Anda di halaman 1dari 77

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN Hal.


A. Latar Belakang
……………………………………………………………………………………………………. 1
B. Tujuan dan Hasil yang diharapkan
……………………………………………………………………………………………………. 3
C. Ruang Lingkup Kegiatan
…………………………………………………………………………………………………….
4
D. Metodologi
…………………………………………………………………………………………………….
5
E. Sistematika
…………………………………………………………………………………………………….
7

BAB II: KERANGKA KONSEPTUAL


A. Perijinan
……………………………………………………………………………………………………..
9
B. Investasi
……………………………………………………………………………………………………..
C. Peraturan Daerah 13

………………………………………………………………………………………….................
D. Model-Model Analisis Regulasi 14
…………………………………………………………………………………………………….
1. Regulatory Impact Analysis (RIA) 17
………………………………………………………………………………………………..
2. Regulatory Mapping (RegMap) 17
…………………………………………………………………………...............................
3. Metode Pemecahan Masalah atau ROCCIPI 20
………………………………………………...................................................................
4. Model Analisa Peraturan Perundang-undangan (MAPP)
22
………………………………………………...................................................................

24

i
BAB III: HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Hasil Penelitian Kepustakaan
………………………………………………………………………….....................................
B. Hasil Penelitian Lapangan
…………………………………………………………………………………………………… 28
- Matriks Kuesioner di Jepara ……………………………………………………………….
- Matriks Kuesioner di Manado ……………………………………………………………... 30
35
C. Analisis
55
……………………………………………………………………………………………………

BAB IV: POLA BAKU DALAM MELAKUKAN REVIEW TERHADAP PERATURAN DAERAH 71
DI BIDANG PERIJINAN INVESTASI
A. Kriteria Pengembangan Pola Baku
…………………………………………………………………………………………………….
B. Proses Pengembangan Pola Baku
……………………………………………………………………………………………………..
73
C. Pola Baku yang diusulkan
…………………………………………………………………………………………………….
74

BAB V: SIMPULAN DAN REKOMENDASI


A. Simpulan 78
…………………………………………………………………………………………………….
B. Rekomendasi
…………………………………………………………………………………………………….
84
Daftar Bibliografi ………………………………………………………………………………………….

85

86

ii
KAJIAN DIAGNOSTIK PERATURAN DAERAH
DI BIDANG PERIJINAN INVESTASI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lebih dari satu dasa warsa sejak berlangsungnya reformasi, ketidakpastian hukum masih tetap menjadi isu
utama dalam berbagai pemberitaan baik media cetak maupun media elektronik. Dalam prakteknya, segala
persoalan hukum yang menyangkut hak seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh keadilan dan
perlakuan yang sama di depan hukum akan menjadi perhatian, terutama bila terjadi kesenjangan. Kepastian
hukum tidak hanya sebatas kepastian peraturan namun juga kepastian penegakannya. Ketiadaan kepastian
hukum dipandang sebagai salah satu sebab yang memberi kontribusi terhadap belum maksimalnya hasil yang
dicapai ditengah-tengah berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk bangkit dari krisis multi
dimensional yang dialami. Dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di kawasan yang telah bangkit dari
keterpurukan serta mampu menggerakkan kembali roda perekonomiannya, hasil yang kita capai belum
menunjukan menggembirakan. Salah satu sebab yang teridentifikasi adalah lemahnya sistem hukum, terutama
tiadanya kepastian hukum yang dirasakan oleh masyarakat banyak dan terutama kalangan dunia usaha.

Bagi kalangan usaha, kepastian hukum (legal certainty) sangat penting terutama dalam rangka melakukan
investasi jangka panjang, sehingga kegiatan investasi menjadi lebih predictable. Misalnya payung hukum yang
diperlukan guna memberikan kepastian berinvestasi bagi para investor agar tidak terjadi benturan kewenangan
pada saat implementasi di lapangan. Sedangkan bagi masyarakat umum, kepastian hukum merupakan hak yang
dijamin oleh konstitusi, sebagaimana amanat Pasal 28D ayat (1) bahwa “setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta pelakuan yang sama dihadapan hukum”. Dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain hal ini tercermin pada berbagai bidang yang berkaitan dengan pelayanan
publik, misalnya pengurusan sertifikasi tanah atau berbagai urusan perizinan lainnya.

Sejak reformasi, tuntutan kepastian hukum terus bergulir, namun seolah semakin sulit terwujud karena berbagai
alasan. Ketidakpastian hukum tersebut terjadi, baik pada tingkat pemerintah pusat maupun pemerintah propinsi,
maupun kabupaten/kota. Alasan yang teridentifikasi dari kondisi tersebut pada dasarnya dapat digolongkan

Laporan Akhir 1
menjadi 2 (dua) kelompok. Pertama, tiadanya kepastian hukum karena alasan yang berkaitan dengan kualitas
peraturan perundang-undangan, dan kedua, tiadanya kepastian hukum karena terjadinya inkonsistensi di dalam
penerapan dan penegakan hukum.

Di lingkungan pemerintahan di daerah, tiadanya kepastian hukum karena proses pembentukan peraturan
perundang-undangan di daerah terkendala berbagai permasalahan. Diantara permasalahan tersebut antara
lain: pertama, tiadanya proses baku di dalam penyusunan perda mengakibatkan varian yang terlalu lebar pada
model pembentukan peraturan daerah. Dalam kaitan ini UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan tidak mengatur secara tuntas mengenai tata cara pembentukan peraturan daerah. Kedua,
akses pemerintah daerah yang sangat terbatas untuk memperoleh informasi tentang peraturan perundang-
undangan pusat. Ketiga, ketidakjelasan peran pemerintah pusat dalam menjaga keharmonisan peraturan
perundang-undangan. Keempat, tidak maksimalnya supervisi pemerintah pusat, baik Departemen Hukum dan
HAM maupun Departemen Dalam Negeri atau Institusi Pusat lainnya, terhadap pemerintah daerah dalam
pembentukan peraturan daerah.

Sesungguhnya otonomi daerah yang dicetuskan pada 1999 pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman
Wahid memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah (pemda) untuk mengatur rumah tangganya sendiri.
Termasuk, menetapkan peraturan daerah (perda) sebagai alat pengatur. Reformasi sebenarnya menjadi
gerbang baru sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Tidak
hanya kebebasan yang didapat setiap elemen masyarakat, seperti kalangan pers. Di level pemerintah daerah
pun, muncul kebebasan dalam otonomi pembuatan perda. Tapi, kebebasan menyusun perda itu ternyata
kemudian melahirkan berbagai permasalahan.

Data Departemen Hukum dan HAM menyebutkan, hingga 2007, 1.406 perda justru dibatalkan pemerintah pusat.
Perda yang dibatalkan umumnya yang mengatur pajak dan retribusi daerah. Di samping itu, ada berbagai
perda yang kontroversial di tengah masyarakat terkait hak asasi manusia, diskriminasi, kesetaraan gender,
pencemaran lingkungan, dan sebagainya. Namun demikian kebanyakan dari perda tersebut berkaitan dengan
kegiatan yang sifatnya pungutan, baik dalam bentuk pajak pusat, pajak daerah maupun retribusi dan pungutan
lain, baik yang sifatnya wajib maupun yang tidak wajib. Sebagian dari pungutan tersebut bahkan bersifat
siluman. Bagi investor hal-hal demikian merupakan beban yang harus ditanggung dan dianggap tidak kondusif
karena menciptakan ekonomi biaya tinggi (high-cost economy).

Laporan Akhir 2
Banyaknya jumlah peraturan daerah yang dibatalkan merupakan indikasi adanya permasalahan di dalam proses
pembentukan peraturan daerah. Padahal di dalam penyelenggaraan negara, ketidakpastian hukum menjadi
salah satu sebab tidak optimalnya kinerja penyelenggaraan negara dan kinerja pembangunan pada khususnya.
Keluhan sebagai akibat dari ketidakpastian hukum telah diungkapkan oleh berbagai kalangan. Tidak kurang dari
Uni Eropa yang menyoroti lemahnya kepastian hukum investasi yang mengakibatkan lemahnya kepercayaan
berbisnis di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, Ruud Treffers, Dubes Belanda yang mewakili Uni Eropa
pada Indonesia Infrastructure Summit di Jakarta, mengatakan "Hanya transparansi dan sesuatu yang bisa
diprediksi, yang bisa menciptakan kepercayaan investasi jangka panjang di Indonesia."

Dengan demikian, kepastian hukum dalam berbagai kegiatan usaha sangat penting bagi investor atau pemilik
modal dalam mengembangkan bisnisnya. Karena, hanya dengan kepastian hukum investor merasa aman untuk
melakukan investasi dan melakukan kegiatan bisnisnya. Hadirnya kepastian hukum, baik pada peraturan
perundang-undangan maupun pada penerapan dan penegakan hukum, yang dapat mewujudkan perlindungan
terhadap kepastian (predictability), keadilan (fairness) dan efisiensi (efficiency) sehingga dapat menjadi stimulus
bagi dunia usaha untuk melakukan penanam modal.

B. Tujuan dan Hasil yang diharapkan

Tujuan dari kegiatan ini adalah mengembangkan dan/atau merumuskan pola (model, metodologi dan
pendekatan) yang dapat digunakan untuk melakukan analisis terhadap Peraturan Daerah (Perda) yang terkait
dengan bidang perijinan investasi. Dengan tersedianya pola/model analisis Perda, diharapkan proses analisis
terhadap peraturan-peraturan daerah khususnya di bidang Perijinan Investasi dapat dilaksanakan dengan cara
yang lebih objektif serta dapat mengakomodasi kepentingan baik pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha.
Keberadaan pola/model analisis dalam melakukan analisis peraturan daerah diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi terwujudnya tertib peraturan perundang-undangan dan pada akhirnya mewujudkan kepastian
hukum .

Hasil yang diharapkan dari kajian ini adalah terumuskannya suatu pola/model perda review yang dapat
mengakomodir kepentingan para pemangku kepentingan (stake holders) secara objektif. Disamping itu,
pola/model analisis ini akan bermanfaat karena sifatnya yang: sederhana (simple), mudah diaplikasikan,
lentur/fleksibel, akuntabel dan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing daerah khususnya
menyangkut bidang perijinan investasi. Dengan keberadaan pola/model analisis ini diharapkan faktor-faktor yang
selama ini menjadi hambatan dalam kegiatan investasi dapat di minimalisir dengan lebih mudah dan efisien.
Selanjutnya rekomendasi yang dihasilkan akan disampaikan kepada lembaga pemerintah yang mengemban
fungsi pembentukan dan harmonisasi peraturan perundang-undangan.

Laporan Akhir 3
C. Ruang Lingkup Kegiatan

Lingkup dan fokus utama kajian ini adalah peraturan daerah dibidang perijinan investasi. Namun demikian,
berbagai peraturan perundang-undangan pusat yang terkait erat dengan kajian ini juga akan dianalisis karena di
dalam sebuah negara kesatuan, baik peraturan daerah maupun pusat harus terintegrasi dalam suatu sistem
perundang-undangan nasional. Oleh karena itu pembentukan peraturan daerah tidak bisa dilepaskan sama
sekali dari peraturan perundang-undangan tingkat pusat.

Peraturan daerah yang dijadikan obyek kajian dipilih dari beberapa pemerintah daerah kabupaten/kota tertentu
yang dipandang dapat mewakili kondisi umum pemerintah daerah di Indonesia. Sebagian perda diambil dari
pemerintah daerah yang telah menghasilkan perda yang telah berhasil memajukan daerahnya, sebagian lagi
diambil dari pemerintah daerah yang masih harus bergulat dengan berbagai permasalahan sehingga belum
mampu menghasilkan perda yang baik dan mampu mendorong pembangunan daerahnya.

D. Metodologi

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan merumuskan suatu pola/model analisis atas Ranperda
atau juga atas Perda yang bermasalah atau berpotensi bermasalah. Oleh karenanya, metodologi yang akan
digunakan meliputi:

1. Pengumpulan data

Salah satu ciri penelitian hukum adalah digunakannya pendekatan normatif, yaitu melalui analisis dan
kajian terhadap norma-norma terkait yang berlaku (“existing laws and regulations”). Pada penelitian ini,
mengingat objek kajiannya adalah Peraturan Daerah, maka penelitian akan dititik beratkan pada studi
kepustakaan. Untuk melaksanakan penelitian kepustakaan, maka akan dilakukan pengumpulan bahan
hukum primer, sekunder maupun tertier.

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan melakukan penelitian kepustakaan yang tujuannya
untuk memperoleh data-data dan informasi yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan.
Data-data dimaksud berdasarkan jenisnya terdiri dari : bahan hukum Primer (dalam bentuk Peraturan
perundang-undangan, khususnya Perda), bahan hukum Sekunder (buku, jurnal, artikel, news letter, hasil
seminar, karya ilmiah lainnya, dll) dan bahan hukum Tertier (kamus, tresaurus, ensiklopedia, dll).

Akan tetapi, mengingat tujuan penelitian ini adalah untuk membangun suatu pola/model analisis dalam
perancangan, perumusan, pembahasan maupun mereview perda bermasalah atau berpotensi
bermasalah, maka tidak dapat dilepaskan dari penggunaan data primer yang diperoleh dari studi di
lapangan, khususnya di lokasi daerah yang telah ditetapkan. Data primer dalam hal ini bersifat
melengkapi data sekunder.

Sebagai bagian dari studi lapangan, akan dilakukan studi terbatas pada dua daerah kabupaten/kota yang
salah satunya mewakili pemerintah daerah yang telah memiliki kebijakan perijinan investasi yang baik dan

Laporan Akhir 4
pemerintah daerah yang belum/tidak memiliki kebijakan yang investor friendly. Adapun pemilihan daerah
tersebut dapat mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh pihak lain.

2. Pengembangan Pola/Model Analisis

Dalam merumuskan serta mengembangkan pola analisis Perda, akan dilakukan analisa terhadap pola
(model, metodologi dan pendekatan) yang telah ada seperti Regulatory Impact Assesemnet (RIA);
Regulatory Mapping (RegMap); Metode Pemecahan Masalah dan ROCCIPI; atau Analisa Sosial. Analisis
tersebut akan dilaksanakan dalam bentuk observasi, studi, analisa kritis terhadap masing-masing pola
(model, metodologi maupun pendekatan) dengan tujuan agar dapat diperoleh gambaran tentang
karakteristik, kelebihan, maupun keterbatasannya. Sehingga dalam keputusan akhirnya dapat ditentukan
pola mana yang akan digunakan atau tidak tertutup kemungkinan merupakan gabungan diantaranya pola-
pola yang telah ada.

Dalam proses pemformulasian pola/model amalisis sebagaimana tersebut di atas, antara lain dilakukan
kegiatan Focus Group Discussion (FGD) diantara anggota tim serta mengundang narasumber yang
relevan untuk menyampaikan gagasan dan/atau pengalamannya.

Diharapkan proses perumusan dan pengembangan pola/model analisis Perda akan mengakomodasi
beberapa isu penting diantaranya :

- tidak menciptakan high-cost economy (tidak membebani pengusaha/masyarakat);


- Mendukung terciptanya kepastian berusaha;

- iklim usaha yang favorable melalui pelayanan investasi yang cepat dan murah.
- Peningkatan investasi dengan tanpa mengesampingkan kepentingan masyarakat setempat.

Di samping itu, unsur-unsur penting lain yang juga harus diintegrasikan dalam proses pengembangan
pola baku tersebut dalam kaitannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, diantaranya :

- Sederhana
- Mudah diimplementasikan (user friendly)

Laporan Akhir 5
- Fleksibel
- akuntabel
- Sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah, dalam konteks dekonsentrasi daerah.

Dari uraian metoda di atas, pola/model analisis yang dihasilkan diharapkan dapat di manfaatkan sebagai
sistem pengambilan keputusan terhadap keberlakuan suatu Perda, apakah harus dicabut, di ubah, atau
dipertahankan.

Hasil studi akan di presentasikan dalam bentuk pedoman ringkas (guidelines) dalam mereview Perda.
Pedoman ringkas dimaksud di dalamnya terkandung ; prinsip, parameter, prosedur, dan mekanisme (cara
kerja).

3. Perda perijinan investasi

Dari berbagai Peraturan Daerah yang telah diinventarisasi khususnya mengenai Investasi, setelah melalui
proses pengklasifikasian, maka diputuskan memilih Perda Perijinan Investasi yang akan menjadi objek
review. Menentukan Perda perijinan tentunya dengan menggunakan parameter yang telah ditentukan,
misalnya ditinjau dari segi fungsi, motif, persyaratan, sistem perijinan yang ideal, atau prosedurnya,
termasuk menetapkan kriteria Perda yang ramah investasi maupun yang bermasalah.

E. Sistematika

Untuk mempermudah pemahaman terhadap isi kajian ini, maka penelitian ini dibagi atas beberapa Bab, dimana
isi masing-masing Bab akan melengkapi informasi dan analisis. Adapun susunan dan isi dari masing-masing
Bab adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Menguraikan latar belakang, tujuan dan hasil yang di harapkan dari peneilitian ini, ruang lingkup kegiatan,
metodologi dan sistematika.

Bab II : Kerangka Konseptual

Menguraikan istilah-istilah serta pengertian-pengertian dari Perijinan (fungsi, motif, persyaratan, prosedur dan
sistem perijinan yang ideal); Jenis-jenis perijinan Investasi di Daerah (hak atas tanah, IMB, Ijin Lokasi, Perijinan
terkait lingkungan, Ijin Gangguan, dsb); Investasi (batasan, jenis, Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Iklim
Investasi, peran sistem hukum bagi iklim investasi, dll); Peraturan Daerah (fungsi, kriteria regulasi yang baik,

Laporan Akhir 8
Kedudukannya dalam sistem hukum nasional, perda ramah investasi, Perda bermasalah, dll); Model-model
analisis regulasi (Regulatory Impact Analysis/ RIA, Regulatory Mapping/ RegMap, pemecahan masalah dan
Rocaipi, Model analisis peraturan perundang-undangan/ MAPP).

