodi) yang melalui jalan darah menembus plasenta.
Zat anti tersebut berupa globulin gama yang mengandung imunitas, seperti
yang juga dimiliki oleh ibu. Namun, zat anti tersebut lambat laun akan
menghilang/lenyap dari tubuh bayi. Dengan demikian, sampai umur 5
bulan, bayi dapat terhindar dari beberapa penyakitinfeksi, seperti campak,
difteri, dan lain-lain.

2) Imunisasi pasif didapat:


Imunisasi pasif dadapat merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya
didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau serum yang
mengandung zat anti. Zat anti ini didapat oleh anak dari luar dan hanya
berlangsung pandek, yaitu 2 sampai 3 minggu karena zat anti seperti ini
akan dikeluarkan kembali dari tubuh anak. Misalnya pemberian serum anti
tetanus terhadap penyakit tetanus. Dengan mendapat luka terutama yang

5
dalam dan kotor, atau karena jatuh ditanah atau tertusuk oleh bambu atau
paku yang berkarat yang sudah lama berada ditanah, dan sebagainya.
Maka untuk mencegah terjadinya tetanus, dapat diberikan profilaksis
dengan serum anti-tetanus. Serum anti-tetanus ini biasanya dibuat dari
darah seekor kuda yang lebih dulu diimunisasi terhadap tetanus dan leh
karena itu mengandung zat-zat anti terhadap tetanus. Dengan penyuntikan
serum anti-tetanus, maka anak menerima zat-zat anti secara pasif untuk
menghadapi penyakit tetanus. Tubuhnya tidak membuat zat-zat anti
tersebut seperti dalam hal penyuntikan toxoid tetanus.
Berlainan dengan imunisasi aktif yang menghasilkan kekebalan untuk
waktu lama, maka imunisasi pasif melindungi anak selama 2 sampai 3
minggu. Selain dari pada itu, oleh karena serum anti-tetanus kuda
merupakan protein asing bagi manusia, maka sebelum penyuntikan perlu
dilakukan test kulit (skin test) terlebih dahulu untuk mengetahui anak
cocok atau tidak terhadap serum kuda untuk menghindarkan dari reaksi-
reaksi anafilaktik.

C. Jenis-jenis Imunisasi
1. Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua
orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungti tubuhnya dari
penyakit-penyakit yang berbahaya. 5 jenis imunisasi dasar yag diwajibkan
pemerintah adalah imunisasi terhadap 7 penyakit, yaitu TBC, difteri, tetanus,
pertussis, poliomyelitis, campak dan hepatitis B.
a. Imunisasi BCG
1) Pengertian
Vaksin Bacille Calmette Guerin (BCG) merupakan vaksin beku
kering yang mengandung Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan.
Digunakan untuk pencegahan terhadap penyakit tuberkulosa. Vaksinasi
BCG mengurangi risiko terjadi tuberkulosis berat seperti Meningitis TB
dan Tuberculosis Milier (Ranuh, 2011).
2) Pemberian imunisasi

6
Frekuensi pemberian BCG adalah 1 kali dan tidak perlu diulang
(booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibody yang
dihasilkannya tinggi. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, sehingga
memerlukan pengulangan.
3) Usia pemberian
Vaksinasi diberikan pada umur 1 bulan, secara intradermal. Jika
diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan dilakukan uji Mantoux
(tuberkulin) terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah
kemasukan kuman Mycobacterium Tuberculosis atau belum.
4) Cara pemberian
Cara pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan
lokasi penyuntikan di lengan kanan atas atau penyuntikan pada paha.
5) Efek samping
Efek samping reaksi lokal yang timbul setelah imunisasi
BCG berupa pembengkakan kecil, merah, biasanya timbul pada
daerah bekas suntikan, yang kemudian berubah menjadi vesikel kecil,
dan kemudian menjadi sebuah ulkus dalam waktu 2 -4 minggu. Reaksi
ini biasanya hilang dalam 2 – 5 bulan, dan umumnya pada anak-anak
akan meninggalkan bekas berupa jaringan parut dengan diameter 2–10
mm.
6) Kontra-indikasi Imunisasi
Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit Tb
atau yang menunjukan uji mantoux positif atau pada anak yang
mempunyai penyakit kulit yang berat atau menahun.

b. Imunisasi DPT
1) Pengertian
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit difteri (Radang Tenggorokan), Pertusis (Batuk rejan),
dan tetanus (Penyakit Kejang Otot)
2) Pemberian Imunisasi dan Usia pemberian
Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib diberikan sebanyak 3 (tiga) kali
pada usia 2, 4, dan 6 bulan. Namun bisa juga ditambahkan 2 kali lagi,

7
yaitu 1 kali diusia 18 bulan, dan 1 kali diusia 5 tahun. Selanjutnya diusia
12 tahun, diberikan imunisasi TT.
3) Cara pemberian
Cara pemberian imunisasi melalui suntikan intramuscular (IM).
4) Efek samping
Biasanya hanya gejala-gejala ringan seperti sedikit demam (sumeng)
saja dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak nyeri
atau pegal-pegal pada tempat suntikan.
5) Kontra indikasi
Kontra indikasi terhadap dosis pertama DPT, kejang atau gejala
kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius lainnya
merupakan kontra indikasi terhadap komponen pertusis.

