Materi Budaya Demokrasi
Materi Budaya Demokrasi
Kampanye Pilpres dilakukan selama 30 hari dan masa tenang 3 hari, yang dilakukan oleh Tim
Kampanye dan di bentuk oleh pasangan Capres-Cawapres bersama Parpol atau Gabungan Parpol
yang mengusulkannya.Dana kampanye berasal dari pasangan Capres-Cawapres, Parpol atau
Gabungan Parpol,dan sumbangan pihak lain yang tidak mengikat yaitu sumbangan perseorangan
dan/atau badan hukum swasta. Dana kampanye harus di simpan dalam rekening khusus yang
terdaftar di KPU, dana kampanye dari perseorangan maksimal Rp. 100 juta dan badan hukum swasta
maksimal Rp. 750 juta.
Penetapan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan pengumuman hasil Pilpres di lakukan
KPU,dalam waktu 30 hari sejak hari pemungutan suara.
BUDAYA DEMOKRASI
Uraian Materi
A. Pengertian Demokrasi dan Budaya Demokrasi
Secara etinologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos berarti rakyat dan
kratos atau kratein berarti pemerintahan. Jadi demokrasi berarti pemerintahan rakyat atau
kekuatan rakyat, yaitu suatu bentuk pemerintahan negara dengan rakyat sebagai pemegang
kedaulatannya. Muhammad Hatta, mengatakan demokrasi sebagai sebuah pergeseran dan
penggantian kedaulatan raja menjadi kedaulatan rakyat.
Abraham Lincoln (Presiden Amerika ke-16) mengemukakan bahwa demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Giovanni Sartori memandang demokrasi sebagai suatu sistem di mana tak sesorang pun dapat
mengidentifikasikan dia dengan kekuasaannya, kemudian tidak dapat juga untuk merebut dari
kekuasaan lain dengan cara-cara tak terbatas dan tanpa syarat.
Dalam ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila menyebutkan bahwa demokrasi
adalah suatu pola pemerintahan dalam mana kekuasaan untuk memerintah berasal dari
mereka yang diperintah. Dengan kata lain bahwa demokrasi adalah pola pemerintahan yang
mengikutsertakan secara aktif semua anggota masyarakat dalam keputusan yang diambil oleh
mereka yang berwenang.
Dari beberapa pandangan mengenai demokrasi, secara kompleks demokrasi berarti suatu
sistem pemerintahan yang mengabdi kepada kepentingan rakyat dengan tanpa memandang
partisipasi mereka dalam kehidupan politik, sementara pengisian jabatan-jabatan publik
dilakukan dengan dukungan suara rakyat dan mereka memiliki hak untuk memilih dan
dipilih.
B. Prinsip-prinsip Demokrasi
Dalam negara demokrasi, tidak terdapat dominasi pemerintah yang berlebihan, artinya tidak
setiap aspek kehidupan dikendalikan secara monopolistik dan terpusat oleh negara. Warga
negara pun terlibat dalam hal-hal tertentu, seperti pembuatan keputusan-keputusan politik,
baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya. Beberapa prinsip demokrasi yang
berlaku universal mencakup :
a. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik
b. Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu di antara warga negara
c. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh para
warga negara
d. Penghormatan terhadap supremasi hukum.
Demokrasi sebagai sistem pemerintahan oleh sejumlah besar orang sering disebut "rule by
the people" kemudian diartikan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Artinya bahwa rakyat selaku mayoritas mempunyai suara yang menentukan dalam proses
perumusan kebijakan pemerintah melalui saluran-saluran yang tersedia (infrastruktur politik),
seperri partai politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan, dan pendapat umum.
Prinsip-prinsip dasar demokrasi secara universal memberi ketegasan bahwa yang disebut
pemerintahan yang demokratis adalah pemerintahan yang menempatkan kewenangan
tertinggi berada di tangan rakyat, kekuasaan pemerintah harus dibatasi, dan hak-hak individu
harus dilindungi. Namun penerapan demokrasi di masing-masing negara bersifat kondisional,
artinya harus disesuaikan dengan situasi negara dan kondisi masyarakat yang bersangkutan.
Lyman Tower Sargent, berpendapat ada beberapa unsur/prinsip yang secara umum dianggap
penting dalam demokrasi, yaitu :
1. keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik,
2. tingkat kebersamaan tertentu di antara warga negara
3. tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh warga
negara,
4. suatu sistem perwakilan, dan
5. suatu sistem pemilihan-kekuasaan mayoritas.
Prinsip-prinsip demokrasi ditinjau dari pendapat Alamudi yang dikenal sebagai soko guru
demokrasi adalah :
1. Kedaulatan rakyat,
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah,
3. Kekuasaan mayoritas,
4. Hak-hak minoritas,
5. Jaminan hak asasi manusia,
6. Pemilihan yang bebas dan jujur,
7. Persamaan di depan hukum,
8. Proses hukum yang wajar,
9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional,
10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik.
11. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.
Gagasan dasar suatu pemerintahan demokratis yaitu pengakuan terhadap hakikat manusia.
Dengan dasar itu maka terdapat dua asas pokok demokrasi adalah :
1. Pengakuan partisipasi masyarakat di dalam pemerintahahan,
2. Pengakuan harkat dan martabat manusia.
Adapun prinsip-prinsip demokrasi Pancasila adalah :
1. Kedaulatan di tangan rakyat,
2. Pengakuan dan perindungan terhadap hak asasi manusia
3. Pemerintahahan berdasarkan hukum (konstitusi)
4. Peradilan yang bebas tidak memihak
5. Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah,
6. Adanya parpol dan orsospol
7. Pemilu yang demoktrastis
C. Ciri-ciri Demokrasi
Ciri-ciri suatu negara dengan sistem politik demokrasi umumnya adalah :
1. Adanya pembatasan terhadap tindakan pemerintah untuk memberikan perlindungan bagi
individu dan kelompok, dalam penyelenggaraan pergantian pimpinan secara berkala, tertib,
damai dan melalui alat-alat perwakilan rakyat yang efektif.
2. Prasarana pendapat umum baik pers, televisi, dan radio harus diberi kesempatan untuk
mencari berita secara bebas dalam merumuskan pendapat mereka.
3. Sikap menghargai hak-hak minoritas dan perorangan, lebih mengutamakan musyawarah
daripada paksaan dalam menyelesaikan perselisihan, sikap menerima legitimasi dari sistem
pemerintahan.
Henry B. Mayo dalam buku "Introduction to Democratic Theory", memberikan ciri-ciri
demokrasi dari sejumlah nilai (value), yaitu :
1. menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga,
2. menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang
berubah,
3. menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur (orderly succession of rulers),
4. membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum (minimum of coercion);
5. mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman (diversity) dalam masyarakat;
6. menjamin tegaknya keadilan.
Beberapa sumber menyatakan bahwa prinsip-prinsip demokrasi yang merupakan dasar untuk
menjalankan negara demokrasi sebagai berikut :
1. jaminan hak asasi
2. persamaan kedudukan di depan hukum
3. pengakuan terhadap hak-hak politik,
4. pengawasan dari rakyat terhadap pemerintah,
5. pemerintahan berdasarkan konstitusi,
6. pemerintah membiarkan tindakan-tindakannya dinilai,
7. pemilihan umum yang bebas, jujur, dan adil,
8. adanya kedaulatan rakyat.
A Latar belakang.
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan
politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga
negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama
lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga
lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks
and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang
memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif,
lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan
lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan
menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh
masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang
diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif,
selain sesuai hukum dan peraturan.
Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting, misalnya
pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Pemilihan umum tidak
wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh warganegara, namun oleh sebagian warga yang
berhak dan secara sukarela mengikuti pemilihan umum. Sebagai tambahan, tidak semua
warga negara berhak untuk memilih (mempunyai hak pilih).
Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih
presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas.
Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak menjamin
negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri secara
langsung presiden hanyalah sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat. Walapun perannya
dalam sistem demokrasi tidak besar, suatu pemilihan umum sering dijuluki pesta demokrasi.
Ini adalah akibat cara berpikir lama dari sebagian masyarakat yang masih terlalu tinggi
meletakkan tokoh idola, bukan sistem pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu
adil. Padahal sebaik apa pun seorang pemimpin negara, masa hidupnya akan jauh lebih
pendek daripada masa hidup suatu sistem yang sudah teruji mampu membangun negara.
Banyak negara demokrasi hanya memberikan hak pilih kepada warga yang telah melewati
umur tertentu, misalnya umur 18 tahun, dan yang tak memliki catatan kriminal (misal,
narapidana atau bekas narapidana).
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Memaparkan masalah-masalah yang ada dalam demokrasi kehidupan sehari-hari
2. Memaparkan contoh nyata penerapan budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari dan
keluarga
C.Pembahasan
Dalam pelaksanaanya, banyak sekali penyimpangan terhadap nilai-nilai demokrasi baik itu
dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun masyarakat.
Permasalahn yang muncul diantaranya yaitu:
¬ a.Belum tegaknya supermasi hukum.
¬ b.Kurangnya partisipasi masyarakat dalam kehidupan bermasnyarakat, berbangsa dan
bernegara.
¬ c.Pelanggaran terhadap hak-hak orang lain.
