Lagu dolanan Gundul Gundul Pacul sering kita jumpai setiap mata pelajaran
Kesenian Daerah di Sekolah Dasar. Lagu dolanan khas jawa ini memang mudah sekali
dihafal oleh semua kalangan, dari anak kecil hingga dewasa. Konon lagu ini diciptakan pada
tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja. Lagu yang
hanya berisi 4 bait ini mempunyai banyak sekali pesan moral dan arti filosofis yang dalam
dan sangat mulia. Makna dalam lagu ini sangat banyak, sehingga banyak juga macam
pemaknaan orang yang berbeda-beda. Berikut makna dari lagu tersebut, saya babarkan
menurut pendapat saya dan pendapat beberapa orang yang kemudian saya kumpulkan
maknanya.
Bagian pertama, mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat. Telinga, digunakan untuk
mendengar nasehat. Hidung, digunakan untuk mencium wewangian kebaikan. Dan yang
keempat adalah mulut, digunakan untuk berkata-kata yang adil. Jika keempat hal tersebut
lepas, maka lepaslah kehormatannya.
Wakul, sebuah tempat untuk menyajikan nasi yang biasa tersaji di meja-meja makan
masyarakat Jawa. Wakul melambangkan kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan.
Ngglimpang, artinya tumpah atau jatuh.
Segane, sega artinya isi dari wakul, yaitu nasi. Segane berarti nasinya.
Dadi sak latar, artinya menjadi berantakan ke halaman rumah (latar).
Akhirnya wakul ngglimpang, sehingga amanah (wakul) jatuh dan tidak bisa
dipertahankan lagi. Dan Segane dadi sak latar yang mengakibatkan menjadi berantakan dan
sia-sia, tidak bisa bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat, serta menyusahkan dan
mengecewakan rakyat semua.
Sumber :
Harusnya Presiden SBY Terapkan Filosofi Gundul-gundul Pacul,
http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=23409 (diakses pada 29 April 2011)