Bab III : Hasil Penelitian dan Analisis

Bab ini memaparkan hasil analisis atas data-data dan informasi yang diperoleh baik dari hasil penelitian
kepustakaan maupun hasil penelitian lapangan khususnya yang terkait dengan Peraturan Daerah bidang
Perijinan Investasi

Bab IV : Pola/ Model Analisis dalam Melakukan Review Terhadap Peraturan Daerah di bidang Perijinan
Investasi

Merupakan hasil analisis yang dilakukan terhadap hasil studi kepustakaan dan studi lapangan yang disusun
untuk merumuskan pengembangan pola/model analisis yang ideal untuk review Perda Perijinan Investasi.
Secara garis besar, bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang terkait dengan pengembangan pola/model analisis
untuk me-review perda di bidang perijinan investasi dengan mempertimbangkan : kriteria (sederhana, mudah
diaplikasikan, akuntabel); Proses (identifikasi kebutuhan khusus bagi penyempurnaan sistem perijinan,
identifikasi problema umum dan merumuskan unsur-unsur umum dari pola baku yang akan dikembangkan);
peran Teknologi Informasi (sebagai enabler); serta pada akhirnya dihasilkan suatu pola/model analisis yang
akan diusulkan (dengn ciri khusus, cara kerja, keuntungan, dll)

Bab V : Simpulan dan Rekomendasi

Dari hasil penelitian sebagaimana dimaksud di atas, maka akan diperoleh beberapa kesimpulan yang
merupakan rangkuman hasil penelitian, serta rekomendasi mengenai langkah-langkah yang harus di laksanakan
terkait implementasi hasil studi.

Laporan Akhir 9
BAB II KERANGKA
KONSEPTUAL

A. Perijinan
1. Beberapa Istilah dan Pengertian Terkait
a. Ijin
- Ijin merupakan suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-Undang atau
Peraturan Pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari larangan Perundang-
undangan (N.M Spelt & J.B.J.M Ten Berge)
- Ijin merupakan keputusan yang memperkenankan dilakukannya perbuatan yang pada
prinsipnya tidak dilarang oleh Pembuat Peraturan (Van Der Pot)
b. Dispensasi
- Pelepasan, pembebasan (dispensasi) merupakan kekecualian yang sungguh-sungguh,
yakni merupakan kekecualian atas larangan sebagai aturan umum (N.M Spelt dan J.B.J.M
Ten Berge)
- Dispensasi merupakan keputusan administrasi Negara yang membebaskan suatu perbuatan
dari kekuasaan suatu peraturan yang menolak perbuatan itu.
c. Lisensi
Lisensi adalah ijin untuk melakukan sesuatu yang bersifat komersial serta mendatangkan laba
atau keuntungan (Sri Pudyatmoko).
d. Konsesi
Konsesi adalah suatu penetapan administrasi Negara yang secara yuridis sangat kompleks
karena merupakan seperangkat dispensasi, ijin, lisensi disertai pemberian semacam “wewenang
pemerintahan” terbatas kepada pemegang konsesi (Sri Pudyatmoko).
e. Rekomendasi
Diartikan sebagai pertimbangan yang diberikan oleh badan atau pejabat yang berwenang untuk
digunakan dalam pemberian ijin pada suatu bidang tertentu.

2. Fungsi
a. Mengatur;
b. Mengendalikan;
c. Membina;
d. Mengawasi

3. Motif
a. Mengarahkan, mengendalikan aktivitas tertentu.
b. Mencegah bahaya
c. Melindungi objek tertentu

Laporan Akhir 1
0
e. Seleksi orang dan/atau aktivitas tertentu.

4. Persyaratan Ijin
a. Persyaratan yang jelas
b. Waktu yang jelas
c. Biaya yang jelas

5. Bentuk dan Urgensi Ijin


a. Sebagai Landasan Hukum (legal base);
b. Sebagai instrument untuk lindungi kepentingan;
c. Sebagai alat bukti dalam hal ada tuntutan (klaim)

6. Sistem Perijinan yang Ideal


a. Tertib
b. Cepat
c. Sederhana
d. Murah

7. Prosedur Perijinan
a. Permohonan
b. Inspraak (kesempatan untuk mengajukan keberatan)
c. Pemberian ijin
d. Surat perijinan
e. Pengumuman
f. Keberatan
g. Persyaratan-persyaratan yang diajukan kepada National Ombudsman sehingga menambah
persyaratan-persyaratan perijinan.

8. Susunan Ijin
a. Organ yang berwenang
b. Yang dialamatkan
c. Pemberian alasan
d. Diktum
e. Ketentuan-ketentuan, Pembatasan-pembatasan, Syarat-syarat
f. Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan

Laporan Akhir 11
9. Tahapan Perijinan Investasi (Penanaman Modal)
a. Perijinan untuk memulai usaha (seperti Ijin Usaha Perdagangan/IUP, Ijin Usaha Industri (IUI), Ijin
Mendirikan Membangun/IMB, dan lain-lain).
b. Perijinan pada Tahap Operasional Usaha (misalnya ijin untuk memperoleh bahan baku untuk
produksi seperti ijin usaha pemasukan komoditi).
c. Perijinan pada Tahap Distribusi Barang dan Jasa (misalnya Perda yang mengatur mengenai
kewajiban ijin atas pengeluaran barang, surat keterangan asal sebagai syarat impor/ekspor
komoditi, dan sejumlah ijin lainnya).
d. Perijinan terkait dengan Pengembangan Usaha (umumnya kewajiban ijin atas pengembangan
usaha termuat dalam perijinan terkait IMB, ijin HO dan sejumlah ijin lainnya).

10. Jenis-jenis Perijinan Investasi di Daerah


a. Hak atas tanah
b. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
c. Ijin-ijin terkait lingkungan
d. Ijin Produksi (TDI, IUI)
e. Perijinan Sektoral
f. NPWP
g. Ijin Lokasi
h. Ijin Gangguan (HO)
i. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
j. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

11. Pajak dan Retribusi Daerah


Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah menetapkan jenis-jenis
pajak dan retribusi daerah, baik tingkat Provinsi maupun Tingkat Kabupaten/ Kota. Adapun pajak dan
retribusi daerah yang dapat dipungut pada garis besarnya adalah:
a. Pajak daerah terdiri dari:
1) Pajak Provinsi
- Pajak Kendaraan Bermotor
- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
- Pajak air Permukaan; dan
- Pajak Rokok
2) Pajak Kabupaten/Kota
- Pajak Hotel
- Pajak Restoran
- Pajak Hiburan
- Pajak Reklame
Laporan Akhir 12
- Pajak Penerangan Jalan
- Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan
- Pajak Parkir; Pajak Air Tanah
- Pajak Sarang Burung Walet
- PBB Perdesaan dan Perkotaan
- Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

b. Retribusi
Sementara itu,secara umum retribusi daerah dapat dibagi atas 3 (tiga) golongan besar, yaitu:
Retribusi Jasa Umum; Retribusi Jasa Usaha; dan Perijinan tertentu.
1) Retribusi Jasa umum meliputi: Pelayanan Kesehatan, Pelayanan Persampahan/
Kebersihan, Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil,
Pemakaman dan Pengabuan Mayat, Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum, Pelayanan
Pasar, Pengujian Kendaraan Bermotor, Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran,
Penggantian Biaya Cetak Peta, Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus, Pengolahan
Limbah Cair, Pelayanan Tera/Tera Ulang, Pelayanan Pendidikan, dan Pengendalian Menara
Telekomunikasi.

2) Retribusi jasa usaha meliputi: Pemakaian Kekayaan Daerah, Pasar Grosir dan atau
Pertokoan, Tempat Pelelangan, Terminal, Tempat Khusus Parkir, Tempat
Penginapan/Pesanggrahan/Villa, Rumah Potong Hewan, Pelayanan Kepelabuhanan,
Tempat Rekreasi dan Olahraga, Penyebrangan Air, Penjualan Produksi Usaha Daerah.

3) Retribusi perijinan tertentu meliputi: IMB, Ijin Tempat Penjualan Minuman Berakohol, Ijin
Gangguan, Ijin Trayek, dan Ijin Usaha Perikanan.

B. Investasi
1. Batasan Investasi
Suatu kegiatan yang dilakukan, baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum
(juridical person), dalam upaya untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik
yang berbentuk uang tunai (cash money), peralatan (equipment), asset tak bergerak, hak atas
kekayaan intelektual, maupun keahlian.
Dari batasan tersebut dapat ditarik unsur-unsur terpenting dari kegiatan investasi, yaitu:
a. Adanya motif untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya mempertahankan nilai modalnya;
b. Bahwa modal tersebut tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat kasat mata dan dapat diraba
(tangible), tetapi juga mencakup sesuatu yang bersifat tidak kasat mata dan tidak dapat diraba
(intangible).

Laporan Akhir 13
2. Jenis-jenis Investasi
a. Penanaman modal langsung (Direct Investment)
Sering juga disebut sebagai penanaman modal jangka panjang, pemilik modal secara langsung
terlibat dalam pengelolaan (manajemen) atas modalnya.
b. Penanaman Modal tidak langsung (Portofolio Investment):
Pada umumnya merupakan penanaman modal jangka pendek yang mencakup kegiatan
transaksi di pasar modal dan pasar uang. Disebut penanaman modal jangka pendek karena
pada umumnya investor melakukan jual beli saham atau mata uang mata uang yang mereka
perjual-belikan. Pada portfolio investment, pada umumnya investor tidak terlibat secara langsung
dalam pengelolaan perusahaan dimana mereka memiliki sahamnya.

3. Investasi, Pertumbuhan Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan


Investasi langsung (direct investment) terutama pada sektor riil akan mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan akan mampu
menyerap lebih banyak tenaga kerja, sehingga mengurangi angka pengangguran. Hal mana pada
akhirnya akan meningkatkan daya beli masyarakat dan mampu berkontribusi terhadap upaya
pengentasan kemiskinan.

4. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Iklim Investasi


a. Letak Geografis
b. Sumber daya alam (SDA)
c. Sumber daya manusia (SDM)
d. Kepastian hukum (efektifitas sistem hukum)
e. Rentang birokrasi
f. Insentif investasi
g. Ketenagakerjaan
h. Keberadaan infrastuktur
i. UU (kebijakan investasi)
j. Jaminan dan perlindungan investasi

5. Peran Sistem Hukum bagi Iklim Investasi yang Menarik


Sistem hukum yang efektif yang menjamin keadilan, ketertiban, kepastian hukum dan kemaslahatan,
akan memberikan dampak positif terhadap tingkat prediktabilitas dari kegiatan usaha, termasuk
investasi. Sebaliknya sistem hukum yang tidak efektif akan meningkatkan resiko usaha (investasi).

Laporan Akhir 14
Oleh karena itu, mengembangkan sistem hukum yang efektif merupakan hal yang sangat esensial
dalam menunjang iklim investasi.

C. Peraturan Daerah
1. Fungsi Peraturan (Umum)
a. Perintah
b. Larangan
c. Pembebasan
d. Ijin

2. Kriteria Regulasi yang baik


a. Membawa manfaat bagi pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha
b. Jelas
c. Tidak multi tafsir
d. Sinkron dan harmonis
e. Benar cara perumusannya
f. Benar prosesnya
g. Konsisten penerapannya

3. Pentingnya Reformasi Regulasi


a. Mencegah penyusunan regulasi yang bermasalah atau berpotensi bermasalah
b. Merevisi regulasi yang bermasalah
c. Memiliki parameter penilaian yang objektif
d. Menetapkan lembaga yang memiliki kewenangan mencabut dan merevisi
e. Menggunakan pendekatan yang sistemik, holistik, komprehensif dan integral
f. Menggunakan tools yang user friendly, akuntabel dan sederhana
g. Tertib peraturan perundang-undangan (?)

4. Kedudukan Peraturan Daerah dalam Sistem Hukum Nasional


a. Dasar Hukum Peraturan Daerah adalah ketentuan pasal 7 ayat 2 UU No. 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
b. Dasar Hukum lainnya dari Peraturan Daerah adalah Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 15 tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah.
c. Peraturan Daerah termasuk ke dalam produk hukum daerah yang bersifat “Pengaturan” yang
meliputi Peraturan Daerah (Perda), Peraturan Kepala Daerah, maupun Peraturan Bersama

Laporan Akhir 15
Kepala Daerah. Sementara itu produk daerah yang bersifat “Penetapan” meliputi: Keputusan
Kepala Daerah serta Instruksi Kepala Daerah.

5. Kriteria Umum Peraturan Daerah yang Ramah Investasi


a. Kesesuaian dengan kebutuhan
- Mengatur yang hanya dibutuhkan
- Dapat dilaksanakan
- Bermanfaat dan berdayaguna

b. Substansi penulisan yang baik


- relevansi acuan yuridis
- up-to-date acuan yuridis
- kelengkapan yuridis formal
- kejelasan objek
- kejelasan subjek
- konsistensi per-pasal
- kejelasan rumusan

c. Keadilan
- kesamaan dimuka hukum/ tidak diskriminatif
- kejelasan antara hak dan kewajiban
- melindungi kepentingan masyarakat yang lebih luas
- kesatuan wilayah ekonomi Indonesia
- kebangsaan

d. Keterbukaan
- pelibatan partisipasi masyarakat dalam perencanaa, pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi
- mudah diakses

e. Insentif untuk dunia usaha


- keringanan pajak dan retribusi daerah
- kemudahan perijinan
- insentif permodalan
- insentif sarana dan prasarana (infrastruktur)

f. Efisiensi
- efisiensi pengeluaran
- efisiensi SDM
- Efisiensi birokrasi (prosedur)

Laporan Akhir 16
g. Persaingan yang sehat
- kesempatan yang sama dalam berusaha
- mencegah persaingan yang tidak sehat

h. Manajemen konflik yang baik


- mekanisme penyelesaian sengketa yang jelas, cepat, murah, mengikat dan terukur

i. Kelembagaan yang tepat


- Kejelasan wewenang
- Kompeten (mampu)

6. Kriteria Peraturan Daerah yang Bermasalah


a. Terlalu birokratis
b. Menciptakan high-cost economy
c. Tidak jelas kewenangan kelembagaan
d. Mengandung pertentangan substansi dengan peraturan perundang-undangan yang berada di
atasnya.
e. Tidak transparan dan tidak melalui proses konsultasi publik yang memadai
f. Cost compliance-nya tinggi
g. Sulit diimplementasikan dan tidak jelas mekanisme pengawasannya
h. Peraturan yang menimbulkan ketidakpastian hukum (konflik, inkonsisten, multitafsir dan tidak
operasional).

D. Model-Model Analisis Regulasi


1. Regulatory Impact Analysis (RIA)
a. Definisi
Pendekatan analitis dan sistematis terhadap problem regulasi, mencakup suatu rentang
(encompassing a range of) sarana dan teknik yang ditujukan untuk menilai efek regulasi. RIA
juga merupakan cara yang terstruktur untuk mengkomunikasikan hasilnya kepada pengambil
putusan dan publik.

b. Fungsi
Membantu legislator dalam mengurangi resiko kegagalan regulasi serta resiko-resiko yang
merupakan konsekuensi yang tidak diharapkan berkaitan dengan penerapan suatu regulasi baru.
Bermanfaat untuk memperbaiki kualitas regulasi, sepanjang dilaksanakan sebagai decision-
support tools, tidak parsial dan melalui proses analisis atas cost-benefit yang lengkap.

Laporan Akhir 17
c. Guiding Principle RIA
- Harus dikembangkan sebagai sub-set dari proses reformasi regulasi, yang pada gilirannya
merupakan bagian dari review yang lebih luas terhadap tata kelola pemerintahan.
- Harus meliputi semua unsur masyarakat
- Harus sepenuhnya transparan
- Analisis harus berkualitas tinggi

d. Persyaratan RIA yang berhasil


- Ke arah single regulatory management policy
- Mencakup berbagai tingkat regulasi
- Mencakup metode, peran utama dan tanggung jawab masing-masing instansi terkait.
- Mencakup analisis rinci tentang kebutuhan regulasi, alternatif yang diuji, serta dampak
keseluruhan dari regulasi
- Proses konsultasi wajib yang dikomunikasikan hasilnya.
- Adanya regulatory assessment office yang menetapkan standard kualitas, metode analisis
yang umum bagi proses RIA.
- Adanya Regulatory Audit Bureau yang melakukan review terhadap implementasi RIA
Guidelines.

e. Enam (6) Pilar RIA:


- Justifikasi
Identifikasi yang jelas terhadap problema sosial, ekonomi dan lingkungan yang spesifik dan
suatu justifikasi atas nilai dan efektivitas intervensi Pemerintah.
- Konsultasi
Konsultasi yang ekstensif dan transparan dengan stakeholders untuk memperluas
perdebatan publik tentang intervensi Pemerintah untuk mengidentifikasi biaya dan manfaat
dari draft/usulan regulasi dan untuk meminimalkan resiko dari “regulatory capture”.
- Analisis
Analisis yang sistematik dan empirik dari biaya dan manfaat, serta alternatif yang
memperhatikan dampak dalam dunia nyata dari strategi regulasi terhadap para pemangku
kepentingan, kesehatan masyarakat, keselamatan dan lingkungan.
- Maksimalisasi Net Benefit secara keseluruhan
Suatu fokus untuk mencapai solusi regulasi yang mampu memaksimalkan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan..
- Konsistensi

Laporan Akhir 18
Penggunaan prosedur operasi yang umum dan standard untuk menjamin konsistensi
analisis atas seluruh bagian Pemerintahan.
- Akuntabilitas
Komunikasi yang jelas dan terstruktur terhadap pengambil putusan tentang konsekuensi
memilih tujuan atau strategi regulasi yang khusus.

f. Pengembangan RIA dalam Jangka Panjang:


- Menuju ke arah kebijakan pengelolaan regulasi tunggal (Single Regulatory Management
Policy)
- Diterapkan pada berbagai tingkatan regulasi
- Pengembangan pedoman RIA yang meliputi: metode; peran utama dan tanggung jawab dari
masing-masing instansi terkait.
- Setiap RIA harus mencakup analisis rinci tentang kebutuhan, alternatif yang uji-kaji, serta
dampak keseluruhan dari regulasi
- Mengharuskan proses konsultasi wajib terhadap masyarakat serta mengkomunikasikan
hasilnya kepada pemangku kepentingan.
- Pembentukan sebuah kantor penilai/pengkaji regulasi (regulatory assessment office/RAO)
yang berfungsi menetapkan kualitas, metode analisis yang umum bagi proses RIA.
- Mengembangkan suatu biro audit regulasi (regulatory audit bureau/RAB) yang berfungsi
melakukan review terhadap implementasi pedoman RIA.

