Anda di halaman 1dari 10

Fraktur Tertutup Femur Dextra Sepertiga Distal

Abstrak

Fraktur tulang adalah keadaan di mana terjadi disintegritas tulang atau patahan pada
kontinuitas struktur tulang berupa retakan, pengisutan ataupun patahan yang lengkap dengan
fragmen tulang bergeser. Fraktur dapat dibedakan dan diklasifikasikan berdasarkan hubungan
tulang dengan jaringan di sekitarnya menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuka selain dapat
dibedakan berdasarkan bentuk patahan tulang. Antara gejala klasik fraktur adalah riwayat trauma,
rasa nyeri, bengkak, deformitas dan gangguan fungsi muskuloskeletal pada bagian yang terlibat.
Komplikasi fraktur termasuk sindrom emboli lemak, sindrom kompartemen, nekrosis avaskular,
dan osteomyelitis. Pada fraktur tertutup, penatalaksanaan yang utama adalah reposisi dan
immobilisasi.

Kata kunci: fraktur, fraktur tertutup, reposisi, immobilisasi

Abstract

A bone fracture is a medical condition in which there is a break in the community of the
bone. Fractures can occur in any bone in the body. Fractures can be classified into closed
fracture and open fracture, depending on whether or not the fractured bones make any contact
with the outer surroundings. Among the classical signs of fracture are pain, swelling and
deformities especially at around the affected area. The complications of bone fracture include
fatty emboli syndrome, compartment syndrome, avascular necrosis dan osteomyelitis. The most
important therapy for closed bone fracture includes reposition and immobilisation of the
fractured bone.

Keywords: fracture, closed fracture, reposition, immobilisation

1
Pendahuluan

Fraktur adalah keadaan di mana terjadi disintegritas tulang atau patahan pada kontinuitas
struktur tulang berupa retakan, pengisutan ataupun patahan yang lengkap dengan fragmen tulang
bergeser. Penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses
degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur. Fraktur dapat terjadi di semua
bagian tulang pada tubuh, seperti os femur. Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang
femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung; kecelakaan lalu lintas dan jatuh dari ketinggian.
Antara hal yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur adalah trauma atau peristiwa kekerasan
dan keadaan patologis. Pada saat pasien datang dengan adanya fraktur pada bagian di tubuh
badannya, diagnosis dapat dipastikan dengan melakukan anamnesis singkat yang rinci dan
disertai dengan pemeriksaan fisik dan penunjang yang dapat mendukung diagnosis agar dapat
dilakukan penatalaksanaan yang sesuai dan efektif. 1

Makalah ini akan membahas tentang penyebab terjadinya fraktur, klasifikasi fraktur
berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan di sekitarnya dan bentuk patahan tulang, gejala –
gejala fraktur, komplikasi dan penanganannya .

Anamnesis dan Pemeriksaan

Pada anamnesis ditanyakan mengenai riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan
kejadian lain yang berhubungan dengan cedera tersebut, riwayat cedera atau fraktur sebelumnya,
riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat – obatan yang diambil pasien, riwayat alergi dan riwayat
penyakit lain. Pada umumnya sewaktu pemeriksaan fisik dilakukan tiga hal penting, yaitu
inspeksi (look) diperhatikan ada atau tidak deformitas , palpasi (feel) pada daerah ekstremitas
tempat fraktur tersebut, dan gerakan (move) untuk menilai ada atau tidak keterbatasan pada
pergerakan sendi yang berdekatan dengan lokasi fraktur. 2

Seorang laki – laki, 18 tahun, dibawa ke UGD RS dengan keluhan sakit pada kaki
kanannya setelah mengalami kecelakaan sepeda motor satu jam yang lalu. Laki – laki tersebut
mengalami kesakitan pada tungkai atas kanan sendi lutut. Laki – laki tersebut tidak dapat berdiri
dan merasa kesakitan ketika berusaha mengangkat pahanya. Pada pemeriksaan fisik, didapati
tanda – tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan suhu tubuh berada dalam
batas normal. Pada regio femur dextra sepertiga distal tampak edema, hematom, deformitas,
krepitasi (+), nyeri tekan (+), pulsasi distal teraba dan tidak melemah, dan gerakan tungkai
terbatas.

