Anda di halaman 1dari 29

Jenis Jenis Topeng

1.Panji :
Menggambarkan kesucian manusia yang baru lahir. Gerakannya halus dan
lembut. Tidak seluruh tubuh digerakan.

2. Samba atau Pamindo :


Melambangkan kelincahan manusia dimasa kanak-kanak. Sikapnya lincah dan lucu tetapi
juga luwes.
3. Rumyang :
Menggambarkan kehidupan seorang remaja pada masa akil baligh.
4. Tumenggung atau Patih :
Menggambarkan manusia yang sudah menginjak dewasa dan telah menemukan jati dirinya.
Sikapnya tegas, berkepribadian, bertanggung jawab dan memiliki jiwa korsa yang Paripurna.
5. Kelana atau Rahwana :
Melambangkan sifat angkara murka yang terdapat dalam manusia.

Kelima Topeng / kedok tersebut apabila dikaitkan dengan unsur Islam


adalah sebagai berikut :

Topeng Panji
Akronim dari kata MAPAN ning kang SIJI, artinya tetap kepada yang satu atau
Esa. Tiada Tuhan selain Allah Swt.

Topeng Samba
Berasal dari kata SAMBANG atau SABAN yang artinya setiap. Maknanya bahwa
setiap waktu kita diwajibkan mengerjakan segala Perintah- NYA. Sedangkan
Pamindo artinya Diduakalikan (Dipindoni), maknanya bahwa disamping
mengerjakan perintah NYA, kita juga perlu melaksanakan hal hal yang

sunnah

Topeng Rumyang

Berasal dari kata Arum / Harum dan Yang / Hyang (Tuhan).Maknanya bahwa kita
senantiasa mengharumkan nama Tuhan yaitu dengan Doa dan dzikir

Topeng Temenggung
Memberikan kebaikan kapada sesama manusia, saling menghormati dan
senantiasa mengembangkan silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh

Topeng Kelana
Kelana artinya Kembara atau Mencari. Bahwa dalam hidup ini kita wajib
berikhtiar

POKOK POKOK TARI TOPENG


Pokok pokok Tari Topeng Cirebon ada 9 (sembilan) gerakan yaitu: Adeg adeg
1. Adeg-adeg
2. Pasangan
3. Capang
4. Banting Tangan
5. Jangkung Ilo
6. Godeg
7. Gendut
8. Kenyut
9. Nindak / Njanda
Kesembilan gerakan tersebut adalah disesuaikan dengan lubang yang terdapat pada tubuh
manusia, yaitu sebagai berikut :

Dua lubang mata


Dua lubang telinga

Dua lubang hidung

Dua lubang pelepasan (depan dan belakang )

Satu lubang mulut

Arti dari kesembilan gerakan tersebut yaitu :

1. ADEG ADEG (berdiri ) : Artinya kita harus berdiri dengan kokoh agar
tidak tergoyahkan.
2. PASANGAN : Artinya kita senantiasa memberikan suri tauladan kepada
orang lain dengan berbuat kebajikan dan
kebaikan.
3. CAPANG : Artinya agar kita selalu ringan tangan memberikan
pertolongan kepada yang membutuhkan.
4. BANTING TANGAN : Artinya kita harus senantiasa bekerja keras.
5. JANGKUNGILO : Artinya mengukur keinginan kita dengan kemampuan
yang ada.
6. GODEG : Artinya geleng kepala. Maknanya apabila kita melihat saudara
kita sesama manusia yang sedang di landa
kesusahan kita senantiasa menggelengkan
kepala dan kemudian menolongnya sesuai
kemampuan.
7. GENDUT : Artinya dalam hidup ini kita jangan gemuk sendiri karena masih
banyak saudara saudara kita yang
kekurangan dan hidup dibawah garis
kemiskinan.
8. KENYUT : Artinya Kepincut. Maknanya kita harus kepincut kepada hal hal
yang sifatnya positif dan konstruktif.

9. NINDAK / NJANGKA : Artinya bertindak atau berbuat. Maknanya kita senantiasa harus
berbuat kepada jalan yang diridhoi Allah SWT.

TOPENG / KEDOK TAMBAHAN


Seperti diungkapkan diatas, bahwa jumlah kedok seluruhnya ada 9 buah dan
yang dijadikan kedok pokok hanya 5 buah. Adapun 4 kedok lainnya digunakan
bila mementaskan cerita / lakon.

Berikut ini adalah arti dan makna 4 kedok tambahan, yaitu sebagai berikut :

1. PENTUL : Menggambarkan seorang Pawongan / punakawan yang selalu rendah hati, tidak
sombong dan selalu setia kepada tuannya.
2. NYO / SEMBLEP : Menggambarkan seorang Emban atau Parkan atau juga seorang Inang
Pengasuh.
3. JINGGANANOM : Menggambarkan seorang Abdi Negara dan Abdi masyarakat Yang
senantiasa menempatkan kepentingan pribadi atau golongan.
4. AKI AKI : Menggambarkan kehidupan manusia di masa tua.

