KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Kooperatif
kooperatif yaitu:
11
Nur Asma mengemukakan bahwa pengembangan pembelajaran kooperatif
12
ditemukan adalah dengan belajar bersama-sama dengan
anggota kelompok sampai masing-masingh siswa
memahami materi pembelajaran dan mengakhiri dengan
membuat laporan kelompok dan individual.
2) Belajar Kerjasama (Cooperative Learning)
Seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kelompok untuk
melakukan diskusi, memecahkan masalah dan mengujinya
secara bersama-sama, sehingga terbentuk pengetahuan baru
dari hasil kerjasama mereka. Diyakini yang diperoleh
melalui penemuan-penemuan dari hasil kerjasama ini akan
lebih baik permanen dalam pemahaman masing-masing
siswa.
3) Pembelajaran Partisipatorik
Melalui model pembelajaran ini siswa belajar dengan
melakukan sesuatu (learning by doing) secara bersama-
sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang
menjadi tujuan pembelajaran.
4) Mengajar Reaktif ( Reactive Teaching)
Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif ini, guru
perlu menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa
mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi siswa
dapat dibangkitkan jika guru mampu menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan dan menarik serta dapat
meyakinkan siswanya akan manfaat pelajaran ini untuk
masa depan mereka.
5) Pembelajaran yang Menyenangkan ( Joyfull Learning)
Model pembelajaran kooperatif menganut prinsip
pembelajaran yang menyenangkan. Suasana belajar yang
menyenangkan harus dimulai dari sikap dan perilaku guru
di luar maupun dalam kelas. Guru harus memilki sikap
yang ramah dengan tutur bahasa yang menyayangi siswa-
siswanya. (Nur Asma,2006:14-16)
13
b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat
Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal
ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain
untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan
bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan
seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok.
Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan
akan mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang
terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide
mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
c. Tanggung jawab individual
Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa
tanggung jawab siswa dalam hal membantu siswa yang
membutuhkan bantuan dan siswa tidak dapat hanya sekedar
“membonceng” pada hasil kerja teman sekelompoknya.
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil
Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi
yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana
berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana
siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide
dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
e. Proses kelompok
Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok.
Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan
bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan
membuat hubungan kerja yang baik.
a. Pengelompokan
Dalam rangka pengelompokan atau membentuk kelompok maka
yang perlu diperhatikan adalah heterogenitas dari anggota
kelompok, seperti keanekaragaman latar belakang sosio-
ekonomi, etnik, dan kemampuan akademis. Dalam hal
kemampuan akademis, dalam satu kelompok diharapkan ada
yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Adapun manfaat
14
dari pengelompokan secara heterogenitas adalah:
1) Memberi kesempatan untuk saling berbagi sesama teman
dan saling mendukung.
2) Meningkatkan relasi dan interaksi antar siswa.
3) Memudahkan dan meringankan tugas guru dalam mengajar.
b. Semangat kerjasama
Agar proses pembelajaran kooperatif berjalan efektif maka perlu
adanya pembinaan dan niat kerjasama. Oleh karena itu guru
perlu untuk selalu memberikan pembinaan akan pentingnya arti
kerjasama, sehingga setiap siswa mempunyai semangat
kerjasama yang tinggi dalam belajar.
c. Penataan ruang kelas
Dalam pembelajaran kooperatif penataan ruang kelas
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menunjang
keberhasilan belajar para siswa. Dalam penataan ruang kelas ada
beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan yaitu: ukuran ruang
kelas, jumlah siswa, tingkat kedewasaan siswa, toleransi guru
dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu lalang siswa,
toleransi masing-masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu
lalang siswa lain, pengalaman guru dalam melaksanakan metode
pembelajaran kooperatif, dan pengalaman siswa dalam
melaksanakan model pembelajaran kooperatif.
Adapun penataan bangku siswa yang dapat dijadikan pilihan oleh para
2003:51) yaitu:
15
B. Macam-Macam Pembelajaran Kooperatif
16
bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya,
semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-
sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling
bantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata
pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim
akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih
siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini
kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang
berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat
atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan, termasuk
presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan kuis biasanya
memerlukan waktu 3-5 periode kelas.
