Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No.

1 Tahun 2012 : 283-292 ISSN 0216-468X

Pengaruh Kekasaran Permukaan Terhadap Porositas Hasil Hot Dipped


Galvanizing (HDG)
Femiana Gapsari MF, Putu Hadi Setyarini, Fikrul Akbar Alamsyah
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono 167 Malang 65165, Indonesia
E-mail: femianagapsari@gmail.com

Abstract
The process of Hot Dipped Galvanizing (HDG) is done in this study in order to cover steel
AISI 1010. This study is aimed at investigating the influence of the variation of roughness level
of specimen towards the layer thickness and the porosity of the hot dipped galvanizing of steel
AISI 1010. The level of roughness of the specimen is obtained from grinding on grid 100, 500,
800, and 1000. This process causes difference in the roughness of the surface which is
measured by using the Surface Roughness Test. The controlled variable is dipping temperature
o
of 480 C. The time of hot dipped galvanizing is 6 minutes, while the time of grinding is 3 minutes.
The test done in this study is non destructive test with spray test. The result showed that the
porosity increased as the function of the roughness.

Keywords: hot dipped galvanizing, spray test, porosity, surface roughness.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Baja merupakan material logam yang peleburan, serta titik lebur logam pelapis
paling banyak digunakan di bidang teknik, harus lebih rendah dari logam yang akan
dalam bentuk pelat, lembaran, pipa, batang, dilapisi.
profil dan sebagainya karena baja mempunyai Proses hot dipped galvanizing banyak
kekuatan yang tinggi. Akan tetapi hal ini digunakan dikarenakan efisien bisa dikerjakan
seringkali tidak ditunjang dengan ketahanan dalam kondisi cuaca apapun, dalam skala
aus dan korosi yang memadai [1]. Oleh besar cenderung lebih murah, proses
karena itu maka dibutuhkan suatu metode pengerjaan yang cepat, lapisan hasil
yang diupayakan untuk penanggulangan cenderung lebih tahan lama dibandingkan
korosi dan keausan sejak dini dengan pelapisan lainnya, bisa melapis area tertentu
melakukan proses surface treatment yaitu misalnya daerah tepi (edges) maupun area
dengan memberi perlindungan pada bersudut, meningkatkan ketahanan abrasi
permukaan logam dengan logam lain, salah dan korosi dan kekuatan ikatannya lebih
satunya dengan cara hot dipped galvanizing. besar. Kerugian hot dipped galvanizing
Proses pelapisan hot dipped ketebalan lapisan dari permukaan hot dipped
galvanizing dapat ditemukan hampir di setiap galvanizing kurang merata dan rawan sekali
aplikasi terutama industri yang memanfaatkan terjadi distorsi jika dalam perencanaan
material utamanya besi dan baja yang prosesnya kurang maksimal. Hal tersebut
membutuhkan perlindungan terhadap aus dan beresuaian dengan penelitian yang dilakukan
korosi secara menyeluruh dan waktu oleh Yadav [2] yang menyatakan bahwa
perlindungan yang lebih lama. Misalnya pada bahwa lapisan paduan Fe-Zn hasil proses
industri peralatan listrik dan air, pemrosesan hot dip galvanizing memiliki laju korosi
kimia, otomotif, dan transportasi. terendah dibanding lapisan lain.
Secara definisi, hot dipped galvanizing Hasil proses pelapisan Hot Dipped
merupakan suatu proses pelapisan dengan Galvanizing dipengaruhi oleh beberapa faktor
menggunakan zinc , dengan cara antara lain faktor proses preparasi/pre-
mencelupkan logam yang akan dilapisi treatment (degreasing, pickling, fluxing dan
kedalam media pelapis logam (zinc) yang rinsing), komposisi baja, komposisi larutan
sebelumnya telah mengalami proses zinc cair, tingkat kekasaran, temperatur,

