klinik) dan menentukan apakah ada kelainan pada jalan lahir yang
pervaginam
6. Pada saat inpartu, ibu Nampak ingin meneran dan digunakan untuk
II.
b. Teknik
lahir.
3. Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari
4. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat
servik.
1. Warna
2. Bau
berdasarkan stasion.
pelvimetri klinik :
tidak.
4. Mengukur distansiainterspinarum.
conjugatadiagonalis).
7. Menentukan jarak antara kedua tuberischiadica.
Referensi:
Hak Asasi Manusia dan Keadilan Gender” Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
1. KALA I
Tatalaksana
Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu
Jika ibu tampak gelisah/kesakitan:
• Biarkan ia berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika di tempat tidur
sarankan untuk miring kiri.
• Biarkan ia berjalan atau beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya
• Anjurkan suami atau keluarga memjiat punggung atau membasuh
muka ibu
• Ajari teknik bernapas
• Jaga privasi ibu. Gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan orang lain
tanpa seizin ibu.
• Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah buang air
kecil/besar
• Jaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi
baru lahir, suhu ruangan minimal 250C dan semua pintu serta jendela harus
tertutup.
• Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
• Sarankan ibu berkemih sesering mungkin.
• Pantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan partograf.
Selain kondisi di atas, ada beberapa tindakan yang sering dilakukan namun
sebenarnya tidak banyak membawa manfaat bahkan justru merugikan, sehingga
tidak dianjurkan melakukan hal-hal berikut:
• Kateterisasi kandung kemih rutin: dapat meningkatkan risiko infeksi saluran
kemih. Lakukan hanya jika ada indikasi.
• Posisi terlentang: dapat mengurangi detak jantung dan penurunan aliran
darah uterus sehingga kontraksi melemah
• Mendorong abdomen: menyakitkan bagi ibu, meningkatkan risiko ruptura
uteri
• Mengedan sebelum pembukaan serviks lengkap: dapat menyebabkan
edema dan/atau laserasi serviks
• Enema
• Pencukuran rambut pubis
• Membersihkan vagina dengan antiseptik selama persalinan
Segera hubungi dokter spesialis obstetri dan ginekologi jika bayi belum atau
tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (untuk primigravida)
atau 60 menit (1 jam) meneran (untuk multigravida). Jika dokter spesialis obstetri
dan ginekologi tidak ada, segera persiapkan rujukan.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Membantu Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala.
• Anjurkan ibu meneran sambil bernapas cepat dan dangkal.
20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi.
Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali pusat lewat
kepala bayi.
Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu gunting
di antaranya. Jangan lupa untuk tetap lindungi leher bayi.
Bila ada jawaban “TIDAK”, bayi mungkin mengalami asfiksia. Segera lakukan
resusitasi bayi baru lahir (lihat bab 3.3) sambil menghubungi dokter spesialis anak.
Bila dokter spesialis anak tidak ada, segera persiapkan rujukan
Pengisapan lendir jalan napas pada bayi tidak dilakukan secara rutin
26. Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir normal.
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
KECUALI BAGIAN TANGAN TANPA MEMBERSIHKAN
VERNIKS.
Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu
27. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam uterus
(hamil tunggal).
30. Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada
sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus,
lakukan sesegera mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat
ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem
pertama.
31. Potong dan ikat tali pusat.
Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian
gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil lindungi perut bayi).
Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua
menggunakan simpul kunci.
Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.
Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan/ bahan apapun ke
puntung tali pusat
32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan
bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi
berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara
ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada
kepala bayi.
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas
simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati, seperti
gambar berikut, untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk menstimulasi puting susu.
Bila menemukan tanda bahaya, hubungi dokter spesialis anak. Bila dokter
spesialis anak tidak ada, segera persiapkan rujukan
45. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis
B di paha kanan anterolateral bayi.
• Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan.
• Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil
menyusu.
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pecegahan perdarahan pervaginam:
• Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.
• Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalin.
• Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin.
• Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika uterus
tidak berkontraksi dengan baik.
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi,
mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus memanggil bantuan
medis.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascasalin.
• Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pascasalin.
• Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,50C).
• Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga minimal
24 jam setelah suhu stabil.
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman.
• Bantu ibu memberikan ASI.
• Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih.
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV.
Catatan: Pastikan ibu sudah bisa buang air kecil setelah asuhan persalinan
selesai.