¬ Tidak adanya kehidupan berpartisipasi dalam kehidupan bersama (musyawarah untuk
mencapai mufakat). Karena banyaknya permasalahan-permasalahan yang timbul, maka
makalah ini hanya akan membahas tentang pentingnya budanya demokrasi dalam kehidupan
sehari-hari baik itu dalam keluarga maupun masyarakat, berbangsa dan bernegara.
a. Di Lingkungan Keluarga
Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan keluarga dapat diwujudkan dalam bentuk
sebagai berikut:
a) ¬ Kesediaan untuk menerima kehadiran sanak saudara;
b) ¬ Menghargai pendapat anggota keluarga lainya;
c) ¬ Senantiasa musyawarah untuk pembagian kerja;
d) ¬ Terbuka terhadap suatu masalah yang dihadapi bersama.
b. Di Lingkungan Masyarakat
Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk
sebagai berikut:
a) ¬ Bersedia mengakui kesalahan yang telah dibuatnya;
b) ¬ Kesediaan hidup bersama dengan warga masyarakat tanpa diskriminasi;
c) ¬ Menghormati pendapat orang lain yang berbeda dengannya;
d) ¬ Menyelesaikan masalah dengan mengutamakan kompromi;
e) ¬ Tidak terasa benar atau menang sendiri dalam berbicara dengan warga lain.
c. Di Lingkungan Sekolah
Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan sekolah dapat diwujudkan dalam bentuk sebagai
berikut:
a) ¬ Bersedia bergaul dengan teman sekolah tanpa membeda-bedakan;
b) ¬ Menerima teman-teman yang berbeda latar belakang budaya, ras,agama
c) ¬ Menghargai pendapat teman meskipun pendapat itu berbeda dengan kita;
d) ¬ Mengutamakan musyawarah, dalam menyelesaikan masalah
F.Kesimpulan.
Mewujudkan nilai-nilai demokrasi agar tercipta di kehidupan sehari-hari memang tidak
mudah,oleh karna itu kita sebagai masyarakat harus lebih memahami lagi dan masih perlu
pembelajaran,agar Suatu hari nanti, kita berharap bahwa demokrasi telah benar-benar
membudaya di tanah air kita, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, maupun
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga terciptanya demokrasi yang nyata dalam
kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata demos artinya rakyat dan
cratos/kratein artinya pemerintahan/berkuasa. Pemerintahan demokrasi yang kokoh
adalah pemerintahan yang sesuai dengan pandangan hidup, kepribadian, dan
falsafah bangsanya. Pada masa Yunani Kunosudah berkembang demokrasi
langsung, artinya seluruh rakyat terlibat secara langsung dalam masalah
kenegaraan. Hal ini terjadi karena wilayah negara sempit dan penduduknya sedikit.
Pada masa modern, demokrasi langsung tidak dapat dijalankan karena wilayah
negara cukup luas, jumlah penduduk banyak, rakyat melalui suatu lembaga
perwakilan (badan-badan perwakilan rakyat) dapat menyalurkan aspirasinya dalam
kenegaraan atau serimng disebut demokrasi perwakilan.
1. Budaya Demokrasi, adalah pola pikir, pola sikap, dan pola tindak warga masyarakat
yang sejalan dengan nilai-nilai kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan antar
manusia yang berintikan kerjasama, saling percaya, menghargai keanekaragaman,
toleransi, kesamaderajatan, dan kompromi.
2. International Commision of Jurist (ICJ), demokrasi adalah suatu bentuk
pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik
diselenggarakan oleh wn melalui wakil-wakil yg dipilih oleh mereka dan bertanggung
jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yg bebas.
3. Abraham Lincoln, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat.
4. Giovanni Sartori, memandang demokrasi sebagai suatu sistem di mana tak
seorangpun dapat memilih dirinya sendiri, tak seorangpun dapat menginvestasikan
dia dgn kekuasaannya, kemudian tidak dapat juga untuk merebut dari kekuasaan
lain dengan cara-cara tak terbatas dan tanpa syarat.
5. Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Panca-sila, demokrasi adalah suatu pola
pemerintahan dalam mana kekuasaan untuk memerintah berasal dari mereka yang
diperintah.
Unsur-unsur budaya demokrasi adalah :
a. Kekuasaan suatu negara sebenarnya berada di tangan rakyat atau kedaulatan ada
di tangan rakyat.
b. Masing-masing orang bebas berbicara, mengeluarkan pendapat, beda pendapat,
dan tidak ada paksaan.
MACAM-MACAM DEMOKRASI
Pengelompokan Demokrasi :
1. Adanya jaminan hak asasi manusianya, merupakan hak dasar yang melekat sejak
lahir merupakan anugerah Tuhan YME yang tidak boleh dirampas oleh siapapu
termasuk oleh negara.
2. Persamaan kedudukan di depan hukum, agar tidak tewrjadi diskriminasi dan
ketidakadilan, siapapun melanggar hukum harus mendapat sanksi menurut hukum
yang berlaku, dan sebaliknya.
3. Pengakuan terhadap hak-hak politik, seperti berkumpul, beroposisi, berserikat dan
mengeluarkanpendapat.
4. Pengawasan atau kontrol rakyat terhadap pemerintah, melalui demokrasi itu sendiri.
5. Pemerintahan berdasar konstitusi, agar pemerintgah tidak menyalahgunakan
kekuasaan seweang-wenang terhadap rakyat.
6. Adanya saran atau kritik rakyat terhadap kinerja pemerintah melalui media massa
sebagai alat penyalur aspirasi rakyat.
7. Pemilihan umum yang bebas dan jujur serta adil.
8. Adanya kedaulatan rakyat.
1. Patrick, civil society atau masyarakat madani, adalah jaringan kerja yang komplek
dan organisasi-organisasi yang dibentuk secara sukarela, yang berbeda dari
lembaga-lembaga negara yang resmi, bertindak secara mandiri atau dalam
bekerjasama dengan lembaga-lembaga negara.
2. Mohammad A.S. Hikam, Civil Society, adalah wilayah kehidupan sosial yang
terorganisasi dan bercirikan sukarela, keswasembadaan, keswadayaan,
kemandirian yang tinggi berhadapan dengan negara, dan terikat dengan norma atau
hukum yang berlaku.
3. Lary Diamond, Civil Society, adalah kehidupan sisial terorganisasi yang terbuka,
sukarela, lahir secara mandiri, berswadaya, otonom dari negara, terikat pada
hukum. Contoh menurutnya adalah :
a. Perkumpulan/jaringan perdagangan.
b. Perkumpulan keagamaan, suku, budaya yang membela hak kolektif,
kepercayaan.
c. Yayasan penyelenggara pendidikan, asosiasi penerbitan
d. Gerakanperlindungan konsumen, seperti perlindungan perempuan, perlindungan
etnis minoritas, perlindungan kaum cacat, korban diskriminasi.
CIRI-CIRI MASYARAKAT MADANI / CIVIL SOCIETY :
1. Lahir secara mandiri, dibentuk oleh masyarakat sendiri tanpa campur tangan negara.
2. Keanggotaan bersifat sukarela, atas kesadaran masing-masing anggota.
3. Mencukupi kebutuhannya sendiri (swadaya) tidak bergantung bantuan pemerintah.
4. Bebas dan mandiri dari kekuasaan negara sehingga berani mengontrol kebijakan
negara.
5. Tunduk pada hukum yang berlaku atau norma yang disepakati bersama.
Arti Keadaban : ketinggian tingkat kecerdasan lahir batin; kebaikan budi pekerti (budi bahasa dsb):
melanggar ~ manusia
Istilah masyarakat madani dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah civil society pertama
kali dikemukan oleh Cicero dalam filsafat politiknya dengan istilah societies civilis yang
identik dengan negara. Dalam perkembangannya istilah civil society dipahami sebagai
organisasi-organisasi masyarakat yang terutama bercirikan kesukarelaan dan kemandirian
yang tinggi berhadapan dengan negara serta keterikatan dengan nilai-nilai atau norma hukum
yang dipatuhi masyarakat.
Bangsa Indonesia berusaha untuk mencari bentuk masyarakat madani yang pada dasarnya
adalah masyarakat sipil yang demokrasi dan agamis/religius. Dalam kaitannya pembentukan
masyarakat madani di Indonesia, maka warga negara Indonesia perlu dikembangkan untuk
menjadi warga negara yang cerdas, demokratis, dan religius dengan bercirikan imtak, kritis
argumentatif, dan kreatif, berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai dengan aturan,
menerima semangat Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi secara sadar dan bertanggung jawab,
memilih calon pemimpin secara jujur-adil, menyikapi mass media secara kritis dan objektif,
berani tampil dan kemasyarakatan secara profesionalis,berani dan mampu menjadi saksi,
memiliki pengertian kesejagatan, mampu dan mau silih asah-asih-asuh antara sejawat,
memahami daerah Indonesia saat ini, mengenal cita-cita Indonesia di masa mendatang dan
sebagainya.
Karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut :
1. Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki akses penuh
terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam
menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan informasikan
kepada publik.
2. Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi sehingga
muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan demokratisasi dibutuhkan
kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta
kemampuan untuk berperilaku demokratis kepada orang lain dan menerima perlakuan
demokratis dari orang lain. Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar
demokrasi yang meliputi : (1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
(2) Pers yang bebas
(3) Supremasi hukum
(4) Perguruan Tinggi
(5) Partai politik
3. Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan sikap
sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling menghargai dan menghormati pendapat
serta aktivitas yang dilakukan oleh orang/kelompok lain.
