Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Selama lebih dari dua dekade, minat yang besar terhadap operasi

endoskopi sinus paranasal telah banyak dikemukakan.1 Tujuan daripada

bedah sinus endoskopik fungsional (BSEF) adalah untuk memperbaiki

drainase dan aerasi dari sinus paranasalis, sambil mempertahankan

mekanisme pembersihan alami mukosiliar dan tetap mempertahankan

struktur anatomi yang normal. Meskipun demikian, operasi ini dapat

mengakibatkan komplikasi seperti sellulitis orbita, rhino-oralfistula dan

kerusakan pada saraf optik. Sangat penting untuk memiliki lapangan

operasi yang bersih untuk meminimalkan komplikasi.2 Perdarahan pada

saat operasi disebabkan oleh terpotongnya pembuluh darah yaitu arteri;

kapiler atau vena. Komplikasi yang serius biasanya akibat dari

terganggunya visibilitas karena perdarahan yang berlebihan selama

operasi. Untuk menghindari komplikasi sepert yang disebut diatas, bedah

sinus endoskopi dapat dilakukan baik dengan anestesi lokal, dengan

vasokonstriktor (misal epinephrine, kokain dan phenylephrine), atau di

bawah anestesi umum dengan hipotensi kendali.1 Hipotensi kendali

diperlukan pada prosedur bedah sinus endoskopik fungsional untuk

memberikan visualisasi yang lebih baik dan untuk meminimalkan lama

operasi dan kehilangan darah.2 Berbagai agen seperti beta-bloker, alfa

1
dan beta-bloker, alfa agonis, vasodilator, magnesium sulfat telah

digunakan untuk menghasilkan hipotensi kendali.2

Pada penelitian yang dilakukan oleh Thomas Hackmann dkk (2003)

terhadap 39 anak remaja yang menjalani pembedahan oromaxilofacial,

mereka menemukan bahwa terdapat penurunan kebutuhan isofluran ,

fentanyl dan labetalol pada anak yang mendapatkan premedikasi klonidin

5 µg/kg malam menjlang operasi dan 90 menit sebelum pembedahan. 3

Jabalameli dkk (2005) melaporkan adanya penurunan perdarahan

intraoperatif, penurunan komsumsi fentanyl dan hydralazine untuk

hipotensi kendali pada pasien yang menjalani operasi sinus endoskopik

fungsional yang mendapatkan premedikasi klonidin peroral 5µg/kg. Singh

dkk (2011) melaporkan premedikasi dengan klonidin 150 mcg per oral

pada pasien yang menjalani pembedahan laparoskopi kolesistektomi

memperbaiki stabilitas hemodinamik perioperatif dan menurunkan

kebutuhan obat anestetik intraoperatif dan kebutuhan analgesia pasca

pembedahan. Kalra dkk (2011) melaporkan pemberian klonidin 1µg/kg

dan klonidin 1,5 µg/kg intravena setelah induksi dan sebelum

pneumperitonium pada pasien yang menjalani operasi laparoskopi

kolesistektomi memberikan stabilitas hemodinamik yang lebih baik

dibandingkan dengan magnesium sulfat 50 mg/kg, dan klonidine 1,5µg/kg

lebih efektif menumpulkan respon hemodinamik terhadap

pneumoperitonium.1,3,4,5

2
Hipotensi kendali dalam anestesi didefinisikan sebagai penurunan

tekanan darah yang disengaja intraoperatif sekitar 25% sampai 30% dari

tekanan darah preoperatif atau tekanan arteri rerata 50 sampai 65 mmHg.