283
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 1 Tahun 2012 : 283-292 ISSN 0216-468X

waktu pencelupan serta laju dan sudut Zinc adalah logam putih kebiruan, logam
0
pengangkatan baja dari bak zinc. ini cukup mudah ditempa dan liat pada 110 C-
0
Adanya porositas pada suatu produk 150 C dan menjadi sangat rapuh jika
0
hasil pelapisan menyebabkan produk dipanaskan diatas 200 C. Jika dibiarkan di
tersebut menjadi cacat. udara terbuka yang lembab, akan terbentuk
Porositas merupakan salah satu sumber lapisan garam-garam dasar tipis dan putih
utama diskontinuitas dalam suatu pelapisan. sebagai pelindung, untuk sifat ini maka zinc
Porositas dapat memicu terjadinya crack lebih cocok jika digunakan untuk melapisi
akibat dari tegangan internal yang tinggi dan baja dengan proses galvanisasi.
diskontinuitas. Hal ini disebabkan oleh korosi Zinc dapat melebur dalam dapur
0
atau treatment berikutnya seperti pemakaian galvanis pada temperatur 419 C dan
0
deposit setelah pelapisan. Dalam banyak mempunyai titik didih 907 C (). Pelapisan
kasus porositas tidak diinginkan. Pori-pori logam dengan logam pelapis zinc memiliki
dapat mengekspos substrat untuk korosif, beberapa keuntungan yaitu : murah, cukup
mengurangi sifat mekanik dan tersedia dialam dan tahan lama.
mempengaruhi kerapatan, sifat listrik dan Pada diagram kesetimbangan Fe-Zn,
karakteristik difusi. Pada proses difusi, pori- terdapat 2 daerah fasa cair yang terpisah
pori yang terbentuk sebagai akibat dari dimana dibatasi oleh campuran fasa gas dan
pemanasan (kirkendall voids) dapat fasa padatan (campuran Fe dan Zn) dengan
mengurangi adhesi deposit. uap yang berkadar zinc tinggi sebagaimana
Porositas dalam lapisan yang dijadikan tergambar pada gambar 1 . Gambar 2
anoda tumbal seperti zinc pada baja tidak menunjukkan daerah yang kaya akan
terlalu berbahaya.Hal ini disebabkan karena zinc.Diagram tersebut ditunjukkan pada
sebagian besar lingkungan zinc paling katodik gambar berikut ini.
akan melindungi baja di bagian bawah pori-
pori yang berdekatan. Namun, untuk logam
mulia, porositas yang sama mungkin akan
bermasalah.
Menyadari hal tersebut peneliti
mengambil permasalahan yaitu pengaruh
variasi perlakuan tingkat kekasaran spesimen
terhadap porositas hot dipped galvanizing
pipa baja AISI 1010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh variasi tingkat
kekasaran spesimen terhadap hasil hot
dipped galvanizing pipa baja AISI 1010.

Tinjauan Pustaka
Baja dengan kandungan karbon <
0,3 %, memiliki kekuatan sedang dengan
keuletan yang baik dan sesuai tujuan Gambar 1. Diagram Kesetimbangan Fe-Zn[3].
pabrikasi digunakan dalam kondisi tertentu .
untuk konstruksi atau struktural seperti;
jembatan, bangunan gedung, kendaraan
bermotor dan kapal laut. Biasanya dibuat
dengan pengerjaan akhir rol dingin dan
annealing. Klasifikasi baja ini termasuk dalam
AISI (American Iron and Steel Institute)
1010, 1016, 1018, 1019, 1020. Dalam
perdagangan contoh produknya dibuat
dalam bentuk plat, profil, pipa, batangan
untuk keperluan tempa, dan pekerjaan mesin.

284
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 1 Tahun 2012 : 283-292 ISSN 0216-468X