Topeng adalah benda yang dipakai di atas wajah. Biasanya topeng dipakai untuk mengiringi
musik kesenian daerah. Topeng di kesenian daerah umumnya untuk menghormati
sesembahan atau memperjelas watak dalam mengiringi kesenian. Bentuk topeng bermacammacam ada yang menggambarkan watak marah, ada yang menggambarkan lembut, dan
adapula yang menggambarkan kebijaksanaan.
Topeng telah menjadi salah satu bentuk ekspresi paling tua yang pernah diciptakan peradaban
manusia. Pada sebagian besar masyarakat dunia, topeng memegang peranan penting dalam
berbagai sisi kehidupan yang menyimpan nilai-nilai magis dan suci. Ini karena peranan
topeng yang besar sebagai simbol-simbol khusus dalam berbagai uparaca dan kegiatan adat
yang luhur.
Kehidupan masyarakat modern saat ini menempatkan topeng sebagai salah satu bentuk karya
seni tinggi. Tidak hanya karena keindahan estetis yang dimilikinya, tetapi sisi misteri yang
tersimpan pada raut wajah topeng tetap mampu memancarkan kekuatan magis yang sulit
dijelaskan.Topeng di Indonesia
Topeng Bali.
Topeng masuk Indonesia pada sekitar abad ke-17. Secara luas digunakan dalam tari yang
menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para
leluhur. Diyakini bahwa topeng berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai
interpretasi dewa-dewa. Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi berbagai kegiatan seni
dan adat sehari-hari.
[sunting] Topeng Jawa
Cerita klasik Ramayana yang berkembang sejak ratusan tahun lalu menjadi inspirasi utama
dalam penciptaan topeng di Jawa. Topeng-topeng di Jawa dibuat untuk pementasan sendratari yang menceritakan kisah-kisah klasik tersebut. Salah satu tokoh dari cerita Ramayana
adalah Rama dan Sinta. Rama adalah seorang suami yang berjuang mati-matian untuk
menyelamatkan Sinta dari Rahwana. Sementara Sinta adalah istri setia yang berjuang
melawan godaan Rahwana untuk menjaga kesucian cintanya.
[sunting] Topeng Bali
Topeng sebagai bentuk karya seni tradisional di Bali lebih dikenal dengan sebutan tapel.
Keberadaan topeng dalam masyarakat Bali berkaitan erat dengan upacara keagamaan Hindu,
karena kesenian luluh dalam agama dan masyarakat. Sebagai sebuah tradisi yang kental
dengan nuansa ritual magis, umumnya yang ditampilkan di tengah masyarakat adalah seni
yang disakralkan. Tuah dari topeng yang merepresentasikan dewa-dewa dipercaya mampu
menganugrahkan ketenteraman dan keselamatan.
[sunting] Topeng Dayak
Di daerah Kalimantan, suku Dayak menggunakan topeng dalam Tari Hudog yang sering
dimainkan dalam upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari ini
dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman
dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak. Topeng yang

digunakan berwarna hitam, putih, dan merah yang melambangkan kekuatan alam yang akan
membawa air dan melindungi tanaman yang mereka tanam hingga musim panen tiba.
under Uncategorized

Get Free Updates


Get the latest and the greatest news delivered for free to your reader or your inbox:
RSS Feed E-mail Updates

<
Di Bali topeng juga adalah suatu bentuk dramatari yang semua pelakunya mengenakan
topeng dengan cerita yang bersumber pada cerita sejarah yang lebih dikenal dengan
Babad.
Dalam membawakan peran-peran yang dimainkan, para penari memakai topeng
bungkulan (yang menutup seluruh muka penari), topeng sibakan (yang menutup hanya
sebagian muka dari dahi hingga rahang atas termasuk yang hanya menutup bagian dahi
dan hidung). Semua tokoh yang mengenakan topeng bungkulan tidak perlu berdialog
langsung, sedangkan semua tokoh yang memakai topeng sibakan memakai dialog
berbahasa kawi dan Bali.
Tokoh-tokoh utama yang terdapat dalam dramatari Topeng terdiri dari Pangelembar
(topeng Keras dan topeng tua), Panasar (Kelihan - yang lebih tua, dan Cenikan yang
lebih kecil), Ratu (Dalem dan Patih) dan Bondres (rakyat). Jenis-jenis dramatari topeng
yang ada di Bali adalah :
1. Topeng Pajeganyang ditarikan oleh seorang aktor dengan memborong semua tugastugas yang terdapat didalam lakon yang dibawakan.
2. Topeng Sidakarya Di dalam topeng Pajegan ada topeng yang mutlak harus ada, yakni
topeng Sidakarya. Oleh karena demikian eratnya hubungan topeng Pajegan dengan
upacara keagamaan, maka topeng ini pun disebut Topeng Wali. Dramatari Topeng hingga
kini masih ada hampir diseluruh Bali
3. Topeng Pancayang dimainkan oleh empat atau lima orang penari yang memainkan
peranan yang berbeda-beda sesuai tuntutan lakon,