39. AMNIOTOMI
1. Episiotomi
A. Anatomi dan persyarafan perineum
Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terletak
antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta
diafragma pelvis. Diafragma urogenitalis terletak menyilang arkus pubis diatas
fascia superfisialis perinei dan terdiri dari otot-otot transversus perinealis
profunda. Diafragma pelvis dibentuk oleh otot-otot koksigis dan levator ani yang
terdiri dari 3 otot penting yaitu: m.puborektalis, m.pubokoksigis, dan
m.iliokoksigis. Susunan otot tersebut merupakan penyangga dari struktur pelvis,
diantaranya lewat urethra, vagina dan rektum.
Perineum berbatas sebagai berikut:
1. Ligamentum arkuata dibagian depan tengah.
2. Arkus iskiopubik dan tuber iskii dibagian lateral depan.
3. Ligamentum sakrotuberosum dibagian lateral belakang.
4. Tulang koksigis dibagian belakang tengah.
Perineal body merupakan struktur perineum yang terdiri dari tendon dan
sebagai tempat bertemunya serabut-serabut otot tersebut diatas.
Persyarafan perineum berasal dari segmen sakral 2,3,4 dari sumsum
tulang belakang (spinal cord) yang bergabung membentuk nervus pudendus.
Syaraf ini meninggalkan pelvis melalui foramen sciatic mayor dan melalui
lateral ligamentum sakrospinosum, kembali memasuki pelvis melalui
foramen sciatic minor dan kemudian lewat sepanjang dinding samping fossa
iliorektal dalam suatu ruang fasial yang disebut kanalis Alcock. Begitu
memasuki kanalis Alcock, n. pudendus terbagi menjadi 3 bagian / cabang
utama, yaitu: n. hemorrhoidalis inferior diregio anal, n. perinealis yang juga
membagi diri menjadi n. labialis posterior dan n. perinealis profunda ke
bagian anterior dari dasar pelvis dan diafragma urogenital; dan cabang ketiga
adalah n. dorsalis klitoris.
Perdarahan ke perineum sama dengan perjalanan syaraf yaitu berasal dari
arteri pudenda interna yang juga melalui kanalis Alcock dan terbagi menjadi
a. hemorrhoidalis inferior, a. perinealis dan a. dorsalis klitoris.
B. Definisi 1,5
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum.
Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang lebih hebat pada
jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau
elastisitas jaringan tersebut. Pertimbangan untuk melakukan episiotomi harus
mengacu kepada pertimbangan klinik yang tepat dan teknik yang paling sesuai
dengan kondisi yang dihadapi. Tujuan episiotomi adalah menyatukan kembali
jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
C. Indikasi 2
Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu
maupun pihak janin.
1. Indikasi janin
a. Sewaktu melahirkan janin prematur.
Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya trauma yang
berlebihan pada kepala janin.
b. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan janin
dengan ekstraksi cunam, ekstraksi vakum dan janin besar.
2. Indikasi ibu
Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga
ditakuti akan terjadi robekan perineum, misalnya pada primipara,
persalinan sungsang, persalinan dengan ekstraksi cunam,
ekstraksi vakum dan anak besar.
Meskipun episiotomi rutin sering dilakukan di masa lalu (karena
para penolong persalinan percaya bahwa dengan melakukan
episiotomi akan mencegah penyulit dan infeksi, serta lukanya
akan sembuh dengan baik daripada robekan spontan, tetapi
belum ada bukti yang mendukung hal tersebut
Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena dapat
menyebabkan :
a. Meningkatnya jumlah darah yang hilang dan risiko hematoma.
b. Sering meluas menjadi laserasi derajat tiga atau empat
dibandingkan dengan laserasi derajat tiga atau empat yang
terjadi tanpa episiotomi.
c. Meningkatnya nyeri pasca persalinan.
d. Meningkatnya risiko infeksi
D. Kontra Indikasi 2
Kontra indikasi episiotomi antara lain adalah:
a. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
b. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti
penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada
vulva dan vagina.
E. Jenis-Jenis 2,3
Berdasarkan lokasi sayatan episiotomi terdiri dari :
a. Episiotomi medialis
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura lurus ke bawah tetapi tidak
sampai mengenai serabut sfingterani.
Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:
Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena
merupakan daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.
Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali
lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.
