Anda di halaman 1dari 4

Batalkan RUU PT!

Maksud catatan ini menyarankan. Apabila RUU Pendidikan Tinggi buru-buru disahkan, niscaya terjadi
pemasungan otonomi keilmuan.
Ada di depan mata, begitu RUU disetujui DPR untuk disahkan, disahkan Presiden, segera diikuti
permohonan uji materi, berlanjut pembatalan UU oleh Mahkamah Konstitusi.
Keterangan RUU PT siap disetujui untuk disahkan, pada sidang bulan Juli ini, memberi kesan kepada
kita kejar setoran. Tercapailah memberangus suara kritis kampus menjelang Pilpres 2014 atau
muatan kepentingan politis lain. Demi kepentingan politik, diingkari jati diri lembaga pendidikan
yang dari dirinya sendiri otonom.
Beberapa alasan memperkuat ajakan imperatif di atas. Mengerucut pada mindset para konseptor di
balik pengajuan RUU PT. Kalau kemudian kekeliruan mindset pemerintah itu diikuti DPR, terjadilah
kesinambungan penularan kekeliruan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta DPR
mengidap kerancuan berpikir tentang jati diri lembaga pendidikan tinggi.
Draf RUU PT semula 102 pasal, kemudian diringkas menjadi 59 pasal. Pasal-pasal kontroversial
konon sudah disempurnakan. Seberapa jauh penyempurnaannya tidak diumumkan ke masyarakat.
Padahal, mencermati 102 pasal sebelumnya, permasalahan pokok bukan hanya pada pasal-pasal
kontroversial, melainkan justru pada mindset, cara berpikir, paradigma, bahkan opsi dasarnya.
Tidak kita sangsikan pemahaman para konseptor, baik di tingkat birokrasi Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan maupun DPR. Jauh pula dari prasangka negatif, menurut kita pasal-pasal itu
mempresentasikan kerancuan yang berawal dari opsi dasar.
Taruhlah contoh tentang otonomi yang disempitkan pada masalah pendanaan. Padahal, jauh lebih
substansial dan strategis menyangkut otonomi keilmuan. Kerancuan berpikir ini mengakibatkan
otonomi keilmuan hanya dikategorikan sebagai masalah teknis, yang berlanjut dengan pasal akan
diatur oleh peraturan pemerintah atau peraturan menteri.
Pengaturan tridarma yang terdiri atas pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat dengan PP
dan SK Mendikbud, contoh lain representasi pemasungan otonomi. Menteri itu pejabat politis
sehingga tidak semua pertimbangan didasarkan atas kepentingan akademis, kewenangannya mudah
mengancam otonomi.
Karena eksistensi lembaga pendidikan (tinggi) amat strategis, tidak ada salahnya masyarakat
dipersilakan ikut mencermati 59 pasal RUU PT tersebut. Memang atas kewenangan prosedural
dijamin UU, pemerintah dan DPR mengesahkan RUU jadi UU walaupun bisa saja UU tidak segera
disahkan oleh Presiden.
”Kejar setoran” legislasi sukses, memang. Tetapi, daripada memperbesar angka 400 permohonan uji
materi selama 2003-2012, lupakan dulu pengesahan RUU PT.
Menjadi Tetangga Saja Tidak Cukup
Judul ulasan pendek ini mengutip pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu
lalu mengenai hubungan Indonesia dan Australia.
Beberapa waktu lalu, Presiden Yudhoyono mengatakan bahwa ”tidak cukup Indonesia dan Australia
hanya menjadi tetangga. Adalah penting sekali bagi kita untuk menjadi mitra yang kuat.”
Kita sepakat dengan pernyataan itu. Rasanya pernyataan itu pun perlu kita kemukakan lagi saat
Presiden Yudhoyono tengah mengadakan kunjungan resmi ke Australia bertemu dengan Perdana
Menteri Julia Gillard.
Memang tidak mudah untuk mewujudkan cita-cita itu—menjadikan tetangga sebagai mitra yang
kuat. Harus diakui bahwa banyak persoalan yang ada di antara dua negara yang bertetangga ini.
Meskipun kedua belah pihak terus berusaha untuk mengatasi persoalan-persoalan itu, masih saja
ada masalah yang harus diselesaikan secara bersama dengan semangat sebagai negara tetangga
yang bermitra.
Sekadar sebagai contoh, betapa dua negara terus berusaha meningkatkan dan mempererat
hubungan. Bahkan sudah lama dilakukan. Pada 13 November 2006, parlemen kedua negara secara
resmi meratifikasi kerangka kerja sama keamanan yang disebut Perjanjian Lombok.
Perjanjian itu merupakan kerangka kerja sama antara Indonesia dan Australia dalam pertahanan,
penegakan hukum, kontraterorisme, keamanan maritim, dan tanggap darurat terhadap bencana.
Kedua negara juga akan saling menghormati dan mendukung kedaulatan, integritas teritorial,
persatuan nasional, dan independensi politik satu sama lain. Ini sebuah perjanjian yang lengkap.
Tentu selama enam tahun terakhir sejak penandatanganan perjanjian itu telah banyak
perkembangan, dan muncul juga banyak persoalan. Namun, Perjanjian Lombok kiranya tetap bisa
menjadi kerangka acuannya.
Persoalan terakhir yang mencolok adalah menyangkut penyelundupan manusia. Meski tujuannya
Australia, banyak pula yang singgah ke Indonesia. Yang menurut Yudhoyono, Indonesia juga menjadi
korban dalam masalah penyelundupan manusia itu.
Karena itu, sangat penting dicari cara penanganan bersama terhadap penyelundupan manusia
tersebut. Yang tentu saja, seperti pernah kita singgung dalam kolom ini beberapa waktu lalu, kita
tidak akan membiarkan wilayah kita menjadi halaman depan Australia untuk menyelesaikan masalah
penyelundupan manusia itu.
Kita berharap dari waktu ke waktu hubungan kedua negara semakin meningkat—meskipun kadang-
kadang persoalan hubungan kedua negara dijadikan isu politik di Australia. Apa pun, harus kita akui,
bahwa kedua negara saling membutuhkan.
Wacana : Batalkan RUU PT