yang ikut terbawa saat benda kerja keluar dari


bak galvanisasi.
Pelapisan permukaan logam sering
digunakan untuk menambah kekerasan,
ketahanan abrasi, dan mencegah terjadinya
korosi [1]. Metode pelapisan permukaan
logam telah banyak ditemukan dan diteliti
pengaruhnya terhadap permukaan logam itu
sendiri. Pelapisan ini dapat dilakukan dengan
pelapisan menggunakan logam lain dengan
syarat logam yang melapisi mempunyai sifat
yang lebih baik daripada logam yang dilapisi
[4]. Pelapisan secara garis besar dibagi
menjadi 2 macam yaitu:
Gambar 2. Daerah Rich Zing Dari FeZn Pada a. Surface Treatment, yang terdiri dari
Diagram Fasa [3]. beberapa macam antara lain:
1. Electroplating
Pada diagram kesetimbangan Fe-Zn 2. Pengecatan
seperti Gambar 1 dan Gambar 2, ada empat 3. Hot dipping
fasa intermetalik yang terbentuk dari reaksi b. Case Hardening yang terdiri dari
antara Fe dan Zn cair yaitu fasa eta (η), fasa beberapa macam antara lain:
zeta (ζ), fasa delta (δ) dan fasa gamma (γ) 1. Carburizing
dimana masing-masing fasa memiliki struktur 2. Cyadining
kristal yang berbeda. Karakteristik dari tiap- 3. Nitriding
tiap fasa tersebut adalah sebagai berikut :
1. Fasa eta (η) Hot Dipped Galvanizing (HDG)
Fasa ini terdiri dari hampir seluruhnya Pelapisan hot dipped galvanizing adalah
zinc murni. Hal ini disebabkan kelarutan Fe suatu proses pelapisan dimana logam
pada temperatur lebur zinc adalah maksimum pelapisnya yaitu zinc dileburkan terlebih
0,002%. Pada fasa ini kristalnya memiliki dahulu didalam bak galvanis ataupun dapur
struktur kristal susunan padat heksagonal peleburan dengan suhu berkisar antara 420-
(Close Packed Hexagonal). o
480 C, kemudian logam yang akan dilapisi
2. Fasa zeta (ζ) yang disebut logam dasar dicelupkan
Fasa ini mengandung Fe dengan kadar kedalam bak galvaniz yang telah berisi zinc
6,0 – 6,2 %. Stabil pada temperature dibawah cair, selanjutnya benda kerja untuk beberapa
o o
530 C – 644 C. Pada fasa ini struktur kristal saat tetap dalam bak galvaniz agar tebentuk
yang terbentuk adalah monoklinik. lapisan zinc.
3. Fasa delta (δ) Sebelum melakukan proses hot dipping
Fasa ini mengandung Fe dengan kadar galvanizing hendaknya melakukan proses
7 – 12 %. Stabil pada temperatur dibawah pre-treatment terlebih dahulu, agar
o o
620 C – 644 C. Pada fasa ini struktur kristal didapatkan kualitas lapisan yang diinginkan.
yang terbentuk adalah heksagonal.
4. Fasa gamma (Γ) Proses Hot Dipped Galvanizing
Fasa ini mengandung Fe dengan kadar Secara garis besar proses pelapisan hot
20,5 – 28,0%. Stabil dibawah temperatur dipped galvanizing sama dengan proses
o o
668 C – 780 C. Sruktur kristalnya merupakan pelapisan dengan metode lain, yaitu proses
kubus pemusatan ruang. pelapisannya memerlukan tiga tahap
Fasa delta (δ) terbentuk dari pengerjaan yaitu:
transformasi fasa zeta (ζ) dan fasa gamma (γ)
yang terbentuk dari relasi peritektik antara 1. Proses Pre-treatment
padatan besi dengan zinc cair. Sedangkan Permukaan benda kerja yang akan
fasa eta (η) terjadi karena logam zinc murni dilapis harus dalam kondisi bersih, bebas dari
bermacam-macam pengotor. Hal ini mutlak

285
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 1 Tahun 2012 : 283-292 ISSN 0216-468X