Kerugiannya adalah dapat terjadi ruptur perinei tingkat III inkomplet
(laserasi m.sfingter ani) atau komplet (laserasi dinding rektum).
b. Episiotomi mediolateralis
Sayatan ini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju
arah belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan
kearah kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang
yang melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4 cm.
Sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk
mencegah ruptura perinei tingkat III. Perdarahan luka lebih
banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh
darahnya. Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan
luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa
sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.
3. Episiotomi lateralis
Sayatan ini dilakukan kearah lateral mulai dari angka 3 atau 9 sesuai
dengan arah jarum jam.
Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi, oleh karena banyak
menimbulkan komplikasi. Luka sayatan dapat melebar ke arah dimana
terdapat pembuluh darah pudendal interna, sehingga dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadi
dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.
4. Insisi Schuchardt.
Jenis ini merupakan variasi dari episiotomi mediolateralis, tetapi
sayatannya melengkung ke arah bawah lateral, melingkari rektum,
serta sayatannya lebih lebar.
G. Komplikasi
Episiotomi dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, pembengkakan, memar
atau terinfeksi. Hal ini juga dapat terjadi jika sayatan meluas ke rektum atau
luka episiotomi tidak dijahit kembali bersama-sama dengan baik.
Hindari hubungan seksual selama beberapa minggu sampai episiotomi
benar-benar sembuh. Dalam beberapa kasus, mungkin anda akan merasakan
sesuatu yang menyakitkan ketika berhubungan seksual bahkan setelah sayatan
episiotomi telah sepenuhnya sembuh.
EPISIOTOMI
Anestesi Lokal
Jelaskan pada ibu tentang apa yang akan dilakukan dan bantulah agar ibu
merasa tenang
Pasanglah jarum no.22 pada semprit 10 ml, kemudian isi semprit dengan
bahan anestesi (lidokain HCl 1% atau Xilokain 10 mg/ml)
Letakkan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) di antara kepala dan janin dan
perineum. Masuknya bahan anestesi (secara tidak sengaja) ke dalam
sirkulasi bayi, dapat menimbulkan akibat fatal, oleh sebab itu gunakan jari-
jari penolong sebagai pelindung kepala bayi.
Arahkan jarum dengan membuat sudut 450 ke sebelah kiri(atau kanan) garis
tengah perineum. Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa ujung jarum
tidak memasuki pembuluh darah (terlihat cairan darah dalam semprit).
(Intravasasi bahan anestesi lokal kedalam pembuluh darah, dapat
menyebabkan syok pada ibu)
Tunggu 1-2 menit agar efek anestesi bekerja maksimal, sebelum episiotomi
dilakukan.
-Penipisan dan peregangan perineum berperan sebagai anestesi alamiah.
-Apabila kepala bayi menjelang ke luar, lakukan episiotomi dengan segera.
* Jika kepala janin tidak segera lahir, tekan insisi episiotomi di antara his
sebagai upaya untuk mengurangi perdarahan.
* Jika selama melakukan penjahitan robekan vagina dan perineum, ibu
masih merasakan nyeri, tambahkan 10 ml lidokain 1% pada daerah nyeri
* Penyuntikan sambil menarik mundur, bertujuan untuk mencegah
akumulasi bahan anestesi hanya pada satu tempat dan mengurangi
kemungkinan penyuntikan ke dalam pembuluh darah.
Tindakan Episiotomi
Letakkan jari telunjuk dan tengah di antara kepala bayi dan perineum,
searah dengan rencana sayatan.
Tunggu fase acme (Puncak His) kemudian selipkan gunting dalam keadaan
terbuka di antara telunjuk dan tengah.
Atur posisi penolong sehingga dapat bekerja dengan leluasa dan aman dari
cemaran.
Telusuri daerah luka menggunakan jari tangan dan tentukan secara jelas
batas luka. Lakukan jahitan pertama kira-kira 1 cm di atas ujung luka di
dalam vagina. Ikat dan potong salah satu ujung dari benang dengan
menyisakan benang kurang lebih 0,5 cm.
Lanjutkan jahitan jelujur dengan jerat pada lapisan subkutis dan otot
sampai ujung luar luka (pastikan setiap jahitan pada ke dua sisi memiliki
ukuran yang sama dan lapisan otot tertutup dengan baik).