4. Topeng Prembon yang menampilkan tokoh-tokoh campuran yang diambil dari


Dramatari Topeng Panca dan beberapa dari dramatari Arja dan Topeng Bondres, seni
pertunjukan topeng yang masih relatif muda yang lebih mengutamakan penampilan
tokoh-tokoh lucu untuk menyajikan humor-humor yang segar.
Nama Arja di duga berasal dari kata Reja (bahasa sansekerta) yang berarti keindahan.
Arja adalah semacam opera khas Bali, merupakan sebuah dramatari yang dialognya
ditembangkan secara macapat. Dramatari Arja ini adalah salah satu kesenian yang
sangat digemari di kalangan masyarakat.
Arja diperkirakan muncul pada tahun 1820an, pada masa pemerintahan raja Klungkung I
Dewa Agung Sakti. Tiga fase penting dalam perkembangan Arja adalah:
munculnya Arja Doyong (Arja tanpa iringan gamelan, dimainkan oleh satu orang).
Arja Gaguntangan (yang memakai gamelan Gaguntangan dengan jumlah pelaku lebih
dari satu orang).
Arja Gede ( yang dibawakan oleh antara 10 sampai 15 pelaku dengan struktur
pertunjukan yang sudah baku seperti yang ada sekarang).
Sumber lakon Arja yang utama adalah cerita Panji (Malat), kemudian lahirlah sejumlah
cerita seperti Bandasura, Pakang Raras, Linggar Petak, I Godogan, Cipta Kelangen, Made
Umbara, Cilinaya dan Dempu Awang yang dikenal secara luas oleh masyarakat.
Arja juga menampilkan lakon-lakon dari cerita rakyat seperti Jayaprana, Sampik Ingtai,
Basur dan Cupak Grantang serta beberapa lakon yang diangkat dari cerita Mahabharata
dan Ramayana. Lakon apapun yang dibawakan Arja selalu menampilkan tokoh-tokoh
utama yang meliputi Inya, Galuh, Desak (Desak Rai), Limbur, Liku, Panasar, Mantri
Manis, Mantri Buduh dan dua pasang punakawan atau Panasar kakak beradik yang
masing - masing terdiri dari Punta dan Kartala. Hampir semua daerah di Bali masih
memiliki grup-grup Arja yang masih aktif.
Menjelang berakhirnya abad XX lahir Arja Muani, pemainnya semua pria, sebagian
memerankan wanita. Arja ini disambut dengan sangat antusias oleh masyarakat karena,
menghadirkan komedi segar.
Tari Topeng Bali mempunyai ciri tarian tersendiri. Dengan iringan irama gamelan yang
khas mempertunjukkan drama tari namun tidak mengangkat kisah-kisah dalam
pewayangan. Wujud tarian dapat dibagi dalam bentuk 2 jenis, yaitu : 1. Topeng Pajegan
penarinya hanya satu orang namun dalam pementasan membawakan berbagai macam
topeng yang secara berturut-turut dipakai/diganti diatas pentas dan menari sesuai
dengan karakter topeng yang sedang dipakai. 2. Topeng Panca tari ini merupakan
pengembangan dari tari Topeng Pajegan dengan penambahan pemain menjadi 5 orang.