agar didapat hasil lapisan yang baik. Untuk Untuk menghilangkan karat dan
mendapatkan kondisi seperti tersebut perlu menghindari lapisan oksida penyebab
dilakukan pengerjaan pendahuluan dengan terjadinya korosi dari permukaan
tujuan : material maka dilakukan proses
a. Menghilangkan semua pengotor yang pickling. Proses ini dilakukan dengan
ada dipermukaan benda kerja seperti mencelupkan material kedalam
pengotor organik, anorganik/oksida dan larutan asam klorida (HCl) atau asam
lainnya. sulfat (H2SO4) dengan konsentrasi 10
b. Mendapatkan kondisi fisik permukaan %-15 % dan waktu pencelupan 10
benda kerja yang lebih baik dan aktif. menit
Teknik pengerjaan pendahuluan ini 1) Fe + 2HCl FeCl2 + H2
tergantung dari pengotoran, tetapi secara 2)Fe2O3 +6HCl 2FeCl3 + 3H2O
umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 3)Fe2O4+8HCl 2FeCl3+FeCl2+ 4H2O
1. Pembersihan secara mekanik 4) Fe + 2HCl FeCl2 + H2
Pekerjaan ini bertujuan untuk menghaluskan 5)2FeCl3+H2 2FeCl2 + 2HCl
permukaan benda kerja yang tidak rata dan 6) 2FeCl3 + Fe 3FeCl2
menghilangkan goresan-goresan serta Proses pickling ini terjadi seperti
beram-beram yang masih melekat pada ditunjukkan pada reaksi 1,2 dan 3
benda kerja. Biasanya untuk menghaluskan sedangkan reaksi 4, 5 dan 6
permukaan benda kerja dan menghilangkan merupakan peristiwa overpickling
goresan-goresan serta kerak-kerak tersebut (proses yang berlebihan).
dilakukan dengan mesin gerinda dan mesin Terbentuknya gas H2 pada reaksi ke
centrifugal sand paper. 4 dapat menimbulkan lapisan
galvanizing yang melepuh.
2. Pembersihan secara kimiawi
Pekerjaan ini bertujuan untuk d.Water rinsing
menghilangkan kotoran yang berupa minyak, Water Rinsing Setelah melalui proses
cat, lemak dan karat meliputi : pickling dibersihkan dengan cara
a.Degreasing dimasukkan kedalam bak yang berisi
Kotoran-kotoran yang berupa minyak, air, proses ini bertujuan untuk
cat, lemak dan kotoran padat lainnya menghilangkan sisa-sisa asam dari
harus dibersihkan terlebih dahulu dari proses pickling tahapan ini
permukaan material yang akan berlangsung 10 menit.
mengalami pencelupan. Sehingga e.Fluxing
degreasing ini bertujuan Proses fluxing merupakan proses
menghilangkan kotoran-kotoran pelapisan awal dengan memakai
tersebut dengan menggunakan soda larutan Zinc Amonium Clorida
kaustik atau NaOH. (ZAC)/(NH4Cl) dengan konsentrasi
o
Pencelupan kedalam soda kaustik larutan 35% pada suhu 70 C selama
yang konsentrasi larutannya sekitar 10 menit dan dilanjutkan dengan
10% dilakukan pada temperatur proses drying. Tujuan dari proses
o
antara 70 C dengan lama pencelupan fluxing ini adalah :
sekitar 10 menit. 1. Lapisan dapat melekat dengan
b.Water Rinsing baik (pelapisan awal).
Setelah benda uji melalui proses 2. Sebagai katalisator reaksi
degreasing kemudian benda uji terjadinya pelapisan Fe-Zn.
tersebut dimasukkan kedalam bak 3. Menghindari terjadinya oksidasi
yang berisi air, yang bertujuan untuk lagi pada permukaan baja yang
menghilangkan sisa-sisa larutan telah dibersihkan.
penghilang minyak dari proses f. Drying
degreasing. Tahapan ini berlangsung Sebelum dilakukan proses
10 menit. galvanizing, benda kerja yang telah
c. Pickling mengalami proses fluxing dikeringkan

286
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 1 Tahun 2012 : 283-292 ISSN 0216-468X