g. Manfaat Utama RIA bagi Pengambil Putusan:


- Kemampuan mengidentifikasi alternatif terhadap regulasi
- Memahami biaya dan manfaat yang sesungguhnya dari regulasi
- Maksimalisasi manfaat dari regulasi
- Mencegah kegagalan regulasi
- Memperbaiki desain regulasi
- Memperbaiki proses konsultasi
- Menciptakan akuntabilitas regulator
- Menciptakan cultural shift

h. Berbagai Kelemahan RIA yang Teridentifikasi:


- Prosedur yang relatif rinci memerlukan pelatihan khusus bagi penggunanya, terutama untuk
memadukan antara pendekatan kualitatif dengan kuantitatif
- Untuk melaksanakan RIA atas satu peraturan membutuhkan waktu yang relatif cukup lama
(kurang lebih 3 bulan) sehingga tidak praktis untuk melakukan pemetaan dan analisis atas
jumlah regulasi yang cukup banyak

Laporan Akhir 19
- Memerlukan pembenahan dari sisi kelembagaan secara fundamental dan harus dipimpin
langsung oleh Kepala Pemerintahan
- Memerlukan keberanian untuk mereformasi sistem regulasi nasional

2. Regulatory Mapping (RegMap)


a. Batasan
RegMAP adalah sebuah alat bantu untuk memetakan dan mengkaji regulasi-regulasi pada
tataran Proses RegMAP meliputi inventarisasi atas peraturan perundang-undangan yang
berdampak pada rantai nilai tertentu dalam upaya untuk menentukan regulasi-regulasi yang
paling bermasalah yang memerlukan kajian lebih lanjut dengan kemungkinan direformasi
(diperbaiki/direvisi, dicabut/digoulotin, diperkuat pelaksanaannya)

Tiga (3) proses utama dalam kegiatan RegMAP adalah inventarisasi (inventory), review, dan
analisis (analysist).

b. Tujuan
Untuk dapat mengarahkan pada penyederhanaan ataupun penghapusan regulasi-regulasi
bermasalah. Namun dampak yang lebih kuat dan mendasar adalah pelembagaan
(institusionalisasi) teknik dan proses kajian regulasi, baik di lembaga pemerintah maupun
swasta. Dengan demikian, Pemerintah dapat menjadi regulator yang lebih bijaksana dan
fasilitator pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dalam mengurangi beban regulasi; asosiasi
dunia usaha akan dapat menjadi lebih efektif dan menjadi pendorong yang lebih berpengetahuan
untuk reformasi regulasi, dan suatu negara dapat meningkatkan daya saing internasionalnya.

c. Metodologi
Pada dasarnya metode RegMAP mengadopsi proses RIA, oleh karena itu elemen-elemen utama
dari analisa RIA diterapkan untuk mengembangkan metode-metode penyaringan (filtering).
Metode dimaksud meliputi:
- Aplikasi dari sejumlah pernyataan yang berbasis RIA seperti: tujuan, substansi, dan
perkiraan dampak dari sebuah regulasi;
- Penggunaan berbagai metode konsultasi (focus group discussion/FGD, survey perusahaan
dan nara sumber/pakar) untuk membantu mengidentifikasi dan mengkaji regulasi-regulasi
yang kemungkinan bermasalah.

d. Tahapan

Laporan Akhir 18
Secara garis besarnya pelaksanaan kegiatan RegMAP meliputi lima (5) tahapan, yaitu:
perencanaan, pemetaan, review, pelaporan dan pelembagaan. Keberhasilan pelaksanaan
RegMAP sangat tergantung kepada proses perencanaan yang matang yang meliputi semua
aspek dan tahapan kegiatan. Pada tahap Pemetaan, dilakukan kegiatan Konsultasi,
Pengumpulan Regulasi dan Konstruksi Bank Data. Kegiatan konsultasi dilakukan melalui FGD
dengan stakeholders. Sedangkan pengumpulan regulasi dan Konstruksi Bank Data dilakukan
terhadap sektor tertentu yang merupakan mata rantai nilai, yang meliputi regulasi baik pada
tataran vertikal maupun horizontal.

Tahapan Review dilakukan dengan menggunakan beberapa filter. Filter-filter tersebut


diformulasikan berdasarkan klasifikasi informasi yang dihasilkan dari proses konsultasi dengan
stakeholders yang menghasilkan beberapa kategori tematik. Filter-filter yang digunakan untuk
melakukan review dan menyaring regulasi disusun berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berbasis
RIA yang masing-masing diberi bobot dan alasan pendukung. Beberapa pertanyaan standar
biasanya meliputi, namun tidak terbatas pada: ada/tidaknya rujukan regulasi, efektivitas
pelaksanaannya, kejelasan tujuan yang ingin dicapai, dampak regulasi yang dapat diidentifikasi,
urutan prioritas regulasi dalam perspektif stakeholders, dan lain-lain. Sementara itu pada filter
berikutnya difokuskan pada pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kualitas regulasi,
seperti: tujuan dari intervensi (kejelasan tujuan, justifikasi dari aspek kepentingan publik, aspek
proporsionalitas), alternatif regulasi (alternatif non-regulasi yang tersedia, minimum cost-
compliance), komunikasi (kejelasan bahasa, aksesibilitas), kepatuhan (pihak-pihak terkait,
kelaikan pelaksanaan), serta dampak terhadap bisnis terkait. Hasil proses review melalui proses
filter tersebut diharapkan akan memangkas regulasi menjadi jumlah yang sangat kecil tapi
dianggap paling bermasalahan.

Hasil proses review sebagaimana digambarkan di atas, selanjutnya dilaporkan dengan menarik
beberapa permasalahan umum yang ditemukan dalam regulasi. Demikian pula diidentifikasi
berbagai tantangan yang mungkin dihadapi untuk diambil pelajaran yang berharga daripadanya.
Yang penting dari hasil pemetaan dan analisis regulasi adalah upaya pelembagaan secara
sistematis mengenai pengembangan regulasi yang baik melalui proses reformasi regulasi.

e. Kelebihan
- Sistematis
- Hal-hal yang bersifat kualitatif dapat menjadi kuantitatif
- Fleksibel, dapat diterapkan untuk kepentingan review terhadap regulasi sesuai kebutuhan

f. Kelemahan yang Teridentifikasi :

Laporan Akhir 19
- Hasilnya akan sangat tergantung pada reviewer (tergantung SDM)
- RegMap baru diuji cobakan pada satu bidang industri, belum diterapkan pada sektor lainnya
- Tidak user friendly, membutuhkan waktu untuk mengoperasikan “tool”-nya.

3. Metode Pemecahan Masalah atau ROCCIPI (Rule, Opportunity, Communication, Interest,


Process, and Ideology)
a. Batasan
Merupakan metode yang bertumpu kepada pemikiran yang mencerminkan pengalaman. Metode
ini dikembangkan berdasarkan filosofi pemecahan masalah yang berada dalam ruang lingkup
pragmatisme. Filosofi ini mengajarkan bahwa kita hanya “mengetahui” apa yang kita alami saja:
“kita dapat menentukan yang terbaik terhadap apa yang seharusnya terjadi berdasarkan apa
yang kita ketahui”. Tidak hanya kepandaian, tetapi pengalaman yang digabung dengan
pemikiran yang mencerminkan cara penyelesaiannya.

b. Empat (4) Langkah dalam Metodologi Pemecahan Masalah


1) Mengenali permasalahannya
2) Mengusulkan dan menjamin penjelasannya
3) Pengusulan solusi
4) Memantau dan menilai pelaksanaan

c. Pengelompokan Teori Perundang-undangan


1) Faktor Subjektif
2) Faktor Objektif

d. Kritreria dan Langkah-langkah dalam perancangan Solusi Masalah Perundang-undangan


1) Kriteria pemecahan solusi yang terbaik:
- Berangkat dari logika pemecahan masalah
- Berangkat dari kenyataan yang sulit

2) Membuat Pilihan-pilihan awal


- Menghindari “pemadatan” dari rancangan peraturan
- Melakukan pendekatan sejarah dan menempatkannya secara tepat
- Melakukan analisis perbandingan dengan aturan serupa (termasuk di negara lain)

3) Mengembangkan pilihan atau alternatif solusi yang potensial atas masalah yang dihadapi
yang bersumber pada:
- Perbandingan dan pengalaman negara lain

Laporan Akhir 20
- Bacaan ilmiah
- Gagasan sendiri

4) Tindakan-tindakan yang mendorong ke arah penyesuaian


- Dari sanksi kearah tindakan-tindakan yang mendorong kearah penyesuaian
- Rangkaian tindakan yang mendorong kea rah penyesuaian
- Tindakan langsung berupa: hukuman, ganti rugi, imbalan dan mengubah pandangan.

5) Menjelaskan usulan pemecahan solusi

6) Menunjukkan bahwa rancangan regulasi akan terbukti berlaku efektif, dengan


mengidentifikasi sebab-sebab perilaku bermasalah serta pemecahannya yang diurai rinci
dalam rancangan regulasi melalui analisis atas: peraturan, kesempatan, kemampuan,
proses, komunikasi, kepentingan dan ideologi.

7) Mempertimbangkan kemungkinan akibat dan manfaat suatu rancangan regulasi:


- Kemungkinan pengaruh yang berbeda
- Membuat perkiraan kualitatif

8) Sistem pemantauan dan umpan balik

e. Kelebihan
1) Rasional
2) Faktual
3) Hasilnya teruji denganpengalaman dan pengetahuan

f. Kelemahan yang Teridentifikasi


Metode ini lebih efektif dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan, namun belum
tentu efektif dalam proses mereview peraturan perundangan yang sudah ada.

4. Model Analisa Peraturan Perundang-undangan (MAPP)


a. Batasan
MAPP adalah salah satu tools yang dapat digunakan untuk memetakan, mengkaji dan
memberikan rekomendasi terhadap peraturan yang diindikasikan atau berpotensi menghambat
laju pembangunan di berbagai bidang (existing regulation) atau membantu melakukan kajian
terhadap kualitas dari sebuah rancangan peraturan baru (future regulation). Peraturan yang

Laporan Akhir 21
diindikasikan atau berpotensi menghambat laju pembangunan adalah peraturan perundang-
undangan yang diindikasikan bermasalah atau borpotensi bermasalah dalam penerapannya,
seperti peraturan yang memiliki ketentuan yang diindikasikan: (1) konflik, (2) inkonsisten, (3)
multitafsir dan (4) tidak operasional.
1) Konflik, terdapat pasal atau ketentuan yang nyata-nyata bertentangan dengan peraturan
lainnya, misalnya: Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-
pokok Agraria dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
terkait dengan Hak Guna Usaha atas Tanah.
2) Inkonsisten, terdapat ketentuan atau pengaturan yang tidak konsisten (inkonsisten),
misalnya: Undang-undang nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah. Pasal 19 ayat (3) UU Nomor 25 Tahun 2004: “RPJM Daerah
ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala
Daerah dilantik”. Sedangkan Pasal 150 ayat (3e) UU Nomor 32 Tahun 2004 “RPJP daerah
dan RJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan b ditetapkan dengan Perda
berpedoman pada Peraturan Pemerintah”
3) Multitafsir, ketidakjelasan pada obyek dan subyek yang diatur sehingga menimbulkan
ketidakjelasan rumusan bahasa (sulit dimengerti) serta sistematika yang tidak jelas.
Misalnya: Psl. 14 UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, yang menyatakan :
„Setiap penanam modal berhak mendapat: a. kepastian hak, hukum, dan perlindungan; b.
dst ...‟. Penjelasan Psl. 14 huruf (a) menyatakan bahwa ‟ Yang dimaksud dengan “kepastian
hak” adalah jaminan Pemerintah bagi penanam modal untuk memperoleh hak sepanjang
penanam modal telah melaksanakan kewajiban yang ditentukan. Perumusan pasal dan
penjelasannya tidak menjawab „hak apa saja‟ sehingga potensi terjadinya multi tafsir sangat
besar.”
4) Peraturan yang Tidak Operasional (idle): Berisi informasi tentang peraturan yang sudah
tidak memiliki daya guna (tidak operasional) atau sulit untuk diimplementasikan, namun
peraturan tersebut masih berlaku. Misalnya: Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang
Pornografi.

b. Alur Pikir
MAPP dikembangkan berangkat dari pemikiran bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan negara
maupun pembangunan harus berlandaskan hukum. Kebijakan yang dituangkan dalam bentuk
peraturan harus mampu menjaga dan mengawal kegiatan penyelenggaraan negara dan
pembangunan.

Laporan Akhir 22
Untuk mengidentifikasi peraturan yang diindikasikan bermasalah atau berpotensi bermasalah
MAPP menggunakan pendekatan Focus Group Discussion (FGD) sebagai bentuk partisipasi
publik, yakni secara bersama membahas permasalahan peraturan dengan melibatkan
stakeholder terkait, yakni K/L pemrakarsa peraturan, perguruan tinggi, LSM sesuai dengan
bidangnya, tokoh masyarakat dsbnya. Hasil akhir dari kegiatan FGD adalah penyusunan
rencana tindak regulasi. Adapun tahapan-tahapan dari alur pikir ini sebagai berikut:
1) Menginventarisasi prioritas pembangunan
2) Merumuskan masalah strategis (perundang-undangan)
3) Inventarisasi/identifikasi peraturan perundang-undangan
4) Analisis peraturan perundang-undangan
5) Rencana tindak berupa reformasi regulasi dalam rangka mendukung prioritas pembangunan
nasional

c. Rencana Tindak Regulasi


Rencana tindak regulasi adalah suatu rencana aksi yang berisi langkah-langkah konkrit sebagai
upaya mengatasi peraturan perundang-undangan yang diindikasikan atau berpotensi
bermasalah serta menghambat upaya pencapaian prioritas pembangunan nasional. Rencana
tindak regulasi berbentuk table tentang rencana tindak regulasi sesuai dengan bidang dan
prioritas pembangunan yang akan dilakukan. Rencana tindak regulasi memuat kolom-kolom
tentang:
1) Peraturan dalam bidang/sektor tertentu yang diindikasikan menghambat pencapaian
prioritas pembangunan nasional
2) Analisa/permasalahan
3) Upaya yang dilakukan
4) Strategi penyelesaian
5) Waktu Pelaksanaan
6) K/L terkait
7) Tindak lanjut/Rekomendasi

d. Kelebihan
1) Sederhana (simple)
2) Mudah penggunaannya (user friendly)
3) Akuntabel (accountable)

e. Kelemahan yang teridentifikasi


1) Memerlukan kejelasan kewenangan

Laporan Akhir 23
2) Belum adanya kesamaan pemahaman tentang urgensi dan metode dalam rangka reformasi
regulasi
3) Tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang tidak sama pada SDM, baik pada tingkat Pusat
maupun Daerah

Laporan Akhir 24
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Hasil Penelitian Kepustakaan

Dalam Bab II tentang Kerangka Konseptual,telah dijabarkan berbagai istilah, konsep, dan pengertian yang
terkait dengan judul penelitian ini, yaitu suatu Kajian Diagnosis tentang Peraturan Daerah (Perda) di bidang
Perijinan Investasi (Penanaman Modal). Uraian tersebut bersumber dari hasil penelitian kepustakaan yang
dilakukan oleh Tim. Disamping istilah, konsep dan pengertian, hasil lain yang diperoleh dari penelitian

kepustakaan adalah kejelasan pemahaman tentang berbagai hal, termasuk namun tidak terbatas pada:
kriteria dari regulasi yang baik; kedudukan Perda dalam Sistem Hukum Nasional; Kriteria umum dari Perda
yang Ramah Investasi; Kriteria khusus Perda tentang Pajak dan retribusi Daerah yang Ramah Investasi.

Penelitian Kepustakaan juga berhasil tidak hanya menginventarisir berbagai model-model analisis regulasi ,
yaitu: Regulatory Impact Analysis (RIA); Regulatory Mapping & Review (Regmap); Metode Pemecahan
Masalah (ROCCIPI); serta Metode Analisis Peraturan-perundangan (MAPP). Masing-masing Metode
tersebut tentu saja memiliki ciri, kekuatan dan kelemahan masing-masing sesuai dengan konteks dan
kebutuhannya.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masing-masing metode analisis tersebut dapat efektif untuk
situasi-situasi tertentu , sebaliknya menunjukkan kelemahan pada situasi yang berbeda. Sebagai contoh,
metode RIA sangat baik untuk menganalisis rancangan regulasi atau mereview regulasi tertentu, tetapi
mungkin tidak terlalu efektif untuk menganalisis jumlah rancangan atau regulasi yang cukup banyak,
karena untuk merevisi satu rancangan atau regulasi saja relative dibutuhkan waktu yang cukup lama.
Sebaliknya metode Regmap akan sangat efektif dalam memetakan peraturan-peraturan dalam bidang-
bidang tertentu untuk mengidentifikasi/menyeleksi peraturan-peraturan yang dianggap bermasalah.
Demikian pula metode ROCCIPI akan sangat efektif untuk memecahkan masalah, khususnya untuk
merubah pola perilaku dari yang tidak diharapkan kea rah pola perilaku yang diharapkan.

Di samping perbedaannya, dari hasil studi kepustakaan menunjukkan bahwa juga terdapat persamaan
diantara model-model analisis tersebut. Beberapa persamaan yang dapat disebut mencakup namun tidak
terbatas pada:

1. Diterapkannya analisis atas manfaat dan biaya (cost and benefit analysis) dari suatu regulasi atau
rancangan regulasi.