Gagasan utama dari STAD adalah ,untuk memotivasi siswa
supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain
dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para
siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka
harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materinya.
Mereka harus mendukung teman , satu timnya untuk bisa
melakukan yang terbaik, menunjukan norma bahwa belajar itu
penting, berharga dan menyenangkan. Para siswa bekerja sama
setelah guru menyampaikan materi pelajaran. Mereka boleh
bekerja berpasangan dan membandingkan jawaban masing-masing,
mendiskusikan setiap ketidaksesuaian, dan saling membantu satu
sama lain jika ada yang salah dalam memahami. Mereka boleh
mendiskusikannya dari pendekatan penyelesaian masalah, atau
mereka juga boleh saling memberikan kuis mengenai objek yang
sedang mereka pelajari. Mereka bekerja dengan teman satu
timnya,menilai kekuatan dan kelemahan mereka untuk membantu
mereka berhasil dalam kuis.
3. Teams Games-Tournament (TGT)
Metode ini menggunakan pelajaran yang sama yang
disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti dalam STAD,
tetapi menggantikan dengan kuis dengan turnamen mingguan, di
mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain
untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan
game ini bersama tiga orang pada “meja turnamen” di mana ketiga
peserta dalam satu meja turnamen ini adalah para siswa yang
memilki rekor nilai matematika terakhir yang sama. Sebuah
prosedur “menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup
adil. Peraih rekor tertinggi dalama tiap meja turnamen akan
mendapatkan 60 poin untuk timnya, tanpa menghiraukan dari meja
mana ia mendapatkannya;ini berarti bahwa mereka yang
berprestasi rendah (bermain dengan yang berprestasi tinggi)
keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. TGT
memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi
menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari
17
penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu
dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari
lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain,
tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannnya tidak
boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab
individual.
4. Jigsaw II
Jigsaw II adalah adalah adaptasi dari teknik teka-teki Elliot
Aronson (1978). Dalam teknik ini siswa, bekerja dalam anggota
kelompok yang sama, yaitu empat orang, dengan latar belakang
yang berbeda seperti dalam STAD dan TGT. Para siswa ditugaskan
untuk membaca bab , buku kecil, atau materi lain, biasanya bidang
studi sosial, biografi , atau member materi-materi yang bersifat
penjelasan terperinci lainnya. Tiap anggota tim ditugaskan secara
acak untuk menjadi “ahli” dalam aspek tertentu dari tugas
membaca tersebut.
5. Team Accelerated Intruction ( TAI)
Dalam TAI, para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan
tes penempatan dan kemudian melanjutkannya dengan tingkat
kemampuan mereka sendiri. Secara umum, anggota kelompok
bekerja pada unit pelajaran yang berbeda. Teman satu tim saling
memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar
jawaban dan saling membantu dalam menyelesaikan berbagai
masalah. Unit tes yang terakhir akan dilakukan tanpa bantuan
teman satu tim dan skornya dihitung dengan monitor siswa. Tiap
minggu, guru menjumlah angka dari tiap unit yang telah
diselesaikan semua anggota tim dan memberikan sertifikat atau
penghargaan tim lainnya untuk tim yang berhasil melampaui
kriteria skor yang didasarkan pada angka tes terakhir yang telah
dilakukan, dengan poin ekstra untuk lembar jawaban yang
sempurna dan pekerjaan rumah yang telah diselesaikan. Karena
para siswa bertanggung jawab untuk saling mengecek satu sama
lain dan mengelola materi yang disampaikan, guru dapat
menghabiskan waktu di dalam kelas penyampaian pelajaran
kepada kelompok kecil siswa yang terdiri dari beberapa tim yang
belajar pada tingkat yang sama dalam sekuen.
6. Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC)
Merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca
dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih
tinggi dan juga pada sekolah menengah (Madden,Slavin,& Steven,
1986). Dalam CIRC,guru menggunakan novel atau bahan bacaan
yang berisi latihan soal dan cerita. Mereka mungkin menggunakan
atau tidak menggunakan kelompok membaca, seperti dalam kelas
membaca tradisional. Para siswa ditugaskan untuk berpasangan
dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang
bersifat kognitif,termasuk membacakan cerita satu sama lain,
18
membuat prediksi mengenai bagaimana akhir dari sebuah cerita
negarif, saling merangkum cerita satu sama lain, menulis
tanggapan terhadap cerita, dan melatih pengucapan, penerimaan,
dan kosa kata. Para siswa juga belajar dalam timnya untuk
menguasai gagasan utama dan kemampuan komprehensif lainnya.
Selama periode seni berbahasa, siswa terlibat dalam pelatihan
penulisan, konsep penulisan, saling mervisi dan menyunting karya
yang satu dengan lainnya, dan mempersiapkan pemuatan hasil
kerja tim pada buku-buku kelas.
pembelajaran kooperatif,yaitu:
19
disempurnalan oleh Sharan dan rekan-rekannya di Tel Aviv
University. GI merupakan pendekatan cooperative learning yang
paling kompleks dan paling sulit diimplementasikan. GI
melibatkan siswa dalam merencanakan topik-topik yang akan
dipelajari dan bagaimana cara menjalankan investigasinya.
4) Pendekatan Struktural
Pendekatan cooperative learning lainnya dikembangkan selama
dekade lalu, terutama oleh Spencer Kagan. Pendekatan struktural
menekankan penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan mengharuskan
siswa untuk bekerja secara independen di kelompok-kelompok
kecil dan ditandai oleh reward kooperatif dan bukan reward
individual.
a) Think-Pair-Share (TPS)
Pendekatan ini menantang asumsi bahwa semua resitasi atau
diskusi perlu dilakukan dalam setting seluruh kelompok, dan
memilki prosedur-prosedur built-in untuk memberikan lebih
banyak waktu kepada siswa untuk berfikir, untuk merespons, dan
untuk saling membantu.
b) Numbered Heads Together (NHT)
Adalah pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagan
untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam review berbagai
materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa
pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu.
untuk menyelesaikan masalah atau tugas yang telah diberikan guru secara
bersama-sama.
20
C. Pembelajaran Tipe Jigsaw
adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutkan dengan istilah puzzle
kooperatif tipe Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji
individual. Dalam model Jigsaw ini, siswa dibagi menjadi dua kelompok,
21
yaitu kelompok awal dan kelompok ahli. Setiap siswa yang ada dalam
kelompok awal mengkhususkan diri pada satu bagian dari sebuah unit
pembelajaran. Siswa dalam kelompok awal ini kemudian dibagi lagi untuk
baku” untuk jigsaw II biasanya harus berupa bab, cerita, biografi atau
materi-materi narasi atau deskripsi serupa. Dalam Jigsaw II, para siswa
bekerja dalam tim yang heterogen, seperti dalam STAD dan TGT. Para
siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit ,
dan diberikan “ lembar ahli ‘’ yang terdiri atas topik-topik yang berbeda
tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang saat bertemu dalam “
menit. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara
22
terakhir adalah, para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh
topik, dan skor kuis akan menjadi skor tim, seperti dalam STAD. Seperti
siswa yang timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau
untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam
tugas dengan baik. Kunci metode jigsaw ini adalah interdependensi: tiap
penilaian.
23
dengan menggunakan model Jigsaw (Rusman, 2012:218) adalah sebagai
berikut:
Kelompok I 1 1 1 1 1 1 Kelompok I
1 2 3 4 1 2 3 4
Kelompok II Kelompok II
1 2 3 4 1 2 3 4
2 2 2 2 2 2
Kelompok III Kelompok III
1 2 3 4 1 2 3 4
3 3 3 3 3 3
Kelompok IV Kelompok IV
1 2 3 4 1 2 3 4
4 4 4 4 4 4
Kelompok V Kelompok V
1 2 3 4 1 2 3 4
Kelompok VI Kelompok VI
1 2 3 4 1 2 3 4
24
Berdasarkan Gambar 1 di atas dapat dijelaskan bahwa dalam
diberikan topik yang berbeda untuk dipelajari. Siswa dari kelompok asal
dan Aronson, Elliot (dalam Anita Lie, 2003:91) yang membagi menjadi 7
fase yaitu:
25
mereka dapatkan dalam kelompok ahli.
f. Fase 6: Evaluasi
Semua siswa diberikan tes meliputi semua topik dari materi yang
telah di diskusikan.
g. Fase 7: Memberikan Penghargaan
Guru memberikan penghargaan baik secara individual maupun
kelompok.