terlebih dahulu agar tidak terdapat umumnya harus mempunyai permukaan yang
kandungan air pada material. rata, sedangkan perbedaan warna yang
Kandungan air yang terdapat pada mungkin terjadi tidak berpengaruh pada
material menyebabkan terjadinya terjadinya korosi. Pemeriksaan visual pada
ledakan pada saat pencelupan. lapisan galvanis antara lain:
2. Tahap Pencelupan 1. Lapisan abu-abu memudar (dull grey
Kedalam zinc cair, permukaan benda kerja coating)
dan zinc cair akan terlapisi membentuk Lapisan abu-abu yang memudar dapat
lapisan paduan baja dan zinc. Selanjutnya terjadi karena timbulnya campuran lapisan
benda kerja untuk beberapa saat tetap zinc-besi pada saat pelapisan galvanis
berada didalam bak zinc cair agar terbentuk selesai. Biasanya lapisan abu-abu yang
lapisan zinc. Pada proses ini dilakukan memudar dapat terjadi pada material besi
pencelupan material kedalam larutan zinc cair yang mempunyai kandungan silikon yang
o
pada temperatur 480 C Sedangkan lama tinggi.
pencelupan benda kerja dilakukan pada 2. Noda-noda karat (rust stains)
waktu 6 menit. Sebelum proses penarikan Noda karat pada perlakuan galvanis
benda kerja yang telah terlapisi zinc dilakukan biasanya terjadi karena adanya larutan
proses penggetaran secara manual, agar asam yang terperangkap pada lubang-
kotoran-kotoran yang ada tidak terbawa ke lubang kecil pada permukaan material
permukaan lapisan. Setelah itu benda kerja selama proses pickling.
ditarik (dikeluarkan) dari bak dengan laju 3. Terjadi pelepuhan (blister)
penarikan yang terkontrol sehingga lapisan Lapisan galvanis yang melepuh hampir
zinc murni yang membeku terbentuk di tidak pernah terjadi pada proses galvanis
permukaan benda kerja. dengan sistem pencelupan dengan suhu
Massa total lapisan zinc yang terbentuk tinggi. Pelepuhan tidak mengurangi
di permukaan benda kerja sangat tergantung ketahanan korosi pada lapisan galvanis.
pada massa dan tebal benda kerja yang 4. Permukaan kasar
diproses. Disamping itu ketebalan lapisan, Lapisan galvanis yang kasar biasanya
jenis dan jumlah lapisan paduan zinc dengan diakibatkan karena kondisi komposisi
baja dipengaruhi oleh kondisi permukaan permukaan material.
benda kerja, dan komposisi baja yang 5. Adanya bintik-bintik menggelembung
diproses.. (pimples)
3. Tahap Pendinginan Bintik-bintik yang menggelembung
a. Quenching disebabkan terbawanya dross ke dalam
Proses quenching merupakan lapisan. Dross adalah partikel-partikel
pendinginan material yang telah di campuran Fe-Zn yang mempunyai sifat
galvanizing sehingga tidak terbentuk seperti dapat menimbulkan karat pada
white rush. Pendinginan dilakukan lapisan, hal ini dapat menggagalkan
dengan mencelupkan benda kerja lapisan galvanis.
kedalam larutan sodium bikromat 6. Adanya daerah kecil yang tidak terlapisi
dengan konsentrasi 0,0015 % (barespot)
kedalam air. Permukaan yang tidak terlapisi oleh zinc
b. Finishing biasanya disebabkan oleh pembersihan
Benda kerja setelah terlapisi (pickling) yang tidak sempurna.
kemudian harus di finishing yaitu
dikeringkan terlebih dahulu baru hasil Proses Difusi
lapisan yang kasar digerinda dengan Mekanisme difusi dapat terjadi dengan
gerinda penghalus. dua cara yaitu interstisi dan substitusi. Pada
proses hot-dipped galvanizing,
Pemeriksaan Hasil Hot Dipped Galvanizing pembentukan dan pertumbuhan lapisannya
Standar pemeriksaan ini digunakan merupakan proses difusi dengan mekanisme
untuk pemeriksaan hasil galvanis secara kekosongan (vacancy) dimana prinsip dari
visual. Hasil pelapisan galvanis pada mekanisme kekosongan ini adalah jika suatu

287
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 1 Tahun 2012 : 283-292 ISSN 0216-468X

atom mengisi kekosongan yang terdapat Substitusi solid solution terjadi jika atom
pada susunan atom-atomnya maka akan dari logam terlarut dan logam pelarut memiliki
terjadi kekosongan baru pada susunan atom ukuran yang hampir sama (tidak lebih dari
tersebut seperti pada Gambar 3. 15%). Bagian dari atom pelarut akan
disubstitusi oleh atom dari elemen paduan
seperti pada gambar 4.