2. Dikembangkannya pendekatan analistis dan sistematis terhadap problema regulasi untuk


memecahkan permasalahan sekarang dan sebagai dasar bagi pola perilaku yang akan datang.
Laporan Akhir 25
3. Pentingnya mengikutsertakan semua pemangku kepentingan serta pihak-pihak yang secara potensial
akan menjadi pihak yang terkena dampak dari regulasi. Keikutsertaan tersebut dilakukan dalam
keseluruhan proses, sejak rencana, perumusan, penerapan, sampai dengan tahapan evaluasi
danpemantauan.

4. Seluruh proses dilakukan secara transparan.

5. Adanya kepentingan pembenahan regulasi dalam rangka tata kelola pemerintahan yang lebih baik.
6. Dibutuhkannya kelembagaan yang efektif dalam keseluruhan proses sejak penyusunan sampai
dengan evaluasi dan pemantauan terhadap regulasi.

Persamaan dari berbagai metode analysis tersebut karenanya dapat digunakan sebagai unsur bersama
(common elements) yang harus ada dari metode dan atau sarana/tools yang akan dikembangkan, baik
untuk kepentingan perencanaan, perumusan, implementasi, review, evaluasi maupun pemantauan atas
suatu regulasi dan/atau rancangan regulasi. Lebih jauh, adanya unsur bersama (common elements)
tersebut diproyeksikan kepada kebutuhan khusus, baik dalam lingkup fungsional, temporal, personal
maupun geografis. Dikaitkan dengan kebutuhan akan reformasi regulasi yang mampu menunjang
kebijakan pembangunan, khususnya guna menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif di daerah,
maka sarana yang akan digunakan untuk mendukung reformasi regulasi tersebut haruslah mampu
mengatasi ekonomi biaya tinggi, terutama yang disebabkan oleh system perijinan yang terlalu penjang
rentang birokrasinya, yang membutuhkan waktu yang panjang serta biaya tinggi. Adanya pedoman
regulasi yang tepat akan membantu meningkatkan kualitas regulasi, baik dalam proses, substansi, teknis,
bahasa, dan bahkan implementasinya, termasuk juga bagi kegiatan review, evaluasi dan pemantauan.

Hasil penelitian kepustakaan juga memperkuat kesimpulan bahwa untuk kepentingan memperbaiki Perda
perijinan investasi yang bermasalah (menciptakan ekonomi biaya tinggi) maka diperlukan pengembangan
metode khusus yang sesuai dengan kebutuhan di daerah. Artinya tidak tertutup kemungkinan
dikembangkan 2 (dua) pendekatan dalam penyempurnaan perda perijinan investasi. Yang pertama adalah
pengembangan pedoman umum yang berlaku bagi semua daerah di Indonesia. Yang kedua, pedoman
khusus yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing daerah. Kedua pendekatan
tersebut tentu saja dapat dikombinasikan untuk menghasilkan solusi yang terbaik.

B. Hasil Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan dilakukan untuk melengkapi penelitian kepustakaan. Penelitian lapangan dilakukan
dengan cara melakukan diskusi dengan stakeholders yang dikombinasikan dengan penyebaran kuesioner
dilakukan hanya pada 2 daerah, yaitu di Jepara dan di Kota Manado. Instrumen bagi kepentingan diskusi
dan isian didisain berdasarkan pertanyaan-pertanyaan pokok yang terdapat pada berbagai metode analisis
Laporan Akhir 26
yang ada. Pertanyaan ada yang bersifat terbuka dan ada pula yang bersifat tertutup, sehingga hasilnya
untuk setiap daerah maupun sasaran survey akan sangat bervariasi.

Dari masing-masing daerah tujuan survey, sasaran penyebaran kuesioner difokuskan kepada para
pemangku kepentingan, baik Eksekutif (Bupati/Wakil Bupati, Bappeda, BadanPenanaman Modal, Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu, Bagian Hukum, Dinas Perindustrian, Dinas Perdagangan, Dinas Infokom,
Dinas Tenaga Kerja, Badan Pertanahan); Legislatif (DPRD); Kamar Dagang dan In dustri Daerah
(Kadinda), serta NGO terkait. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh gambaran yang komprehensif
tentang proses legislasi pada setiap tahapannya serta aspirasi dari berbagai pihak.

Daftar kuesioner dirancang meliputi semua tahapan dari proses legislasi Perda Perijinan Investasi, yang
meliputi: proses dan prosedur penyusunan Perda; substansi Perda; implementasi Perda; evaluasi,
monitoring dan umpan balik.

Pertanyaan pada proses dan prosedur penyusunan Perda dimaksudkan untuk menggali informasi tentang:
keberadaan naskah akademis; dasar hukum; kebijakan dasar; keterkaitan dengan kebijakan investasi;
partisipasi masyarakat dalam penyusunan; tujuan Perda; konsultasi public dengan pemangku kepentingan;
harmonisasi dan sinkronisasi; transparansi dan keterbukaan dalam pembahasan Rancangan Perda;
standar baku penyusunan Perda; prinsip-prinsip regulasi yang baik; jumlah Perda terkait; serta saran
terbuka dari responden.

Pertanyaan-pertanyaan mengenai Substansi Perda mencoba menggali informasi tentang: problematic yang
hendak diselesaikan; tujuan spesifik pemberlakuan Perda; muatan solusi; alternatif di luar Perda; aturan
yang business friendly; beban terhadap dunia usaha; beban terhadap masyarakat; harmonisasi dan
sinkronisasi vertikal dan horizontal; muatan yang diskriminatif; analisis dampak regulasi; serta saran
terbuka atas substansi.

Pertanyaan-pertanyaan mengenai implementasi Perda dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang:


biaya tambahan bagi persiapan Pemda untuk implementasi Perda; kesiapan kelembagaan; kesiapan SDM;
kemuudahan pelaksanaan; efektivitas pelaksanaan; hambatan dalam pelaksanaan; koordinasi
pelaksanaan; biaya kepatuhan (cost compliance); penegakan hukum; serta saran terbuka bagi
implementasi.

Sementara itu pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan evaluasi, monitoring dan umpan balik berupaya
menggali informasi tentang: kriteria keberhasilan; sikap pemangku kepentingan; pemanfaatan masukan bagi

Laporan Akhir 27
penyempurnaan; cara pemantauan; system pemantauan; perlakuan terhadap umpan balik (feedback); serta
saran terbuka bagi evaluasi, monitoring dan umpan balik.

1. Hasil Penelitian di Kabupaten Jepara

Kunjungan ke Kabupaten Jepara berlangsung pada tanggal 9-11 November 2009. Pada hari pertama,
yaitu tanggal 9 November malam dilakukan pertemuan dengan Ketua KADIN dalam pembicaraan yang
informal namun sangat substantif. Pada umumnya KADIN menilai bahwa sikap Pemerintah daerah
dalam mendukung investasi sangat positif, hal mana tercermin misalnya pada: intensifnya komunikasi
dengan dunia usaha; dilibatkannya dunia usaha pada pembahasan awal rancangan Perda; dukungan
Pemda dalam berbagai pameran produk Jepara, baik di dalam maupun di luar negeri; kemudahan
dalam pengurusan ijin; penyediaan fasilitas ruangan; dan lain-lain.

Pada pertemuan yang difasilitasi Bappeda pada tanggal 10 November 2009 bertempat di Kantor
Bappeda, dihadiri oleh seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang diundang, juga dihadiri
Wakil Ketua DPRD, Ketua KADIN serta NGO yang diwakili Ketua Forum Pengembangan Ekonomi
Daerah (FPEK). Semua sasaran survey mengisi kuesioner yang telah dikirimkan sebelumnya. Selain itu
juga berlangsung diskusi yang menarik dan konstruktif, di mana masing-masing perwakilan
menyampaikan informasi kegiatan maupun aspirasinya.

Pertemuan dibuka oleh Pelaksana Tugas Bappeda (karena Kepala Bappeda baru pension) dengan
menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan. Setelah itu dipersilahkan masing-masing peserta
menyampaikan pandangannya, termasuk atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Tim
Bappenas.

Dalam pandangan yang disampaikan Wakil Ketua DPRD (Bapak Arief) dinyatakan bahwa DPRD yang
baru sangat berpihak kepada dunia usaha dan senantiasa membangun komunikasi yang baik dengan
Pemda, KADIN maupun masyarakat. Mengenai Perda-perda yang dibuat juga didasarkan atas skala
prioritas tertentu terkait dengan potensi ekonomi Kabupaten Jepara. Diperoleh informasi bahwa selama
ini belum ada Perda yang bersumber pada inisiatif masyarakat dengan DPRD. Menanggapi pertanyaan
dari KADIN apakah dimungkinkan KADIN (dan pelaku usaha lainnya) dilibatkan dalam seluruh tahapan
penyusunan Perda, hal itu dinyatakan perlu dilihat apakah dimungkinkan atas dasar Tata Tertib DPRD.
Selama ini KADIN belum dilibatkan dalam pembahasan Rancangan Perda di DPRD.

Ketua KADIN dalam pandangannya menyatakan bahwa di Jepara regulasi yang ada sudah sangat
akomodatif terhadap dunia usaha. KADIN sudah dilibatkan dalam pembahasan awal rancangan Perda
sebelum disampaikan ke DPRD, namun tidak dilibatkan dalam proses pembahasan di DPRD. Oleh
Laporan Akhir 28
karena itu KADIN menanyakan kemungkinan keterlibatannya dalampembahsan di DPRD untuk

mengawal Perda agar ramah terhadap kegiatan investasi. Dari sisi analisis biaya dan manfaat atas
suatu rancangan regulasi, dinyatakan bahwa hal itu sudah dilaksanakan, meskipun tidak secara
terperinci.

Dari Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) diinformasikan bahwa Badan ini baru
terbentuk pada tahun 2009, sebelumnya tahun 1994 bernama Kantor Yantap, kemudian tahun 2007
menjadi DPPM (Dinas Pelayanan Penanaman Modal). BPPT mengkoordinir 23 jenis pelayanan
perijinan. Waktu pelayanan maksimal 15 hari kerja. Mengenai penyusunan rancangan Perda perijinan
diinformasikan bahwa tidak terdapat naskah akademik yang mendasarinya, tapi ada kegiatan uji public.
Biasanya rancangan Perda diuji publikkan di tiap Kecamatan.

Pelaksana Kepala Bappeda dalam pandanggannya menyampaikan contoh tentang Perda Garam
Beryodium yang telah disusun berdasarkan hasil-hasil kajian dan juga telah melibatkan partisipasi para
pelaku kepentingan. Namun dalam pembahasan di DPRD belum pernah melibatkan unsur-unsur di luar
eksekutif.

Kepala Bagian Hukum Pemda Kabupaten Jepara menjelaskan mekanisme penyusunan Perda yang
berlaku selama ini. Disampaikan bahwa inisiatif masyarakat bagi penyusunan Perda diperbolehkan atas
dasar Peraturan Menteri Dalam Negeri. Pada penyiapan rancangan Perda dilakukan konsultasi public
dengan pemangku kepentingan yang hasilnya kemudian disusun oleh Bagian Hukum. Selama ini belum
ada naskah akademis yang mendasari penyusunan Rancangan Perda. Meskipun selama ini dunia
usaha belum dilibatkan dalam pembahasan di DPRD, namun hal itu sebenarnya masih terbuka,
tergantung kepada DPRD bagaimana menyikapinya. Diinformasikan juga bahwa terhadap Perda-Perda
yang diindikasikan bermasalah dapat dilakukan evaluasi oleh Pemerintah Provinsi. Program Legislasi
Daerah (Prolegda) sudah diberlakukan di Jepara. Di Jepara banyak sekali Perda yang mendukung
serta memberi kemudahan bagi kegiatan investasi. Saat ini juga terdapat beberapa Rancangan Perda
tentang Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan. Kabag Hukum juga menyampaikan permasalahan
terkait dengan diundangkannya UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah yang akan
membawa implikasi terhadap investasi karena ada ketentuan yang membelenggu Pemerintah Daerah
dan harus ada PP khusus tentang ijin-ijin tertentu sebagai pengganti PP No. 65 dan 66 tahun 2001.

Kantor Penanaman Modal (KPM) baru dibentuk pada bulan Januari 2009. Tugas pokok dan fungsi dari
KPM adalah fasilitasi, promosi, pembinaan dan pengawasan investasi. Keterkaitan tugas antara KPM
dengan BPPT adalah bahwa calon investor datang terlebih dahulu ke KPM , kemudian diarahkan untuk
Laporan Akhir 29
mengurus perijinan ke BPPT. KPM juga menginformasikan bahwa sampai saat ini belum ada Perda khusus tentang Penanaman Modal.

Dinas Perindustrian menginformasikan bahwa telah ada Perda tentang Retribusi dan Perijinan untuk Industri, yaitu Perda no 11 tahun 2001. Di sana juga ditetapkan
besaran tarifnya. Sementara itu Dinas Perdagangan menginformasikan adanya Perda tentang Tanda daftar Perusahaan, yaitu Perda No. 5 tahun 2006. Perda
tersebut disusun berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 36 dan 37 (Tahun..?). terdapat juga ketentuan mengenai larangan penerbitan ijin untuk
komoditas yang bersubsidi.

Ketua Forum Pengembangan Ekonomi Daerah (FPEK) 5

Adapun hasil isian kuesioner untuk daerah Kabupaten Jepara tersaji sebagaimana matriks di bawah ini:

Laporan Akhir 31
MATRIKS KUESIONER KAJIAN DIAGNOSTIK PERDA
DI BIDANG PERIJINAN INVESTASI

Laporan Akhir 32
MATRIKS KUESIONER DI JEPARA
KAJIAN DIAGNOSTIK PERDA DI BIDANG PERIJINAN INVESTASI

DEPERINDAG BIDANG BADAN PELAYANAN PERIJINAN DINAS SOSIAL TENAGA KERJA


PERTANYAAN KADIN
PERDAGANGAN KABUPATEN DAN TRANSMIGRASI
B.PROSES DAN PROSEDUR
PENYUSUNAN PERDA
1. Apakah ada studi/naskah c. Tidak ada naskah akademis tetapi c. Tidak ada naskah akademis tetapi c. Tidak ada naskah akademis tetapi -----
akademis yang digunakan ada hasil kajian dan penelitian ada hasil kajian dan penelitian ada hasil kajian dan penelitian
sebagai dasar bagi penyusunan sebelumnya. sebelumnya. sebelumnya.
Perda Investasi ? d. Naskah sebaiknya melalui uji kaji
akademik maupun dunia usaha
2. Apakah dasar hukum dari a. Undang-undang tentang Penanaman c. Undang-undang Sektoral lainnya b. Undang-undang tentang b. Undang-undang tentang
penyusunan Perda tersebut? Modal Pemerintahan Daerah Pemerintahan Daerah
b. Undang-undang tentang
Pemerintahan Daerah
c. Undang-undang Sektoral lainnya
d. Instruksi Persiden menyangkut
peningkatan investasi
3. Apakah kebijakan dasar yang a. Upaya meningkatkan kesejahteraan b. Peningkatan Pendapatan Asli a. Upaya meningkatkan b. Peningkatan Pendapatan Asli
melandasi penyusunan Perda masyarakat setempat Daerah (PAD) kesejahteraan masyarakat Daerah (PAD)
tersebut? d. Upaya memudahkan pelaku usaha c. Upaya Penerbitan Kegiatan setempat
melakukan kegiatan usaha Investasi b. Peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
c. Upaya Penerbitan Kegiatan
Investasi
4. Apakah Perda tersebut telah a. Sesuai dengan kebijakan investasi a. Sesuai dengan kebijakan investasi a. Sesuai dengan kebijakan investasi b. Lebih mengutamakan
disusun sesuai dengan nasional nasional nasional kepentingan pembangunan
kebijakan nasional di bidang c. Sesuai dengan kebijakan investasi daerah
investasi? daerah
5. Sejauh mana keterlibatan a. Pada tahap perencanaan d. Pada tahap sosialisasi Perda c. Pada tahap Perumusan Perda -----
masyarakat dalam proses pembentukan Perda e. Pembahasan draft di DPRD
penyusunan Perda b. Pada tahap perancanaan Perda
e. Agar perda tersebut sesuai dengan
aspirasi masyarakat, maka diperlukan

Laporan Akhir 33
pengawalan kebijakan sampai pada
penetapan Perda
6. Tujuan utama apa yang hendak a. Menarik investasi ke daerah a. Menarik investasi ke daerah a. Menarik investasi ke daerah c. Menggalang sumber-sumber
dicapai oleh Perda tersebut? b. Menertibkan Investasi di daerah c. Menggalang sumber-sumber b. Menarik investasi ke daerah Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah c. Menggalang sumber-sumber
Pendapatan Daerah
7. Apakah naskah rancangan c. Dikonsultasikan dengan instansi a. Telah dikonsultasikan dengan d. Rancangannya dibahas di DPRD, a. Telah dikonsultasikan dengan
Perda telah dikonsultasikan terkait, asosiasi pengusaha, LSM, instansi terkait saja setelah jadi disosialisasikan ke instansi terkait saja
dan/atau disosialisasikan kepada Masyarakat umum dan Perguruan masyarakat lewat bagian hukum
stakeholders serta pihak-pihak Tinggi setempat
lain yang kemungkinan terkena
dampak/implikasi dari Perda
tersebut?
8. Apakah terhadap rancangan b. Harmonisasi dan sinkronisasi b. Harmonisasi dan sinkronisasi c. Menggalang sumber-sumber c. Cukup dengan DPRD setempat
Perda telah dilakukan langkah horisontal di daerah dan vertikal horisontal di daerah dan vertikal Pendapatan Daerah sesuai dengan aturan undang-
harmonisasi dan sinkronisasi, dengan Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Provinsi undang
baik dengan peraturan vertikal c. Cukup dengan DPRD setempat
maupun horisontal? sesuai dengan aturan undang-
undang
9. Apakah proses pembahasan a. Sudah, melalui pembahasan dengan a. Sudah, melalui pembahasan a. Sudah, melalui pembahasan a. Sudah, melalui pembahasan
Rancangan Perda telah DPRD dan Focus Group Discussion dengan DPRD dan Focus Group dengan DPRD dan Focus Group dengan DPRD dan Focus Group
dilaksanakan secara transparan dengan pihak-pihak terkait Discussion dengan pihak-pihak Discussion dengan pihak-pihak Discussion dengan pihak-pihak
dan terbuka? d. Hanya saja ketika perda memasuki terkait terkait terkait
tahap penetapan di dPR, dunia usaha
belum dilibatkan
10. Apakah perumusan Perda c. Sudah sesuai dengan standar yang a. Sudah disesuaikan dengan a. Sudah disesuaikan dengan c. Sudah sesuai dengan standar
telah didasarkan pada standar disepakati Pemda dan DPRD Undang-undang No. 10 tahun 2004 Undang-undang No. 10 tahun 2004 yang disepakati Pemda dan
penyusunan Perda yang setempat tentang Pembentukan Peraturan tentang Pembentukan Peraturan DPRD setempat
baku? Perundang-undangan dan aturan Perundang-undangan dan aturan
lain sebagai turunan Undang- lain sebagai turunan Undang-
undang No. 32 tahun 2004 tentang undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Pemerintahan Daerah
b. Sudah sesuai dengan standar dari
Peraturan Mendagri
c. Sudah sesuai dengan standar
yang disepakati Pemda dan DPRD
setempat
11. Apakah Perda tersebut telah a. Sudah, berdasarkan aturan yang a. Sudah, berdasarkan aturan yang c. Sudah disesuaikan dengan b. Sudah, sesuai dengan kebiasaan