Teknik ini telah dianjurkan selama prosedur operasi khusus untuk

memperbaiki kondisi pembedahan dan mengurangi kehilangan darah

perioperatif dan kebutuhan untuk transfusi. Pertimbangkan prosedur

bedah, karakteristik pasien, dan tujuan fisiologis ketika memilih teknik

hipotensi. Idealnya, teknik ini harus mudah dititrasi dan memiliki potensi

minimal untuk efek samping atau toksisitas. Nitrogliserin (NTG) dan

natrium nitroprusside (SNP) telah umum digunakan namun memiliki

kelemahan. Natrium nitroprussid , bila diberikan untuk jangka waktu yang

lama, dihubungkan dengan rebound hipertensi, tachyphylaxis, dan

toksisitas sianida. Nitrogliserin dapat meningkatkan tekanan intrakranial

dan bukan merupakan pilihan untuk prosedur pembedahan otak. Hal ini

juga telah terbukti dapat menghilangkan vasokonstriksi paru akibat

hipoksia yang dapat memperburuk pirau intrapulmonal. Nicardipine

memberikan kontrol tekanan darah yang cepat, mudah dititrasi, dan

tidakmengganggu neurofisiologis selama pembedahan tulang belakang.

Esmolol, suatu selektif beta1-atagonist, menyediakan kondisi

pembedahan yang lebih baik bila dibandingkan dengan sodium

nitroprussid untuk menghasilkan hipotensi kendali pada pembedahan

sinus endoskopik. Obat-obat lain yang dapat digunakan untuk teknik

hipotensi kendali termasuk prostaglandin E1 (PGE1), hydralazine,

3
adenosin, dan fenoldopam. Sebelum menggunakan setiap agen hipotensi,

pertimbangkan onset, durasi tindakan, dan efek samping yang mungkin

terjadi.6

Ketersediaan obat – obatan yang disebutkan diatas di Indonesia masih

sangat terbatas dan kalaupun tersedia biasanya harganya sangat mahal.

Klonidin, yang secara sentral bertindak sebagai a2-agonis, memiliki

efek menguntungkan pada respon hiperdinamik saat intubasi endotrakeal.

Selain itu, melemahkan respon stres simpatoadrenal yang

membangkitkan stimulus nyeri, meningkatkan stabilitas hemodinamik

intraoperatif, mengurangi insidens episode iskemik miokard perioperatif

pada pasien dengan riwayat atau suspek penyakit arteri koroner, dan

mengurangi kebutuhan anestetik selama operasil.7,8,9,10,11

Kami menguji hipotesa bahwa pemberian premedikasi klonidin secara

intravena sebelum induksi anestesi, akan dapat memberikan stabilitas

hemodinamik selama periode perioperatif disertai lapangan operasi yang

bersih, penurunan kebutuhan transfusi dan obat anestesi yang lain dan

cepatnya masa pemulihan pasca operasi. Sehingga dapat digunakan

sebagai alternatif lain untuk menghasilkan hipotensi kendali yang

diharapkan pada bedah sinus endoskopik fungsional dan mengurangi

biaya.

Oleh karena hal tersebut diatas, peneliti ingin mengevaluasi efektivitas

pemberian premedikasi klonidin 1µg/kgbb dan klonidin 1,5µg/kgbb

intravena yang diberikan 15 menit sebelum induksi, sebagai ajuvan untuk

4
teknik hipotensi kendali , menurunkan kebutuhan opiod dan anestesi

inhalasi pada bedah sinus endoskopik fungsional.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah : “

Apakah pemberian premedikasi klonidin 1 mcg/kgbb serta klonidin 1,5

mcg/kgbb intravena efektif sebagai ajuvan untuk teknik hipotensi kendali

pada bedah sinus endoskopik fungsional?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk menilai efektivitas penggunaan premedikasi klonidin 1

mcg/kgbb serta klonidin 1,5 mcg/kgbb intravena sebagai ajuvan untuk

teknik hipotensi kendali pada bedah sinus endoskopik fungsional.