c. Imunisasi Polio
1) Pengertian
Imunisasi polio merupakan proses pembentukan kekebalan terhadap
penyakit Poliomyelitis dengan menggunakan Inactivated (Salk)
Poliovirus Vaccine (IPV) maupun Oral Polio Vaccine (OPV).
Perbedaannya, IPV merupakan virus yang sudah mati dengan
formaldehid sedangkan OPV adalah virus yang masih hidup dan
mempunyai kemampuan enterovirulen, tetapi tidak bersifat pathogen
karena sifat neurovirulensinya sudah hilang.
2) Pemberian Imunisasi
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya
imunisasi polio massal atau pecan imunisasi nasional.
3) Usia pemberian Imunisasi
Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0-11 bulan, dan
berikutnya pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan kecuali saat lahir,
pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DPT.
4) Cara Pemberian
Melaui oral atau mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine)/ OPV. Diluar
negeri, cara pemberian imunisasi polio ada yang melalui suntikan disebut
(inactivated Poliomyelitis Vaccine)/ IPV.
5) Efek samping

8
Hampir tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja yang
mengalami pusing, diare ringan dan sakit otot.
6) Kontra indikasi
Pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti
demam tinggi. Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan
tidak diberikan imunisasi polio.

d. Imunisasi Campak
1) Pengertian
Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak
(morbilli/measles). Saat ini ada beberapa macam vaksin campak yaitu
monovalen, kombinasi vaksin campak dengan vaksin Rubella (MR),
kombinasi dengan mumps dan rubella (MMR), Kombinasi dengan
mumps, rubella dan varisella (MMRV).
2) Pemberian & usia pemberian imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi campak diberikan 1 kali, imunisasi
campak diberikan pada bayi usia 9 bulan, dan di Dianjurkan pemberiannya
sesuai jadwal, karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan
penyakit campak umumnya menyerah anak usia balita. Jika sampai usia
12 ulan anak belum dapat imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan ini
anak harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
3) Cara pemberian
Cara pemberian imunisasi campak adalah melalui subkutan.
4) Efek samping
Vaksin campak dapat mengakibatkan sakit ringan dan bengkak
pada lokasi suntikan yang terjadi 24 jam setelah vaksinasi. Mungkin
terjadi demam ringan dan terdapat efek kemerahan atau bercak ringan
pada pipi dibawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan.
5) Kontra indikasi
Kontra indikasi pemberian imunisasi campak adalah anak dengan
penyakit infeksi akut yang disertai demam, penyakit gangguan kekebalan,
penyakit TBC tanpa pengobata, kekurangan gizi berat, penyakit

9
keganasan, kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan
eritromisin (antibiotik).

e. Imunisasi Hepatitis B
1) Pengertian
Vaksin hepatitis B diberikan untuk melindungi bayi dengan
memberikan kekebalan terhadap penyakit Hepatitis B yang merusak hati.
Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan pengerasan hati
(Cirrhosis Hepatis), kanker hati (Hepato Celllular Carsinoma) dan
menimbulkan kematian.
2) Pemberian imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi Hepatitis B adalah tiga kali
3) Usia pemberian
Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir dengan syarat kondisi bayi
dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan pada paru-paru dan jantung.
Kemudian dilanjutkan pada saat bayi berusia 1 bulan, dan usia antara 3-6
bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap hepatitis B, selain
imunisasi yang diberikan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan
imunisasi tambahan dengan immunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu
sebelum usia 24 jam.
4) Cara pemberian
Dengan cara intra muscular di lengan deltoid atau paha anterolateral
pada bayi.
5) Efek samping
Umumnya tidak terjadi, jikapun terjadi berupa keluhan nyeri pada
tempat suntikan yang disusul demam ringan dan pembengkakan.
6) Kontra indikasi
Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.

2. Imunisasi Booster
Imunisasi booster adalah imunisasi ulangan (revaksinasi) dari imunisasi dasar
yang diberikan pada waktu-waktu tertentu dan juga diberikan bila terdapat suatu
wabah yang berjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan.
Imunisasi ulangan dapat meninggikan secara cepat kadar zat-zat anti dalam tubuh.