2
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain laboratorium meliputi darah rutin,
faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa Pemeriksaan radiologis untuk
lokasi fraktur harus menurut rule of two: dua gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral, memuat
dua sendi di proksimal dan distal fraktur, memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu
ekstremitas yang cedera dan yang tidak terkena cedera (pada anak) dan dua kali, yaitu sebelum
tindakan dan sesudah tindakan. 2

Pengertian Fraktur

Fraktur adalah keadaan di mana terjadi disintegritas tulang, penyebab terbanyak adalah
insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap
kejadian fraktur. Fraktur juga dapat diertikan sebagai suatu patahan pada kontinuitas struktur
tulang berupa retakan, pengisutan ataupun patahan yang lengkap dengan fragmen tulang bergeser.
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma
langsung; kecelakaan lalu lintas dan jatuh dari ketinggian. Patah pada daerah ni dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok. 1

Etiologi

Antara hal yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur adalah peristiwa trauma atau
kekerasan. Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya kekerasan
itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang akan patah tepat di tempat
terjadinya benturan.1 Patah tulang demikian sering bersifat terbuka, dengan garis patah melintang
atau mengiring. Kekerasan tidak langsung pula menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh
dari tempat terjadinya kekerasan, terutama bagian yang paling lemah dalam hantaran vector
kekerasan. Sebagai contoh, apabila seseorang terjatuh dari ketinggian dengan tumit kaki terlebih
dahulu, akan terjadi patahan pada tulang tumit dan juga os tibia dengan kemungkinan turut
mengalami kepatahan pada tulang paha dan tulang belakang. Demikian pula apabila terjatuh
dengan telapak tangan sebagai penyangga dapat menyebabkan patah pergelangan tangan dan
tulang lengan bawah. Kekerasan akibat tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah
tulang. Patah tulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi. 1 – 2

Keadaan patologis seperti kelelahan atau stress fraktur dan kelemahan pada tulang juga
dapat menyebabkan fraktur. Fraktur terjadi akibat kelelahan apabila seseorang melakukan
aktivitas berulang – ulang atau menambah tingkat aktivitas yang lebih berat dari biasanya
menyebabkan tulang mengalami perubahan struktural. Fraktur akibat kelemahan tulang dapat
terjadi disebabkan oleh tekanan yang normal karena lemahnya suatu tulang akibat penyakit
3
infeksi, penyakit metabolisme tulang seperti osteoporosis dan tumor pada tulang. Tekanan yang
paling kecil saja dapat menyebabkan terjadinya fraktur pada daerah tulang yang rapuh. 1

Klasifikasi Fraktur

Fraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan di


sekitarnya dan bentuk patahan tulang. 1

Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan di sekitarnya, fraktur dapat dibagi menjadi
fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Pada fraktur tertutup atau closed fracture, tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Pada fraktur terbuka atau open fracture,
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.
Fraktur terbuka dapat terbagi atas tiga derajat seperti yang terdapat pada tabel No. 1 berikut. 1, 3

Tabel No 1. Derajat pada Fraktur Terbuka1

Derajat Deskripsi
I i. Luka < 1 cm
ii. Kerusakan jaringan lunak sedikit dan tiada tanda luka remuk
iii. Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau komunitif ringan
iv. Kontaminasi minimal
II i. Luka > 1 cm
ii. Kerusakan jaringan lunak tetapi tidak luas dan terdapat avulse
iii. Fraktur komunitif sedang
iv. Kontaminasi sedang
III (A) i. Luka > 10 cm
ii. Fraktur sangat kominutif
iii. Otot banyak rusak
iv. Kulit masih dapat menutup luka
III (B) i. Kehilangan jaringan lunak
ii. Fraktur tulang terpapar / komunitif massif
iii. Kulit tidak dapat menutup luka
III (C) i. Luka pada pembuluh arteri atau saraf perifer

4
Gambar 1. Gambaran Fraktur Terbuka dan Fraktur Tertutup 1

Fraktur juga dapat terbagi berdasarkan bentuk patahan tulang. Fraktur transversal adalah
fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjag tulang atau bentuknya melintang
dari tulang dan kebiasaannya mudah dikontrol dengan pembidaian gips. Fraktur spiral pula
adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi ekstremitas atau pada
alat gerak dan hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak. Fraktur oblik adalah fraktur
yang memiliki patahan arahnya miring di mana garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang
dan fraktur segmental adalah dua fraktur yang terletak berdekatan pada satu tulang di mana
terdapat segmen tulang yang retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen dari
suplai darah. Fraktur komunitif mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya keutuhan jaringan
dengan lebih dari dua fragmen tulang. Greenstick fracture adalah fraktur tidak sempurna atau
garis patahnya tidak lengkap dimana korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga
periosterum. Fraktur jenis ini sering terjadi pada anak – anak. Fraktur impaksi adalah fraktur yang
terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada di antaranya, seperti pada satu
vertebra dengan dua vertebra lainnya. Terakhir adalah fraktur fissura, yaitu fraktur yang tidak
disertai perubahan letak tulang yang berarti; fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah
tindakan reduksi. 1,3-4