2. Tujuan khusus

a. Mengukur dan membandingkan tekanan darah sistolik dan

diastolik, tekanan arteri rerata dan denyut jantung sebelum

pemberian premedikasi pada kelompok normal salin (placebo),

klonidin 1 mcg/kgbb serta klonidin 1,5 mcg/kgbb.

b. Mengukur dan membandingkan tekanan darah sistolik dan

diastolik, tekanan arteri rerata dan denyut jantung setelah

pemberian premedikasi pada kelompok normal salin ( placebo),

klonidin 1 mcg/kgbb serta klonidin 1,5 mcg/kgbb.

5
c. Mengukur dan membandingkan tekanan darah sistolik dan

diastolik, tekanan arteri rerata dan denyut jantung setelah induksi

anestesi pada kelompok normal salin (placebo), klonidin 1

mcg/kgbb serta klonidin 1,5 mcg/kgbb.

d. Mengukur dan membandingkan tekanan darah sistolik dan

diastolik, tekanan arteri rerata dan denyut jantung setelah

laringoskopi dan intubasi endotrakeal pada kelompok normal salin

(placebo), klonidin 1 mcg/kgbb serta klonidin 1,5 mcg/kgbb.

e. Mengukur dan membandingkan tekanan darah sistolik dan

diastolik, tekanan arteri rerata dan denyut jantung setiap 10 menit

selama operasi berlangsung pada kelompok normal salin (placebo),

klonidin 1 mcg/kgbb serta klonidin 1,5 mcg/kgbb.

f. Mengukur dan membandingkan jumlah perdarahan intraoperatif

pada kelompok normal (placebo), klonidin 1 mcg/KgBB serta

klonidin 1,5 mcg/KgBB.

g. Menghitung dan membandingkan kebutuhan fentanyl pada

kelompok normal salin (placebo), klonidin 1 mcg/kgbb serta klonidin

1,5 mcg/kgbb.

h. Menghitung dan membandingkan kebutuhan isofluran pada

kelompok normal salin (placebo), klonidin 1 mcg/kgbb serta klonidin

1,5 mcg/kgbb.

6
i. Menghitung dan membandingkan lama operasi pada kelompok

normal salin (placebo), klonidin 1 mcg/KgBB serta klonidin 1,5

mcg/KgBB.

j. Menilai dan membandingkan tampilan lapangan operasi pada

kelompok normal salin (placebo), klonidin 1 mcg/KgBB serta

klonidin 1,5 mcg/KgBB.

D. Hipotesis Penelitian

1. Pemberian premedikasi klonidin 1 mcg/kgbb serta klonidin 1,5

mcg/kgbb intravena efektif sebagai ajuvan untuk teknik hipotensi

kendali pada bedah sinus endoskopik fungsional.

2. Pemberian premedikasi klonidin 1 mcg/KgBB serta klonidin 1,5

mcg/kgBB intravena efektif menurunkan perdarahan intraoperatif pada

bedah sinus endoskopik fungsional.

3. Pemberian premedikasi klonidin 1 mcg/kgbb serta klonidin 1,5

mcg/kgbb intravena efektif menurunkan kebutuhan fentanyl pada

bedah sinus endoskopik fungsional.

4. Pemberian premedikasi klonidin 1 mcg.kgbb serta klonidin 1,5

mcg/kgbb intravena efektif menurunkan kebutuhan isofluran pada

bedah sinus endoskopik fungsional.

7
E. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi ilmiah tentang penggunaan klonidin sebagai

ajuvan untuk teknik hipotensi kendali, menurunkan kebutuhan fentanyl

dan kebutuhan isofluran pada bedah sinus endoskopik fungsional.

2. Dapat diaplikasikan secara klinis sebagai modalitas alternatif untuk

teknik hipotensi kendali pada bedah sinus endoskopik fungsional.

3. Dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian – penelitian

selanjutnya tentang peranan klonidin sebagai ajuvan untuk teknik

hipotensi kendali pada berbagai jenis pembedahan yang memerlukan

hipotensi kendali.

Anda mungkin juga menyukai