jenis-jenis topeng menurut asal daerahnya

TOPENG CIREBON

Penduduk desa yang tersebar di sekitar Cirebon hanyalah pewaris dan bukan penciptanya.
Penduduk desa ini adalah juga penerus dari para penari Keraton Cirebon yang dahulu
memeliharanya. Penari-penari dan penabuh gamelan Keraton pada jaman penjajahan
Belanda mata pencaharian semakin sulit sehingga harus mencari sumber hidupnya di rakyat
pedesaan.
Topeng Cirebon yang semula berpusat di Keraton-keraton, kini tersebar di lingkungan rakyat
petani pedesaan. Dan seperti umumnya kesenian rakyat, maka Topeng Cirebon juga
dengan cepat mengalami transformasi-transformasi. Proses transformasi itu berakhir
dengan keadaannya yang sekarang, yakni berkembangnya berbagai gaya Topeng
Cirebon, seperti Losari, Selangit, Kreo, Palimanan serta berkembang di pelosok-pelosok
Kecamatan antara lain : Klangenan, Plumbon serta Arjawinangun, sedangkan di Kota
Cirebon sendiri sudah tergeserkan oleh kesenian yang lebih modern. Namun demikian
masih terlihat adanya kultur Kraton yang mengajarkan adab kebangsawanan dalam
pementasannya yang berbaur dengan kultur rakyat yang sederhana dilihat dari pakaian
yang dikenakan para penarinya.
Dalam pengangkatan ceritera dalam pementasan adalah ceritera Panji dalam lima siklus
karakter kehidupan, antara lain :
Panjitahap kelahiran.
Samba ( Pamindo )tahap kanak-kanak.
Rumyangtahap dewasa.
Tumenggung ( Patih ) tahap memperoleh kedudukan dalam masyarakat.
Ruwana ( Rahwana ) dan Klanatahap manusia yang telah dikuasai berbagai nafsu.
Dalam pengangkatan karakter topeng sangat ter ekpresi oleh pola-pola gerakan tubuh para
penari, sehingga tari topeng Cirebon ini sangat indah dalam pementasannya.

TOPENG JOGJA

Dalam pagelaran Wayang Wong yang di ciptakan oleh Hamengku Bhuwono I ( 1755-1792 )
dalam pengekspresian karakter gerak tari tokoh-tokoh wayang untuk peran kera dan
raksasa dalam pentas Ramayana maupun Mahabharata pemainnya dilengkapi dengan
pemakaian topeng, sedangkan untuk tokoh satria dan wanita tidak mengenakan topeng.
Dalam pementasan Wayang Orang Gedog punakawan Pentul dan Tembem mengenakan
topeng separuh muka sehingga dapat berdialog secara leluasa tanpa mengangkat topeng.
Lain halnya dengan pementasan ceritera Panji para pemainnya mengenakan topeng
dengan cara agak direnggangkan sedikit sehingga pemain dapat mengucapkan
antawacananya. Pada topeng gaya Yogyakarta kumis dibuat dengan cara menyungging
warna hitam

TOPENG SURAKARTA

Topeng gaya Surakarta hampir sama dengan gaya Yogyakarta hanya terdapat perbedaan
pada kumisnya yang terbuat dari bulu. Tokoh punakawan Bancak dan Doyok juga
mengenakan topeng separuh muka seperti gaya Yogyakarta

TOPENG MALANG

Topeng Malang merupakan pementasan wayang Gedog yang dalam pertunjukannya


mempergunakan topeng. Dalam perkembangannya di Kedungmoro dan Polowijen,
Kecamatan Blimbing, Malang yang dikenal dengan sebutan Topeng Jabung. Dalam
pementasannya mengetengahkan ceritera-ceritera Panji dengan tokoh-tokohnya seperti :
Panji Inu Kertapati, Klana Swandana, Dewi Ragil Kuning, Raden Gunungsari, dll. Para
penari mengenakan topeng dan menari sesuai dengan karakter tokoh yang dimainkan.
Dalam pementasan dipergunakan tirai yang terbelah tengah sebagai pintu keluar/masuk
para penarinya.
Maestro Topeng Malang, yang tetap melestarikannya adalah Mbah Karimun bersama
istrinya Siti Maryam, dengan tetap melatih anak-anak kecil di lingkungannya untuk belajar
membuat Topeng Malang dan tari Topeng Malangan.
Demikian pula Mbah Kari ( kelahiran Desa Jabung Malang,1936 ) dengan tekun memahat
dan mengukir kayu untuk dibuat topeng. Ketekunan yang dilandasi oleh semangat
pengabdian dan kesetiaan pada tradisi topeng yang diwarisi dari nenek moyangnya,
walaupun di usia tuannya masih dengan penuh semangat melatih para penari usia muda,
memberikan contoh ragam-ragam gerak tari topeng Malangan versi Jabung.