26
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Kaitannya
tercapai.
keahliannya.
adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti: siswa tidak
27
mengerjakan pelajaran lain, tidak terpengaruh situasi di luar kelas, siswa
atau siswa lain, merespon atas stimulus yang diberikan guru dan tidak
28
e. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan
informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
29
Menurut Isjoni (2011-18), kelemahan pembelajaran kooperatif
bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam( intern ) dan faktor
D. Pembelajaran Konvensional/Ceramah
30
Keuntunganya yaitu dapat menguasai seluruh arah pembicaraan dan organisasi
Kelebihan
1. Tepat untuk menyajikan materi.
2. Mudah mengendalikan informasi.
3. Mudah membangkitkan hasrat,minat,dan antusiasme.
Kelemahan
1. Kegiatan belajar dimonopoli guru.
2. Guru tidak tahu sejauh mana informasi yang diterima siswa.
3. Adanya gangguan/distorsi, sehingga informasi tidak sesuai.
4. Mudah menimbulkan verbalisme.
5. Siswa cenderung pasif dan tidak berkembang.
Sudjana, 1989:77). Hal ini juga dikemukakan oleh Sunaryo bahwa hal-hal
31
Perencanaan itu adalah:
1) Guru harus membatasi waktu ceramah sesuai dengan usia siswa
agar siswa tidak bosan
2) Guru harus menyiapkan catatan ceramah dalam bentuk ikhtisar
agar guru tidak kehilangan dalam menyampaikan materi
3) Guru menyusun pertanyaan-pertanyaan untuk diajukan kepada
siswa, hal ini untuk mengukur efektivitas kegiatan belajar siswa
4) Guru membuat serangkain kata pembuka yang berupa lelucon dan
pertanyaan untuk dipikirkan siswa dan barang kali dijawab akhir
ceramah
5) Membuat ringkasan dari pokok-pokok yang akan dikemukakan.
Hal ini untuk memperjelas hal-hal yang harus diperhatikan siswa.
(W James Pophan dan Eva L Baker, 1992:81-82).
L.Baker, 1992:80).
E. Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
32
Gagne yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (1999:10) belajar
bahwa: “Belajar ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.
33
mengajar berlangsung. Menurut Winkel (1991:26), dalam kaitannya proses
34
standar yang telah ditetapkan selama mengikuti kegiatan proses
berbeda, tetapi kedua istilah ini merupakan akibat dari proses belajar
merupakan akibat dari proses belajar mengajar, tetapi tidak hanya yang
35
berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi. Sedangkan yang
tingkah laku sebagai hasil belajar. Prestasi belajar merupakan salah satu
satu caturwulan atau semester atau bahkan pada tingkat akhir. Oleh sebab
36
4. Taksonomi Tujuan Pendidikan
yaitu:
37
proses kognitif: memeriksa dan mengkritik.
6) Membuat (create), yaitu menggabungkan beberapa unsur
menjadi suatu bentuk kesatuan, yang mncakup tiga proses
kognitif: membuat, merencanakan, dan memproduksi.
(http://widodo.staf.upi.edu/files/2011/03/2006-
RevisiTaksonomi-Bloom-dan-Pengembangan-Butir-Soal.pdf)
5. Penilaian Pendidikan
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
meliputi:
a. Ulangan Harian
Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah
menyelesaikan satu kompetensi dasar atau lebih.
b. Ulangan Tengah Semester
Adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanaan 8–9
minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi
seluruh indikator yang mempersentasikan seluruh kompetensi
dasar pada periode tersebut.
c. Ulangan Akhir Semester
Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di
38
akhir semester. Cakupan ulangan mengliputi seluruh indikator
yang mempresentasikan semua kompetensi dasar pada semester
tersebut.
d. Ulangan Kenaikan Kelas
Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik di akhir semester genap untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik di akhir semester genap pada satuan
pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan
mengliputi seluruh indikator yang mempresentasikan semua
kompetensi dasar pada semester tersebut.
e. Ujian Sekolah/Madrasah
Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan
untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan
merupakan salah satu syarat kelulusan dari satuan pendidikan.