Laporan Akhir 33
memenuhi prinsip-prinsip berlaku berlaku kebutuhan khusus sesuai jenis yang berlaku dalam penyusunan
regulasi yang baik? Perdanya Perda di daerah setempat
(transparan, terbuka dan
akuntable)
12. Apakah jumlah Perda yang a. Sudah mengatur berbagai kegiatan a. Sudah mengatur berbagai kegiatan a. Sudah mengatur berbagai kegiatan b. Belum mengatur hal-hal yang
ada telah cukup untuk investasi yang ada investasi yang ada investasi yang ada dibutuhkan pelaku usaha
menunjang kegiatan investasi d. Masih perlu banyak perda-perda
tambahan terutama yang berkaitan
dengan dunia usaha
13. Apakah saudara memiliki Pelaku usaha diajak berperan aktif ----- Dalam proses penyusunan Perda Pada prinsipnya untuk penyusunan
saran-saran khusus bagi dalam penyusunan sampai penetapan perlu melibatkan stakeholder, serta Perda perijinan yang terkait dengan
penyempurnaan proses dan bahkan monitoring dan evaluasinya adanya kegiatan Naskah Akademis investasi, adalah jangan sampai
tatacara penyusunan Perda Perda tersebut memberatkan
yang terkait dengan perijinan investor, harus diciptakan suatu win-
investasi (penanaman modal) win solution, bahwa dengan adanya
Perda tersebut investor juga
diuntungkan karena dengan adanya
investor masuk, pihak daerah yang
paling banyak diuntungkan,
misalnya:
- menciptakan lapangan kerja
- pemasukan dari sektor pajak
- perekonomian juga jadi bergerak

C. SUBSTANSI PERDA

1. Problematik apa yang hendak d. Problem yang serius tidak ada, perda a. Ketidakpastian hukum a. Ketidakpastian hukum d. Ketidak perdulian pelaku usaha
diselesaikan oleh Perda jumlahnya terbatas b. Ketidaktertiban pelaksanaan untuk membantu daerah
tersebut? investasi
d. Regulasi
2. Tujuan spesifik apa yang hendak a. Meningkatkan Pendapatan Daerah a. Meningkatkan Pendapatan Daerah a. Meningkatkan Pendapatan Daerah a. Meningkatkan Pendapatan
dicapai dengan pemberlakuan guna mendukung APBD dan guna mendukung APBD dan guna mendukung APBD dan Daerah guna mendukung APBD
Perda tersebut? pembangunan daerah pembangunan daerah pembangunan daerah dan pembangunan daerah
b. Menertibkan tata laksana kegiatan b. Memudahkan kegiatan investasi di b. Menertibkan tata laksana kegiatan
usaha di daerah daerah usaha di daerah
c. Memudahkan kegiatan investasi di c. Memudahkan kegiatan investasi di
daerah daerah
d. PAD mengalami kenaikan yang
kecil, namun dunia usaha

Laporan Akhir 34
mempunyai kesempatan
mengembangkan usahanya lebih
besar
3. Apakah Perda tersebut memuat a. Memuat solusi yang komprehensif a.Memuat solusi yang komprehensif a. Memuat solusi yang komprehensif -----
solusi terhadap problema yang b. Memuat solusi yang bersifat
dihadapi? spesifik
4. Apakah ada alternatif lain di luar b. Memudahkan pelayanan publik a. Melaksanakan aturan yang ada a. Melaksanakan aturan yang ada c. Meningkatkan sosialisasi
Perda yang dapat dilakukan melalui koordinasi kelembagaan secara lebih efektif secara lebih efektif
dalam menyelesaikan problema b. Memudahkan pelayanan publik b. Memudahkan pelayanan publik
yang dihadapi? melalui koordinasi kelembagaan melalui koordinasi kelembagaan
c. Meningkatkan sosialisasi
5. Apakah Perda tersebut ramah a. Sesuai dengan kebutuhan dunia a. Sesuai dengan kebutuhan a. Sesuai dengan kebutuhan dunia d. Menciptakan kepastian usaha
(tidak menghambat) kegiatan usaha dunia usaha usaha
perdagangan dan investasi? b. Memberi insentif bagi dunia usaha d. Menciptakan kepastian usaha
c. Menciptakan persaingan yang sehat
d. Menciptakan kepastian usaha
6. Apakah Perda tersebut e. Tidak e. Tidak, sesuai kebutuhan dunia e. Beban hanya bagi beberapa d. Menciptakan high cost economy
menimbulkan beban tambahan usaha perusahaan besar
bagi sektor swasta?
7. Apakah Perda tersebut d. Tidak d. Tidak, menciptakan kepastian d. Tidak -----
berpotensi membebani usaha yang legalitas usaha
masyarakat?
8. Apakah Perda tersebut harmonis d. Perda sangat friendly d. Selalu harmonis dan sinkron d. Sinkron a. Mengandung pertentangan
dan sinkron dengan peraturan dengan peraturan lain-lainnya substansi dengan peraturan
lainnya? perundang-undangan yang
berada di atasnya
9. Apakah Perda tersebut d. Tidak d. Tidak ada diskriminasif, kecuali d. Tidak bersifat diskriminasi karena d. Tidak mengandung muatan yang
mengandung materi muatan bidang usaha yang mendapat bersifat umum bersifat diskriminatif
yang bersifat diskriminatif? subsidi Pemerintah maupun
tidakan ketentuan peraturan
lainnya.
10. Adakah analisis terhadap b. Dilakukan pada saat penyusunan d. Dilakukan pada saat pembahasan b. Dilakukan pada saat penyusunan d. Dilakukan pada saat pembahasan
dampak dari regulasi tersebut draft Perda Rancangan Perda dengan DPRD draft Perda Rancangan Perda dengan DPRD
terhadap berbagai setempat d. Dilakukan pada saat pembahasan setempat
kepentingan stakeholders? Rancangan Perda dengan DPRD
setempat
11. Apakah saudara memiliki Substansi Perda diharapkan mampu Kriteria Perda berdasar pada Undang- Substansi perbaikan Perda investasi Saran untuk perbaikan substansi
kriteria tertentu sebagai saran menarik para investor karena undang yang diterbitkan oleh Menteri terletak pada penyederhanaan syarat, Perda Investasi adalah:

Laporan Akhir 35
bagi perbaikan substansi kemudahan dan menguntungkan prosedur serta biaya - Sedapat mungkin sosialisasi
Perda Investasi? investor maupun masyarakat setempat Perda tersebut dilaksanakan
secara intensif
- Perda tersebut diharapkan
membawa semacam angin
segar bagi calon investor dalam
arti tidak memberatkan

D. IMPLEMENTASI PERDA

1. Apakah bagi pelaksanaan Perda a. Memerlukan biaya tambahan b. Hanya memerlukan penyiapan a. Memerlukan biaya tambahan bagi a. Memerlukan biaya
memerlukan biaya dan bagi penyiapan personil dan fasilitas personil tanpa tambahan fasilitas penyiapan personil dan fasilitas tambahan bagi penyiapan
tambahan personil serta sarana pendukungnya pendukungnya personil dan fasilitas
yang harus d. Perda yang ada hanya sebatas pendukungnya
disiapkan/dibebankan kepada mengatur tata cara pelaksanaannya,
Pemerintah Daerah? belum menjadi prioritas agar Perda
tersebut benar-benar menarik bagi
masyarakat
2. Sejauh mana kesiapan a. Telah dipersiapkan pada saat c. Dipersiapkan pada saat c. Dipersiapkan pada saat c. Dipersiapkan pada saat
kelembagaan dalam penyusunan naskah akademis dan pembahasan Rancangan Perda di pembahasan Rancangan Perda di pembahasan Rancangan Perda
melaksanakan Perda tersebut? Rancangan Perda DPRD setempat DPRD setempat di DPRD setempat

3. Sejauh mana kesiapan SDM b. Menambah ketrampilan personil yang b. Menambah ketrampilan personil b. Menambah ketrampilan personil b. Menambah ketrampilan personil
dalam melaksanakan Perda ada melalui pelatihan khusus yang ada melalui pelatihan khusus yang ada melalui pelatihan khusus yang ada melalui pelatihan
tersebut? c. Belum ada personil yang mampu khusus
membuat studi kelayakan usaha
investasi untuk konsumsi investor
4. Apakah Perda tersebut mudah a. Mudah karena sederhana dan jelas a. Mudah karena sederhana dan jelas a. Mudah karena sederhana dan jelas -----
dilaksanakan? tatacara pelaksanaannya tatacara pelaksanaannya tatacara pelaksanaannya

5. Sejauh mana efektivitas d. Efektif karena Perda yang ada hanya a. Efektif karena cukup proses c. Efektif karena jelas tata cara c. Efektif karena jelas tata cara
pelaksanaan Perda tersebut? sedikit konsultasi publik dan sosialisasinya pelaksanaannya pelaksanaannya
b. Efektif karena transparan dan adil
bagi kepentingan semua pihak
6. Hambatan-hambatan apa yang b. Personil yang tidak cakap serta c. Kurang sosialisasi b. Personil yang tidak cakap serta d. Kurangnya personil untuk
dihadapi/mungkin dihadapi fasilitas pelayanan publik yang tidak fasilitas pelayanan publik yang mensosialisasi dan memungut
dalam pelaksanaan Perda memadai tidak memadai retribusi Perda tersebut karena
tersebut? harus dilakukan dari pintu ke

Laporan Akhir 36
pintu perusahaan
7. Sejauh mana koordinasi yang a. Telah melibatkan kerjasama a. Telah melibatkan kerjasama dan d. Koordinasi dengan instansi terkait/ a. Telah melibatkan kerjasama dan
telah/akan dilakukan dalam dan dukungan semua instansi terkait dukungan semua instansi terkait dinas teknis dukungan semua instansi terkait
pelaksanaan Perda? d. Masyarakat perlu diajak mem-follow
up pelaksanaan Perda, tidak hanya
setelah Perda berjalan aspirasi
masyarakat berhenti
8. Seberapa besar biaya d. Tidak tahu c. Cukup besar, karena pengenaan d. Kewajaran sesuai Perda d. Kepatuhannya cukup tetapi
kepatuhan dalam melaksanakan pajak dan restribusi khusus diperlukan suatu kegigihan dari
Perda tersebut? personil untuk memungutnya
9. Sejauh mana tindakan-tindakan Tidak tahu a.Penerapan sanksi yang tegas d. Melalui pendekatan d. Kita lakukan pendekatan secara
yang telah ditempuh untuk persuasif kekeluargaan dan diberikan
memastikan kepatuhan dan pembinaan agar menekan para
penegakan regulasi? pengusaha untuk mau memenuhi
pembayaran restribusi
10. Apakah saudara memiliki Ketika Perda tersebut mengalami - Sosialisasi Perda pada warga Dengan persyaratan yang mudah, -----
saran-saran khusus bagi hambatan, maka stakeholder diajak masyarakat biaya yang ringan diharap para
perbaikan implementasi Perda mengkaji ulang - Penerapan sanksi yang tegas investor untuk berinvestasi
di bidang perijinan investasi? - Efektif, transparan, adil bagi
kepentingan semua pihak

E. EVALUASI, MONITORING
DAN UMPAN BALIK

1. Kriteria-kriteria apa yang dapat d. Kepastian usaha yang diciptakan a. Tingkat kepatuhan b. Biaya dan manfaat yang ditimbulkan a. Tingkat kepatuhan
digunakan untuk mengevaluasi b. Biaya dan manfaat yang ditimbulkan d. Kepastian usaha yang diciptakan c. Tingkat kepatuhan
(keberhasilan & kegagalan c. Efisiensi pelaksanaan d. Kepastian usaha yang diciptakan
pelaksanaan Perda di Bidang
Investasi
2. Sejauh mana sikap para b. Mendukung b. Mendukung b. Mendukung c. Pasif
pemangku kepentingan terhadap g. mendukung sebagai pelaksana tugas, d. Aktif
keberadaan dan pelaksanaan belum ada upaya yang signifikan agar e. Proaktif
Perda tersebut? investor benar-benar mau
menanamkan modalnya
3. Sejauh mana hasil evaluasi telah d. Tidak tahu a. Dilakukan sebagai bahan mauskan a. Dilakukan sebagai bahan masukan a. Dilakukan sebagai bahan
dan/atau akan digunakan untuk guna melakukan revisi guna melakukan revisi masukan guna melakukan revisi
memperbaiki Perda tersebut, b. Dilakukan untuk memperbaiki
baik pada tataran proses implementasi Perda

Laporan Akhir 37
prosedur; substansi; maupun
pelaksanaan?
4. Cara dan langkah-langkah apa d. Tidak tahu a. Melalui evaluasi secara reguler b. Melalui umpan balik dari a. Melalui evaluasi secara reguler
yang ditempuh dalam melakukan b. Melalui umpan balik dari masyarakat dan dunia usaha
pemantauan terhadap masyarakat dan dunia usaha
pelaksanaan Perda tersebut? d. Melalui evaluasi secara koordinatif
dengan instansi terkait
5. Bagaimana sistem yang ----- a. Pembentukan tim pemantau c. Mengefektifkan kelembagaan yang ----
dikembangkan untuk khusus sudah ada
mengefektifkan proses b. Pembentukan tim untuk menjaring d. Berdasarkan pengaduan
pemantauan? opini masyarakat masyarakat
6. Bagaimana a. Benar-benar dijadikan dasar evaluasi a. Benar-benar dijadikan dasar a. Benar-benar dijadikan dasar -----
memperlakukan umpan balik secara keseluruhan bagi evaluasi secara keseluruhan bagi evaluasi secara keseluruhan bagi
(feedback) yang diberikan oleh perbaikannya perbaikannya perbaikannya
stakeholders menyangkut b. Hanya digunakan untuk perbaikan
proses/prosedur; substansi; dan implementasinya
pelaksanaan Perda sebagai c. Hanya digunakan untukmelakukan
upaya perbaikannya? revisi secara substantif

7. Apakah saran-saran khusus Selama ini stakeholder belum pernah ----- ----- -----
yang ingin Saudara sampaikan diajak untuk mengevaluasi dan
dalam penyempurnaan sistem memonitor pelaksanaan Perda, terbatas
evaluasi, pemantauan dan ujpan pemangku saja
balik terhadap Perda perijinan
investasi

Laporan Akhir 38
MATRIKS KUESIONER DI JEPARA KAJIAN DIAGNOSTIK PERDA DI
BIDANG PERIJINAN INVESTASI

BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH


PERTANYAAN HUMAS SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN FEDEP JEPARA
KABUPATEN
B. PROSES DAN PROSEDUR
PENYUSUNAN PERDA
1. Apakah ada studi/naskah akademis c. Tidak ada naskah akademis tetapi ada hasil c. Tidak ada naskah akademis tetapi ada hasil -----
yang digunakan sebagai dasar bagi kajian dan penelitian sebelumnya. kajian dan penelitian sebelumnya.
penyusunan Perda Investasi ?
2. Apakah dasar hukum dari penyusunan c. Undang-undang Sektoral lainnya b. Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah -----
Perda tersebut? c. Undang-undang Sektoral lainnya

3. Apakah kebijakan dasar yang melandasi c. Upaya Penerbitan Kegiatan Investasi a. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat a. Upaya meningkatkan kesejahteraan
penyusunan Perda tersebut? setempat masyarakat setempat
b. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) b. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
c. Upaya Penerbitan Kegiatan Investasi (PAD)
c. Upaya Penerbitan Kegiatan Investasi
4. Apakah Perda tersebut telah disusun a. Sesuai dengan kebijakan investasi nasional a. Sesuai dengan kebijakan investasi nasional -----
sesuai dengan kebijakan nasional di c. Sesuai dengan kebijakan investasi daerah
bidang investasi?
5. Sejauh mana keterlibatan masyarakat d. Pada tahap sosialisasi Perda c. Pada tahap sosialisasi Perda d. Pada tahap sosialisasi Perda
dalam proses penyusunan Perda
6. Tujuan utama apa yang hendak dicapai a. Menarik investasi ke daerah a. Menarik investasi ke daerah a. Menarik investasi ke daerah
oleh Perda tersebut? c. Menggalang sumber-sumber Pendapatan b. Menertibkan investasi di daerah c. Menggalang sumber-sumber Pendapatan
Daerah c. Menggalang sumber-sumber Pendapatan Daerah

Laporan Akhir 39
Daerah
d. Melindungi kepentingan Masyarakat setempat
7. Apakah naskah rancangan Perda telah a. Telah dikonsultasikan dengan instansi terkait a. Telah dikonsultasikan dengan instansi terkait -----
dikonsultasikan dan/atau disosialisasikan saja saja
kepada stakeholders serta pihak-pihak
lain yang kemungkinan terkena dampak/
implikasi dari Perda tersebut?