5
Gambar 2. Fraktur Berdasarkan Bentuk Patahan Tulang 1

Manifestasi Klinik

Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan bengkak di bagian
tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi), gangguan fungsi muskuloskeletal
akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan neurovaskuler. Apabila terdapat gejala –
gejala tersebut secara klinis diagmosis fraktur dapat ditegakkan walaupun jenis konfigurasinya
belum dapat ditentukan.1,5

Pada deformitas, daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya dan perubahan keseimbangan dan kontour terjadi seperti rotasi pemendekan tulang
dan penekanan tulang. Bengkak, yaitu edema yang muncul secara cepat dari lokasi dan
ekstravakuasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur. Gejala klinik yang lain
adalah spasme otot involuntir dekat fraktur, tenderness, kehilangan sensasi atau mati rasa yang
berkemungkinan terjadi akibat dari rusaknya saraf atau perdarahan, pergerakan abnormal atau
terbatas, dan nyeri yang mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya
dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan. 1,5-6

6
Komplikasi Fraktur

Komplikasi pertama adalah sindrom emboli lemak yang merupakan keadaan pulmonari
akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak
terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelembung lemak ini akan
melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh – pembuluh darah pulmonari
yang menyebabkan kesukaran bernafas. Gejala dari sindrom ini mencakup dyspnea, perubahan
dalam status mental, takikardi, demam dan ruam kulit petikie. 4-5

Kedua adalah compartment syndrome. Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan
jaringan dalam ruang tertutup di otot yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga
menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan seterusnya menyebabkan kerusakan pada
otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka dan rasa sakit
yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen. Komplikasi ini lebih
sering terjadi pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius dan ulna). 7

Seterusnya adalah nekrosis avaskular atau nekrosis aseptik yang dapat terjadi saat suplai
darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intraskapular femur, saat
kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Komplikasi ini
mencakup proses yang terjadi dalam periode yang lama, penderita mungkin tidak akan merasakan
gejalanya. 7

Komplikasi fraktur yang lain adalah osteomyelitis, yaitu infeksi dari jaringan tulang yang
mencakup sumsum dan korteks tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hematogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur
terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka
yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur dengan sindrom
kompartemen atau luka vaskuler memiliki risiko osteomyelitis yang lebih besar. 7

Penatalaksanaan

Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula
(reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi).
Pada anak-anak reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai keadaan sempurna seperti semula
karena tulang mempunyai kemampuan remodeling. Penatalaksanaan umum fraktur meliputi
menghilangkan rasa nyeri, menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur agar
terjadi penyatuan tulang kembali untuk mengembalikan fungsi seperti semula. 1

7
Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat dilakukan imobilisasi, (tidak menggerakkan
daerah fraktur) dan dapat diberikan obat penghilang nyeri. Teknik imobilisasi dapat dilakukan
dengan pembidaian atau gips. Bidai dan gips tidak dapat pempertahankan posisi dalam waktu
yang lama; diperlukan teknik seperti pemasangan traksi kontinu, fiksasi eksteral, atau fiksasi
internal. Imobilisasi yang lama akan menyebabkan mengecilnya otot dan kakunya sendi maka
diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin. 1 ,7
Beberapa penatalaksanaan fraktur secara ortopedi meliputi proteksi tanpa reposisi dan
imobilisasi, imobilisasi dengan fiksasi, reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan
imobilisasi, reposisi dengan traksi, reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar,
reposisi secara nonoperatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam pada tulang secara operatif,
reposisi secara operatif dikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan pemasangan fiksasi interna,
dan eksisi fragmen fraktur dan menggantinya dengan prosthesis.1
Proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi digunakan pada penanganan fraktur dengan
dislokasi fragmen patahan yang minimal atau dengan dislokasi yang tidak akan menyebabkan
kecacatan dikemudian hari. Contoh adalah pada fraktur kosta, fraktur klavikula pada anak-anak,
fraktur vertebrae dengan kompresi minimal. 7
Pada imobilisasi dengan fiksasi dilakukan imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap
memerlukan imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolaan
fraktur tungkai bawah tanpa dislokasi yang penting. 1,5
Tindakan reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi dilakukan pada
fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti seperti pada fraktur radius distal. Reposisi dengan
traksi dilakukan terus-menerus selama masa tertentu, misalnya beberapa minggu, kemudian
diikuti dengan imobilisasi. Tindakan ini dilakukan pada fraktur yang bila direposisi secara
manipulasi akan terdislokasi kembali dalam gips. Cara ini dilakukan pada fraktur dengan otot
yang kuat, misalnya fraktur femur. 5

Reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar dilakukan untuk fiksasi fragmen
patahan tulang, dimana digunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang, kemudian pin
baja tadi disatukan secara kokoh dengan batangan logam di kulit luar. Beberapa indikasi
pemasangan fiksasi luar antara lain fraktur dengan rusaknya jaringan lunak yang berat (termasuk
fraktur terbuka), dimana pemasangan internal fiksasi terlalu berisiko untuk terjadi infeksi, atau
diperlukannya akses berulang terhadap luka fraktur di sekitar sendi yang cocok untuk internal
fiksasi namun jaringan lunak terlalu bengkak untuk operasi yang aman, asien dengan cedera
multiple yang berat, fraktur tulang panggul dengan perdarahan hebat, atau yang terkait dengan
cedera kepala fraktur dengan infeksi. 7
8
Reposisi dilakukan secara non-operatif diikuti dengan pemasangan fiksator tulang secara
operatif, misalnya reposisi patah tulang pada fraktur kolum femur. Fragmen direposisi secara
non-operatif dengan meja traksi, setelah tereposisi, dilakukan pemasangan prosthesis secara
operatif pada kolum femur. 1

Reposisi secara operatif dikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan pemasangan fiksasi
interna dilakukan, misalnya pada fraktur femur, tibia, humerus, atau lengan bawah. Fiksasi
interna yang dipakai bisa berupa pen di dalam sumsum tulang panjang, bisa juga plat dengan
skrup di permukaan tulang. Keuntungan reposisi secara operatif adalah dapat dicapai reposisi
sempurna, dan bila dipasang fiksasi interna yang kokoh, sesudah operasi tidak diperlukan
pemasangan gips lagi dan segera bisa dilakukan imobilisasi. Indikasi pemasangan fiksasi interna
adalah fraktur tidak bisa di reduksi kecuali dengan operasi, fraktur yang tidak stabil dan
cenderung terjadi displacement kembali setelah reduksi fraktur dengan penyatuan yang buruk dan
perlahan (fraktur femoral neck), fraktur patologis, fraktur multiple dimana dengan reduksi dini
bisa meminimkan komplikasi, fraktur pada pasien dengan perawatan yang sulit (paraplegia,
pasien geriatri). Eksisi fragmen fraktur dan menggantinya dengan prosthesis dilakukan pada
fraktur kolum femur. Caput femur dibuang secara operatif dan diganti dengan prosthesis.
Tindakan ini diakukan pada orang tua yang patahan pada kolum femur tidak dapat menyambung
kembali. 1
Kesimpulan

Fraktur adalah keadaan di mana terjadi disintegritas tulang atau patahan pada kontinuitas
struktur tulang berupa retakan, pengisutan ataupun patahan yang lengkap dengan fragmen tulang
bergeser. Pada kasus ini, laki – laki tersebut yang mengeluh sakit pada kaki kanannya setelah
mengalami kecelakaan sepeda motor satu jam sebelumnya dan mengalami kesakitan pada tungkai
atas kanan sendi lutut menyebabkannya tidak dapat berdiri dan merasa kesakitan ketika berusaha
mengangkat pahanya. Laki – laki ini didiagnosis mengalami fraktur tertutup femur dextra
sepertiga distal. Fraktur terbagi atas dua; fraktur tertutup dan fraktur terbuka berdasarkan
hubungan tulang dengan jaringan di sekitarnya selain dapat dibedakan berdasarkan bentuk
patahan tulang. Beberapa gejala seperti rasa nyeri dan bengkak di bagian tulang yang patah,
deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi), gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri,
putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan neurovaskuler dapat membantu menegakkan
diagnosis fraktur. Penatalaksanaan yang cepat dan tepat harus dilakukan untuk memulihkan
fraktur agar tidak menimbulkan komplikasi yang dapat mengganggu aktivitas seharian seseorang.

9
Daftar Pustaka

1. Williams NS, Bulstrode CJK, O’Connel PR. Bailey and love short practice of surgery.
26th ed. London: CRC Press; 2010.p.364 – 79
2. Isbagio H, Setiyohadi B. Anamnesis dan pemeriksaan fisis penyakit muskuloskletal.
Dalam: Sudoyo AW, Idrus A, editors. Buku ajar penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna
Publishing; 2009. h. 2447-8.
3. Simbardjo, Djoko. Fraktur ekstremitas bawah. Dalam: Pusponegoro AD, Kartono D,
editors. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta : Binarupa Aksara Publisher. h.496-9.
4. Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harisson’s principles of internal medicine.
18th ed. London:McGraw Hill; 2012.p.4145 – 67.
5. Langamore M, Wilkinson IB, Wallin E, Baldwin A. Oxford handbook of clinical
medicine. 9th ed. New York: Oxford University Press; 2014.p.540 – 53.
6. Maxwell RW. Quick medical reference. 6th ed. New York:Maxwell Publishing Company;
2011.p.56 – 63.
7. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins basic pathology. 9th ed. Philadelphia: Elsevier
Saunders; 2013.p.766 – 79.

10

Anda mungkin juga menyukai