Pertanyaan !

1. Apa yang terjadi RUU Pendidikan Tinggi buru-buru disahkan ...


a. Pemasungan otonomi keilmuan c. Kenaikan harga BBM
b. Demontrasi Mahasiswa d. Kenaikan harga sembako
2. Badan apa yang akan menegasahkan RUU pertama kali ...
a. DPR c. KY
b. Presiden d. MK
3. Kapan sidang pengesahan RUU dilakukan ...
a. Bulan juni c. Bulan agustus
b. Bulan juli d. Bulan september
4. Draft RUU semula...
a. 102 Pasal c. 140 Pasal
b. 130 Pasal d. 150 Pasal
5. Permasalahan pokok bukan hanya pada pasal-pasal kontroversial, melainkan...
a. Pada mindset, cara berpikir, paradigma, bahkan opsi dasarnya
b. Ketentuan Dasarnya
c. Kelogisan caranya
d. Ketidakpastian ketentuan
6. Menurut kita pasal-pasal itu mempresentasikan kerancuan yang berawal dari...
a. Opsi dasar c. OPSI Atas
b. Opsi tengah d. Opsi Madya
7. otonomi yang disempitkan pada masalah...
a. Pendanaan
b. Perjalanan
c. Pendataan
d. pengaturan
8. Pasal berikutnya akan diatur oleh ...
a. Pemerintah & Menteri c. DPD & DPR
b. BUMN & BUMS d. MK & KY
9. Judul ulasan pendek ini mengutip pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
beberapa waktu lalu mengenai hubungan Indonesia dengan...
a. Australia
b. Jerman
c. Malaysia
d. Belanda
10. Beberapa waktu lalu, Presiden Yudhoyono mengatakan bahwa ”tidak cukup Indonesia dan
Australia hanya menjadi tetangga. Adalah penting sekali bagi kita untuk menjadi...
a. Mitra yang kuat c. Musuh
b. Tetangga d. Teman
11. Presiden Yudhoyono tengah mengadakan kunjungan resmi ke Australia bertemu dengan
Perdana Menteri...
a. Jullia Gillard c. Sultan Abdullah
b. Barrack Obama d. Sadam Husein

12. Kapan parlemen kedua negara secara resmi meratifikasi kerangka kerja sama keamanan
yang disebut Perjanjian Lombok. ...
a. 13 November 2006 c. 10 Desember 2010
b. 17 Agustus 1945 d. 20 september 1990
13. Perjanjian itu merupakan kerangka kerja sama antara Indonesia dan Australia dalam...
a. Pertahanan c. Ekonomi
b. Kebudayaan d. Prostitusi
14. Persoalan yang mencolok mengenai hubungan Indonesia dengan Australia yaitu ...
a. Penyeludupan manusia c. Penyeludupan narkoba
b. Perperangan saudara d. Pencurian minyak
15. ‘’Kita berharap dari waktu ke waktu hubungan kedua negara semakin meningkat—meskipun
kadang-kadang persoalan hubungan kedua negara dijadikan isu politik di Australia. Apa pun,
harus kita akui, bahwa kedua negara saling...
a. Membutuhkan
b. Menjauhi
c. Mencaci-maki
d. Berperang

Anda mungkin juga menyukai