Anda di halaman 1dari 19

Kliping Boneka Nusantara

Oleh :
Nama : Kayla Azzahra Malayka
Kelas : V Arofah

SD Muhammadiyah 1 Pringsewu
Tahun 2016

Boneka Nusantara
www.marketing.co.id Apa yang terlintas dalam pikiran Anda tentang Boneka?
Tentu tidak jauh dengan dunia anak, sesuatu yang lucu dan menggemaskan. Walau
di awal pembuatannya, boneka ditujukan atau berfungsi sebagai salah satu alat
ritual.
Berikut boneka-boneka nusantara yang merupakan aset budaya yang patut
dilestarikan keberadaanya:
1. Si Gale-Gale

Ada kisah sedih yang melatarbelakangi pembuatan boneka kayu yang


berada di pulau Samosir ini. Konon dulunya boneka sigale-gale dibuat
untuk menghibur raja yang berkuasa di daerah Toba yang pada waktu itu
sakit lantaran kehilangan putranya yang tewas dalam peperangan. Dengan
upacara ritual berikut pemaggilan roh, patung kayu tersebut akan menari
mengikuti iringan musik yang berasal dari sordam dan gondang yang
merupakan alat musik tradisional yang ada di tanah Batak. Saat ini boneka
si gale-gale dipamerkan di dalam museum yang berada di daerah Tuk-Tuk
pulau Samosir.

2. Ondel-Ondel

Boneka besar yang telah menjadi ikon kota Jakarta ini terbuat dari
anyaman bambu yang mempunyai tinggi sekitar 2,5 meter dengan garis
tengah kurang lebih 80 cm. Umumnya boneka raksasa ini dibuat sepasang
yakni boneka dengan topeng warna merah adalah laki-laki, sedang yang
bermuka putih adalah perempuan.
Meski pada awalnya ondel-ondel digelar sebagai acara penolak bala atau
untuk mengusir gangguan roh halus. Namun dalam perkembangannya,
boneka ondel-ondel ditampilkan sebagai salah satu hiburan, penyambutan
tamu, atau penyemarak acara.

3. Badawang

Kemunculan

Badawang

adalah

hasil

perpaduan

budaya

eropa

(kolonialisasi) dan tradisi mistis yang berlaku khususnya di daerah Jawa


Barat. Boneka Badawang yang bisa diartikan sebagai orang-orangan tinggi
ini, dalam proses pembuatannya mirip dengan boneka Ondel-ondel. Hanya
wajah boneka Badawang biasanya mempunyai profil orang kaya dan
berlente, seperti; bangsawan, orang asing, atau militer.
Saat ini boneka Badawang telah mengalami perubahan yakni mempunyai
bentuk-bentuk

menarik,

contohnya

Badawang

punakawan

yang

mempunyai karakter lucu dan menghibur, lebih diminati khususnya anakanak.

4. Golek (Wayang Golek)

Boneka kayu yang dipahat dengan halus menyerupai tokoh-tokoh dalam


pewayangan ini pada bagian bawahnya berbentuk lancip, hal ini bertujuan
agar boneka dapat diberdirikan pada batang pisang ketika pertunjukkan
berlangsung. Wayang golek merupakan pekembangan budaya yakni dari
wayang kulit yang menyajikan pertunjukkan dua dimensi menjadi tiga
dimensi.
Lebih jauh lagi karena penampilan wayang golek yang lebih menarik,
selanjutnya dalam masyarakat Jawa muncul penyebutan golek yang
berarti sama dengan boneka. Dewasa ini pertunjukan seni wayang golek
mempunyai tujuan yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat dan lingkungan, seperti untuk bersih desa, khitanan,
pernikahan, dll.
5. Barong Landung
Terdapat beberapa versi cerita mengenai boneka yang dibuat dengan
ukuran besar ini. Namun pada dasarnya boneka yang lebih dikenal dengan
nama Barong Landung adalah dua perwujudan yang sangat bertolak
belakang. Dimana boneka laki-laki berwajah menyeramkan bagai raksasa
yang diberi nama Djero Gede, sedangkan yang perempuan berwajah jelita
dengan mata sipit dan senyum menyungging mirip dengan gadis Cina,
diberi nama Djero Luh.

Umumnya pementasan Barong Landung diperuntukkan untuk mengusir


malapetaka ataupun wabah penyakit. Bahkan dibeberapa pure di pulau
Bali hingga saat ini masih mengkeramatkannya karena dipercaya memiliki
kekuatan ghaib.
6. Tau-Tau

Patung Tau-tau di tanah Toraja propinsi Sulawesi Selatan merupakan


representasi keluarga terhadap anggota keluarganya yang telah meninggal.
Patung-patung tersebut dibuat semirip mungkin dengan almarhum,
dilengkapi dengan pakaian, sarung dan ikat kepala khas Toraja. Kemudian
Patung tersebut diletakkan di luar kubur.