Gambar 4. Substitusion Solid


Solution[5]
Gambar 3. Mekanisme difusi pada
atom[5] Ada beberapa syarat dimana atom dapat
bersubstitusi menggantikan atom dari logam
Kekosongan baru ini dapat diisi oleh dasarnya, antara lain [5]):
atom lain yang letaknya berdekatan dengan 1. Ukuran atom
lubang yang ditinggalkan oleh atom yang Ukuran jari-jari atom antara kedua atom
pertama tadi. Gerakan keseluruhan dari atom- tidak lebih dari 15%. Selain itu, atom
atom disebut sebagai difusi dengan pelarut akan membentuk distorsi lattice
mekanisme kekosongan. Atom mampu substansial dan akan membentuk fasa
bergerak didalam kisi-kisi kristal dari satu baru.
atom ke atom lainnya apabila: 2. Struktur kristal
1. Memiliki cukup energi aktivasi. Struktur kristal untuk logam dari kedua
2. Memiliki agitasi panas yang cukup dari atom tersebut harus sama.
atom-atom. 3. Keelektronegatifan
3. Terdapat kekosongan atau cacat kristal Jika salah satu elemen lebih elektropositif
lainnya pada kisi kristalnya. dan yang lain lebih elektronegatif maka
4. Ukuran atom dimana perbedaan atom akan membentuk ikatan intermetalik.
terlarut dan pelarut kurang dari 15%. 4. Valensi
Hal tersebut menyebabkan atom dapat Logam akan cendrung larut ke logam
bergerak pada kisi kristalnya. Kekosongan lainnya yang memiliki valensi yang lebih
dalam logam atau paduan akan menghasilkan tinggi daripada ke valensi yang lebih
ketidakstabilan yang mengakibatkan rendah.
terjadinya pergerakan dari atom-atom untuk
mengisi kekosongan itu dengan mekanisme b. Interstisi Solid Solution
substitusi. Mekanisme difusi kekosongan Interstisi solid solution terjadi jika
dalam benda padat merupakan loncatan atom dari elemen paduan memiliki ukuran
atom-atom dari suatu posisi tertentu didalam yang lebih kecil daripada atom dari matriks
strukturnya menuju posisi yang berdekatan logamnya. Hal ini menyebabkan atom logam
padanya didalam strukturnya terlarut akan berada pada sela-sela antara
atom-atom logam pelarut seperti gambar 5.

a. Substitusi Solid Solution

288
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 1 Tahun 2012 : 283-292 ISSN 0216-468X

4. Thickness coating meter


Digunakan untuk mengukur ketebalan
lapisan hot dipping galvanizing.
5. Mesin power hacksaw
Digunakan untuk memotong spesimen
dalam dimensi tertentu.
6. Alat Pengujian kekasaran Mitutoyo SJ 301
7. Kertas ampelas dengan tingkat kekasaran
(grit) 100, 500, 800, dan 1000.
8. Timbangan digital digunakan untuk
mengukur berat spesimen.
Gambar 5. Interstisi Solid Solution[5] 9. Stop watch digunakan untuk mengetahui
lama waktu pencelupan.
10.Bak perendaman digunakan untuk
METODE PENELITIAN merendam spesimen pada proses pre-
treatment.
Metode penelitian yang digunakan 11.Penjepit baja untuk menjepit spesimen
dalam penelitian ini adalah metode pada waktu spesimen dicelupkan pada
eksperimental yang bertujuan untuk cairan zinc.
mengetahui pengaruh variasi tingkat 12.Mesin Bor digunakan untuk membuat
kekasaran spesimen terhadap porositas hot lubang.
dipped galvanizing pipa baja AISI 1010. 13.Tang dan Kawat
Dengan asumsi variabel lain konstan. 14.Sarung tangan
15.Masker
Waktu dan Tempat Penelitian 16.Heater
Tempat yang digunakan untuk
melakukan penelitian yang akan dilakukan Bahan
pada bulan Mei s/d Oktober 2012 adalah: 1. Material yang digunakan sebagai
 Laboratorium Pengecoran Logam spesimen uji dalam penelitian ini adalah
FTUB baja AISI 1010 dengan komposisi sebagai
 Laboratorium Pengujian Bahan FTUB berikut:
 Laboratorium Metrologi Industri FTUB
Tabel 1. Komposisi Baja AISI 1010
hal ini yang menjadi variabel No Unsur %
terkontrol adalah : 1 Carbon (C) 0,08 – 0,13
o
a. Temperatur pencelupan: 480 C
b. Waktu hot dipping: 6 menit 2 Mangan (Mn) 0,30 – 0,60
c. Waktu pengampelasan: 3 menit
3 Phosporus (P) 0,040
Peralatan dan Bahan 4 Sulphur (S) 0,05
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini Sedangkan benda kerja memiliki dimensi
adalah sebagai berikut : sebagaimana tertera pada gambar 6.
1. Dapur peleburan logam berikut ini
Digunakan untuk meleburkan dan
mencairkan zinc (Zn).
2. Centrifugal Sand Paper Machine
Digunakan untuk mengampelas spesimen
untuk menghasilkan permukaan yang rata
dan tingkat kekasaran yang berbeda-beda.
3. Mesin uji struktur mikro
Digunakan untuk melihat struktur material
spesimen.