4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang majemuk
disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif dan merupakan
rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
5. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang proporsiaonal
antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.
6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari rekayasa,
intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga masyarakat memiliki
kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang bertanggungjawab.
7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan. Keadilan
harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan
hukum yang sama tanpa kecuali.
Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia
diantaranya :
1. Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum merata
2. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat
3. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter
4. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang terbatas
5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar
6. Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi
Oleh karena itu dalam menghadapi perkembangan dan perubahan jaman, pemberdayaan civil
society perlu ditekankan, antara lain melalui peranannya sebagai berikut :
c. Rangkuman Materi 2
1. Mayarakat madani (civil society) dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang beradab
dalam membangun, menjalani, dan mamaknai kehidupannya.
2. Masyarakat madani akan terwujud apabila suatu masyarakat telah menerapkan prinsip-
prinsip demokrasi dengan baik.
3. Karakteristik masyarakat madani adalah :
MASYARAKAT MADANI
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti atau sering
diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata
civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan
Suggate (1997), masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan “the sphere of voluntary
activity which takes place outside of government and the market.” Merujuk pada Bahmueller (1997),
ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani adalah sebuah
masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam
menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya
memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-
program pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat
yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani adalah onsep yang cair
yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus menerus. Bila kita kaji,
masyarakat di negara-negara maju yang sudah dapat dikatakan sebagai masyarakat madani, maka
ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya
democratic governance (pemerinthana demokratis yang dipilih dan berkuasa secara demokratis dan
democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup menjunjung nilai-nilai civil security; civil
responsibility dan civil resilience). Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuah prasyarat
masyarakat madani sbb:
2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail capital) yang kondusif
bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan terjalinya kepercayaan
dan relasi sosial antar kelompok.
3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata lain terbukanya
akses terhadap berbagai pelayanan sosial.
5. Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap saling menghargai
perbedaan antar budaya dan kepercayaan.
1. Sentralisme versus lokalisme. Masyarakat pada mulanya ingin mengganti prototipe pemerintahan
yang sentralisme dengan desentralisme. Namun yang terjadi kemudian malah terjebak ke dalam
faham lokalisme yang mengagungkan mitos-mitos kedaerahan tanpa memperhatikan prinsip
nasionalisme, meritokrasi dan keadilan sosial.
2. Pluralisme versus rasisme. Pluralisme menunjuk pada saling penghormatan antara berbagai
kelompok dalam masyarakat dan penghormatan kaum mayoritas terhadap minoritas dan
sebaliknya, yang memungkinkan mereka mengekspresikan kebudayaan mereka tanpa prasangka
dan permusuhan. Ketimbang berupaya untuk mengeliminasi karakter etnis, pluralisme budaya
berjuang untuk memelihara integritas budaya. Pluralisme menghindari penyeragaman. Karena,
seperti kata Kleden (2000:5), “…penyeragaman adalah kekerasan terhadap perbedaan,
pemerkosaan terhadap bakat dan terhadap potensi manusia.”
Sebaliknya, rasisme merupakan sebuah ideologi yang membenarkan dominasi satu kelompok ras
tertentu terhadap kelompok lainnya. Rasisme sering diberi legitimasi oleh suatu klaim bahwa
suatu ras minoritas secara genetik dan budaya lebih inferior dari ras yang dominan. Diskriminasi
ras memiliki tiga tingkatan: individual, organisasional, dan struktural. Pada tingkat individu,
diskriminasi ras berwujud sikap dan perilaku prasangka. Pada tingkat organisasi, diskriminasi ras
terlihat manakala kebijakan, aturan dan perundang-undangan hanya menguntungkan kelompok
tertentu saja. Secara struktural, diskriminasi ras dapat dilacak manakala satu lembaga sosial
memberikan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan terhadap lembaga lainnya.
3. Elitisme dan communalisme. Elitisme merujuk pada pemujaan yang berlebihan terhadap strata
atau kelas sosial berdasarkan kekayaan, kekuasaan dan prestise. Seseorang atau sekelompok
orang yang memiliki kelas sosial tinggi kemudian dianggap berhak menentukan potensi-potensi
orang lain dalam menjangkau sumber-sumber atau mencapai kesempatan-kesempatan yang ada
dalam masyarakat.
Sementara itu komunalisme adalah perasaan superioritas yang berlebihan terhadap kelompoknya
sendiri dan memandang kelompok lain sebagai lawan yang harus diwaspadai dan kalau perlu
dibinasakan.
Bagaimana mewujudkan masyarakat madani yang berkeadilan. Agenda Jalan Ketiga dapat dijadikan
pedoman oleh para community workers dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya di
masyarakat. Dalam garis besar agenda itu mencakup dua hal, yaitu: Politik Jalan Ketiga dan Program
Jalan Ketiga (Giddens, 2000: 76-80):
Persamaan
Perlindungan atas mereka yang lemah.
Kebebasan sebagai otonomi.
Tak ada hak tanpa tanggungjawab.
Tak ada otoritas tanpa demokrasi.
Pluralisme kosmopolitan.
Konservatisme filosofis.
Program Jalan Ketiga:
Negara demokratis baru (negara tanpa musuh).
Masyarakat madani yang aktif.
Keluarga demokratis.
Ekonomi campuran baru.
Kesamaan sebagai inklusi.
Kesejahteraan positif.
Negara berinvestasi sosial (social investemnt state).
Bangsa kosmopolitan.
Demokrasi kosmopolitan
Startegi untuk menjalankan Agenda Jalan Ketiga meliputi empat hal (lihat Blakeley dan
Suggate, 1997):
3. Peningkatan masyarakat dan perlindungan hak azasi manusia, kebebasan berorganisasi dan
menyatakan pendapat, penetapan struktur-struktur hukum bagi lembaga-lembaga swadaya
masyarakat.
4. Peningkatan partisipasi masyarakat. Strategi ini ditujukan untuk memberikan kesempatan pada
masyarakat agar dapat memberikan masukan bagi perumusan kebijakan dan praktek-praktek
pemerintahan yang menjamin konsultasi dan pengakuan hakiki terhadap fungsi-fungsi organisasi-
organisasi lokal.
Sejatinya, agenda utama bagi para community workers dalam mewujudkan masyarakat yang
berkeadilan adalah mengetahui visi dan makna yang sesungguhnya dari community workers dan
masyarakat madani. Seperti kata adagium: visi tanpa aksi adalah mimpi, sedangkan aksi tanpa visi
adalah kegiatan sehar-hari.
CATATAN
1. Makalah disajikan pada Orasi Ilmiah dalam Pembentukan HIMA Jurusan Pengembangan Sosial
Masyarakat (PSM) STKS Bandung, Senin 21 Oktober 2002.
2. Penulis, yang lahir di Jatiwangi, Majalengka tanggal 6 Nopember 1965, adalah staf pengajar
STKS dan UNPAS Bandung. Setelah menamatkan Sarjana Pekerjaan Sosial di STKS Bandung
tahun 1990, penulis melanjutkan studi S2 di Asian Institute of Technology (AIT) Bangkok dan
memperoleh MSc pada tahun 1994. Pada tahun 2002 belum lama ini, penulis baru saja kembali
dari New Zealand setelah memperoleh PhD dari Massey University. Area of interest-nya antara
lain: Poverty, The Urban Informal Sector, Community Development, Social Work Research,
Social Planning dan Social Policy.
Prof. Dr. M. A.S. Hikan menjelaskan ciri-ciri pokok masyarakat madani di Indonesia
antara lain :
a. Kesukarelaan
b. Keswasembadaan
c. Kemandirian yang tinggi terhadap negara.
d. Keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama.
Penutup
Sesungguhnya kehadiran Masyarakat Madani sebagai sebuah kenyataan, sebenarnya
telah menandai meledaknya semacam “revolusi intelektual” , yaitu meningkatnya kesadaran
warga negara dalam menjalankan hak dan kewajiban secara independen. Dan sebenarnya
model masyarakat dengan otononi yang relatif kuat itulah yang dapat mejamin
berkembangnya demokrasi, walaupun Masyarakat Madani tersebut bukanlah suatu syarat
mutlak untuk membangun demokrasi. Dengan kata lain, “ Masyarakat Madani Ada Tanpa
Negara,Negara Anarkis Tanpa Masyarakat Madani, Otoriter atau Totaliter…”
Masyarakat Madani di Indonesia : Paradigma dan Praktik
Indonesia memiliki tradisi kuat civil society (masyarakat madani) bahkan jauh
sebelum negara bangsa berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili oleh
kiprah beragam organisasi sosial keagamaan dan pergerakan nasional dalam dalam
perjuangan merebut kemerdekaan, selain berperan sebagai organisasi perjuangan penegakan
HAM dan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial, organisasi berbasis islam, seperti Serikat
Islam (SI), Nadlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, telah menunjukan kiprahnya sebagai
komponen civil society yang penting dalam sejarah perkembangan masyarakat sipil di
Indonesia.Terdapat beberapa strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana
seharusnya bangunan masyarakat madani bisa terwujud di Indonesia :
Pertama, pandangan integrasi nasional dan politik. Pandangan ini menyatakan bahwa
sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam kenyataan hidup sehari-hari dalam
masyarakat yang belum memiliki kesadaran dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Kedua, pandangan reformasi sistem politk demokrasi, yakni pandangan yang
menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah terlalu bergantung pada
pembangunan ekonomi, dalam tataran ini, pembangunan institusi politik yang demokratis
lebih diutamakan oleh negara dibanding pembangunan ekonomi.