TOPENG BALI

Di Bali topeng juga adalah suatu bentuk dramatari yang semua pelakunya mengenakan
topeng dengan cerita yang bersumber pada cerita sejarah yang lebih dikenal dengan
Babad.
Dalam membawakan peran-peran yang dimainkan, para penari memakai topeng bungkulan
(yang menutup seluruh muka penari), topeng sibakan (yang menutup hanya sebagian muka
dari dahi hingga rahang atas termasuk yang hanya menutup bagian dahi dan hidung).
Semua tokoh yang mengenakan topeng bungkulan tidak perlu berdialog langsung,
sedangkan semua tokoh yang memakai topeng sibakan memakai dialog berbahasa kawi
dan Bali.
Tokoh-tokoh utama yang terdapat dalam dramatari Topeng terdiri dari Pangelembar (topeng
Keras dan topeng tua), Panasar (Kelihan - yang lebih tua, dan Cenikan yang lebih kecil),
Ratu (Dalem dan Patih) dan Bondres (rakyat). Jenis-jenis dramatari topeng yang ada di Bali
adalah :
Topeng Pajeganyang ditarikan oleh seorang aktor dengan memborong semua tugas-tugas
yang terdapat didalam lakon yang dibawakan.
Topeng Sidakarya Di dalam topeng Pajegan ada topeng yang mutlak harus ada, yakni
topeng Sidakarya. Oleh karena demikian eratnya hubungan topeng Pajegan dengan
upacara keagamaan, maka topeng ini pun disebut Topeng Wali. Dramatari Topeng hingga
kini masih ada hampir diseluruh Bali
Topeng Pancayang dimainkan oleh empat atau lima orang penari yang memainkan peranan
yang berbeda-beda sesuai tuntutan lakon,
Topeng Prembon yang menampilkan tokoh-tokoh campuran yang diambil dari Dramatari
Topeng Panca dan beberapa dari dramatari Arja dan Topeng Bondres, seni pertunjukan
topeng yang masih relatif muda yang lebih mengutamakan penampilan tokoh-tokoh lucu
untuk menyajikan humor-humor yang segar.
Nama Arja di duga berasal dari kata Reja (bahasa sansekerta) yang berarti keindahan. Arja
adalah semacam opera khas Bali, merupakan sebuah dramatari yang dialognya
ditembangkan secara macapat. Dramatari Arja ini adalah salah satu kesenian yang sangat
digemari di kalangan masyarakat.
Arja diperkirakan muncul pada tahun 1820an, pada masa pemerintahan raja Klungkung I
Dewa Agung Sakti. Tiga fase penting dalam perkembangan Arja adalah:
Munculnya Arja Doyong (Arja tanpa iringan gamelan, dimainkan oleh satu orang).
Arja Gaguntangan (yang memakai gamelan Gaguntangan dengan jumlah pelaku lebih dari
satu orang).
Arja Gede ( yang dibawakan oleh antara 10 sampai 15 pelaku dengan struktur pertunjukan
yang sudah baku seperti yang ada sekarang).

TOPENG DAYAK

Di daerah Kalimantan, suku Dayak menggunakan topeng dalam Tari Hudog yang sering
dimainkan dalam upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari
ini dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak
tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak. Topeng
yang digunakan berwarna hitam, putih, dan merah yang melambangkan kekuatan alam
yang akan membawa air dan melindungi tanaman yang mereka tanam hingga musim panen
tiba.

Dapat kita lihat, betapa para ahli telah bekerja keras untuk menyelidiki dan mempelajari
misteri dibalik topeng. Tetapi sampai saat ini masih tersisa beberapa pertanyaan yang belum
menemukan jawaban. Tidak seorangpun dapat menjelaskan mengapa manusia merasa
perlu menutupi wajahnya dengan topeng. Kita juga masih belum menemukan jawaban
mengapa di sebagian besar adat suku tertentu tidak mengijinkan wanita menggunakan
topeng. Dan begitulah misteri dibalik topeng, terus menerus menyelubungi.
http://baurenomatoh.blogspot.com/2014/01/jenis-jenis-topeng-menurut-asal.html

Jenis dan Karakter Topeng Cirebon

2.1 Karakter Topeng Cirebon


1.Topeng Panji
Makna / filosofi
Menggambarkan sesosok bayi baru lahir dalam keadaan
suci yang belum memiliki dosa.
Ciri dari topeng dan kostumnya serba warna putih dari
atas sampai bawah.
2.Topeng samba/Pamindo
Menggambarkan kehidupan seorang anak menjelang
masa-masa remaja ,penuh dengan penuh keverian dan
kegembiraan.
Ciri dari topeng tersebut berwarna putih dan kostumnya
berwarna kuning.
3. Topeng Rum yang
Menggambarkan kehidupan tentang anak manusia pada
masa pencarian ati diri .
Ciri dari topeng tersebut berwarna jingga dan kostumya
berwarna hijau.
4.Topeng Tumenggung
Menggambarkan kehidupan tentang para bangsawan
kraton.
Ciri dari topemg tersebut berwarna Orans dan kostumnya
berwarna hitam.

5. Topeng Klana

Menggambarkan kehidupan seorang yang serakah yang


penuh nafsu antara murka.
Ciri dari topeng tersebut berwarna merah dan kostumnya pun
serba berwarna merah.

2.2 Nama- nama kostum dan topeng


1.Di kepala/mahkota dinamakan Sobra
2. Di samping kanan dan kiri Sobra terdapat Rawis.
3.Celana dan baju warna sesuai dengan karakter
topeng.
4.Di bagian leher / dada terdapat Ombyok.
5. Di bagian pinggang terdapat Slepe.
6.Dibagian belakang terdapat Keris
7.Kain samping batik motiv carbon ( Mega mendung)
8.Gelang kaki
10.Gelang tangan.