8. Apakah terhadap rancangan Perda b. Harmonisasi dan sinkronisasi horisontal di b. Harmonisasi dan sinkronisasi horisontal di -----
telah dilakukan langkah harmonisasi dan daerah dan vertikal dengan Pemerintah Provinsi daerah dan vertikal dengan Pemerintah
sinkronisasi, baik dengan peraturan Provinsi
vertikal maupun horisontal?
9. Apakah proses pembahasan a. Sudah, melalui pembahasan dengan DPRD dan a. Sudah, melalui pembahasan dengan DPRD c. Sesuai kebutuhan dilakukan terbatas dan
Rancangan Perda telah dilaksanakan Focus Group Discussion dengan pihak-pihak dan Focus Group Discussion dengan pihak- tertutup
secara transparan dan terbuka? terkait pihak terkait

10. Apakah perumusan Perda telah a. Sudah disesuaikan dengan Undang-undang a. Sudah disesuaikan dengan Undang-undang No. -----
didasarkan pada standar penyusunan No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perda yang baku? Peraturan Perundang-undangan dan aturan Perundang-undangan dan aturan lain sebagai
lain sebagai turunan Undang-undang No. 32 turunan Undang-undang No. 32 tahun 2004
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tentang Pemerintahan Daerah
11. Apakah Perda tersebut telah a. Sudah, berdasarkan aturan yang berlaku a. Sudah, berdasarkan aturan yang berlaku -----
memenuhi prinsip-prinsip regulasi
yang baik? (transparan, terbuka dan
akuntable)
12. Apakah jumlah Perda yang ada telah a. Sudah mengatur berbagai kegiatan investasi a. Sudah mengatur berbagai kegiatan investasi b. Belum mengatur hal-hal yang dibutuhkan
cukup untuk menunjang kegiatan yang ada yang ada pelaku usaha
investasi c. Belum mengakomodir kepentingan
masyarakat
13. Apakah saudara memiliki saran-saran ----- Perlu adanya konsistensi Pemeritah Pusat demi 1. Untuk proses
khusus bagi penyermpurnaan proses menyempurnakan Peraturan/Pedoman di bidang penyempurnaan Perda/ penyusunannya
dan tata cara penyusunan Perda yang Investasi diharapkan melibatkan stakeholder yang
terkait dengan perijinan investasi - HGB di atas HPL: Depdagri boleh diagunkan, akan terkena dampak dari Perda tersebut.
(penanaman modal) Depkeu tidak boleh 2. Sosialisasi
- PP 38/2007 Pemerintah Pusat berpendapat Raperda investasi sebelum menjadi Perda
bahwa kewenangan Pemerintah Pusat terbatas melalui FGD atau Workshop
pada pertambangan golongan C

Laporan Akhir 40
C. SUBSTANSI PERDA

1. Problematik apa yang hendak ----- a. Ketidakpastian hukum b. Ketidaktertiban pelaksanaan investasi
diselesaikan oleh Perda tersebut? b. Ketidaktertiban pelaksanaan investasi

2. Tujuan spesifik apa yang hendak dicapai a. Meningkatkan Pendapatan Daerah guna a. Meningkatkan Pendapatan Daerah guna a. Meningkatkan Pendapatan Daerah guna
dengan pemberlakuan Perda tersebut? mendukung APBD dan Pembangunan Daerah mendukung APBD dan pembangunan daerah mendukung APBD dan pembangunan
b. Menertibkan tata laksana kegiatan Usaha di daerah
daerah b. Menertibkan tata laksana kegiatan Usaha
c. Memudahkan kegiatan investasi di daerah di daerah
c. Memudahkan kegiatan investasi di daerah
3. Apakah Perda tersebut memuat solusi a. Memuat solusi yang komprehensif a. Memuat solusi yang komprehensif -----
terhadap problema yang dihadapi?
4. Apakah ada alternatif lain di luar Perda b. Memudahkan pelayanan publik melalui a. Melaksanakan aturan yang ada secara lebih b. Memudahkan pelayanan publik melalui
yang dapat dilakukan dalam koordinasi kelembagaan efektif koordinasi kelembagaan
menyelesaikan problema yang c. Meningkatkan sosialisasi
dihadapi?
5. Apakah Perda tersebut ramah (tidak a. Sesuai dengan kebutuhan dunia usaha c. Mencipatakan persaingan yang sehat c. Mencipatakan persaingan yang sehat
menghambat) kegiatan perdagangan d. Menciptakan kepastian usaha d. Menciptakan kepastian usaha
dan investasi?
6. Apakah Perda tersebut menimbulkan e. Tidak, sudah sesuai dengan kebutuhan dunia e. Tidak b. Sulit diimplementasikan dan tidak jelas
beban tambahan bagi sektor swasta usaha mekanisme pengawasannya
7. Apakah Perda tersebut berpotensi d. Tidak, Perda bertujuan menciptakan kepastian d. Tidak b. Tidak tranparan dan tidak melalui proses
membebani masyarakat? usaha dan legalitas usaha konsultasi publik yang memadai
8. Apakah Perda tersebut harmonis dan d. Sudah sinkron d. Sinkronkan peraturan di atasnya ----
sinkron dengan peraturan lainnya?
9. Apakah Perda tersebut mengandung d. Tidak diskriminatif d. Tidak diskriminasif -----
materi muatan yang bersifat
diskriminatif?
10. Adakah analisis terhadap dampak d. Dilakukan pada saat pembahasan Rancangan b. Dilakukan pada saat penyusunan draft Perda -----
dari regulasi tersebut terhadap Perda dengan DPRD setempat c. Dilakukan pada saat konsultasi dengan
berbagai kepentingan stakeholders? pemangku kepentingan
d. Dilakukan pada saat pembahasan Rancangan
Perda dengan DPRD setempat
11. Apakah saudara memiliki kriteria ----- Dalam penyusunan aturan pelaksanaan UU - Substansi Perda harus bisa
tertentu sebagai saran bagi perbaikan 28/2009 perlu diberikan kewenangan pada daerah menumbuhkan iklim investasi yang
substansi Perda Investasi? untuk mengatur/menetapkan pajak/restribusi kondusif

Laporan Akhir 41
sesuai potensi yang ada - Harus memangkas/memperpendek rantai
birokrasi di bidang perijinan
- Meminimalisir hight cost economy
- Adanya kepastian hukum

D. IMPLEMENTASI PERDA

1. Apakah bagi pelaksanaan Perda b. Hanya memerlukan penyiapan personil tanpa a. Memerlukan biaya tambahan bagi penyiapan a. Memerlukan biaya tambahan bagi
memerlukan biaya dan tambahan tambahan fasilitas personil dan fasilitas pendukungnya penyiapan personil dan fasilitas
personil serta sarana yang harus pendukungnya
disiapkan/dibebankan kepada
Pemerintah Daerah?
2. Sejauh mana kesiapan kelembagaan c. Dipersiapkan pada saat pembahasan a. Telah dipersiapkan sebelum penyusunan -----
dalam melaksanakan Perda tersebut? Rancangan Perda di DPRD setempat naskah akademis dan Rancangan Perda

3. Sejauh mana kesiapan SDM dalam b. Menambah ketrampilan personil yang ada b. Menambah ketrampilan personil yang ada b. Menambah ketrampilan personil yang ada
melaksanakan Perda tersebut? melalui pelatihan khusus melalui pelatihan khusus melalui pelatihan khusus
4. Apakah Perda tersebut mudah a. Mudah karena sederhana dan jelas tatacara a. Mudah karena sederhana dan jelas tatacara -----
dilaksanakan? pelaksanaannya pelaksanaannya
5. Sejauh mana efektifitas pelaksanaan b. Efektif karena transparan dan adil bagi c. Efektif karena jelas tata cara pelaksanaannya -----
Perda tersebut? kepentingan semua pihak
6. Hambatan-hambatan apa yang c. Kurang sosialisasi b. Personil yang tidak cakap serta fasilitas -----
dihadapi/ mungkin dihadapi dalam pelayanan publik yang tidak memadai
pelaksanaan Perda tersebut? c. Kurang sosialisasi
7. Sejauh mana koordinasi yang telah/akan a. Telah melibatkan kerjasama dan dukungan a. Telah melibatkan kerjasama dan dukungan c. Tidak jelas aturan main dalam proses
dilakukan dalam pelaksanaan Perda? semua instansi terkait semua instansi terkait koordinasi
b. Telah melibatkan masyarakat dalam
pengawasannya
8. Seberapa besar biaya kepatuhan dalam c. Cukup besar, karena pengenaan pajak dan d. Disesuaikan dengan kemampuan masyarakat -----
melaksanakan Perda tersebut? restribusi khusus
9. Sejauh mana tindakan-tindakan yang a. Penerapan sanksi yang tegas d. Pembinaan dan penerapan sanksi secara -----
telah ditempuh untuk memastikan bertahap
kepatuhan dan penegakan regulasi?
10. Apakah saudara memiliki saran-saran - Perlu dilakukan sosialisasi yang lebih Peningkatan kesadaran masyarakat untuk tertib - Penyiapan infrastuktur kelembagaan dan
khusus bagi perbaikan implementasi komprehensif perijinan penyiapan SDM yang berada di lapangan
Perda di bidang perijinan investasi? - Penerapan sanksi yang tegas dan transparan - Aturan main yang jelas

Laporan Akhir 42
E. EVALUASI, MONITORING DAN
UMPAN BALIK

1. Kriteria-kriteria apa yang dapat b. Biaya dan manfaat yang ditimbulkan a. Tingkat kepatuhan c. Efisiensi pelaksanaan
digunakan untuk mengevaluasi d. Kepastian usaha yang diciptakan d. Kepastian usaha yang diciptakan
(keberhasilan & kegagalan pelaksanaan
Perda di Bidang Investasi

2. Sejauh mana sikap para pemangku b. Mendukung b. Mendukung c. Pasif


kepentingan terhadap keberadaan dan d. Aktif
pelaksanaan Perda tersebut?
3. Sejauhmana hasil evaluasi telah b. Dilakukan untuk memperbaiki implementasi a. Dilakukan sebagai bahan masukan guna -----
dan/atau akan digunakan untuk Perda melakukan revisi
memperbai Perda tersebut, baik pada b. Dilakukan untuk memperbaiki implementasi
tataran proses/prosedur; substansi; Perda
maupun pelaksanaan?
4. Cara dan langkah-langkah apa yang a. Melalui evaluasi secara reguler b. Melalui umpan balik dari masyarakat dan dunia -----
ditempuh dalam melakukan pemantauan usaha
terhadap pelaksanaan Perda tersebut? d. Melalui evaluasi secara koordinatif dengan
instansi terkait
5. Bagaimana sistem yang dikembangkan ----- a. Pembentukan tim pemantau khusus -----
untuk mengefektifkan proses c. Mengefektifkan kelembagaan yang sudah ada
pemantauan?
6. Bagaimana memperlakukan umpan balik ----- Dijadikan untuk mengevaluasi personal, substansi -----
(feed-back) yang diberikan oleh maupun pelaksanaan
stakeholders menyangkut proses/
prosedur; substansi; dan pelaksanaan
Perda sebagai upaya perbaikannya?
7. Apakah saran-saran khusus yang ingin ----- Perlu dibentuk Tim Evaluasi yang melibatkan lintas -----
Saudara sampaikan dalam sektor
penyempurnaan sistem evaluasi,
pemantauan dan umpan balik terhadap
Perda perijinan investasi

Laporan Akhir 43
2. Hasil Penelitian di Kota Manado

Pada kunjungan lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 16 s/d 18 November 2009 ke Menado untuk
kepentingan penelitian Kajian Diagnostik Perda, Tim telah menemui pihak-pihak terkait sebagaimana
direncanakan dalam kuesioner yang telah disebarkan. Adapun Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
yang dapat ditemui secara langsung adalah :
1. Priamos, SH. MM. (Kepala Bagian Perundang-undangan, Bagian Hukum)
2. Dra. Hj Saritje Mokoginta (Kepala Bagian Penanaman Modal)
3. Drs. Ferry P. Karwur, SH. (Kepala Dinas Infokom)
4. Ir. Revind E.U. Lewan, M.Si.

Tim juga telah mendapatkan kuesioner yang telah diisi oleh stakeholder, antara lain dari : Gapensi
Sulawesi Utara, Inkindo Sulawesi Utara, DPRD Kota Manado, Pemerintah Kota Manado (Bagian
Hukum), Pemerintah Kota Manado (Dinas Infokom), Pemerintah Kota Manado (Dinas Tenagakerja),
Pemerintah Kota Manado (Dinas Perindustrian dan Perdagangan), Pemerintah Kota Manado
(Bappeda),

Beberapa hal yang dibahas pada pertemuan dengan beberapa SKPD antara lain :

a. Bagian Hukum, perundang-undangan Pemkot Manado :

1) Pemda seringkali menjadi dilematis dalam merumuskan suatu Perda, mengingat ada
beberapa departemen di Pemerintah Pusat memiliki kewenangan yang sama terhadap
efektifitas suatu Perda, seperti Sekretaris Negara, Depkumham, Depdagri, Depkeu. Sehingga
usulan pembentukan perda yang telah disampaikan kepada Depdagri sering kali ditolak
karena ada resistensi dari departemen lainnya.

2) Seharusnya ada spesifikasi kewenangan Perda, sehingga menjadi jelas dalam proses
perumusannya. Termasuk berkaitan dengan pembatalan Perda, tidak jelas payung hukumnya.

3) Mengenai keterlibatan stakeholder dalam penyusunan perda sampai dengan saat ini hanya
dilakukan pada tahap pembahasan di legislatif.

4) Sering kali terhadap pengesahan Perda yang baru, ada tekanan dari berbagai pihak, akan
tetapi dapat diselesaikan sehingga tidak menimbulkan pencabutan perda.

5) Terhadap berbagai permasalahan menyangkut efektifitas Perda, sering diupayakan alternatif


penyelesaian dengan melakukan pertemuan secara langsung dengan masyarakat (sangat
tergantung Perda apa yang menjadi permasalahan).

Laporan Akhir 44
6) Saat ini Pemkot Manado sedang mendesain kerjasama dengan JICA (Jepang) dibidang
Pendidikan serta Penelitian pada bidang-bidang lainnya, oleh karenanya bahasa jepang di
jadikan bagian dari kurikulum pada Sekolah Menangah Pertama di Kota Manado.

7) Mekanisme yang digunakan dalam pembahasan Perda yang bermasalah adalah melalui
hearing antara DPRD dengan Pemkot.

b. Dinas Infokom:

1) Perda terkait kewenangan Infokom adalah mengenai Retribusi Usaha Perfilman. Ada
keberatan dari pelaku usaha terhadap pemberlakuan perda ini, berkaitan dengan efektifitasnya
Perda ini seharusnya diimplementasikan dalam Peraturan Walikota. Infokom telah mengajukan
revisi atas Perda ini, akan tetapi belum dibahas pada legislatif.

2) Kepala Dinas Infokom adalah SKPD yang menampung berbagai keluhan masyarakat terkait
kebijakan pemkot Manado melalui pemanfaatan radio setempat.

3) Dalam pembahasan Perda, stakeholder tidak dilibatkan.

4) Perda disusun dengan tujuan realistis, yakni meningkatkan PAD.

5) Dinas Infokom pernah diikutsertakan dalam sosialisasi khususnya Perda mengenai


Pengelolaan Sampah, selebihnya tidak dilibatkan.

6) Pers terlalu subjektif dalam menyebarkan berita dan informasi kepada masyarakat, sehingga
menyebabkan masyarakat tidak memperoleh informasi yang penuh tentang keberlakuan suatu
Perda.

7) Dalam upaya efektifitas perda agar dilaksanakan secara sadar oleh masyarakat, diperlukan
adanya perubahan Mind Set terhadap masyarakat.

8) Untuk menjawab berbagai permasalahan terkait Perda, belum ada forum yang
ditetapkan/dilaksanakan untuk itu.

9) Dari hasil evaluasi ada beberapa hal yang mengemuka, yakni : Faktor SDM yang tidak
memadai khususnya menyangkut legal drafting untuk penyusunan Perda.

c. Bappeda:

1) Perda disusun untuk tujuan peningkatan PAD

2) Mengenai perlindungan investasi telah ada kebijakan dalam bentuk : pendirian Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu (BP2T/ melayani 19 perijinan). Awalnya keberadaan lembaga ini
disalah artikan oleh pelaksananya yakni adanya pengalihan fungsi perijinan dari SKPD terkait

Laporan Akhir 45
kepada BP2T, namun dalam perkembangannya badan ini memahami bahwa peran dan
fungsinya hanya menjalankan fungsi administrasi.

3) Perda investasi hanya memberikan perlindungan bagi pelaku usaha dengan mengacu pada
peraturan yang lebih tinggi, oleh karenanya terkadang kepentingan masyarakat kurang
dipertimbangkan.

4) Untuk berjalannya program legislasi, idealnya DPRD diberikan target secara limitatif untuk
menyelesaikan pembahasan revisi/penerbitan Perda.

5) Pernah ada Perda inisiatif DPRD, namun sampai dengan akhir tahun tidak selesai di bahas.

6) Terhadap Tools yang akan dibuat, idealnya memberikan peluang yang besar kepada daerah
untuk menghasilkan regulasi dalam rangka peningkatan PAD.

7) Rapat Koordinasi akan dilaksanakan baik dalam tahap perumusan Perda, penyelesaian
masalah melalui FGD atau dampak analisis (yang dilaksanakan oleh SKPD terkait.

8) Keterlibatan masyarakat dalam penyusunan Perda sangat tergantung perdanya, apabila yang
bersinggungan langsung dengan kepentingan masyarakat, maka akan diikutsertakan.

9) Perlu ada suatu format/bentuk naskah akademik sebagai acuan untuk membuat suatu naskah
akademik.

10) Pernah ada penolakan Perda oleh Pemerintah Provinsi, dengan alasan bidang yang diatur
harus mencakup wilayah provinsi, jadi bukan hanya berlaku pada satu pemkot akan tetapi bagi
seluruh wilayah di provinsi Sulawesi.

11) Kendala lain dalam rangka meningkatkan invetasi adalah terbenturnya masalah pertanahan,
BPN masih sentral sehingga sulit untuk melaksanakan konsolidasi.