289
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 1 Tahun 2012 : 283-292 ISSN 0216-468X

2. Melakukan proses water rinsing


yang berfungsi untuk
membersihkan sisa-sisa larutan
NaOH yang menempel pada
spesimen pada proses degresing
dengan mencelupkan ke dalam
air panas selama 10 menit.
3. Melakukan proses pickling yang
berfungsi untuk menghilangkan
karat dengan cara merendam
spesimen ke dalam larutan HCl
o
10% dengan temperatur 60 C
selama 10 menit.
4. Melakukan proses water rinsing
Gambar 6. Dimensi Spesimen yang berfungsi untuk
membersihkan larutan HCl yang
2. Logam pelapis yang digunakan menempel pada spesimen pada
adalah Zinc (Zn) murni proses pickling dengan
3. Larutan kimia HCl 10% untuk proses mencelupkan ke dalam air panas
pickling selama 10 menit.
4. Larutan kimia NaOH 10% untuk 5. Melakukan proses fluxing yang
proses degreasing berfungsi untuk katalisator reaksi
5. Larutan kimia ZnNH4Cl2 35%.untuk terjadinya pelapisan Fe-Zn
proses fluxing dengan mencelupkan ke larutan
6. Larutan kimia Na2 Cr2O7 0,0015% Zinc Amonium Clorida 35%
untuk proses untuk proses quenching selama 10 menit.
7. Air bersih 6. Melakukan proses water rinsing
yang berfungsi untuk
Prosedur Penelitian membersihkan larutan FeSO4
a. Persiapan spesimen yang menempel pada spesimen
1. Pembuatan spesimen dengan pada proses fluxing dengan
dimensi 120 x 60 x 5 mm mencelupkan ke dalam air panas
2. Pengeboran spesimen dengan selama 10 menit.
menggunakan mesin bor dengan 7. Melakukan proses drying untuk
diameter 2 mm digunakan untuk menghilangkan kadar air, proses
memudahkan dalam perangkaian ini berlangsung sampai specimen
spesimen pada proses pencelupan. benar-benar kering.
3. Pengampelasan spesimen dilakukan d. Proses Hot Dipped Galvanising
dengan menggunakan mesin 1. Pencelupan spesimen ke dalam
centrifugal sand paper yang bertujuan dapur peleburan yang berisi zinc
untuk menghasilkan permukaan yang dengan temperatur pencelupan
O
rata dan tingkat kekasaran yang 480 C dan waktu pencelupan 6
berbeda-beda. menit.
b. Mengampelas spesimen menggunakan 2. Pengangkatan spesimen
kertas ampelas yang memiliki tingkat kemudian di quenching kedalam
kekasaran 100, 500, 800 dan 1000 sodium bikromat.
dengan waktu pengampelasan 5 menit. 3. Pemberian kode pada spesimen.
c. Proses pre-treatment e. Pengambilan data
1. Melakukan proses degresing dengan 1. Uji Porositas
merendam spesimen kedalam larutan 2. Pengolahan data hasil pengujian.
o
NaOH 10% dengan temperatur 70 C 3. Melakukan analisa dan pembahasan
selama 10 menit lalu dibilas dengan dari data-data yang diperoleh.
air. 4. Mengambil kesimpulan.

290
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 1 Tahun 2012 : 283-292 ISSN 0216-468X

Hubungan Kekasaran Permukaan dan Porositas


Porositas = 13.50 - 0.01152 Kekasaran Permukaan
Apabila digambarkan pada skema, maka
proses HDG dapat digambarkan pada 14

gambar 7. berikut ini 12

10

Jumlah Porositas
8

0 200 400 600 800 1000


Kekasaran Permukaan

Gambar 8. Grafik hubungan kekasaran


Gambar 7. Skema Proses HDG permukaaan dan porositas

Berdasarkan tabel 3. dan gambar 8.