Mata pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran yang tidak
diujikan dalam ujiam masional.
f. Ujian Nasional
Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu
dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
39
(teacher centered approach). Untuk mencapai tujuan belajar siswa
dalam diri siswa (faktor internal), dan faktor yang ada di luar diri siswa
biologis, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa antara lain
a. Faktor Internal
1) Kecerdasan/intelegensi
yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga
40
2) Bakat
aktivitas dan ia dapat dengan cepat belajar dan berhasil pada bidang
3) Minat
41
“kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
kebutuhannya sendiri”.
sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu
mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal, maka akan terus
4) Motivasi
42
belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai
secara aktif.
b. Faktor eksternal
43
1) Keadaan Keluarga
44
2) Keadaan Sekolah
yang lebih giat. Keadaan sekolah ini dapat meliputi cara penyajian
memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar“. Oleh sebab itu
45
F. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
hukum, sosial serta politik, yang sesuai dengan Pancasila dan Undang-
nilai-nilai warga negara yang baik sesuai dengan Pancasila dan Undang-
46
2. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai Mata Pelajaran di
Sekolah
Pancasila dan UUD 1945. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Maftuh
Tahun 2006:
kognitif semata, melainkan aspek afektif serta psikomotor secara utuh dan
47
menyeluruh guna membentuk setiap siswa untuk menjadi warga negara
yang baik.
pengetahuan kognitif siswa saja, tetapi juga mengacu pada aspek afektif
48
Pancasila sebagai ideologi negara yang direfleksikan dalam kehidupan
sebagai berikut:
Jigsaw
yang lebih baik antar siswa sehingga dapat tercapai hasil belajar yang lebih
meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga siswa tidak akan merasa jenuh
guru.
49
Metode Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang
mengidentifikasi masalah.
50
Ditunjukan dengan adanya peningkatan pada : 1). Hasil belajar meningkat
dari rata- rata 76,38 pada siklus I dan 83,59 pada siklus II dengan nilai
belajar siswa meningkat dari 68% menjadi 85%, sedangkan nilai ketuntasan
2. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yakni yang ditulis oleh
51
3. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Arifandi Ariani dengan judul
Jigsaw yaitu sebesar 15,38%, sedangkan dari hasil observasi kegiatan siswa
siswa dapat diketahui dari kenaikan nilai rata-rata kelas dari sebesar 11,46%
jigsaw adalah penelitian yang dilakukan oleh Tohir (2006) yang berjudul
menjadi 24,38% pada siklus ketiga atau meningkat 16,88%. (3) pemahaman
materi IPS juga meningkat dari 15% pada siklus pertama menjadi 70% pada
siklus pertama menjadi 70% pada siklus ketiga meningkat 55% ini
52
dibuktikan dengan dokumen nilai harian.
tindakan kelas. Selain itu penelitian ini mencari tentang perbedaan prestasi
memberikan hasil yang positif yaitu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
H. Kerangka Berfikir
sendiri ilmu pengetahuan. Usaha peningkatan hasil belajar siswa bagi guru
menurut kodratnya sebagai agen perubahan haruslah selalu tanggap dan peka
53
kooperatif model Jigsaw yang mungkin dapat memecahkan masalah
penyajian informasi tahap demi tahap dengan bimbingan dan pelatihan dari
kehidupan sehari-hari.
54
Kelompok Guru menggunakan
Eksperimen
Metode Jigsaw
Prestasi
Belajar Siswa
Kelompok Guru menggunakan
Kontrol
Metode Konvensional
datang, duduk, diam, catat dan hafal seolah-olah pembelajaran hanya oleh
kooperatif model Jigsaw antara guru dan siswa sama-sama dalam kondisi
model yang tepat dalam penerapan pembelajaran pada mata pelajaran PKn
Pakem.
55
I. Hipotesis
atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan
56