Setelah mencapai ujung luka, balikkan arah jarum ke lumen vagina dan
mulailah merapatkan kulit perineum dengan jaitan subkutikuler.
Ikat benang yang dikeluarkan dengan benang pada klem dengan simpul
kunci.
Tutup jahitan luka episiotomi dengan kasa yang dibubuhi cairan antiseptik.
PENCEGAHAN INFEKSI PASCA TINDAKAN
Kumpulkan dan masukkan instrumen kedalam wadah yang berisi khlorin
0,5%
Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan dalam status pasien
Pendahuluan
Diperkirakan 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk bernapas pada
saat lahir dan 1% saja yang membutuhkan resusitasi yang ekstensif. Penilaian awal
saat lahir harus dilakukan pada semua bayi. Penilaian awal itu ialah: apakah bayi
cukup bulan, apakah bayi menangis atau bernapas, dan apakah tonus otot bayi baik.
Jika bayi lahir cukup bulan, menangis, dan tonus ototnya baik, bayi dikeringkan
dan Dipertahankan tetap hangat. Hal ini dilakukan dengan bayi berbaring di dada
ibunya dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi yang tidak memenuhi kriteria
tersebut, dinilai untuk dilakukan satu atau lebih tindakan secara berurutan di bawah
ini:
A. Langkah awal stabilisasi (memberikan kehangatan, membersihkan jalan
B. Ventilasi
C. Kompresi dada
Diberikan waktu kira-kira 60 detik (the Golden Minute) untuk melengkapi langkah
langkah berikut didasarkan pada penilaian simultan dua tanda vital yaitu
pernapasan dan frekuensi denyut jantung. Setelah ventilasi tekanan positif (VTP)
atau setelah pemberian oksigen tambahan, penilaian dilakukan pada tiga hal yaitu
Setelah publikasi tahun 2005, telah diidentifikasi beberapa kontroversi dan pada
tahun 2010 dibuat kesepakatan. Berikut ini adalah rekomendasi utama untuk
resusitasi neonatus:
Penilaian setelah langkah awal ditentukan oleh penilaian simultan dua tanda
diandalkan.
Untuk bayi yang lahir cukup bulan sebaiknya resusitasi dilakukan dengan
oksimetri.
Bukti yang ada tidak cukup mendukung atau menolak dilakukannya
pengisapan trakea secara rutin pada bayi dengan air ketuban bercampur
mekonium, bahkan pada bayi dalam keadaan depresi (lihat keterangan pada
Langkah Awal).
Rasio kompresi dada dan ventilasi tetap 3:1 untuk neonatus kecuali jika
diketahui adanya penyebab jantung. Pada kasus ini rasio lebih besar dapat
dipertimbangkan.
Terapi hipotermia dipertimbangkan untuk bayi yang lahir cukup bulan atau
ensefalopati hipoksik iskemik sedang atau berat, dengan protokol dan tindak
Penjepitan talipusat harus ditunda sedikitnya sampai satu menit untuk bayi
memerlukan resusitasi.
Langkah Awal
tengadah untuk membuka jalan napas, membersihkan jalan napas jika perlu,
Pengisapan langsung segera setelah lahir tidak dilakukan secara rutin, tetapi
hanya dilakukan bagi bayi yang mengalami obstruksi napas dan yang
memerlukan VTP.
pengisapan rutin pada bayi dengan ketuban bercampur mekonium dan bayi
tidak bugar atau depresi. Tanpa penelitian (RCT), saat ini tidak cukup data
dengan pewarnaan mekonium yang tidak bugar. Namun, jika usaha intubasi
perlu waktu lama dan/atau tidak berhasil, ventilasi dengan balon dan
karena adanya bukti bahwa baik kekurangan ataupun kelebihan oksigen dapat
merusak bayi. Persentil oksigen berdasarkan waktu dapat dilihat pada gambar
algoritma.