Penduduk desa yang tersebar di sekitar Cirebon hanyalah pewaris dan bukan
penciptanya. Penduduk desa ini adalah juga penerus dari para penari Keraton
Cirebon yang dahulu memeliharanya. Penari-penari dan penabuh gamelan Keraton
pada jaman penjajahan Belanda mata pencaharian semakin sulit sehingga harus
mencari sumber hidupnya di rakyat pedesaan.
Topeng Cirebon yang semula berpusat di Keraton-keraton, kini tersebar di
lingkungan rakyat petani pedesaan. Dan seperti umumnya kesenian rakyat, maka
Topeng Cirebon juga dengan cepat mengalami transformasi-transformasi. Proses
transformasi itu berakhir dengan keadaannya yang sekarang, yakni berkembangnya
berbagai gaya Topeng Cirebon, seperti Losari, Selangit, Kreo, Palimanan serta
berkembang di pelosok-pelosok Kecamatan antara lain : Klangenan, Plumbon serta
Arjawinangun, sedangkan di Kota Cirebon sendiri sudah tergeserkan oleh kesenian
yang lebih modern. Namun demikian masih terlihat adanya kultur Kraton yang
mengajarkan adab kebangsawanan dalam pementasannya yang berbaur dengan
kultur rakyat yang sederhana dilihat dari pakaian yang dikenakan para penarinya.
Dalam pengangkatan ceritera dalam pementasan adalah ceritera Panji dalam lima
siklus karakter kehidupan, antara lain :
1. Panjitahap kelahiran,
2. Samba ( Pamindo )tahap kanak-kanak,
3. Rumyangtahap dewasa,
4. Tumenggung ( Patih ) tahap memperoleh kedudukan dalam masyarakat,
5. Ruwana ( Rahwana ) dan Klanatahap manusia yang telah dikuasai berbagai

nafsu.
Dalam pengangkatan karakter topeng sangat ter ekpresi oleh pola-pola gerakan
tubuh para penari, sehingga tari topeng Cirebon ini sangat indah dalam
pementasannya.

Dalam pagelaran Wayang Wong yang di ciptakan oleh Hamengku Bhuwono I ( 17551792 ) dalam pengekspresian karakter gerak tari tokoh-tokoh wayang untuk peran
kera dan raksasa dalam pentas Ramayana maupun Mahabharata pemainnya
dilengkapi dengan pemakaian topeng, sedangkan untuk tokoh satria dan wanita tidak
mengenakan topeng.
Dalam pementasan Wayang Orang Gedog punakawan Pentul dan Tembem
mengenakan topeng separuh muka sehingga dapat berdialog secara leluasa tanpa
mengangkat topeng. Lain halnya dengan pementasan ceritera Panji para pemainnya
mengenakan topeng dengan cara agak direnggangkan sedikit sehingga pemain dapat
mengucapkan antawacananya. Pada topeng gaya Yogyakarta kumis dibuat dengan
cara menyungging warna hitam

Topeng Malang merupakan pementasan wayang Gedog yang dalam pertunjukannya


mempergunakan topeng. Dalam perkembangannya di Kedungmoro dan Polowijen,
Kecamatan Blimbing, Malang yang dikenal dengan sebutan Topeng Jabung. Dalam
pementasannya mengetengahkan ceritera-ceritera Panji dengan tokoh-tokohnya
seperti : Panji Inu Kertapati, Klana Swandana, Dewi Ragil Kuning, Raden
Gunungsari, dll. Para penari mengenakan topeng dan menari sesuai dengan karakter
tokoh yang dimainkan. Dalam pementasan dipergunakan tirai yang terbelah tengah
sebagai pintu keluar/masuk para penarinya.
Maestro Topeng Malang, yang tetap melestarikannya adalah Mbah Karimun bersama
istrinya Siti Maryam, dengan tetap melatih anak-anak kecil di lingkungannya untuk
belajar membuat Topeng Malang dan tari Topeng Malangan.
Demikian pula Mbah Kari ( kelahiran Desa Jabung Malang,1936 ) dengan tekun
memahat dan mengukir kayu untuk dibuat topeng. Ketekunan yang dilandasi oleh
semangat pengabdian dan kesetiaan pada tradisi topeng yang diwarisi dari nenek
moyangnya, walaupun di usia tuannya masih dengan penuh semangat melatih para
penari usia muda, memberikan contoh ragam-ragam gerak tari topeng Malangan
versi Jabung.

