Anda di halaman 1dari 5

METODELOGI KUALITATIF

Pertemuan 5

Oleh :
KELOMPOK II
I Putu Sudarma 1681621007 / 07
Ni Made Vinayanthi 1681621009 / 09
Ida Ayu Ivon Trisnayanti 1681621011 / 11

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
Judul KONTROL MANAJEMEN, BUDAYA DAN ETNICSITAS PADA
PERUSAHAN CHINESE DI INDONESIA
Tahun Publikasi 2007
Penulis SUJOKO EFFERIN DAN TREVOR HOPPER

Area Of Interest Bidang minat/ area of interest dari penelitian ini adalah berkaitan control
manajemen, budaya dan etnicsitas dengan studi kasus pada perusahaan Chinese
di Indonesia dengan metode pengumpulan data etnografi dikombinasikan
dengan analis data grounded theory
Phenomena Terdapat perhatian kusus pada bagaimana budaya dapat berimplikasi pada
pengendalian manajemen. Dalam penelitian ini ingin mengeksplorasi apakah
kepercayaan budaya pemilik perusahaan manufaktur Chinese di Indonesia
konsisten dengan Konfusianisme. Dalam perusahaan ini mereka beroperasi
dalam lingkungan multi budaya yang dimana para karyawannya mayoritas
adalah pribumi. Jadi apabila budaya Chinese penting untuk kontrol manajemen
perusahaan maka interaksi antar budaya juga harus dilakukan. Multi budaya ini
sering dikaitkan dengan etika diferensiasi etnic.Etnic mendefinisikan diri
dalamkaitannya dengan ornag laun dan bisa menjadi sukmber tindakan dan
makna. Di Indonesia memiliki banyak kelompok etnis namun kelompok etnis
ini terbagi-bagi menjadi Pribumi dan Cina yang disebabkan oleh faktor politik.
Manajer memiliki pilihan untuk bisa bertindak sesuai dengan kepercayaan
budaya mereka masing-masing dimana mereka harus mempertimbangkan
pertimbangan ekonomi,persaingan dan faktor lainnya seperti ukuran organisasi
dan teknologi saat melakukan kontrol .Dalam hal ini peneliti sempat dilema
dalam memahami konstruksi sosial dan pengendalian manajemen yang
menggambarkan nilai-nilai masyarakat adat tertentu, untuk penelitian etnis ini
terlibat dengan kecenderungan penelitian etnis yang membangun pengetahuan
secara kumulatif dan penggunaan teori secara komplementer,pluralistik.
Pada awalnya dalam penelitian ini menguraikan model MCS dan ciri budaya
Chinese yang disediakan etnis kategori analisis. Hal ini menguraikan proposisi
dari hubungan antar budaya dan MCS yang berasal dari penelitian sebelumnya
untuk pemeriksaan. Makalah ini kemudian membahas faktor-faktor analisis
etnik data lapangan yang dianalisis secara berurutan dalam kode emik adalah
Budaya pribumi dari pekerja perushaan dan konteks lokal terutama sejarah
etnis difresnsiasi dan diskriminasi terhadap orang Chinese di Indonesia .
Kemudian menganalisis nilai dari perusahaan Chinese bagaimana faktor-
faktornya yang terdiri dari budaya, praktik bisnis terbaik dan etika dalam
bentuk hasil, tindakan dan budaya kontrol
Theoritical Fitur MCS
Foundation Fitur MCS ini yaitu sistem sosial, budaya, politik dan lingkungan ekonomi
yang digunakan oleh manajemen untuk menyelaraskan perilaku karyawan
dengan tujuan organisasi untuj mengelola bagian internal yang saling
ketergantungan (seperti pekerja manajemen danhubungan anatar departemen)
serta bagian eksternal (seperti negara, masyarakat, pelanggan dan pemasok)
Methodologi Analisis dalam penelitian ini menggunakan konsep birootoritas kasar dan
legal-rasional. Peneliti etnografis cenderung menghargai relativisme budaya
dan menggunakan metode emik secara ekslusif untuk menghasilkan kategori
litik dari data lapangan dan tidak digeneralisir dari luar.
Data and Method Penelitian di dilakukan pengujian dengan metode kualitatif dimana peneliti
ingin meneliti mengenai manajemen, budaya dan etnicsitas dengan studi kasus
pada perusahaan Chinese di Indonesia. Penelitian ini menggunakan kategori
etik yang berasal dari kajian budaya etnic dan MCS. Penelitian ini mneguji
hipotesis association dimana persamaan atribut budaya yang telah ditentukan
menggunakan instrument penelitian dari hofstede dengan dimensi MCS yang
diukur dengan instrument dari pekerjaan kontingensi. Epistemologis dari
asumsi ini adalah bahwa pemahaman berasal dari pengamatan dekat interaksi
sehari-hari serta penjelaasan dari narasumber maka dari itu teori grounded
menganalisis data untuk menguji kategori dan relasi sebelumnya dan
membentuk sesuatu yang baru.