10
D. Konsep Antigen dan Antibodi
1. Pengertian
Antigen merupakan kuman berbahaya dimana ia adalah patogen atau bisa
juga ia merupakan produk yang berasal dari kuman tadi. Tidak hanya itu, patogen
atau zat asing lainnya yang bertindak seperti ancaman dan dapat mengganggu
fungsi normal tubuh kita di sebut antigen.Untuk menghentikan gangguan yang
dilakukan oleh antigen ini maka tubuh kita akan memproduksi antibodi yang tadi
disebutkan untuk melindungi diri dan menghancurkan antigen. Antigen dihasilkan
oleh organisme hidup, yang berevolusi dari generasi ke generasi dan karena itu
dapat mengalami perubahan halus dalam komposisi protein, proses yang dikenal
sebagai "antigen drift." Sebuah perubahan evolusioner yang mendadak dapat
menyebabkan perubahan mendadak dalam struktur protein, yang dikenal sebagai
"pergeseran antigen”. Pergeseran antigen membuat antibodi tidak efektif dalam
memerangi antigen.
Antibodi adalah nama umum untuk imunoglobulin yang dihasilkan tubuh,
tidak peduli bagaimana ini terjadi. Manusia dapat menghasilkan banyak antibodi
yang bersifat spesifik. Ini mungkin merupakan proses aktif oleh tubuh yang sehat
dalam menanggapi antigen atau benda asing yang telah di sebutkan tadi.Lebih
lanjut bahwa antibodi adalah serum protein dimana ini dapat berarti bahwa
mereka biasanya ditemukan dalam darah dan bagian dari protein yang disebut
gamma globulin. Singkatnya, mereka adalah racun yang dihasilkan oleh tentara
pada tubuh kita untuk menghadapi zat asing yang menyerang tubuh. Antibodi
merupakan bahan dasar dari pertahanan tubuh terhadap infeksi. Dengan
mengukur konsentrasi antibodi yang spesifik pada individu dan populasi akan
memungkinkan kita untuk menentukan tingkat kerentanan dan ketahanan
seseorang terhadap infeksi oleh patogen tertentu. Pada tingkat populasi, ini
disebut "sero-epidemiologi."

2. Fungsi dan Struktur


Fungsi antigen sendiri yakni digunakan untuk menggambarkan suatu molekul
yang bisa dimanfaatkan dalam upaya memacu proses respon imun yang biasanya

11
disebut dengan imunogen. Kemudian digunakan dalam upaya menunjukkan suatu
molekul bisa melakukan reaksi dengan antibodi atau pun sel T yang sudah melalui
proses disensitasi. Antigen sendiri tersusun oleh epitop dan juga paratop. Epitop
atau sering disebut dengan determinan merupakan suatu bagian dari antigen yang
memiliki peran sebagai pengenal atau bisa juga sebagai penginduksi dalam proses
pembentukan antibodi. Sedangkan paratop merupakan suatu bagian dari antibodi
yang bisa membantu melakukan pengikatan terhadap epitop.
Sel limfosit B akan melakukan proses pengidentifikasian terlebih dahulu
terhadap antigen merupakan fungsi dari antibodi. Sel limfosit B juga mengalami
proses replikasi dengan sangat cepat sehingga akan menciptakan sebagian besar
sel yang biasanya disebut sebagai sel B plasma. Pada sel B plasma akan
menciptakan antibodi yang mempunyai sifat spesifik dengan satu jenis dari
antigen dan nantinya akan melakukan proses pelepasan ke bagian dalam sistem
sirkulasi yang ada pada tubuh.

3. Reaksi Antigen dan Antibodi


Reaksi antara antigen dan antibodi bekerja seperti mekanisme kunci. Dalam
reaksi ini, epitop antigen bereaksi dengan paratopes antibodi membentuk antigen-
antibodi kompleks. Meskipun hal ini sangat spesifik, mereka melakukannya
melalui salah satu dari langkah-langkah berikut ini:
a. Aglutinasi
Proses ini bekerja dengan cara antibodi dan antigen bersatu yang
kemudian dihancurkan oleh fagosit.
b. Presipitasi
Proses ini bekerja dengan cara antigen larut dan dihancurkan oleh fagosit.
c. Opsonisasi
Proses ini bekerja dengan cara antibodi yang dilapisi di permukaan
mikroba setelah antigen di kunci dalam ini membuatnya lebih rentan
terhadap fagositosis.
d. Netralisasi
Proses ini bekerja dengan cara antibodi menghadang atau menetralkan
bahan kimia berbahaya yang dihasilkan oleh antigen. Ini kemudian
dihancurkan lagi oleh fagositosis.

12
e. Aktivasi komplemen
Proses ini bekerja setelah mekanisme kunci telah cocok sempurna, dengan
demikian antigen maupun antibodi akan mati dan dimakan oleh fagosit.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh bayi membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu.
Antigen merupakan kuman berbahaya dimana ia adalah patogen atau bisa juga
ia merupakan produk yang berasal dari kuman tadi. Tidak hanya itu, patogen atau
zat asing lainnya yang bertindak seperti ancaman dan dapat mengganggu fungsi
normal tubuh kita di sebut antigen.
Antibodi merupakan bahan dasar dari pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Dengan mengukur konsentrasi antibodi yang spesifik pada individu dan populasi
akan memungkinkan kita untuk menentukan tingkat kerentanan dan ketahanan
seseorang terhadap infeksi oleh patogen tertentu

DAFTAR PUSTAKA

13
Maryunani, 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM

14

Anda mungkin juga menyukai