Topeng gaya Surakarta hampir sama dengan gaya Yogyakarta hanya terdapat
perbedaan pada kumisnya yang terbuat dari bulu. Tokoh punakawan Bancak dan
Doyok juga mengenakan topeng separuh muka seperti gaya Yogyakarta

RAGAM TOPENG NUSANTARA


1/07/2013

YOKI MIRANTIYO

Topeng telah menjadi salah satu bentuk ekspresi paling tua yang pernah diciptakan peradaban
manusia. Pada sebagian besar masyarakat dunia, topeng memegang peranan penting dalam
berbagai sisi kehidupan yang menyimpan nilai-nilai magis dan suci. Ini karena peranan topeng yang
besar sebagai simbol-simbol khusus dalam berbagai uparaca dan kegiatan adat yang luhur.

Kehidupan masyarakat modern saat ini menempatkan topeng sebagai salah satu bentuk karya seni
tinggi. Tidak hanya karena keindahan estetis yang dimilikinya, tetapi sisi misteri yang tersimpan pada
raut wajah topeng tetap mampu memancarkan kekuatan magis yang sulit dijelaskan.

Topeng di Indonesia
Topeng telah ada di Indonesia sejak zaman prasejarah. Secara luas digunakan dalam tari topeng
yang menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur.
Diyakini bahwa topeng berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai interpretasi
dewa-dewa. Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi berbagai kegiatan seni dan adat seharihari. Beberapa topeng di Indonesia pun digunakan sebagai hiasan di dalam rumah atau di luar
rumah.
Beberapa kesenian topeng Indonesia antara lain:
Topeng Cirebon

Penduduk desa yang tersebar di sekitar Cirebon hanyalah pewaris dan bukan penciptanya. Penduduk
desa ini adalah juga penerus dari para penari Keraton Cirebon yang dahulu memeliharanya. Penaripenari dan penabuh gamelan Keraton pada jaman penjajahan Belanda mata pencaharian semakin
sulit sehingga harus mencari sumber hidupnya di rakyat pedesaan.

Topeng Cirebon yang semula berpusat di Keraton-keraton, kini tersebar di lingkungan rakyat petani
pedesaan. Dan seperti umumnya kesenian rakyat, maka Topeng Cirebon juga dengan cepat
mengalami transformasi-transformasi. Proses transformasi itu berakhir dengan keadaannya yang
sekarang, yakni berkembangnya berbagai gaya Topeng Cirebon, seperti Losari, Selangit, Kreo,
Palimanan serta berkembang di pelosok-pelosok Kecamatan antara lain : Klangenan, Plumbon serta
Arjawinangun, sedangkan di Kota Cirebon sendiri sudah tergeserkan oleh kesenian yang lebih
modern. Namun demikian masih terlihat adanya kultur Kraton yang mengajarkan adab
kebangsawanan dalam pementasannya yang berbaur dengan kultur rakyat yang sederhana dilihat
dari pakaian yang dikenakan para penarinya.

Dalam pengangkatan ceritera dalam pementasan adalah ceritera Panji dalam lima siklus karakter
kehidupan, antara lain :

1. Panjitahap kelahiran,

2. Samba ( Pamindo )tahap kanak-kanak,

3. Rumyangtahap dewasa,

4. Tumenggung ( Patih ) tahap memperoleh kedudukan dalam masyarakat,

5. Ruwana ( Rahwana ) dan Klanatahap manusia yang telah dikuasai berbagai nafsu.

Dalam pengangkatan karakter topeng sangat ter ekpresi oleh pola-pola gerakan tubuh para penari,
sehingga tari topeng Cirebon ini sangat indah dalam pementasannya.

Topeng Jogja

Dalam pagelaran Wayang Wong yang di ciptakan oleh Hamengku Bhuwono I ( 1755-1792 ) dalam
pengekspresian karakter gerak tari tokoh-tokoh wayang untuk peran kera dan raksasa dalam pentas
Ramayana maupun Mahabharata pemainnya dilengkapi dengan pemakaian topeng, sedangkan untuk
tokoh satria dan wanita tidak mengenakan topeng.

Dalam pementasan Wayang Orang Gedog punakawan Pentul dan Tembem mengenakan topeng
separuh muka sehingga dapat berdialog secara leluasa tanpa mengangkat topeng. Lain halnya
dengan pementasan ceritera Panji para pemainnya mengenakan topeng dengan cara agak
direnggangkan sedikit sehingga pemain dapat mengucapkan antawacananya. Pada topeng gaya
Yogyakarta kumis dibuat dengan cara menyungging warna hitam.

Topeng Surakarta :

Topeng gaya Surakarta hampir sama dengan gaya Yogyakarta hanya terdapat perbedaan pada
kumisnya yang terbuat dari bulu. Tokoh punakawan Bancak dan Doyok juga mengenakan topeng
separuh muka seperti gaya Yogyakarta.

Topeng Bali

Di Bali topeng juga adalah suatu bentuk dramatari yang semua pelakunya mengenakan topeng
dengan cerita yang bersumber pada cerita sejarah yang lebih dikenal dengan Babad.