Resusitasi diantisipasi
Sianosis menetap
atau oksigen campuran (blended oxygen) dan dilakukan titrasi konsentrasi oksigen
untuk mencapai SpO2 sesuai target. Jika oksigen campuran tidak tersedia, resusitasi
dimulai dengan udara kamar. Jika bayi bradikardia (kurang dari 60 per menit)
Jika bayi tetap apnu atau megap-megap, atau jika frekuensi denyut jantung
kurang dari 100 per menit setelah langkah awal resusitasi, VTP dimulai.
menit untuk mencapai dan mempertahankan frekuensi denyut jantung lebih dari
100 per menit. Penilaian ventilasi awal yang adekuat ialah perbaikan cepat dari
pressure (CPAP) pada bayi yang bernapas spontan tetapi mengalami kesulitan
setelah lahir. Penggunaan CPAP ini baru diteliti pada bayi prematur. Untuk bayi
cukup bulan dengan gawat napas, tidak ada cukup bukti untuk mendukung atau
Alat untuk melakukan VTP untuk resusitasi neonatus adalah Balon Tidak
dipertimbangkan jika ventilasi dengan balon sungkup tidak berhasil dan intubasi
endotrakeal tidak berhasil atau tidak mungkin. LMA belum diteliti untuk digunakan
pada kasus air ketuban bercampur mekonium, pada kompresi dada, atau untuk
Pengisapan endotrakeal awal dari bayi dengan mekonium dan tidak bugar.
lama.
Untuk situasi khusus seperti hernia diafragmatika kongenital atau bayi berat
Kompresi dada
Indikasi kompresi dada ialah jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per
menit setelah ventilasi adekuat dengan oksigen selama 30 detik. Untuk neonatus,
oksigenasi harus dinilai secara periodik dan kompresi – ventilasi tetap dilakukan
sampai frekuensi denyut jantung sama atau lebih dari 60 per menit.
Medikasi
Obat-obatan jarang digunakan pada resusitasi bayi baru lahir. Namun, jika
frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per menit walaupun telah diberikan
ventilasi adekuat dengan oksigen 100% dan kompresi dada, pemberian epinefrin
intrvena 0,01 – 0,03 mg/kg. Dosis endotrakeal 0,05 – 1,0 mg/kg dapat
dipertimbangkan sambil menunggu akses vena didapat, tetapi efektifitas cara ini
Pengembang volume
kehilangan darah dan frekuensi denyut jantung bayi tidak menunjukkan respon
adekuat terhadap upaya resusitasi lain. Kristaloid isotonik atau darah dapat
mempunyai risiko untuk perburukan kembali. Oleh karena itu setelah ventilasi dan
sirkulasi adekuat tercapai, bayi harus diawasi ketat dan antisipasi jika terjadi
gangguan.
Nalokson
Glukosa
Bayi baru lahir dengan kadar glukosa rendah mempunyai risiko yang
meningkat untuk terjadinya perlukaan (injury) otak dan akibat buruk setelah
kehamilan 36 minggu atau lebih, dengan ensefalopatia hipoksik iskemik sedang dan
neurologik yang lebih rendah pada bayi yang diberi terapi hipotermia dibanding
bayi yang tidak diberi terapi hipotermia. Penggunaan cara ini harus menuruti
Penghentian resusitasi
e287.
Pendahuluan
denyut jantung, respons refleks, tonus otot / keaktifan, dan pernapasan). Alat
bantuhafal ini diperkenalkan pada tahun 1963 oleh dokter anak Dr. Joseph
Butterfield. Akronim yang sama juga digunakan di Jerman, Spanyol, dan Perancis.
Record. Tes ini juga telah direformulasikan dengan singkatan yang berbeda “How
Ready Is This Child”, dengan kriteria yang pada dasarnya sama: Heart rate,
Respirotary effort, Irritability, Tone, dan Color (denyut nadi, pernapasan, reaksi
kesehatan neonatus dalam 1 sapai 5 menit setelah lahir. Penilaian menit pertama
prognosa
Sesaat setelah bayi lahir, penolong persalinan biasanya langsung melakukan
Skor Apgar biasanya dinilai pada menit pertama kelahiran dan biasanya
diulang pada menit kelima. Dalam situasi tertentu, Skor Apgar juga dinilai pada
Tanda-tanda 0 1 2
A:Appreance Pucat atau Biru Tubuh Merah Seluruh Tubuh
(warna kulit) Merah
P: Pulse Tak ada <100x/menit >100x/menit
(frekuensi jantung) detak jantung Lemah dan Detak jantung
Lamban kuat
G:Gremace Tidak ada respon Menyeringai atau Menangis
(Reaksi thdp Kecut
rangsang)
A: Activity (Tonus Tidak ada Ada sedikit Seluruh
otot) gerakan ekstermitas
bergerak aktif
R: Respiratori Tidak ada Pernapasan Menangis Kuat
perlahan, Bayi
terdengar marah
Klasifikasi Klinik
tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas
dengan suction, atau pemberian oksigen untuk membantunya bernapas. Biasanya
jika tindakan ini berhasil, keadaan bayi akan membaik dan Skor Apgar pada menit
Jika nilai skor Apgar antara 0 - 3, diperlukan tindakan medis yang lebih
intensif lagi.