Ketiga, paradigma membangun masyarakat madani sebagai basis utama
pembangunan demokrasi, pandangan ini merupakan paradigma alternatif di antara dua
pandangan yang pertama yang dianggap gagal dalam pengembangan demokrasi, berbeda
dengan dua pandangan pertama, pandangan ini lebih menekankan proses pendidikan dan
penyadaran politik warga negara, khususnya kalangan kelas menengah.
Bersandar pada tiga paradigma diatas, pengembangan demokrasi dan masyarakat
madani selayaknya tidak hanya bergantung pada salah satu pandangan tersebut, sebaliknya
untuk mewujudkan masyarakat madani yang seimbang dengan kekuatan negara dibutuhkan
gabungan strategi dan paradigma, setidaknya tiga paradigma ini dapat dijadikan acuan dalam
pengembangan demokrasi di masa transisi sekarang melalui cara :
1. Memperluas golongan menengah melalui pemberian kesempatan bagi kelas
menengah untuk berkembang menjadi kelompok masyarakat madani yang mandiri secara
politik dan ekonomi, dengan pandangan ini, negara harus menempatkan diri sebagai regulator
dan fasilitator bagi pengembangan ekonomi nasional, tantangan pasar bebas dan demokrasi
global mengharuskan negara mengurangi perannya sebagai aktor dominan dalam proses
pengembangan masyarakat madani yang tangguh.
2. Mereformasi sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga-lembaga
demokrasi yang ada berjalan sesuai prinsip-prinsip demokrasi, sikap pemerintah untuk tidak
mencampuri atau mempengaruhi putusan hukum yang dilakukan oleh lembaga yudikatif
merupakan salah satu komponen penting dari pembangunan kemandirian lembaga demokrasi.
3. Penyelenggaraan pendidikan politik (pendidikan demokrasi) bagi warga negara
secara keseluruhan. Pendidikan politik yang dimaksud adalah pendidikan demokrasi yang
dilakukan secara terus-menerus melalui keterlibatan semua unsur masyarakat melalu prinsip
pendidikan demokratis, yakni pendidikan dari, oleh dan untuk warga negara.
E. Gerakan Sosial untuk Memperkuat Masyarakat Madani (Civil Society)
Keberadaan masyarakat madani tidak terlepas dari peran gerakan sosial, gerakan sosial dapat
dipadankan dengan perubahan sosial atau masyarakat sipil yang didasari oleh pembagian tiga
ranah, yaitu negara (state), perusahaan atau pasar, dan masyarakat sipil. Berdasarkan
pembagian ini, maka terdapat gerakan politik yang berada diranah negara dan gerakan
ekonomi. Pembagian ini telah dibahas juga oleh Sidney Tarrow yang melihat political parties
berkaitan dengan gerakan politik, yakni sebagai upaya perebutan dan penguasaan jabatan
politik oleh partai politik melalui pemilu., gerakan ekonomi berkaitan dengan lobby dimana
terdapat upaya melakukan perubahan kebijakan publik tanpa harus menduduki jabatan politik
tersebut.
Berdasarkan pemetaan diatas, secara empiris ketigaya dapat saling bersinergi, pada
ranah negara dapat menjadi beberapa gerakan politik yang dilakukan oleh parpol dalam
pemilu yang mengusung masalah yang juga didukung oleh gerakan sosial. Sebagai contoh
gerakan sosial oleh masyarakat sipil seperti mereka yang pro atau anti Rancangan Undang-
undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) mempunyai kaitan dengan kelompok atau
parpol di ranah politik maupun kelompok bisnis pada sisi yang lain.
F. Organisasi Non Pemerintah dalam Ranah Masyarakat Madani (Civil Society)
Istilah Organisasi Non Pemerintah adalah terjemahan NGO (Non-Governmental
Organization). Yang telah lama dikenal dalam pergaulan internasional, istilah ini merujuk
pada organisasi non negera yang mempunyai kaitan dengan organisasi non pemerintah, istilah
ini perlahan-lahan menyebar dan dipakai oleh komunitas internasional.
Dalam arti umum, pengertian organisasi non pemerintah mencakup semua organisasi
masyarakat yang berada diluar struktur dan jalur formal pemerintah, dan tidak dibentuk oleh
atau merupakan bagian dari birokrasi pemerintah, karena cakupan pengertiannya yang luas,
penggunaan istilah organisasi non pemerintah sering membingungkan dan juga bisa
mengaburkan pengertian organisasi atau kelompok masyarakat yang semata-mata bergerak
dalam rangka pembangunan sosial-ekonomi masyarakat tingkat bawah, istilah organisasi non
pemerintah bagi mereka yang tidak setuju memakai istilah ini berpotensi memunculkan
pengertian tidak menguntungkan. Pemerintah khususnya menolak menggunakan istilah itu
dengan alasan makna organisasi non pemerintah terkesan “ memperhadapkan “ serta seolah-
olah “ oposan pemerintah, pengertian organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya yang
bersifat non pemerintah, di dalamnya bisa termasuk serikat kerja, kaum buruh, himpunan
para petani atau nelayan, rumah tangga, rukun warga, yayasan sosial, lembaga keagamaan,
klub olahraga, perkumpulan mahasiswa, organisasi profesi, partai politik, atau pun asosiasi
bisnis swasta.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1) Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip-prinsip moral
yang menjamin kesimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat,
inisiatif dari individu dan masyarakat akan berupa pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintah
yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu.
2) Perwujudan masyarakat madani ditandai dengan karakteristik masyarakat madani,
diantaranya wilayah publik yang bebas, demokrasi, toleransi, kemajemukan dan keadilan
sosial.
3) Strategi membangun masyarakat madani di indonesia dapat dilakukan dengan integrasi
nasional dan politik, reformasi sistem politik demokrasi, pendidikan dan penyadaran politik.
4) Masyarakat sipil mengejewantah dalam berbagai wadah sosial politik di masyarakat, seperti
organisasi keagamaan, organisasi profesi, organisasi komunitas, media dan lembaga
pendidikan.
B. SARAN
Demikianlah pembahasan tentang masyarakat madani yang dapat kami paparkan,
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya, semoga para pembaca,
pendengar dan guru pembimbing dapat memberikan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun, demi kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.
Fokus permasalahan dalam makalah ini antara lain yang pertama, mengenai dua
organisasi masyarakat yang muncul (ICW dan KPI) dari pemerintahan pasca Soeharto yang
mana dari kedua organisasi tersebut dikategorikan sebagai civil society dan yang bukan civil
society. Kemudian yang kedua mengenai pengaruh dua organisasi tersebut terhadap integrasi
sosial dan nasional, termasuk tipe integrasi yang terbentuk (normatif, fungsional, koersif)
Hipotesis (Jawaban Sementara): Berdasarkan uraian pokok masalah yang dipaparkan
diatas maka penulis mempunyai jawaban sementara (hipotesis) atas permasalahan tersebut
yaitu yang pertama ICW merupakan civil society sedangkan KPI bukan merupakan civil
society. Kemudian kinerja KPI dan ICW berpengaruh terhadap integrasi sosial maupun
nasional karena kinerja kedua organisasi tersebut sama-sama memberikan dampak yang
positif bagi kehidupan masyarakat dan nantinya juga akan berpengaruh dalam hubungan
masyarakat sehingga baik integrasi sosial dan integrasi nasional akan mudah dicapai.
Kemudian pengaruh dari kinerja ICW dan KPI juga akan sama-sama membentuk integrasi
normatif, fungsional, dan koersif.
BAB II
KERANGKA TEORI
a. Defenisi Civil Society, Ciri-ciri civil society, Integrasi sosial, Integrasi nasional, tiga tipe
Integrasi
- Definisi civil society
Civil Society menurut Muhammad Hikam dalam bukunya yang berjudul Demokrasi
dan Civil Society menguraikan bahwa civil society didefinisikan sebagai wilayah-wilayah
kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan antara lain kesukarelaan (voluntary),
keswasembadaan (self generating), dan keswadayaan (self supporting), kemandirian tinggi
berhadapan dengan negara dan keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang
diikuti oleh warganya. Dari pengertian ini, maka civil society itu sendiri berwujud dalam
berbagai organisasi maupun asosiasi yang dibuat oleh masyarakat tanpa adanya campur
tangan negara seperti lembaga swadaya masyarakat, organisasi sosial dan keagamaan,
paguyuban, dan kelompok-kelompok kepentingan lainnya.
Ciri-Ciri Civil Society
Adapun Ciri-ciri utama civil society, menurut AS Hikam, ada tiga, yaitu: (1) adanya
kemandirian yang cukup tinggi dari individu-individu dan kelompok-kelompok dalam
masyarakat, utamanya ketika berhadapan dengan negara, ciri-ciri ini berkaitan dengan
idependensi yang harus dimiliki oleh civil society, (2) adanya ruang publik bebas sebagai
wahana bagi keterlibatan politik secara aktif dari warga negara melalui wacana dan praksis
(praktik-praktik) yang berkaitan dengan kepentingan publik, dan (3) adanya kemampuan
membatasi kuasa negara agar ia (civil society) tidak intervensionis, yang dimaksud ciri ini
adalah tidak adanya campur tangan langsung oleh pemerintah melalui kemampuan
membatasi kuasa negara yang dimiliki oleh civil society.