HASIL DAN PEMBAHASAN diketahui bahwa pada spesimen dengan grid
100 akan menghasilkan porositas yang
Kekasaran Permukaan Spesimen
banyak. Pada spesimen yang kasar akan
Tingkat kekasaran permukaan spesimen
mengakibatkan daerah struktur permukaan
sebelum HDG:
tidak stabil. Reaksi antara logam besi dan
Tabel 2. Tingkat kekasaran permukaan
Grid 100 Grid 500 Grid 800 Grid 1000 zinc cair berlangsung dengan cepat pada
(μm) (μm) (μm) (μm) menit pertama. Kemudian, diikuti oleh
1.34 0.88 0.56 0.34 pertumbuhan lapisan yang semakin lama
akan semakin lambat. Lapisan paduan
Data Porositas awalnya berfungsi sebagai penghalang
Data porositas hasil HDG ditunjukkan tabel 3 (barrier) bagi reaksinya sendiri. Zinc secara
berikut ini: alami memiliki ketahanan terhadap korosi
pada kondisi atmosferik. Zinc cenderung
Tabel 3. Data Porositas hasil HDG
Grid 100 Grid 500 Grid 800 Grid bersifat elektronegatif terhadap besi sehingga
(jml) (jml) (jml) 1000 sehingga akan berkorban untuk memproteksi.
(jml) Galvanizing membentuk ikatan anatara zinc
12 10 4 2 dan baja yang merupakan barrier untuk
9 11.67 8 8.67 5 5 1 1
14 8 6 0 material itu sendiri. Proteksi dengan
galvanizing inimenggunakan prinsip proteksi
Pembahasan katodik jika coating itu rusak ataupun kualitas
Hubungan Kekasaran Permukaan dan coating tidak bagus. Ketika perbedaan
Porositas potensial antara logam memacu driving force
Berdasarkan tabel 3. maka diketahui laju korosi, akan terjadi mekanisme galvanik
hubungan antara kekasaran permukaan dan dengan kontak elektrolit. Permukaan yang
porositas hasil HDG seperti yang ditunjukkan kasar memiliki kecenderungan untuk terjadi
gambar 8. dibawah ini: korosi lebih besar karena tidak meratanya
sebaran lapisan pasif pada permukaan,
sehingga perlindungan pasif tidak maksimal.
Nilai laju korosi spesimen yang lebih kasar
cenderung lebih besar. Pada spesimen yang
halus seperti grid 1000 kecenderungan korosi

291
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 1 Tahun 2012 : 283-292 ISSN 0216-468X

semakin kecil karena meratanya permukaan. DAFTAR PUSTAKA


Hal ini akan menunjang pertumbuhan lapisan
dan porositas lebih kecil terjadi. [1]. Chamberlain J., Trethewey Kr., 1991,
“ Korosi (Untuk Mahasiswa Da
Kekasaran permukaan ditunjukkan oleh R
Rekayasawan) ”, Pt Gramedia Pustaka
(roughness factor). R ditunjukkan rumus Utama, Jakarta.
dibawah ini: [2]. A.P.Yadav, H.Katayama, K.Noda, H.
R (roughness factor) = True area/ Apparent Masuda, A. Nishikata, T. Tsuru.
area. 2007,“Effect of Fe–Zn Alloy Layer on
Permukaan substrat yang kasar memiliki the Corrosion Resistance of Galvanized
true area yang lebih besar dibandingkan Steel in Chloride Containing
environments”, Corrosion Science
dengan permukaan yang halus. Hal ini akan
49(2007):3716-3731.
menyebabkan reaksi antar permukaan [3]. A.R. Marder, 2000, “The Metallurgy of
semakin besar. Zinc-Coated Stee”l, Progress in Materials
Porositas terjadi disebabkan karena Science, New York
permukaan yang tidak merata. Selain [4]. Gambrell J.W,,1992, “ Surface
permukaan yang tidak merata dapat juga Engineering Asm Handbook Volume
disebabkan kekeliruan dalam persiapan 5 ”,ASM International.
[5]. Bishop R. J., Smallman R. E., 2004,
proses HDG yang dilakukan ( pre-treatment).
“ Metalurgi Fisik Modern Dan Rekayasa
Penyimpangan dalam logam dasar dan Material “, Erlangga, Jakarta.
kondisi deposisi yang rusak juga dapat
menyebabkan terjadinya porositas. Kondisi
deposisi yang rusak menunjukkan proses
HDG tidak mampu melapisi seluruh
permukaan dan tidak terjadi pertumbuhan inti
pada lapisan.
Pada penelitian ini hanya dilakukan tes
porositas secara kimia dengan spray test
sehingga terjadi perbedaan warna yang
mencolok untuk spesimen yang mengalami
porositas.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian didapatkan


kesimpulan bahwa semakin tinggi kekasaran
permukaan baja maka porositas dari hasil
lapisan HDG semakin besar.

292

Anda mungkin juga menyukai