12) Sampai dengan saat ini belum ada evaluasi serta monitoring Perda, karena SKPD yang ada
masih relatif baru.

13) Bidang Penanaman Modal melekat pada Bappeda. Fungsi bidang penanaman modal yakni
melaksanakan promosi dan pengkajian.

Adapun hasil isian kuesioner untuk daerah Kota Manado tersaji sebagaimana matriks di bawah ini:

Laporan Akhir 46
Laporan Akhir 47
MATRIKS KUESIONER DI MANADO
KAJIAN DIAGNOSTIK PERDA DI BIDANG PERIJINAN INVESTASI

BADAN PERENCANAAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN


PERTANYAAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DINAS TENAGA KERJA
PEMBANGUNAN DAERAH PERDAGANGAN KOTA
B.PROSES DAN PROSEDUR
PENYUSUNAN PERDA
1. Apakah ada studi/naskah e. Tidak ada naskah akademis tetapi b. Tidak ada naskah akademis b. Tidak ada naskah akademis b. Tidak ada naskah akademis
akademis yang digunakan ada hasil kajian dan penelitian
sebagai dasar bagi penyusunan sebelumnya.
Perda Investasi ?
2. Apakah dasar hukum dari b. Undang-undang tentang b. Undang-undang tentang b. Undang-undang tentang b. Undang-undang tentang
penyusunan Perda tersebut? Pemerintahan Daerah Pemerintahan Daerah Pemerintahan Daerah Pemerintahan Daerah

3. Apakah kebijakan dasar yang a. Upaya meningkatkan kesejahteraan b. Peningkatan Pendapatan Asli b. Peningkatan Pendapatan Asli a. Upaya meningkatkan
melandasi penyusunan Perda masyarakat setempat Daerah (PAD) Daerah (PAD) kesejahteraan masyarakat
tersebut? b. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah setempat/pekerja
(PAD) d. Upaya untuk ketenangan iklim
c. Upaya Penerbitan Kegiatan Investasi berinvestasi

4. Apakah Perda tersebut telah a. Sesuai dengan kebijakan investasi c. Sesuai dengan kebijakan investasi c. Sesuai dengan kebijakan investasi b. Lebih mengutamakan
disusun sesuai dengan nasional daerah daerah kepentingan pembangunan
kebijakan nasional di bidang b. Lebih mengutamakan kepentingan daerah
investasi? pembangunan daerah d. Perlindungan kesempatan
c. Sesuai dengan kebijakan investasi berinvestasi dan perlindungan
daerah serta ketenangan bekerja bagi
pekerja/buruh

5. Sejauh mana keterlibatan d. Pada tahap sosialisasi Perda d. Pada tahap sosialisasi Perda d. Pada tahap sosialisasi Perda d. Pada tahap sosialisasi Perda
masyarakat dalam proses
penyusunan Perda
6. Tujuan utama apa yang hendak a. Menarik Investasi ke daerah c. Menggalang sumber-sumber c. Menggalang sumber-sumber d. Melindungi kepentingan
dicapai oleh Perda tersebut? b. Menertibkan Investasi ke daerah Pendapatan Daerah Pendapatan Daerah masyarakat setempat/pekerja
c. Menggalang sumber-sumber e. Ketenangan berinvestasi bagi

Laporan Akhir 49
Pendapatan Daerah investor
d. Melindungi kepentingan masyarakat
setempat

7. Apakah naskah rancangan c. Dikonsultasikan dengan instansi b. Dikonsultasikan dengan instansi b. Dikonsultasikan dengan instansi c. Dikonsultasikan dengan instansi
Perda telah dikonsultasikan terkait, asosiasi pengusaha, LSM, terkait dan asosiasi terkait dan asosiasi terkait, asosiasi pengusaha,
dan/atau disosialisasikan kepada Masyarakat umum dan Perguruan LSM, Masyarakat umum dan
stakeholders serta pihak-pihak Tinggi setempat Perguruan Tinggi setempat
lain yang kemungkinan terkena
dampak implikasi dari Perda
tersebut?
8. Apakah terhadap rancangan a. Hanya harmonisasi dan sinkonisasi ----- b. Harmonisasi dan sinkronisasi b. Harmonisasi dan sinkronisasi
Perda telah dilakukan langkah horisontal di daerah horisontal di daerah dan vertikal horisontal di daerah dan vertikal
harmonisasi dan sinkronisasi, b. Harmonisasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Provinsi
baik dengan peraturan vertikal horisontal di daerah dan vertikal c. Cukup dengan DPRD setempat
maupun horisontal? dengan Pemerintah Provinsi sesuai dengan aturan undang-
c. Cukup dengan DPRD setempat undang
sesuai dengan aturan undang-
undang
9. Apakah proses pembahasan b. Sudah, melalui pembahasan dengan c. Sudah, melalui pembahasan a. Sudah, melalui pembahasan a. Sudah, melalui pembahasan
Rancangan Perda telah DPRD dan Focus Group Discussion dengan DPRD dan Focus Group dengan DPRD dan Focus Group dengan DPRD dan Focus Group
dilaksanakan secara transparan dengan pihak-pihak terkait Discussion dengan pihak-pihak Discussion dengan pihak-pihak Discussion dengan pihak-pihak
dan terbuka? c. Sesuai kebutuhan, dilakukan terbatas terkait terkait terkait
dan tertutup
10. Apakah perumusan Perda d. Sudah disesuaikan dengan Undang- a. Sudah disesuaikan dengan a. Sudah disesuaikan dengan a. Sudah disesuaikan dengan
telah didasarkan pada standar undang No. 10 tahun 2004 tentang Undang-undang No. 10 tahun 2004 Undang-undang No. 10 tahun 2004 Undang-undang No. 10 tahun
penyusunan Perda yang Pembentukan Peraturan Perundang- tentang Pembentukan Peraturan tentang Pembentukan Peraturan 2004 tentang Pembentukan
baku? undangan dan aturan lain sebagai Perundang-undangan dan aturan Perundang-undangan dan aturan Peraturan Perundang-undangan
turunan Undang-undang No. 32 lain sebagai turunan Undang- lain sebagai turunan Undang- dan aturan lain sebagai turunan
tahun 2004 tentang Pemerintahan undang No. 32 tahun 2004 tentang undang No. 32 tahun 2004 tentang Undang-undang No. 32 tahun
Daerah Pemerintahan Daerah Pemerintahan Daerah 2004 tentang Pemerintahan
e. Sudah sesuai dengan standar dari Daerah
Peraturan Mendagri
f. Sudah sesuai dengan standar yang
disepakati Pemda dan DPRD
setempat
11. Apakah Perda tersebut telah a. Sudah, berdasarkan aturan yang c. Sudah disesuaikan dengan a. Sudah, berdasarkan aturan yang a. Sudah, berdasarkan aturan yang
memenuhi prinsip-prinsip berlaku kebutuhan khusus sesuai jenis berlaku berlaku
regulasi yang baik? Perdanya

Laporan Akhir 50
(transparan, terbuka dan
akuntable)
12. Apakah jumlah Perda yang a. Sudah mengatur berbagai kegiatan ----- ----- a. Sudah mengatur berbagai
ada telah cukup untuk investasi yang ada kegiatan investasi yang ada
menunjang kegiatan investasi c. Belum mengakomodasikan
kepentingan masyarakat
13. Apakah saudara memiliki ----- ----- Setiap tahun dilakukan evaluasi/kajian -----
saran-saran khusus bagi dengan Badan Legislasi Daerah
penyempurnaan proses dan
tatacara penyusunan Perda
yang terkait dengan perijinan
investasi (penanaman modal)

C. SUBSTANSI PERDA

1. Problematik apa yang hendak a. Ketidakpastian hukum ----- ----- d. Perlindungan terhadap hak-hak
diselesaikan oleh Perda d. Memberi landasan hukum dalam pekerja/buruh
tersebut? berusaha di bidang perfilman
menjaga nilai-nilai moral dan budaya
di tengah-tengah masyarakat
2. Tujuan spesifik apa yang hendak a. Meningkatkan Pendapatan Daerah d. Meningkatkan Pendapatan Daerah d. Meningkatkan Pendapatan Daerah d. Perlindungan terhadap hak-hak
dicapai dengan pemberlakuan guna mendukung APBD dan guna mendukung APBD dan guna mendukung APBD dan pekerja/buruh
Perda tersebut? pembangunan daerah pembangunan daerah pembangunan daerah
c. Memudahkan kegiatan investasi di
daerah
3. Apakah Perda tersebut memuat a. Memuat solusi yang komprehensif ----- ----- a. Memuat solusi yang
solusi terhadap problema yang komprehensif
dihadapi?

4. Apakah ada alternatif lain di luar c. Meningkatkan sosialisasi ----- b. Memudahkan pelayanan publik d. Perlindungan terhadap hak-hak
Perda yang dapat dilakukan melalui koordinasi kelembagaan pekerja/buruh
dalam menyelesaikan problema
yang dihadapi?
5. Apakah Perda tersebut ramah b. Sesuai dengan kebutuhan dunia b. Sesuai dengan kebutuhan dunia a. Sesuai dengan kebutuhan dunia a. Sesuai dengan kebutuhan dunia
(tidak menghambat) kegiatan usaha usaha usaha usaha
perdagangan dan investasi? f. Menciptakan kepastian usaha
6. Apakah Perda tersebut ----- c. Cost compliance-nya tinggi ----- d. Tidak terlalu membebankan
menimbulkan beban tambahan

Laporan Akhir 51
bagi sektor swasta?
7. Apakah Perda tersebut ----- b. Tidak transparan dan tidak melalui ----- d. Tidak
berpotensi membebani proses konsultasi publik yang
masyarakat? memadai
8. Apakah Perda tersebut harmonis ----- a. Mengandung pertentangan ----- d. harmonis dan sinkorn dengan
dan sinkron dengan peraturan substansi dengan peraturan peraturan horisontal dan vertikal
lainnya? perundang-undangan yang berada
di atasnya
9. Apakah Perda tersebut ----- d. Tidak ----- c. Mengutamakan masyarakat
mengandung materi muatan setempat/pekerja
yang bersifat diskriminatif? d. Mengutamakan perlindungan
dan kesejahteraan pekerja
10. Adakah analisis terhadap a. Dilakukan pada saat perumusan ----- d. Dilakukan pada saat pembahasan b. Dilakukan pada saat penyusunan
dampak dari regulasi tersebut Naskah Akademis Rancangan Perda dengan DPRD draft Perda
terhadap berbagai b. Dilakukan pada saat penyusunan setempat
kepentingan stakeholders? draft Perda
11. Apakah saudara memiliki ----- ----- ----- -----
kriteria tertentu sebagai saran
bagi perbaikan substansi
Perda Investasi?

D. IMPLEMENTASI PERDA

1. Apakah bagi pelaksanaan Perda b. Hanya memerlukan penyiapan d. Memerlukan biaya tambahan bagi b. Memerlukan biaya tambahan bagi b. Hanya memerlukan penyiapan
memerlukan biaya dan personil tanpa tambahan fasilitas penyiapan personil dan fasilitas penyiapan personil dan fasilitas personil tanpa tambahan fasilitas
tambahan personil serta sarana pendukungnya pendukungnya
yang harus
disiapkan/dibebankan kepada
Pemerintah Daerah?
2. Sejauh mana kesiapan a. Telah dipersiapkan pada saat ----- ----- c. Dipersiapkan pada saat
kelembagaan dalam penyusunan naskah akademis dan pembahasan Rancangan Perda
melaksanakan Perda tersebut? Rancangan Perda di DPRD setempat
3. Sejauh mana kesiapan SDM c. Menambah ketrampilan personil c. Cukup menggunakan personil yang b. Menambah ketrampilan personil b. Menambah ketrampilan personil
dalam melaksanakan Perda yang ada melalui pelatihan khusus ada dengan ketrampilan seadanya yang ada melalui pelatihan khusus yang ada melalui pelatihan
tersebut? khusus
4. Apakah Perda tersebut mudah a. Mudah karena sederhana dan jelas a. Mudah karena sederhana dan jelas a. Mudah karena sederhana dan jelas a. Mudah karena sederhana dan
dilaksanakan? tatacara pelaksanaannya tatacara pelaksanaannya tatacara pelaksanaannya jelas tatacara pelaksanaannya

Laporan Akhir 52
5. Sejauh mana efektivitas a. Efektif karena cukup proses c. Efektif karena jelas tata cara b. Efektif karena transparan dan adil c. Efektif karena jelas tata cara
pelaksanaan Perda tersebut? konsultasi publik dan sosialisasinya pelaksanaannya bagi kepentingan semua pihak pelaksanaannya

6. Hambatan-hambatan apa yang c. Kurang sosialisasi b. Personil yang tidak cakap serta b. Personil yang tidak cakap serta b. Personil yang tidak cakap serta
dihadapi/mungkin dihadapi fasilitas pelayanan publik yang fasilitas pelayanan publik yang fasilitas pelayanan publik yang
dalam pelaksanaan Perda tidak memadai tidak memadai tidak memadai
tersebut?
7. Sejauh mana koordinasi yang c. Telah melibatkan kerjasama dan a. Telah melibatkan kerjasama dan a. Telah melibatkan kerjasama dan a. Telah melibatkan kerjasama dan
telah/akan dilakukan dalam dukungan semua instansi terkait dukungan semua instansi terkait dukungan semua instansi terkait dukungan semua instansi terkait
pelaksanaan Perda? b.Telah melibatkan masyarakat dalam b. Telah melibatkan masyarakat
pengawasannya dalam pengawasannya
8. Seberapa besar biaya c. Cukup besar, karena pengenaan ----- ----- d. Biaya tidak terlalu besar
kepatuhan dalam melaksanakan pajak dan restribusi khusus
Perda tersebut?
9. Sejauh mana tindakan-tindakan a. Penerapan sanksi yang tegas c. Pelaksanaan yang tegas dan tanpa c. Pelaksanaan yang tegas dan tanpa a. Penerapan sanksi yang tegas
yang telah ditempuh untuk b. Penerapan insentif dan kemudahan pandang bulu pandang bulu
memastikan kepatuhan dan bagi yang mematuhi secara sukarela
penegakan regulasi? c. Pelaksanaan yang tegas dan tanpa
pandang bulu
10. Apakah saudara memiliki ----- ----- ----- -----
saran-saran khusus bagi
perbaikan implementasi Perda
di bidang perijinan investasi?

E. EVALUASI, MONITORING
DAN UMPAN BALIK

1. Kriteria-kriteria apa yang dapat c. Efisiensi pelaksanaan a. Tingkat kepatuhan a. Tingkat kepatuhan a. Tingkat kepatuhan
digunakan untuk mengevaluasi d. Kepastian usaha yang diciptakan
(keberhasilan & kegagalan
pelaksanaan Perda di Bidang
Investasi
2. Sejauh mana sikap para d. Aktif a. Menentang b. Mendukung b. Mendukung
pemangku kepentingan terhadap e. Proaktif b. Mendukung e. Proaktif
keberadaan dan pelaksanaan
Perda tersebut?
3. Sejauh mana hasil evaluasi telah a. Dilakukan sebagai bahan masukan a. Dilakukan sebagai bahan masukan a. Dilakukan sebagai bahan masukan a. Dilakukan sebagai bahan
dan/atau akan digunakan untuk guna melakukan revisi guna melakukan revisi guna melakukan revisi masukan guna melakukan revisi

Laporan Akhir 53
memperbaiki Perda tersebut,
baik pada tataran proses
prosedur; substansi; maupun
pelaksanaan?
4. Cara dan langkah-langkah apa d. Melalui evaluasi secara koordinatif b. Melalui umpan balik dari a. Melalui evaluasi secara reguler b. Melalui umpan balik dari
yang ditempuh dalam melakukan dengan instansi terkait masyarakat dan dunia usaha masyarakat dan dunia usaha
pemantauan terhadap
pelaksanaan Perda tersebut?