- Integrasi sosial dan Integrasi nasional
Menunjuk suatu proses dimana unsur-unsur dalam suatu masyarakat( kelompok sosial,
satuan daerah, institusi sosial ) saling berhubungan secara intensif dan harmonis dan juga
merujuk pada kondisi dimana masyarakat Indonesia secara riil berinteraksi dalam kehidupan
sehari-hari baik hubungan yang harmonis maupun hubungan yang penuh dengan konflik
sedangkan, Integrasi nasional, mengacu pada proses menyatunya unsur-unsur dalam
masyarakat secara formal kedalam suatu nation state( negara bangsa ). Jadi integrasi sosial
lebih bersifat sosiologis, sementara integrasi nasional bersifat politis.
- Tiga tipe integrasi (Normatif, Koersif, Fungsional)
Integrasi normatif
Hasil dari harapan normatif yang menkondisikan para anggota masyarakat sepakat
pada nilai-nilai dasar dan cita-cita yang sama, dan juga memiliki unsur kesamaan dengan
solidaritas mekanik Durkheim, dimana solidaritas ini menunjuk pada suatu keadaan
hubungan individu atau kelompok yang didasarkan pada nilai moral dan kepercayaan yang
dianut dan juga dipersatukan oleh kesadaran kolektif (menunjuk pada totalitas kepercayaan
dan sentimen-sentimen bersama). Contoh : Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang
mencantumkan nilai-nilai dan norma-norma luhur yang patut untuk dijadikan pedoman untuk
seluruh warga Indonesia.
Integrasi Fungsional
Intergasi ini didasarkan pada kerangka perspektif fungsional tetapi penekanannnya pada
ketergantungan fungsional pada masyarakat yang memiliki diferensiasi sosial atau tingkat
spesialisasi yang semakin tinggi. Konsep ini terkait dengan solidaritas mekanik dimana
solidaritas ini menunjukkan tingkat ketergantungan masyarakat satu dengan yang lainnya
menjadi tinggi karena disebabkan adanya diferensiasi sosial. Contoh : Pembagian kerja pada
masyarakat di kota yang berbeda-beda menyebabkan tingkat ketergantungan mereka antara
satu dan lainnya menjadi semakin tinggi.
Integrasi Koersif
Integrasi koersif muncul bukan sebagai hasil dari kesepakatan normatif maupun
ketergantungan fungsional atas unsurnya,melainkan hasil dari kekuatan yang sanggup
mengikat individu-individu atau unsur-unsur masyarakat secara paksa. Integrasi dapat terjalin
secara paksa oleh pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar dengan menggunakan lembaga-
lembaga sebagai alat yang memiliki kekuatan untuk mengikat anggota-anggota kelompok
sosial tersebut. Contoh : Aturan-aturan yang dimiliki setiap organisasi
b. Pengaruh civil society terhadap integrasi sosial dan nasional dan tiga tipe integrasi
Dalam hal integrasi, civil society melalui kinerjanya dapat membentuk hubungan yang
harmonis dalam masyarakat sehingga dapat menciptakan intergrasi sosial dan nasional.
Keberadaan civil society juga dapat membentuk integrasi normatif melalui nilai-nilai yang
ditanamkan dalam masyarakat,integrasi fungsional dimana civil society menciptakan
hubungan yang saling ketergantungan antara masyarakat dengan civil society maupun civil
society dengan masyarakat, serta integrasi koersif dimana civil society memaksakan anggota-
anggotanya melalui aturan yang dibuat oleh civil society itu sendiri. Namun beberapa civil
society yang sering bertindak anarkis juga dapat menjadi ancaman karena dapat memicu
disintegrasi.
BAB III
PEMBAHASAN
ICW bersama-sama dengan rakyat membangun gerakan sosial untuk mencegah korupsi
dan menjaga keseimbangan didalam tata pemerintahan agar tidak terjadi penyelewengan
dalam sistem pemerintahan. Adapun peran-peran yang dilakukan ICW beberapa diantaranya
adalah mendorong inisiatif rakyat untuk membongkar kasus-kasus korupsi yang terjadi dan
melaporkan pelakunya kepada penegak hukum serta ke masyarakat luas untuk diadili dan
mendapatkan sanksi sosial dan memfasilitasi peningkatan kapasitas rakyat dalam
penyelidikan dan pengawasan korupsi.
[1] Berita dikutip dari kompas. ICW Duga ada Mark UP Rp 602 Miliar.
http://entertainment.kompas.com/read/2011/04/13/1426468/ICW.Duga.Ada.Mark.Up.Rp.602.Milia
r. diakses pada tanggal 18 oktober 2011 pukul 15:56 WIB
Selain itu, tayangan tersebut juga sering menampilkan ejekan terhadap presenter. Ejekan ini
jadi bahan candaan di kalangananak-anak.[2]
b. Pengaruh Dua Organisasi Terhadap Integrasi Nasional dan Sosial serta Tipe Integrasi yang
dibentuk
Dengan adanya organisasi-organisasi seperti ICW (Indonesia Corruption Watch) dan
KPI (Komisi Penyiaran Indonesia tentunya memberi jalan untuk membentuk baik integrasi
sosial maupun nasional. Pasalnya, kinerja kedua organisasi ini memberikan dampak yang
sangat baik bagi kehidupan masyarakat, ICW yang mengungkap kasus korupsi sedangkan
KPI yang memantau penyiaran di Indonesia membuat masyarakat merasa aman dan mudah
berinteraksi dengan masyarakat lainnya sehingga menciptakan hubungan yang harmonis dan
integrasi sosial dan integrasi nasional dapat dibentuk dengan mudah. Kemudian keberadaan
ICW dan KPI juga membentuk beberapa integrasi antara lain integrasi normatif, dari segi
integrasi normatif, ICW menanamkan nilai-nilai kepada masyarakat bahwa tindak kejahatan
berupa korupsi haruslah diperangi dan tidak menjadikan diri sebagai koruptor sedangkan KPI
menanamkan nilai-nilai bahwa masyarakat Indonesia haruslah mendapatkan siaran yang
sehat dan layak ditonton sesuai dengan kententuan yang berlaku oleh KPI. Kemudian
integrasi yang dibentuk juga adalah integrasi fungsional dimana dari segi ICW, masyarakat
sangat tergantung terhadap keberadaan ICW dalam mengungkap kasus korupsi karena ICW
merupakan organisasi yang benar-benar murni dibentuk oleh masyarakat sedangkan
KPI,masyarakat juga memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap KPI dalam memantau
penyiaran di Indonesia karena diketahui sekarang banyak sekali bermunculan siaran-siaran
yang tidak layak dikonsumsi publik di masyarakat, namun baik KPI dan ICW juga memiliki
ketergantungan dengan masyarakat dalam hal dukungan demi keeksistensian KPI dan ICW di
masyarakat. Integrasi yang terbentuk terakhir adalah integrasi koersif dimana dari segi KPI
berkaitan dengan aturan-aturan yang dibuat KPI dalam hal penyiaran yang harus dipatuhi
oleh stasiun-stasiun televisi sedangkan ICW berkaitan dengan aturan-aturan yang harus
ditaati oleh anggota ICW itu sendiri seperti misalnya anggota ICW tidak boleh menempatkan
dirinya dibawah kepentingan financial
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Pasca pemerintahan Soeharto bermunculan organisasi-organisasi seperi ICW (
Indonesia Corruption Watch) dan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Banyak diantara
organisasi tersebut merupakan civil society dan ada juga yang merupakan civil society.
Menurut Muhammad Hikam civil society didefinisikan sebagai wilayah-wilayah kehidupan
sosial yang terorganisasi dan bercirikan antara lain kesukarelaan (voluntary),
keswasembadaan (self generating), dan keswadayaan (self supporting), kemandirian tinggi
berhadapan dengan negara dan keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang
diikuti oleh warganya dan berwujud dalam berbagai organisasi maupun asosiasi yang dibuat
oleh masyarakat tanpa adanya campur tangan negara seperti lembaga swadaya masyarakat,
organisasi sosial dan keagamaan, paguyuban, dan kelompok-kelompok kepentingan lainnya.
Berdasarkan pembahasan penulis, ICW (Indonesia Corruption Watch) organisasi yang
bergerak dalam mengungkap kasus korupsi merupakan civil society karena mencakup ciri-ciri
dari sebuah civil society seperti ICW merupakan lembaga yang independen, tidak ada campur
tangan dari pemerintah dalam hal pembentukan maupun kinerja sedang KPI (Komisi
Penyiaran Indonesia) meskipun merupakan lembaga independen, adanya pengaruh
administratif dari pemerintah menjadikan KPI merupakan civil society , selain itu anggota
KPI juga merupakan hasil seleksi dari pemerintah. Keberadaan KPI dan ICW tentunya
memberi pengaruh bagi integrasi sosial dan nasional, dengan dampak-dampak positif yang
diberikan oleh kedua organisasi tersebut memudahkan jalan masyarakat untuk membentuk
integrasi sosial dan nasional, kemudian tiga tipe integrasi pun dibentuk oleh dua organisasi
ini antara lain integrasi normatif melalui nilai-nilai yang ditanamkan ICW dan KPI dalam
masyarakat, integrasi koersif melalui aturan-aturan yang dibuat oleh ICW dan KPI baik yang
berlaku bagi masyarakat maupun anggota masing-masing organisasi tersebut, serta yang
terakhir adalah integrasi fungsional dimana adanya ketergantungan antara masyarakat baik
dengan ICW maupun KPI.