Perlu diketahui, Skor Apgar hanyalah sebuah tes yang didisain untuk
menilai keadaan bayi secara menyeluruh, sehingga dapat ditentukan secara cepat
apakah seorang bayi memerlukan tindakan medis segera. Skor Apgar bukanlah
patokan untuk memperkirakan kesehatan dan kecerdasan bayi dimasa yang akan
datang.
Bayi dengan hasil total 7 atau lebih pada menit pertama setelah lahir, secara
umum berada pada keadaan sehat. Bukan berarti skor yang rendah menunjukkan
bahwa anak tidak sehat atau tidak normal. Hasil yang rendah dalam penilaian itu,
Pada menit ke-5 setelah lahir, penilaian kembali dilakukan, dan jika skor
bayi tidak naik hingga nilai 7 atau lebih dan berdasarkan pertimbangan lainnya dari
keadaan bayi maka dokter dan perawat akan melanjutkan tindakan medis yang perlu
untuk dilakukan dan pemantauan intensif. Beberapa bayi yang lahir dengan masalah
pada organ jantung dan paru-paru akan membutuhkan tindakan medis lanjutan,
Penting bagi orang tua yang baru memiliki bayi untuk mengetahui nilai
Apgar. Penilaian ini dibuat untuk menolong tenaga kesehatan dalam mengkaji
kondisi secara umum bayi baru lahir dan memutuskan untuk melakukan tindakan
darurat atau tidak. Penilaian ini bukan ditujukan sebagai prediksi terhadap
Beberapa bayi dapat mencapai angka 10,dan tidak jarang, bayi yang sehat memiliki
skor yang lebih rendah dari biasanya, terutama pada menit pertama saat baru lahir.
Perlu diingat bahwa skor Apgar agak rendah (terutama pada menit pertama)
adalah normal pada beberapa bayi baru lahir, terutama bayi yang lahir dari ibu hamil
dengan risiko tinggi, lahir melalui proses operasi cesar, atau ibu yang memiliki
komplikasi selama kehamilan maupun proses persalinan. Skor Apgar yang rendah
juga bisa terjadi pada bayi prematur, dimana kemampuan untuk menggerakkan
otot/alat gerak lebih rendah daripada bayi cukup bulan. Bayi prematur dalam kasus
Jika dokter atau tenaga kesehatan peduli terhadap penilaian bayi, maka
mereka akan memberitahukan dan menjelaskan kondisi bayi, apa yang mungkin
menjadi penyebab masalah, dan penanganan apa yang akandiberikan. Yang paling
penting, sebagian besar bayi melakukan penyesuaian dengan baik maka tetap
Pertolongan Yang Mungkin Dilakukan Jika nilai APGAR 4-6 maka dapat
2. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi
lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus lebih sedikit
tengadah ke belakang.
3. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
4. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis.
Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan
paru).
5. Alat penghisap lendir mulut (DeLee) atau alat penghisap lainnya yang steril,
8. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus
9. Dokter atau tenaga medis lain hendaknya melakukan resusitasi setelah satu
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Pediatrics, Committee on Fetus and Newborn,
pada bayi tersebut selama bayi pertamanya setelah kelahiran.Sebagian besar bayi
yang baru lahir akan menunjukkan usahapernafasan spontan dengan sedikit bantuan
atau gangguan. Aspek-aspek penting dari kajian segera bayi baru lahir :
setiap15 menit.
2. Kont ak di n i d engan ba yi
bayibaru lahir.
untukmenyusu.
lahir kadar gula darah tali pusat akanmenurun, energi tambahan yang
lingkungan yang >rendah dari suhu di dalam rahim. Apabila bayi dibiarkan
O2punmeningkat.
pernafasanpertama.
