Anda di halaman 1dari 4

Tugas Syf.

Azizah
Kelas VA

Gundul-Gundul Pacul
Pencipta : Sunan Kalijaga

Asal daerah : Jawa Tengah

Gundul gundul pacul-cul, gembelengan.

Nyunggi nyunggi wakul-kul, gembelengan.

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar.

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar.

Arti dalam Bahasa Indonesia :

Gundul gundul cangkul, sembrono.

Membawa bakul (di atas kepala) dengan sembrono.

Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman.

Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman.

Filosofi yang terkandung :

Gundul gundul pacul-cul, gembelengan

Gundul, yaitu kepala plontos atau botak tanpa memiliki rambut. Kepala merupakan lambang
kehormatan, kemuliaan seseorang, sementara rambut adalah sebuah mahkota lambang
keindahan kepala. Oleh sebab itu gundul berarti kehormatan yang tanpa mahkota.

Pacul dalam bahasa Jawa berarti cangkul petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat.
Yang melambangkan kawula rendah atau sederhana. Orang Jawa mengatakan pacul adalah
papat kang ucul (empat yang lepas) yang berarti bahwa, kemuliaan seseorang akan sangat
tergantung kepada empat hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, telinga, hidung dan
mulutnya. Jika empat hal itu lepas, maka berarti lepaslah kehormatannya.

Gembelengan artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan


kehormatannya. Banyak pemimpin yang lupa bahwa dirinya sesungguhnya mengemban
amanah rakyat.
Sehingga lirik Gundul-gundul pacul-cul, gembelengan diartikan sebagai pemimpin yang lupa
bahwa dirinya sedang mengemban amanah rakyat, namun dirinya malah menggunakan
kekuasan sebagai kemuliaannya, menggunakan kedudukannya unuk berbangga-bangga di
antara manusia dan menganggap kekuasan itu karena kepandaiannya.

Nyunggi nyunggi wakul kul, gembelengan

Nyunggi wakul berarti membawa bakul (tempat nasi) di atas kepalanya. Namun banyak
pemimpin yang lupa bahwa dia mengemban amanah penting yaitu membawa bakul
dikepalanya. Wakul merupakan simbol kesejahteraan rakyat. Dimana terdapat kekayaan
negara, sumberdaya, Pajak adalah isinya. Artinya bahwa kepala yang merupakan
kehormatannya berada di bawah bakul milik rakyat.

Kedudukannya terletak di bawah bakul rakyat. Jadi siapakah yang lebih tinggi
kedudukannya, pembawa bakul atau pemilik bakul? Tentu saja pemilik bakul. Pembawa
bakul merupakan pembantu si pemiliknya. Namun masih banyak pemimpin yang masih
gembelengan, melenggak-lenggokkan kepalanya dengan sombong dan bermain-main.

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar

Wakul ngglimpang berarti bakul diatas kepala jatuh. Segane dadi sak latar berarti nasi yang
menjadi isi di dalam bakul tersebut jatuh dan berantakan kemana-mana. Akibatnya bakul
terguling dan nasinya tumpah ke mana-mana.

Jika pemimpin gembelengan, maka sumber daya akan tumpah ke mana-mana. Dan tidak
terdistribusi dengan baik. Menyebabkan kesenjangan ada dimana-mana. Nasi yang tumpah di
tanah tidak akan bisa dimakan lagi karena telah kotor. Sehingga amanahnya akan jatuh dan
tidak bisa dipertahankan. Menjadikan kepemimpinannya sia-sia. Maka gagalah tugasnya
mengemban amanah rakyat.

Jadi secara keseluruhan lagu ini merupakan soal komitmen manusia ketika bekerja. Ketika
masih anak-anak hal tersebut masih wajar. Namun ketika telah dewasa, bukan lagi saatnya
bermain-main. Terutama ketika seseorang telah mengemban suatu tanggung jawab dan
amanah.
Cublak Cublak Suweng
Pencipta :Sunan Giri
Asal daerah : Jawa TImur

Cublak Cublak Suweng


Cublak cublak suweng
Suwenge teng gelenter
Mambu ketundhung gudèl
Tak gento lela lelo
Sapa ngguyu ndele' ake
Sir sir pong dele bodong
Sir sir pong dele bodong

1. Cublak-cublak suweng,

Cublak Suweng = tempat Suweng. Suweng adalah anting perhiasan wanita Jawa. Jadi,
Cublak-cublak suweng, artinya ada tempat harta berharga, yaitu Suweng (Suwung,
Sepi, Sejati) atau Harta Sejati.

2. Suwenge teng gelenter,


Suwenge Teng Gelenter = suweng berserakan. Harta Sejati itu berupa kebahagiaan
sejati sebenarnya sudah ada berserakan di sekitar manusia.

3. Mambu ketundhung gudel,


Mambu (baunya) Ketundhung (dituju) Gudel (anak Kerbau).
Maknanya, banyak orang berusaha mencari harta sejati itu. Bahkan orang-orang
bodoh (diibaratkan Gudel) mencari harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan
keserakahan, tujuannya untuk menemukan kebahagiaan sejati.

4. Pak empo lera-lere,


Pak empo (bapak ompong) Lera-lere (menengok kanan kiri). Orang-orang bodoh itu
mirip orang tua ompong yang kebingungan. Meskipun hartanya melimpah, ternyata
itu harta palsu, bukan Harta Sejati atau kebahagiaan sejati. Mereka kebingungan
karena dikuasai oleh hawa nafsu keserakahannya sendiri.

5. Sopo ngguyu ndhelikake,


Sopo ngguyu (siapa tertawa) Ndhelikake (dia yg menyembunyikan). menggambarkan
bahwa barang siapa bijaksana, dialah yang menemukan Tempat Harta Sejati atau
kebahagian sejati. Dia adalah orang yang tersenyum-sumeleh dalam menjalani setiap
keadaan hidup, sekalipun berada di tengah-tengah kehidupan orang-orang yang
serakah.

6. Sir-sir pong dele kopong,


Sir (hati nurani) pong dele kopong (kedelai kosong tanpa isi). Artinya di dalam hati
nurani yang kosong. Maknanya bahwa untuk sampai kepada Tempat Harta Sejati
(Cublak Suweng) atau kebahagiaan sejati, orang harus melepaskan diri dari kecintaan
pada harta benda duniawi, mengosongkan diri, rendah hati, tidak merendahkan
sesama, serta senantiasa memakai rasa dan mengasah tajam Sir-nya / hati nuraninya.

Kesimpulan dari lagu ini kurang lebih sebagai berikut :

untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya kembali ke hati
nurani yang bersih. Tidak dipengaruhi hawa nafsu.. Dengan hati nurani akan lebih
mudah menemukannya, tidak tersesat jalan hingga lupa akan akhirat.

Anda mungkin juga menyukai