DAFTAR PUSTAKA
a. Demokrasi parlementer / liberal (RIS dan UUDS 1950), pada masa ini Indonesia
memakai sistemdemokrasi parlementer. Cara kerja:
Kekuasaan legislatif dijalankan oleh DPR, partai politik yang menuasai suara
mayoritas di DPR membentuk kabinet.
Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh kabinet/Dewan menteri dibawah pimpinan
Perdana menteri dan bertanggung jawab pada parlemen.
Presiden hanya sebagai kepala negara, kepala pemerintahan dipegang Perdana
Menteri.
Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh badan pengadilan yang bebas.
Jika DPR atau parlemen menilai kinerja menteri kurang bauik maka parlemen
mengajukan mosi tak percaya, maka menteri harus meletakkan jabatannya.
Jika kabinet bubar maka presiden menunjuk formatur kabinet untuk menyususn
kabinet baru.
Jika DPR atau parlemen mengajukan mosi tak percaya pada kabinet yang baru,
maka DPR atau parlemen dibubarkan dan diadakan pemilihan umum.
1. Usia atau masa kerja kabinet rata-rata pendek, selama kurun waktu 1950 -1959
telah terjadi tujuh kali pergantian kabinet.
2.Ketidak serasian hubungan antara dalam tubuh angkatan bersenjata. Sebagian
condong ke kabinet Wilopo sebagian condong ke Presiden Soekarno.
3. Perdebatan terbuka antara Soekarno dengan tokh Masyumi yaitu Isa Anshary
tentang penggantian dasar negara yang lebih Islami apakah akan merugikan umat
agama lain atau tidak.
4. Masa kampanye jadi panjang (1953-1955), sehingga meningkatnya ketegangan di
masyarakat.
5. Kebijakan beberapa perdana menteri cenderung menguntungkan partainya.
6. Pemerintah pusat mendapat tantangan dari daerah seperti pemberontakan
Permesta dan PRRI.
Mulai dijalankan sejak dekrit presiden 5 Juli 1959, dengan mamakai UUD
1945 oleh sebab itu demokrasi ini didasarkan atas Pancasila dan UUD 1945. Pada
waktu itu sesuai dengan UUD 1945 maka bentuk negara adalah
Kesatuan,pemerintahannya adalah Republik, sistem pemerintahannya adalah
Demokrasi. Dalam UUD 1945 indonesia juga adalah negara hukum.
MPR harus berfungsi sebagai lembaga tertinggi negara yang memilih dan
mengangkat presiden, oleh karena itu presiden wajib tunduk dan bertanggung jawab
kepada MPR. Presiden bersama DPR membuat UU. Presiden dibantu para menteri
dalam menjalankan kekuasaan Eksekutif dan Kekuasaan Yudikatif dijalankan oleh
Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya secara independen bebas dari
pengaruh lembaga lainnya.
Pimpinan MPR, DPR dan lembaga lainnya di setarakan dengan menteri dan berada
di bawah Presiden.
Pembubaran DPR tahun 1960 oleh presiden setelah menolak Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan pemerintah. Padahal dalam UUD
45 menyatakan Presiden tidak dapat membubarkan DR, bila DPR tidak menyetujui
angaran yang diajukan pemerintah maka pemerintah menggunakan anggaran tahun
lalu.
Demokrasi tidak dipimpinhikmat kebijaksanaan, tetapi dipimpin oleh presiden selaku
panglima tertinggi ABRI.
1. Idiil : Pnacasila
2. Konstitusinil : UUD 1945
3. Operasional : Tap MPR no III/MPR/1998, UU no. 31 tahun 2002 tentang Partai
politik, UU No. 12 tahun 2003 tantang Pemilihan Umum.
1. DPR terdiri dari anggpota partai politik peserta pemilu yang dipilih melalui pemilu :
a. Anggota DPR berjumlah 550 kursi
b. Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden
c. Anggota DPR berdomisili di ibukota negara RI
2. DPD rterdiri atas wakil-wakil daerah provinsi yang dipilih melalui pemilu :
a. Anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan sebanyak 4 kursi
b. Jumlah seluruh anggota DPD tidak boleh melebihi sepertiga anggota DPR.
c. Keanggotaan DPD diresmikan oleh keputusan Presiden
d. Anggota DPD berdomisili di daerah pemilihannya dan selama bersidang
bertempat di ibukota RI
3. DPRD Provinsi terdiri dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih
berdasarkan hasil pemilu :
a. Anggota DPRD Provinsi berjumlah minimal 35 kursi dan sebanyak-banyaknya
100 rang.
b. Keanggotaan DPRD diresmikan dengan keputusan Menteri dalamNegeri atas
nama presiden
c. Anggota DPRD provinsi berdomisili di ibukota provinsi.
4. DPRDD kabupaten/Kota terdiriatas anggota partai politik peserta pemilu yang di[ilih
melalui pemilu :
a. Anggota DPRD Kabupaten/Kota berjumlah minimal 20 kursi dan sebanyak-
banyaknya 45 kursi.
b. Keanggotaanya diresmikan dengan keputusan Gubernur atas nama presiden.
c. Anggota DPRD Kabupaten/Kota berdomisili di kota kabupaten bersangkutan.
Memilih DPR,DPRD
1 Tujuan Memilih Provinsi dan kota
Pemilu DPR,DPRD ditambah DPD (Dewan
Perwakilan Daerah)
Provinsi dan
Kab./Kota
2 Sistem Proporsional denga stelsel Prpporsional dengan
Pemilihan daftra (pilih/coblos gambar daftar calon terbuka
partai politik) (pilih coblos gambar
partai politik dan nama
calon di bawah gambar
parpol yang dipilih.
3. Daerah Didasarkan pada 1. Didasarkan pada
pemilihan kabupaten/kotamadya jumlah pendudk yang
atau provinsi ada di wilayah tersebut
2. daerah pemilihan
untuk DPR adalah
provinsi, DPRD Provinsi
adalah
kabupaten/Kotamadya,
DPRD Kabupaten adalah
kecamatan atau
gabungan kecamatan.
Di Lingkungan keluarga :
Di lingkungan semkolah :
Di Lingkungan Masyarakat :
1. Pemilihan ketua RT
2.Musyawarah dyang menyangkut kepentingan bersama,sepertiprogram
pembaqngunan masyarakat dan lingkungan.
Di Lingkungan Negara :
1. Terlibat dalam pemilihan umum
2.Melalui wakil kita terlibat dalampenyusunan Undang-undang
3. Melaskukan engawasan baik terhadap wakil rakyatmaupun pemerintah melalui
media massa.
Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep civil
society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam ceramahnya pada
simposium Nasional dalam rangka forum ilmiah pada acara festival istiqlal, 26 September
1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa
masyarakat yang ideal adalah kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju. Lebih
jelas Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah
sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan
antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat.
Menurut Quraish Shibab, masyarakat Muslim awal disebut umat terbaik karena sifat-
sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan menyeru kepada hal-hal yang
dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-nilai Allah (al-ma’ruf) dan
mencegah kemunkaran. Selanjutnya Shihab menjelaskan, kaum Muslim awal menjadi
“khairu ummah” karena mereka menjalankan amar ma’ruf sejalan dengan tuntunan Allah dan
rasul-Nya. (Quraish Shihab, 2000, vol.2: 185).
Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat ideal bukan pada
peniruan struktur masyarakatnya, tapi pada sifat-sifat yang menghiasi masyarakat ideal ini.
Seperti, pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang sejalan dengan petunjuk Ilahi, maupun
persatuan yang kesatuan yang ditunjuk oleh ayat sebelumnya (lihat, QS. Ali Imran [3]: 105).
Adapun cara pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar yang direstui Ilahi adalah dengan
hikmah, nasehat, dan tutur kata yang baik sebagaimana yang tercermin dalam QS an-Nahl
[16]: 125. Dalam rangka membangun “masyarakat madani modern”, meneladani Nabi bukan
hanya penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan saat berhubungan dengan
sesama umat Islam ataupun dengan umat lain, seperti menjaga persatuan umat Islam,
menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil kepada siapa saja, tidak
melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur lainnya.
Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak mendikotomikan
antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan dunia untuk akhiratnya dan
tidak meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka bersikap seimbang (tawassuth) dalam
mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat pada masyarakat Madinah
mampu diteladani umat Islam saat ini, maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja.
BAB II
Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society.
Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat.
Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis”
dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara
(state). Secara historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ.
Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan
masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut
dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003: 278).
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society
merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan
Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil
society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan.
Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan.
Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat
yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral transendental
yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84).
Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya dalam
Q.S. Saba’ ayat 15:
Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka
dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu)
adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat
madani, yaitu:
10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat
mengurangi kebebasannya.
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan
oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas
pihak lain yang berbeda tersebut.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani
adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-
hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-
kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya
bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program pembangunan di
wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali
jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani adalah onsep yang cair
yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus menerus.
Bila kita kaji, masyarakat di negara-negara maju yang sudah dapat dikatakan sebagai
masyarakat madani, maka ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi
masyarakat madani, yakni adanya democratic governance (pemerintahan demokratis)
yang dipilih dan berkuasa secara demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil
yang sanggup menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil
resilience).
Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuh prasyarat masyarakat madani
sbb:
2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail capital)
yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas
kehidupan dan terjalinya kepercayaan dan relasi sosial antar kelompok.
3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata lain
terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.
4. Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-lembaga
swadayauntuk terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu kepentingan bersama
dan kebijakan publik dapat dikembangkan.
5. Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap saling
menghargai perbedaan antar budaya dan kepercayaan.
Tanpa prasyarat tesebut maka masyarakat madani hanya akan berhenti pada
jargon. Masyarakat madani akan terjerumus pada masyarakat “sipilisme” yang sempit
yang tidak ubahnya dengan faham militerisme yang anti demokrasi dan sering
melanggar hak azasi manusia. Dengan kata lain, ada beberapa rambu-rambu yang
perlu diwaspadai dalam proses mewujudkan masyarakat madani (lihat DuBois dan
Milley, 1992).
Masyarakat Sipil adalah terjemahan dari istilah Inggris Civil Society yang
mengambil dari bahasa Latin civilas societas. Secara historis karya Adam Ferguson
merupakan salah satu titik asal penggunaan ungkapan masyarakat sipil (civil society),
yang kemudian diterjemahkan sebagai masyarakat Madani. Gagasan masyarakat sipil
merupakan tujuan utama dalam membongkar masyarakat Marxis. Masyarakat sipil
menampilkan dirinya sebagai daerah kepentingan diri individual dan pemenuhan
maksud-maksud pribadi secara bebas, dan merupakan bagian dari masyarakat yang
menentang struktur politik (dalam konteks tatanan sosial) atau berbeda dari negara.
Masyarakat sipil, memiliki dua bidang yang berlainan yaitu bidang politik (juga moral)
dan bidang sosial ekonomi yang secara moral netral dan instumental (lih. Gellner:1996).
Meski Alquran tidak menyebutkan secara langsung bentuk masyarakat yang ideal
namun tetap memberikan arahan atau petunjuk mengenai prinsip-prinsip dasar dan
pilar-pilar yang terkandung dalam sebuah masyarakat yang baik. Secara faktual, sebagai
cerminan masyarakat yang ideal kita dapat meneladani perjuangan rasulullah
mendirikan dan menumbuhkembangkan konsep masyarakat madani di Madinah.
Dalam pandangan saya, setidaknya ada tiga karakteristik dasar dalam masyarakat
madani. Pertama, diakuinya semangat pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi
sebuah keniscayaan yang tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak mau, pluralitas telah
menjadi suatu kaidah yang abadi dalam pandangan Alquran. Pluralitas juga pada
dasarnya merupakan ketentuan Allah SWT (sunnatullah), sebagaimana tertuang dalam
Alquran surat Al-Hujurat (49) ayat 13.
Dengan kata lain, pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam
kehidupan. Dalam ajaran Islam, pluralisme merupakan karunia Allah yang bertujuan
mencerdaskan umat melalui perbedaan konstruktif dan dinamis. Ia (pluralitas) juga
merupakan sumber dan motivator terwujudnya vividitas kreativitas (penggambaran
yang hidup) yang terancam keberadaannya jika tidak terdapat perbedaan (Muhammad
Imarah:1999).
Satu hal yang menjadi catatan penting bagi kita adalah sebuah peradaban yang
kosmopolit akan tercipta manakala umat Islam memiliki sikap inklusif dan mempunyai
kemampuan (ability) menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Namun, dengan
catatan identitas sejati atas parameter-parameter autentik agama tetap terjaga.
Kedua, adalah tingginya sikap toleransi (tasamuh). Baik terhadap saudara sesama
Muslim maupun terhadap saudara non-Muslim. Secara sederhana toleransi dapat
diartikan sebagai sikap suka mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian orang
lain.
Senada dengan hal itu, Quraish Shihab (2000) menyatakan bahwa tujuan Islam
tidak semata-mata mempertahankan kelestariannya sebagai sebuah agama. Namun juga
mengakui eksistensi agama lain dengan memberinya hak hidup, berdampingan seiring
dan saling menghormati satu sama lain. Sebagaimana hal itu pernah dicontohkan
Rasulullah Saw. di Madinah. Setidaknya landasan normatif dari sikap toleransi dapat
kita tilik dalam firman Allah yang termaktub dalam surat Al-An’am ayat 108.
Ketiga, adalah tegaknya prinsip demokrasi atau dalam dunia Islam lebih dikenal
dengan istilah musyawarah. Terlepas dari perdebatan mengenai perbedaan konsep
demokrasi dengan musyawarah, saya memandang dalam arti membatasi hanya pada
wilayah terminologi saja, tidak lebih. Mengingat di dalam Alquran juga terdapat nilai-
nilai demokrasi (surat As-Syura:38, surat Al-Mujadilah:11).
Ketiga prinsip dasar setidaknya menjadi refleksi bagi kita yang menginginkan
terwujudnya sebuah tatanan sosial masyarakat madani dalam konteks hari ini. Paling
tidak hal tersebut menjadi modal dasar untuk mewujudkan masyarakat yang dicita-
citakan.
Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat Islam
terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan kemajuan di
bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, militer, ekonomi, politik
dan kemajuan bidang-bidang lainnya. Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan
dan terunggul. Nama-nama ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu
Sina, Ubnu Rusyd, Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain.
Artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat Islam adalah umat
yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah ciptakan. Di antara aspek kebaikan
umat Islam itu adalah keunggulan kualitas SDMnyadibanding umat non Islam. Keunggulan
kualitas umat Islam yang dimaksud dalam Al-Qur’an itu sifatnya normatif, potensial, bukan
riil.
Menurut ajaran Islam, semua kegiatan manusia termasuk kegiatan sosial dan
ekonomi haruslah berlandaskan tauhid (keesaan Allah). Setiap ikatan atau hubungan
antara seseorang dengan orang lain dan penghasilannya yang tidak sesuai dengan
ajaran tauhid adalah ikatan atau hubungan yang tidak Islami. Dengan demikian
realitas dari adanya hak milik mutlak tidak dapat diterima dalam Islam, sebab hal ini
berarti mengingkari tauhid. Manurut ajaran Islam hak milik mutlak hanya ada pada
Allah saja. Hal ini berarti hak milik yang ada pada manusia hanyalah hak milik nisbi
atau relatif. Islam mengakui setiap individu sebagai pemilik apa yang diperolehnya
melalui bekerja dalam pengertian yang seluas-luasnya, dan manusia berhak untuk
mempertukarkan haknya itu dalam batas-batas yang telah ditentukan secara khusus
dalam hukum Islam. Pernyataan-pernyataan dan batas-batas hak milik dalam Islam
sesuai dengan kodrat manusia itu sendiri, yaitu dengan sistem keadilan dan sesuai
dengan hak-hak semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Di dalam ajaran Islam terdapat dua prinsip utama, yakni pertama, tidak
seorangpun atau sekelompok orangpun yang berhak mengeksploitasi orang lain; dan
kedua, tidak ada sekelompok orangpun boleh memisahkan diri dari orang lain dengan
tujuan untuk membatasi kegiatan sosial ekonomi di kalangan mereka saja. Islam
memandang umat manusia sebagai satu keluarga, maka setiap manusia adalah sama
derajatnya di mata Allah dan di depan hukum yang diwahyukannya. Konsep
persaudaraan dan perlakuan yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat di muka
hukum tidaklah ada artinya kalau tidak disertai dengan keadilan ekonomi yang
memungkinkan setiap orang memperoleh hak atas sumbangan terhadap masyarakat.
Allah melarang hak orang lain, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-Syu’ara ayat 183:
Artinya:
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela
di muka bumi dengan membuat kerusakan;
Dalam komitmen Islam yang khas dan mendalam terhadap persaudaraan, keadilan
ekonomi dan sosial, maka ketidakadilan dalam pendapatan dan kekayaan bertentangan
dengan Islam. Akan tetapi, konsep Islam dalam distribusi pendapatan dan kekayaan serta
konsepsinya tentang keadilan sosial tidaklah menuntut bahwa semua orang harus mendapat
upah yang sama tanpa memandang kontribusinya kepada masyarakat. Islam mentoleransi
ketidaksamaan pendapatan sampai tingkat tertentu, akrena setiap orang tidaklah sama sifat,
kemampuan, dan pelayanannya dalam masyarakat.
Artinya:
Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki, tetapi
orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada
budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka Mengapa
mereka mengingkari nikmat Allah.
Banyak ayat-ayat Allah yang mendorong manusia untuk mengamalkan sedekah, antara lain
Q.S. An-nisa ayat 114:
Artinya:
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari
orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan
perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian Karena mencari
keredhaan Allah, Maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar.
Dalam ajaran Islam ada dua dimensi utama hubungan yang harus dipelihara, yaitu
hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat.
Kedua hubungan itu harus berjalan dengan serentak. Dengan melaksanakan kedua hungan itu
hidup manusia akan sejahtrera baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Zakat adalah memberikan harta yang telah mencapai nisab dan haul kepada
orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Nisab adalah ukuran
tertentu dari harta yang dimiliki yang mewajibkan dikeluarkannya zakat, sedangkan
haul adalah berjalan genap satu tahun. Zakat juga berarti kebersihan, setiap pemeluk
Islam yang mempunyai harta cukup banyaknya menurut ketentuan (nisab) zakat,
wajiblah membersihkan hartanya itu dengan mengeluarkan zakatnya.
Dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti berkah,
tumbuh, bersih, dan baik. Segala sesuatu yang bertambah disebut zakat. Menurut
istilah fikih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk
diserahkan kepada yang berhak. Orang yang wajib zakat disebut
“muzakki”,sedangkan orang yang berhak menerima zakat disebut ”mustahiq” .Zakat
merupakan pengikat solidaritas dalam masyarakat dan mendidik jiwa untuk
mengalahkan kelemahan dan mempraktikan pengorbanan diri serta kemurahan hati.
Al-Baqarah: 110
Artinya:
“Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan
bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah
Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan”.
At-Taubah: 60
Artinya:
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya;
sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan
dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”.
At-Taubah: 103
Artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan
mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui”.
Adapun hadist yang dipergunakan dasar hukum diwajibkannya zakat antara lain
adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas berikut:
Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW ketika mengutus Mu’az ke Yaman, ia
bersabda: “Sesungguhnya engkau akan datang ke satu kaum dari Ahli Kitab, oleh karena
itu ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan
sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Kemudian jika mereka taat kepadamu untuk
ajakan itu, maka beritahukannlah kepada mereka, bahwa Allah telah mewajibkan kepada
mereka atas mereka salat lima kali sehari semalam; lalu jika mereka mentaatimu untuk
ajakan itu, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa Allah telah mewajibkan zakat
atas mereka, yang diambil dari orang-orang kaya mereka; kemudian jika mereka taat
kepadamu untuk ajakan itu, maka berhati-hatilah kamu terhadap kehormatan harta-harta
mereka, dan takutlah terhadap doa orang yang teraniaya, karena sesungguhnya antara
doa itu dan Allah tidak hijab (pembatas)”.
4. Harta perdagangan.
1. Fakir, ialah orang yang tidak mempunyai dan tidak pula berusaha.
2. Miskin, ialah orang yang tidak cukup penghidupannya dengan pendapatannya sehingga
ia selalu dalam keadaan kekurangan.
3. Amil, ialah orang yang pekerjaannya mengurus dan mengumpulkan zakat untuk
dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya.
4. Muallaf, ialah orang yang baru masuk Islam yang masih lemah imannya, diberi zakat
agar menambah kekuatan hatinya dan tetap mempelajari agama Islam.
5. Riqab, ialah hamba sahaya atau budak belian yang diberi kebebasan berusaha untuk
menebus dirinya agar menjadi orang merdeka.
6. Gharim, ialah orang yang berhutang yang tidak ada kesanggupan membayarnya.
7. Fi sabilillah, ialah orang yang berjuang di jalan Allah demi menegakkan Islam.
8. Ibnussabil, ialah orang yang kehabisan biaya atau perbekalan dalam perjalanan yang
bermaksud baik (bukan untuk maksiat).
Sejak Islam memsuki Indonesia, zakat, infak, dan sedekah merupakan sumber
sumber dana untuk pengembangan ajaran Islam dan perjuangan bangsa Indonesia
melawan penjajahan Belanda. Pemerintah Belanda khawatir dana tersebut akan
digunakan untuk melawan mereka jika masalah zakat tidak diatur. Pada tanggal 4
Agustus 1938 pemerintah Belanda mengeluarkan kebijakan pemerintah untuk
mengawasi pelaksanaan zakat dan fitrah yang dilakukan oleh penghulu atau naib
sepanjang tidak terjadi penyelewengan keuangan. Untuk melemahkan kekuatan rakyat
yang bersumber dari zakat itu, pemerintah Belanda melarang semua pegawai dan
priyai pribumi ikut serta membantu pelaksanaan zakat. Larangan itu memberikan
dampak yang sangat negatif bagi pelakasanaan zakat di kalangan umat Islam, karena
dengan sendirinya penerimaan zakat menurun sehingga dana rakyat untuk melawan
tidak memadai. Hal inilah yang tampaknya diinginkan Pemerintah Kolonial Belanda.
4. Badan amil zakat dan lembaga amil zakat harus mengelolah zakat dengan sebaik-
baiknya.
Selain itu amil juga harus berpegang teguh pada tujuan pengelolaan zakat, antara lain:
1. Mengangkat harkat dan martabat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan
dan penderitaan.
3. Menjembatani antara yang kaya dan yang miskin dalam suatu masyarakat.
Zakat memiliki hikmah yang besar, bagi muzakki, mustahik, maupun bagi
masyarakat muslim pada umumnya. Bagi muzakki zakat berarti mendidik jiwa
manusia untuk suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat kikir, sombong dan
angkuh yang biasanya menyertai pemilikan harta yang banyak dan berlebih.
Bagi mustahik, zakat memberikan harapan akan adanya perubahan nasib dan
sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan suudzan terhadap orang-orang kaya,
sehingga jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dapat dihilangkan.
Wakaf adalah salah satu bentuk dari lembaga ekonomi Islam. Ia merupakan
lembaga Islam yang satu sisi berfungsi sebagai ibadah kepada Allah, sedangkan di sisi
lain wakaf juga berfungsi sosial. Wakf muncul dari satu pernyataan dan perasaan
iman yang mantap dan solidaritas yang tinggi antara sesama manusia. Dalam
fungsinya sebagai ibadah ia diharapkan akan menjadi bekal bagi si wakif di kemudian
hari, karena ia merupakan suatu bentuk amalan yang pahalanya akan terus menerus
mengalir selama harta wakaf itu dimanfaatkan. Sedangkan dalam fungsi sosialnya,
wakaf merupakan aset amat bernilai dalam pembangunan umat.
2.5.1 Pengertian Wakaf
Istilah wakaf beradal dari “waqb” artinya menahan. Menurut H. Moh. Anwar
disebutkan bahwa wakaf ialah menahan sesuatu barang daripada dijual-belikan atau
diberikan atau dipinjamkan oleh yang empunya, guna dijadikan manfaat untuk
kepentingan sesuatu yang diperbolehkan oleh Syara’ serta tetap bentuknya dan boleh
dipergunakan diambil manfaatnya oleh orang yang ditentukan (yang meneriman
wakafan), perorangan atau umum.
Adapun ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist yang menerangkan tentang wakaf ini ialah:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.
dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Al-Hajj ayat 77
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan
perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.
Abu Hurairah r.a. menceritakan, bahwa Rasullullah SAW bersabda, “Jika seorang manusia
meninggal dunia, maka terputuslah masa ia melanjutkan amal, kecuali mengenai tiga hal,
yaitu: Sedekah jariyah (waqafnya) selama masih dipergunakan, ilmunya yang dimanfaatkan
masyarakat, dan anak salehnya yang mendo’akannya.” (Riwayat Muslim).
Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Rasullullah SAW mengutus Umar untuk memungut
zakat…… di dalam hadist itu terdapat pula Khalid mewakafkan baju besi dan perabot
perangnya di jalan Allah.
4) Lafadz wakaf, seperti: “saya wakafkan ini kepada orang-orang miskin dan
sebagainya.
1) Pemberian tanah wakaf tidak dapat ditarik kembali sesudah diamalkannya karena
Allah.
2) Pemberian harta wakaf yang ikhlas karena Allah akan mendapatkan ganjaran terus-
menerus selagi benda itu dapat dimanfaatkan oleh umum dan walaupun bentuk
bendanya ditukar dengan yang lain dan masih bermanfaat.
3) seseorang tidak boleh dipaksa untuk berwakaf karena bisa menimbulkan perasaan
tidak ikhlas bagi pemberiannya.
BAB III
KESIMPULAN
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan umat maka
kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain
itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat
sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun
beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan materi yang ada di bab II ialah
bahwa di dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu
pada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai umat
akhir zaman. Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan masyarakat
madani itu dan bagaimana cara menciptakan suasana pada masyarakat madani tersebut, serta
ciri-ciri apa saja yang terdapat pada masyarakat madani sebelum kita yakni pada zaman
Rasullullah.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada potensi
manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri
manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin
besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun agama Islam maka akan
semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang
kurang di dalam membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh
karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-
latihan spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.
Adapun di dalam Islam mengenal yang namanya zakat, zakat memiliki dua fungsi baik
untuk yang menunaikan zakat maupun yang menerimanya. Dengan zakat ini kita dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat higga mencapai derajat yang disebut masyarakat
madani. Selain zakat, ada pula yang namanya wakaf. Wakaf selain untuk beribadah kepada
Allah juga dapat berfungsi sebagai pengikat jalinan antara seorang muslim dengan muslim
lainnya. Jadi wakaf mempunyai dua fungsi yakni fungsi ibadah dan fungsi sosial.
Maka diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat
mewujudkan masyarakat madani di negeri kita yang tercinta ini yaitu Indonesia. Yakni
melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi, perbaikan sistem ekonomi,
serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah. Insya Allah dengan menjalankan syariat
Islam dengan baik dan teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan.
Demikianlah makalah rangkuman materi yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali
ini semoga di dalam penulisan ini dapat dimengerti kata-katanya sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaiku wr.wrb.
DAFTAR PUSTAKA
Suito, Deny. 2006. Membangun Masyarakat Madani. Centre For Moderate Muslim
Indonesia: Jakarta.
Mansur, Hamdan. 2004. Materi Instrusional Pendidikan Agama Islam. Depag RI: Jakarta.
Sosrosoediro, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion. MUI: Jakarta.
Sutianto, Anen. 2004. Reaktualisasi Masyarakat Madani Dalam Kehidupan. Pikiran Rakyat:
Bandung.
Suryana, A. Toto, dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Tiga Mutiara: Bandung
Tim Icce UIN Jakarta. 2000. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.
Prenada Media: Jakarta.