CO2merangsangkemoreseptor karohd.
gerakan pinafasa.
inverior dan foramen oval atrium kiri terhenti sirkulasi darah bayisekarang
mulai berfungsi.
dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayirendah atau bayi tampak tidak
perawatan tali pusat. Bayi ditempatkan di atas tempat tidur yanghangat. Maksud
persalinan, dan kelahiran, misalnya;bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes
bawaan pada bayi.Oleh karena itu, pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir ini
harussegera dilakukan. Hal ini ditujukan untuk menetapkan keadaan bayi danuntuk
menetapkan apakah seorang bayi dapat dirawat gabung atau ditempat khusus.
Dengan pemeriksaan pertama ini juga bisa menentukan pemeriksaan dan terapi
selanjutnya.
dan kelambatan sirkulasi perifer ditampakan oleh warna merah tua atau biru
tidak berbahaya.
talipusat, warna dan besar tali pusat, hernia di pusat atau di selangkang.
talipesdan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Pustaka, Jakarta.
Jakarta:EGC. 2009.
Pengukuran tinggi fundus uteri mulai dari batas atas symfisis dan
disesuaikan dengan hari pertama haid terakhir. Tinggi fundus uteri diukur pada
kehamilan >12 minggu karena pada usia kehamilan ini uterus dapat diraba dari
dinding perut dan untuk kehamilan > 24 minggu dianjurkan mengukur dengan pita
meter. Tinggi fundus uteri dapat menentukan ukuran kehamilan. Bila tinggi fundus
abdomen, pada pemeriksaan palpasi ini ada cara menurut Leopold (yang sering) I,
II, III, IV dan atau cara Kenebel, Budin dan Ahfeld. Biasanya bila dilakukan
pemeriksaan tinggi fundus uteri dengan cara Leopold I diteruskan dengan Leopold
II, III, dan IV sekaligus perabaan gerakan janin dan pemeriksaan auskultasi untuk
mendengarkan denyut jantung janin. Tujuan utama dari pemeriksaan ini adalah
untuk mengetahui pertumbuhan janin dengan menilai besarnya tinggi fundus uteri
yang tidak sesuai dengan usia kehamilan, atau penilaian terhadap janin yang
tumbuh terlalu besar sehingga tinggi fundus uteri yang terlalu besar seperti pada
kehamilan ganda.
Berat badan janin = (Tinggi Fundus Uteri – 13) x 155 gram: untuk kepala janin
Berat badan janin = (Tinggi Fundus Uteri – 12) x 155 gram: untuk kepala janin
yang
yang
Pengukuran tinggi fundus uteri juga dapat dilakukan pada posisi ibu tidur
terlentang, ibu diminta untuk berkemih sehingga kandungan kemih dalam keadaan
PENDAHULUAN
disebabkan karena kemampuan sistem organ yang terbatas mendapat beban lebih
tersebut, perlakuan khusus dan pengawasan yang adekuat harus diberikan kepada
terhadap semua keadaan yang mungkin mengancam jiwa ibu dan/atau janin. Dari
semua keadaan tersebut, penyebab terbesar kematian ibu setiap tahunnya adalah
dikatakan setiap wanita meninggal tiap menitnya saat melahirkan, dimana 24%
disebabkan karena pendarahan berat. Sekitar 529.000 wanita meninggal saat hamil
setiap tahunnya dan hampir semuanya (99%) terjadi pada negara berkembang. 40%
kematian karena pendarahan post-partum terjadi pada 24 jam pertama dan 66%
wanita meninggal saat hamil setiap tahunnya dan hampir semuanya (99%) terjadi
Faktor Resiko
tersebut biasa disebut dengan “Four Ts”. Faktor resiko lainnya berupa kala 3 yang
faktor resiko.
post-partum dan komplikasi pada 1 disetiap 20 proses melahirkan. Atonia uteri bisa
makrosomia), kelelahan (proses melahirkan yang lama), atau tidak bisa kontraksi
karena tokolitik atau anastesia general. Trauma berupa laserasi dan hematum karena
seiring waktu dan hemostasis. Kebanyakan kasusnya minor, tetapi beberapa kasus
abnormal dapat menyebabkan pendarahan masif dan bersama dengan atonia uteri
disebabkan karena umur ibu yang lanjut, paritas yang tinggi, adanya riwayat
invasive plasenta atau melahirkan secara seksio, dan plasenta previa (terutama
Diagnosis
dianggap melebihi batas normal. Tanda dan gejala klinis dari kehilangan darah
of Anaesthesia. 2009