RAGAM TOPENG NUSANTARA

Oleh :
Nama
: KAYLA AZZAHRA
MALAYKA
Kelas
: IV AROFAH

SD MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN 2014
RAGAM TOPENG NUSANTARA

Topeng telah ada di Indonesia sejak zaman prasejarah. Secara luas


digunakan dalam tari topeng yang menjadi bagian dari upacara adat
atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Diyakini
bahwa topeng berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap
sebagai interpretasi dewa-dewa. Pada beberapa suku, topeng masih
menghiasi berbagai kegiatan seni dan adat sehari-hari. Beberapa
topeng di Indonesia pun digunakan sebagai hiasan di dalam rumah
atau di luar rumah.
Beberapa kesenian topeng Indonesia antara lain:
Topeng Dayak

Di daerah Kalimantan, suku Dayak menggunakan topeng dalam Tari


Hudog yang sering dimainkan dalam upacara keagamaan dari
kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari ini dimaksudkan
untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak
tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen
yang banyak. Topeng yang digunakan berwarna hitam, putih, dan
merah yang melambangkan kekuatan alam yang akan membawa air
dan melindungi tanaman yang mereka tanam hingga musim panen
tiba.
Tidak hanya keindahan estetis yang dimilikinya, tetapi sisi misteri
yang tersimpan pada raut wajah topeng tetap mampu memancarkan
kekuatan magis. Sebagai seni pertunjukan topeng merupakan
perpaduan dari berbagai jenis kesenian yang memiliki nilai-nilai luhur
dan memiliki bentuk karakter seni seperti seni rupa,drama, sastra,

musik, tari dan ukir. Disamping itu topeng juga memiliki perspektif
hiburan dan pendidikan.
Topeng Cirebon

Penduduk desa yang tersebar di sekitar Cirebon hanyalah pewaris dan


bukan penciptanya. Penduduk desa ini adalah juga penerus dari para
penari Keraton Cirebon yang dahulu memeliharanya. Penari-penari
dan penabuh gamelan Keraton pada jaman penjajahan Belanda mata
pencaharian semakin sulit sehingga harus mencari sumber hidupnya di
rakyat pedesaan.
Topeng Cirebon yang semula berpusat di Keraton-keraton, kini
tersebar di lingkungan rakyat petani pedesaan. Dan seperti umumnya
kesenian rakyat, maka Topeng Cirebon juga dengan cepat mengalami
transformasi-transformasi. Proses transformasi itu berakhir dengan
keadaannya yang sekarang, yakni berkembangnya berbagai gaya

Topeng Cirebon, seperti Losari, Selangit, Kreo, Palimanan serta


berkembang di pelosok-pelosok Kecamatan

Topeng Surakarta :

Topeng gaya Surakarta hampir sama dengan gaya Yogyakarta hanya


terdapat perbedaan pada kumisnya yang terbuat dari bulu. Tokoh
punakawan Bancak dan Doyok juga mengenakan topeng separuh
muka seperti gaya Yogyakarta.

Topeng Jogja

Dalam pagelaran Wayang Wong yang di ciptakan oleh Hamengku


Bhuwono I ( 1755-1792 ) dalam pengekspresian karakter gerak tari
tokoh-tokoh wayang untuk peran kera dan raksasa dalam pentas
Ramayana maupun Mahabharata pemainnya dilengkapi dengan
pemakaian topeng, sedangkan untuk tokoh satria dan wanita tidak
mengenakan topeng.

Dalam pementasan Wayang Orang Gedog punakawan Pentul dan


Tembem mengenakan topeng separuh muka sehingga dapat berdialog
secara leluasa tanpa mengangkat topeng. Lain halnya dengan
pementasan ceritera Panji para pemainnya mengenakan topeng dengan
cara agak direnggangkan sedikit sehingga pemain dapat mengucapkan
antawacananya. Pada topeng gaya Yogyakarta kumis dibuat dengan
cara menyungging warna hitam.

Topeng Bali

Di Bali topeng juga adalah suatu bentuk dramatari yang semua


pelakunya mengenakan topeng dengan cerita yang bersumber pada
cerita sejarah yang lebih dikenal dengan Babad.

Dalam membawakan peran-peran yang dimainkan, para penari


memakai topeng bungkulan (yang menutup seluruh muka penari),
topeng sibakan (yang menutup hanya sebagian muka dari dahi hingga
rahang atas termasuk yang hanya menutup bagian dahi dan hidung).
Semua tokoh yang mengenakan topeng bungkulan tidak perlu

berdialog langsung, sedangkan semua tokoh yang memakai topeng


sibakan memakai dialog berbahasa kawi dan Bali.

Tokoh-tokoh utama yang terdapat dalam dramatari Topeng terdiri dari


Pangelembar (topeng Keras dan topeng tua), Panasar (Kelihan - yang
lebih tua, dan Cenikan yang lebih kecil), Ratu (Dalem dan Patih) dan
Bondres (rakyat). Jenis-jenis dramatari topeng yang ada di Bali adalah
:

JENIS JENIS TOPENG


Topeng Panji
Akronim dari kata MAPAN ning kang SIJI, artinya tetap kepada yang
satu atau Esa. Tiada Tuhan selain Allah Swt.

Topeng Samba
Berasal dari kata SAMBANG atau SABAN yang artinya setiap.
Maknanya bahwa setiap waktu kita diwajibkan mengerjakan segala
Perintah- NYA. Sedangkan Pamindo artinya Diduakalikan
(Dipindoni), maknanya bahwa disamping mengerjakan perintah
NYA, kita juga perlu melaksanakan hal hal yang sunnah

Topeng Rumyang

Berasal dari kata Arum / Harum dan Yang / Hyang (Tuhan).Maknanya


bahwa kita senantiasa mengharumkan nama Tuhan yaitu dengan Doa

dan dzikir

Topeng Temenggung

Memberikan kebaikan kapada sesama manusia, saling menghormati


dan senantiasa mengembangkan silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh

Topeng Kelana
Kelana artinya Kembara atau Mencari. Bahwa dalam hidup ini kita
wajib berikhtiar

Anda mungkin juga menyukai