Dalam membawakan peran-peran yang dimainkan, para penari memakai topeng bungkulan (yang
menutup seluruh muka penari), topeng sibakan (yang menutup hanya sebagian muka dari dahi
hingga rahang atas termasuk yang hanya menutup bagian dahi dan hidung). Semua tokoh yang
mengenakan topeng bungkulan tidak perlu berdialog langsung, sedangkan semua tokoh yang
memakai topeng sibakan memakai dialog berbahasa kawi dan Bali.

Tokoh-tokoh utama yang terdapat dalam dramatari Topeng terdiri dari Pangelembar (topeng Keras
dan topeng tua), Panasar (Kelihan - yang lebih tua, dan Cenikan yang lebih kecil), Ratu (Dalem dan
Patih) dan Bondres (rakyat). Jenis-jenis dramatari topeng yang ada di Bali adalah :

1. Topeng Pajeganyang ditarikan oleh seorang aktor dengan memborong semua tugas-tugas yang
terdapat didalam lakon yang dibawakan.

2. Topeng Sidakarya Di dalam topeng Pajegan ada topeng yang mutlak harus ada, yakni topeng
Sidakarya. Oleh karena demikian eratnya hubungan topeng Pajegan dengan upacara keagamaan,
maka topeng ini pun disebut Topeng Wali. Dramatari Topeng hingga kini masih ada hampir diseluruh
Bali

3. Topeng Pancayang dimainkan oleh empat atau lima orang penari yang memainkan peranan yang
berbeda-beda sesuai tuntutan lakon,

4. Topeng Prembon yang menampilkan tokoh-tokoh campuran yang diambil dari Dramatari Topeng
Panca dan beberapa dari dramatari Arja dan Topeng Bondres, seni pertunjukan topeng yang masih
relatif muda yang lebih mengutamakan penampilan tokoh-tokoh lucu untuk menyajikan humor-humor
yang segar.

Nama Arja di duga berasal dari kata Reja (bahasa sansekerta) yang berarti keindahan. Arja adalah
semacam opera khas Bali, merupakan sebuah dramatari yang dialognya ditembangkan secara
macapat. Dramatari Arja ini adalah salah satu kesenian yang sangat digemari di kalangan
masyarakat.

Arja diperkirakan muncul pada tahun 1820an, pada masa pemerintahan raja Klungkung I Dewa
Agung Sakti. Tiga fase penting dalam perkembangan Arja adalah:

munculnya Arja Doyong (Arja tanpa iringan gamelan, dimainkan oleh satu orang).
Arja Gaguntangan (yang memakai gamelan Gaguntangan dengan jumlah pelaku lebih dari satu
orang).
Arja Gede ( yang dibawakan oleh antara 10 sampai 15 pelaku dengan struktur pertunjukan yang
sudah baku seperti yang ada sekarang).

Sumber lakon Arja yang utama adalah cerita Panji (Malat), kemudian lahirlah sejumlah cerita seperti
Bandasura, Pakang Raras, Linggar Petak, I Godogan, Cipta Kelangen, Made Umbara, Cilinaya dan
Dempu Awang yang dikenal secara luas oleh masyarakat.

Arja juga menampilkan lakon-lakon dari cerita rakyat seperti Jayaprana, Sampik Ingtai, Basur dan
Cupak Grantang serta beberapa lakon yang diangkat dari cerita Mahabharata dan Ramayana. Lakon
apapun yang dibawakan Arja selalu menampilkan tokoh-tokoh utama yang meliputi Inya, Galuh,

Desak (Desak Rai), Limbur, Liku, Panasar, Mantri Manis, Mantri Buduh dan dua pasang punakawan
atau Panasar kakak beradik yang masing - masing terdiri dari Punta dan Kartala. Hampir semua
daerah di Bali masih memiliki grup-grup Arja yang masih aktif.

Menjelang berakhirnya abad XX lahir Arja Muani, pemainnya semua pria, sebagian memerankan
wanita. Arja ini disambut dengan sangat antusias oleh masyarakat karena, menghadirkan komedi
segar.

Tari Topeng Bali mempunyai ciri tarian tersendiri. Dengan iringan irama gamelan yang khas
mempertunjukkan drama tari namun tidak mengangkat kisah-kisah dalam pewayangan. Wujud tarian
dapat dibagi dalam bentuk 2 jenis, yaitu :

1. Topeng Pajegan penarinya hanya satu orang namun dalam pementasan membawakan berbagai
macam topeng yang secara berturut-turut dipakai/diganti diatas pentas dan menari sesuai dengan
karakter topeng yang sedang dipakai.

2. Topeng Panca tari ini merupakan pengembangan dari tari Topeng Pajegan dengan penambahan
pemain menjadi 5 orang.

Anda mungkin juga menyukai