Mendapatkan akses tidak mudah: pengusaha Cina di luar negeri biasanya


menjada tentang perusahaan mereka dan pertanyaan penelitiannya sensitif di
Indonesia. Untuk mengatasinya, kepercayaan antara peneliti dan responden
membutuhkan pendirian dan jaringan pribadi yang ditempuh. Akses di Friends
Company10 berasal dari keterlibatan peneliti utama sebelumnya sebagai
penasihat informal untuk perusahaan dan persahabatan dengan pemiliknya
sejak tahun 1988. Hal ini membuatnya menjadi 'orang dalam' dengan empati
dan akses kepada pemilik dan manajer, memfasilitasi interaksi sosial secara
keseluruhan. pengaturan, dan memungkinkannya untuk berpartisipasi dalam
kegiatan kerja. Ini memberi pemahaman mendalam tentang aktivitas, personil,
dan infomasi perusahaan, dan faktor-faktor yang tidak diketahui oleh metode
penelitian lainnya.
Pertimbangan etis itu penting. Memastikan kesediaan peserta untuk
berpartisipasi dan melindungi mereka, kerahasiaan dan anonimitas dijamin;
tape recorder hanya digunakan dengan izin; dan peneliti mengungkapkan
kepada responden identitas sebenarnya, tujuan penelitian dan bagaimana
temuannya akan disebarluaskan. Peneliti etnik Tionghoa Indonesia memiliki
kekuatan dan kelemahan. Ini peka dan memberinya akses ke pandangan emis
pengusaha Cina Indonesia mengenai hal-hal yang sensitif. Akses yang baik itu
sulit tanpa hubungan sosial dan timbal balik sebelumnya. Umpan balik pada
sistem MCS adalah kondisi masuk. Para pemiliknya sadar akan kurangnya
pengetahuan manajerial modern mereka dan ingin menggunakan saran
eksternal jika sesuai.
Selama penelitian, seorang konsultan dipekerjakan untuk memperbaiki
struktur organisasi dan sistem akuntansi, namun pemiliknya akan bertanya
kepada peneliti, yang tidak memiliki tugas khusus tertentu, untuk komentar
mengenai hal ini dan hal-hal lain. Namun pemilik memutuskan apakah akan
bertindak sesuai dengan itu. Spradley (1980) mengidentifikasi empat mode
pengamatan peserta mulai dari pasif yang tidak partisipatif hingga keterlibatan
aktif. Kiat membantu mempertahankan objektivitas penelitian namun
membatasi wawasan dari keterlibatan sosial. Penelitian ini cenderung untuk
melakukan observasi partisipan 'moderat' daripada penelitian 'tindakan' untuk
menyeimbangkan partisipasi dan pengamatan, menjadi orang dalam dan orang
luar
Findings Dalam hasil wawancara dan observasi dokumen yang dipelajari meliputi
bagan akuntansi sistem dan prosedur, laporan terkait, manual dokumen,
formulir anggaran, buku kas, dan laporan keuangan. Wawancara dilakukan
dengan beberapa pengusaha Chinese dan Pribumi tentang pribadi mereka ,
bagaimana pengalaman interaksi orang-orang Chinese dan Pribumi untuk
perbandingan validasi.
Dalam faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian manajemen pemilik
perushaan Chinese secara selektif menggabungkan kontrol tindakan secara
birokratis, objektif, formal dan aturan yang bertentangan dengan manajer untuk
kontrol informal. Terdapat pula perbedaan penempatan jabatan yang
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, gender serta kepercayaan yang dimiliki
oleh karyawannya.
Conclusion Penelitian ini mengubungkkan bisnis Chinese terhadap control organisasi,
nilai konghucu, sosialisasi oleh orang tua, riwayat leluhur , dan pengalaman
formatif di tingkat lokal terutama etnis stigmasi. Pribumi dan Chinese
Tionghoa semakin banyak terjalin. Kepercayaan pribadi, reputasi , ikatan sosial
mendukung hubungan ini. Sesuai hierarki sosial bapakisme memerlukan
kewajiban antara pemimpin dan bawahan serta ketaatan, konsistensi kaitannya
dengan chinese. Sedangkan slamatan Jawa adalah tugas keagamaan.

Masalah yang signifikan saat mereka melakukan reciprocated expectasi.


Masalah MCS dalam situasi ini sering dikaitkan dengan berpedaan budaya.
Bagaimana nilai-nilai pemilik Chinese dan Pribumi saling melengkapi.
Orientasi pemilik Chinese lebih suka tingga dengan mengendalikan perilaku
subjective (control tindakan) dan menyelaraskan karyawan dan nilai-nilai
atasan melalui control budaya.

Dalam penelitian ini menegaskan beberapa penelitian sebelumnya yang


mengklaim bahwa bisnis milik cina rendah partisipasi anggaran, centralization,
kecenderungan sibjektif daripada control objektif dan sedikit penghargan
terkait hasil dan penggunaan kelompok yang lebih besar.
Secara umum dalam beragam kebudayaan, Chinese tidak bersifat kesatuan.
Dimana dalam budaya keberagaman ditandai dengan adanya orang Chinese
dan pribumu serat responden mengklaim setiap budaya bervariasi secara
regional dan bersifat abstrak. Konsep yang bisa tidak manusiawi menolak
kehendak untuk bebas dan merasionalisasi diskriminasi kelompok dominan
melawan kelompok minoritas.

Studi akuntansi belum mencapai tujuannya seperti dalam penggunaannya


yang tidak sesuai dengan budaya nasional. Apabila budaya nasional digunakan
maka kesederhanaan empiris perlu dibangun dengan hormat untuk snteseden,
penanaman dan penggabungan ke dalam tindakan.

Penelitian ini menggambarkan keterbatasan studi akuntansi statis yang


mengabaikan bagaimana dan mengapa budaya berinteraksi secara dinamis.
Masalah studi akuntansi disini mengabaikan faktor organisasi historis dan
eksternal yang melibatkan dampak politik dan isntitusi ekonomi sertakontril
perusahaan.

Recommendation Untuk penelitian selanjutnya peneliti dapat membandingkan dengan budaya


Further lain yang ada di Indonesia dan juga sample bisa ditambah tidak hanya di
Researches perusahaan manufaktur. Selain itu bisa juga menambah teori selain grounded
theory

Anda mungkin juga menyukai