5. Bagaimana sistem yang c. Mengefektifkan kelembagaan yang c. Mengefektifkan kelembagaan yang c. Mengefektifkan kelembagaan yang a. Pembentukan tim pemantau
dikembangkan untuk sudah ada sudah ada sudah ada khusus
mengefektifkan proses
pemantauan?
6. Bagaimana a. Benar-benar dijadikan dasar evaluasi a. Benar-benar dijadikan dasar a. Benar-benar dijadikan dasar c. Hanya digunakan untuk
memperlakukan umpan balik secara keseluruhan bagi evaluasi secara keseluruhan bagi evaluasi secara keseluruhan bagi melakukan revisi secara
(feed-back) yang diberikan oleh perbaikannya perbaikannya perbaikannya substantif
stakeholders menyangkut
proses/prosedur; substansi; dan
pelaksanaan Perda sebagai
upaya perbaikannya?
7. Apakah saran-saran khusus ----- ----- a. Evaluasi -----
yang ingin Saudara sampaikan b. Koordinasi
dalam penyempurnaan sistem c. Pengawasan
evaluasi, pemantauan dan
umpan balik terhadap Perda
perijinan investasi

Laporan Akhir 54
MATRIKS KUESIONER DI MANADO
KAJIAN DIAGNOSTIK PERDA DI BIDANG PERIJINAN INVESTASI

BAGIAN HUKUM PEMERINTAH


PERTANYAAN DINAS KOMINFO INKINDO SULAWESI UTARA GAPENSI SULAWESI UTARA
KOTA
B.PROSES DAN PROSEDUR
PENYUSUNAN PERDA
1. Apakah ada studi/naskah c. Tidak ada naskah akademis tetapi a. Ada naskah akademis b. Tidak ada naskah akademis tetapi a. Ada naskah akademis
akademis yang digunakan ada hasil kajian dan penelitian ada hasil kajian dan penelitian
sebagai dasar bagi penyusunan sebelumnya. sebelumnya.
Perda Investasi ?
a. Apakah dasar hukum dari b. Undang-undang sektoral lainnya a. Undang-undang tentang a. Undang-undang tentang b. Undang-undang tentang
penyusunan Perda tersebut? Penanaman modal Penanaman modal Pemerintahan Daerah
b. Undang-undang tentang
Pemerintahan Daerah
c. Undang-undang sektoral lainnya
d. Instruksi Presiden menyangkut
Peningkatan Investasi
3. Apakah kebijakan dasar yang a. Upaya meningkatkan kesejahteraan d. Adanya kepastian hukum terhadap b. Peningkatan Pendapatan Asli a. Upaya meningkatkan
melandasi penyusunan Perda masyarakat setempat para investor dalam melakukan Daerah (PAD) kesejahteraan masyarakat
tersebut investasi di daerah setempat
4. Apakah Perda tersebut telah b. Lebih mengutamakan kepentingan a. Sesuai dengan kebijakan investasi a. Sesuai dengan kebijakan investasi c. Sesuai dengan kebijakan
disusun sesuai dengan pembangunan daerah nasional nasional Investasi Daerah
kebijakan nasional di bidang b. Lebih mengutamakan kepentingan
investasi? pembangunan daerah nasional
5. Sejauh mana keterlibatan d. Pada tahap sosialisasi Perda a. Pada tahap perencanaan d. Pada tahap sosialisasi Perda d. Pada tahap sosialisasi Perda
masyarakat dalam proses pembentukan Perda
penyusunan Perda d. Pada tahap sosialisasi Perda
6. Tujuan utama apa yang hendak c. Menggalang sumber-sumber c. Menggalang sumber-sumber a. Menarik investasi ke daerah -----
dicapai oleh Perda tersebut? Pendapatan Daerah Pendapatan Daerah
e. Adanya aturan yang jelas dalam hal
investasi kepada para investor
yang ingin menanamkan modalnya
di daerah
7. Apakah naskah rancangan d. Lain-lain a. Telah dikonsultasikan dengan a. Telah dikonsultasikan dengan c. Dikonsultasikan dengan instansi
Perda telah dikonsultasikan instansi terkait saja instansi terkait saja terkait, asiosiasi pengusaha,

Laporan Akhir 55
dan/atau disosialisasikan kepada c. Dikonsultasikan dengan instansi LSM, Masyarakat umum dan
stakeholders serta pihak-pihak terkait, asosiasi pengusaha, LSM, Perguruan Tinggi setempat
lain yang kemungkinan terkena Masyarakan umum dan Perguruan
dampak/implikasi dari Perda Tinggi Setempat
tersebut?
8. Apakah terhadap rancangan c. Cukup dengan DPRD setempat b. Harmonisasi dan sinkronisasi a. Hanya harmonisasi dan -----
Perda telah dilakukan langkah sesuai dengan aturan undang- horisontal di daerah dan vertikal sinkronisasi horisontal di daerah
harmonisasi dan sinkronisasi, undang dengan Pemerintah Provinsi
baik dengan peraturan vertikal
maupun horisontal?
9. Apakah proses pembahasan a. Sudah, melalui pembahasan dengan a. Sudah, melalui pembahasan dengan c. Sesuai kebutuhan, dilakukan -----
Rancangan Perda telah DPRD dan Focus Group Discussion DPRD dan Focus Group Discussion terbatas dan tertutup
dilaksanakan secara transparan dengan pihak-pihak terkait dengan pihak-pihak terkait
dan terbuka?
10. Apakah perumusan Perda a. Sudah disesuaikan dengan Undang- a. Sudah disesuaikan dengan c. Sudah sesuai dengan standar yang a. Sudah disesuaikan dengan
telah didasarkan pada standar undang No. 10 tahun 2004 tentang Undang-undang No. 10 tahun 2004 disepakati Pemda dan DPRD Undang-undang No. 10 tahun
penyusunan Perda yang Pembentukan Peraturan Perundang- tentang Pembentukan Peraturan setempat 2004 tentang Pembentukan
baku? undangan dan aturan lain sebagai Perundang-undangan dan aturan Peraturan Perundang-undangan
turunan Undang-undang No. 32 lain sebagai turunan Undang- dan aturan lain sebagai turunan
tahun 2004 tentang Pemerintahan undang No. 32 tahun 2004 tentang Undang-undang No. 32 tahun
Daerah Pemerintahan Daerah 2004 tentang Pemerintahan
b. Sudah sesuai dengan standar Daerah
Mendagri

11. Apakah Perda tersebut telah b. Sudah, sesuai dengan kebiasaan a. Sudah, berdasarkan aturan yang d. Belum sepenuhnya a. Sudah, berdasarkan aturan yang
memenuhi prinsip-prinsip yang berlaku dalam Penyusunan berlaku berlaku
regulasi yang baik? Perda di daerah setempat
(transparan, terbuka dan
akuntable)
12. Apakah jumlah Perda yang ----- d. Belum cukup c. Belum mengakomodasikan c. Belum mengakomodasikan
ada telah cukup untuk kepentingan masyarakat kepentingan masyarakat
menunjang kegiatan investasi
13. Apakah saudara memiliki ----- Kiranya pemerintah pusat memberikan Terlalu berbelit dan mahal, kurang -----
saran-saran khusus bagi kesempatan yang sebesar-besarnya kontribusi bagi pengusaha/investor
penyempurnaan proses dan kepada daerah untuk dapat lebih
tatacara penyusunan Perda mengoptimalkan sumber daya yang
yang terkait dengan perijinan ada di daerah untuk dapat dikelola
investasi (penanaman modal) sebaik-baiknya dengan aturan yang

Laporan Akhir 56
dibuat oleh daerah masing-masing
dengan mengamandemen beberapa
aturan di tingkat pusat sehingga
daerah dalam membuat peraturan
daerah tidak lagi dibatalkan dengan
alasan bertentangan dengan
peraturan-peraturan yang lebih tinggi

C. SUBSTANSI PERDA

1. Problematik apa yang hendak a. Ketidak pastian hukum a. Ketidak pastian hukum b. Ketidak tertiban pelaksanaan c. Ketidak adilan bagi masyarakat
diselesaikan oleh Perda d. Memberi landasan hukum dalam b. Ketidak tertiban pelaksanaan investasi
tersebut? berusaha di bidang perfilman investasi
menjaga nilai-nilai moral dan budaya d. Adanya aturan yang jelas kepada
dan di tengah-tengah masyarakat daerah dalam melaksanakan
kebijakan-kebijakan yang akan
dilaksanakan

2. Tujuan spesifik apa yang hendak a. Meningkatkan Pendapatan Daerah a. Meningkatkan Pendapatan Daerah b. Menertibkan tata laksana kegiatan a. Meningkatkan Pendapatan
dicapai dengan pemberlakuan guna mendukung APBD dan guna mendukung APBD dan usaha di daerah Daerah guna mendukung APBD
Perda tersebut? pembangunan daerah pembangunan daerah dan pembangunan daerah
b. Menertibkan tata laksana kegiatan b. Menertibkan tata laksana kegiatan
usaha di daerah usaha di daerah
c. Memudahkan kegiatan investasi di
daerah
3. Apakah Perda tersebut memuat b. Memuat solusi yang bersifat spesifik b. Memuat solusi yang bersifat c. Memuat solusi yang bersifat c. Memuat solusi yang bersifat
solusi terhadap problema yang spesifik temporer temporer
dihadapi? d. Memuat solusi kadang cocok,
kadang kadaluarsa
4. Apakah ada alternatif lain di luar b. Memudahkan pelayanan publik a. Melaksanakan aturan yang ada b. Memudahkan pelayanan publik a. Melaksanakan aturan yang ada
Perda yang dapat dilakukan melalui koordinasi kelembagaan secara lebih efektif melalui koordinasi kelembagaan secara lebih efektif
dalam menyelesaikan problema b. Memudahkan pelayanan publik
yang dihadapi? melalui koordinasi kelembagaan
c. Meningkatkan sosialisasi
5. Apakah Perda tersebut ramah a. Sesuai dengan kebutuhan dunia a. Sesuai dengan kebutuhan dunia e. Belum sepenuhnya menjamin a. Sesuai dengan kebutuhan dunia
(tidak menghambat) kegiatan usaha usaha usaha
perdagangan dan investasi? d. Menciptakan kepastian usaha b. Memberi insentif bagi dunia usaha
6. Apakah Perda tersebut e. Tidak, karena Perda tentang retribusi ----- a. Terlalu birokratis a. Terlalu birokratis

Laporan Akhir 57
menimbulkan beban tambahan perfilman hanya merupakan b. Sulit diimplementasikan dan tidak
bagi sektor swasta? konversi dari pungutan sebelumnya jelas mekanisme pengawasannya
sesuai UU No. 8/1992 tentang
perfilman
7. Apakah Perda tersebut e. Tidak, karena Perda perfilman relatif ----- b. Tidak transparan dan tidak melalui c. Terlalu birokratis
berpotensi membebani dapat terjangkau masyarakat/ proses konsultasi publik yang
masyarakat? pengusaha memadai
8. Apakah Perda tersebut harmonis d. Tidak bertentangan karena Perda ----- a. Mengandung pertentangan b. Tidak sinkron dan duplikasi
dan sinkron dengan peraturan perfilman hanya merupakan substansi dengan peraturan dengan peraturan lainnya
lainnya? penjabaran lanjut dari UU perfilman perundang-undangan yang berada
di atasnya
9. Apakah Perda tersebut d. Tidak, karena lewat Perda ini siapa d. Tidak b. Diskriminatif terhadap badan usaha b. Diskriminatif terhadap badan
mengandung materi muatan saja dapat berusaha sepanjang dari luar daerah setempat usaha dari luar daerah setempat
yang bersifat diskriminatif? memenuhi ketentuan yang ada
10. Adakah analisis terhadap d. Dilakukan pada saat pembahasan a. Dilakukan pada saat perumusan d. Dilakukan pada saat pembahasan -----
dampak dari regulasi tersebut Rancangan Perda dengan DPRD Naskah akademis Rancangan Perda dengan DPRD
terhadap berbagai setempat b. Dilakukan pada saat penyusunan setempat
kepentingan stakeholders? draft Perda
d. Dilakukan pada saat pembahasan
Rancangan Perda dengan DPRD
setempat
11. Apakah saudara memiliki ----- ----- Harus mengakomodir kepentingan -----
kriteria tertentu sebagai saran investor, sejauh tidak bertentangan
bagi perbaikan substansi dengan kepentingan masyarakat
Perda Investasi?

D. IMPLEMENTASI PERDA

1. Apakah bagi pelaksanaan Perda d. Fasilitas pendukung seperti alat a. Memerlukan biaya tambahan bagi b. Hanya memerlukan penyiapan a.Memerlukan biaya tambahan bagi
memerlukan biaya dan detektor asli setidaknya sebuah penyiapan personil dan fasilitas personil tanpa tambahan fasilitas penyiapan personil dan fasilitas
tambahan personil serta sarana CD/DVD pendukungnya pendukungnya
yang harus d. Membentuk tim legal drafting untuk
disiapkan/dibebankan kepada merancang dan mengkaji rencana
Pemerintah Daerah? peraturan daerah
2. Sejauh mana kesiapan d. Pembentukan TIPPFIDA (Tim b. Dipersiapkan pada saat a. Telah dipersiapkan sebelum c. Dipersiapkan pada saat
kelembagaan dalam Pembinaan Perfilman Daerah) penyusunan naskah akademis dan penyusunan naskah adademis dan pembahasan Rancangan Perda
melaksanakan Perda tersebut? dibentuk sesudah penyusunan Perda Rancangan Perda Rancangan Perda di DPRD setempat
14 tahun 2001 sebagai lembaga c. Dipersiapkan pada saat

Laporan Akhir 58
berkekuatan dalam pelaksanaan pembahasan Rancangan Perda di
Perda tersebut DPRD setempat
3. Sejauh mana kesiapan SDM b. Menambah ketrampilan personil b. Menambah ketrampilan personil b. Menambah ketrampilan personil c. Cukup menggunakan personil
dalam melaksanakan Perda yang ada melalui pelatihan khusus yang ada melalui pelatihan khusus yang ada melalui pelatihan khusus yang ada dengan ketrampilan
tersebut? d. Memberdayakan personil yang ada seadanya
4. Apakah Perda tersebut mudah a. Mudah karena sederhana dan jelas d. Tergantung dari rancangan a. Mudah karena sederhana dan jelas b. Sulit dilaksanakan karena terlalu
dilaksanakan? tatacara pelaksanaannya peraturan Perda yang akan tatacara pelaksanaannya birokratis
dibahas/diajukan
5. Sejauh mana efektivitas c. Efektif karena jelas tata cara a. Efektif karena cukup proses b. Efektif karena transparan dan adil c. Efektif karena jelas tata cara
pelaksanaan Perda tersebut? pelaksanaannya konsultasi publik dan sosialisasinya bagi kepentingan semua pihak pelaksanaannya
b. Efektif karena transparan dan adil
bagi kepentingan semua pihak
c. Efektif karena jelas tata cara
pelaksanaannya
6. Hambatan-hambatan apa yang d. Kurangnya kesadaran pengusaha b. Personil yang tidak cakap serta b. Personil yang tidak cakap serta -----
dihadapi/mungkin dihadapi bidang perfilman dalam mematuhi fasilitas pelayanan publik yang fasilitas pelayanan publik yang
dalam pelaksanaan Perda Perda 14/2001 tentang retribusi tidak memadai tidak memadai
tersebut? perfilman
7. Sejauh mana koordinasi yang a. Telah melibatkan kerjasama dan a. Telah melibatkan kerjasama dan b. Telah melibatkan masyarakat dalam -----
telah/akan dilakukan dalam dukungan semua instansi terkait dukungan semua instansi terkait pengawasannya
pelaksanaan Perda? b. Telah melibatkan masyarakat dalam
pengawasannya
8. Seberapa besar biaya d. Tidak begitu besar karena ----- b. Cukup besar karena pelayanan
kepatuhan dalam melaksanakan cakupannya hanya pada usaha- publik yang menyita waktu
Perda tersebut? usaha di bidang perfilman
9. Sejauh mana tindakan-tindakan a. Penerapan sanksi yang tegas a.Penerapan sanksi yang tegas a. Penerapan sanksi yang tegas -----
yang telah ditempuh untuk d. Sebelumnya melaksanakan b.Penerapan insentif dan kemudahan
memastikan kepatuhan dan pembinaan, himbauan, ajakan bagi yang mematuhi secara sukarela
penegakan regulasi? danpenyadaran bagi usaha-usaha c.Pelaksanaan yang tegas dan tanpa
film pandang bulu

10. Apakah saudara memiliki ---- ----- Mudah, tidak berbelit dan efektifitasi -----
saran-saran khusus bagi jauh dari KKN
perbaikan implementasi Perda
di bidang perijinan investasi?

E. EVALUASI, MONITORING

Laporan Akhir 59
DAN UMPAN BALIK

1. Kriteria-kriteria apa yang dapat b. Biaya dan manfaat yang ditimbulkan a. Tingkat kepatuhan d.Kepastian usaha yang diciptakan -----
digunakan untuk mengevaluasi b. Biaya dan manfaat yang ditimbulkan
(keberhasilan & kegagalan c. Efisiensi pelaksanaan
pelaksanaan Perda di Bidang d. Kepastian usaha yang diciptakan
Investasi
2. Sejauh mana sikap para b. Mendukung b. Mendukung c. Pasif -----
pemangku kepentingan terhadap c. Pasif e. Proaktif
keberadaan dan pelaksanaan
Perda tersebut?
3. Sejauh mana hasil evaluasi telah a. Dilakukan sebagai bahan masukan a. Dilakukan sebagai bahan masukan b. Dilakukan untuk memperbaiki
dan/atau akan digunakan untuk guna melakukan revisi guna melakukan revisi implementasi Perda
memperbaiki Perda tersebut, b. Dilakukan untuk memperbaiki
baik pada tataran proses implementasi Perda
prosedur; substansi; maupun
pelaksanaan?
4. Cara dan langkah-langkah apa a. Melalui evaluasi secara reguler b. Melalui umpan balik dari b. Melalui umpan balik dari -----
yang ditempuh dalam melakukan b. Melalui umpan balik dari masyarakat masyarakat dan dunia usaha masyarakat dan dunia usaha
pemantauan terhadap dan dunia usaha d. Melalui evaluasi secara koordinatif
pelaksanaan Perda tersebut? dengan instansi terkait
5. Bagaimana sistem yang a. Pembentukan tim pemantau khusus c. Mengefektifkan kelembagaan yang b. Pembentukan tim untuk menjaring -----
dikembangkan untuk c. Mengefektifkan kelembagaan yang sudah ada opini masyarakat
mengefektifkan proses sudah ada
pemantauan?
6. Bagaimana memperlakukan a. Benar-benar dijadikan dasar evaluasi a. Benar-benar dijadikan dasar a. Benar-benar dijadikan dasar -----
umpan balik (feed-back) yang secara keseluruhan bagi evaluasi secara keseluruhan bagi evaluasi secara keseluruhan bagi
diberikan oleh stakeholders perbaikannya perbaikannya perbaikannya
menyangkut proses/prosedur;
substansi; dan pelaksanaan
Perda sebagai upaya
perbaikannya?
7. Apakah saran-saran khusus Perlunya Perda yang lebih Agar sering diadakan pertemuan untuk Harus jelas tapi tegas dan bersih dari -----
yang ingin Saudara sampaikan komprehensif untuk mengcover lajunya mengevaluasi serta membentuk tim KKN
dalam penyempurnaan sistem perkembangan teknologi dan yang khusus memantau pelaksanaan
evaluasi, pemantauan dan informatika Perda tersebut
umpan balik terhadap Perda
perijinan investasi

Laporan Akhir 60
C. Analisis

Dalamu upaya untuk mengembangkan pola/model analisis yang dapat digunakan untuk melakukan
reformasi regulasi, maka hasil-hasil penelitian, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan
bersifat saling melengkapi. Dari penelitian kepustakaan diperoleh berbagai kejelasan tentang konsep yang
terkait seperti: perijinan, peraturan daerah, persyaratan peraturan yang ramah investasi, serta persyaratan
umum tentang regulasi yang baik yang perlu diperhattikan dalam seluruh tahapan regulasi, sejak
perencanaan, perumusan, pembahasan, implementasi dan bahkan evaluasi dan pemantauannya. Adanya
unsur-unsur bersama (common elements) dari regulasi yang baik tidak hanya menggambarkan “common
practices”,namun juga “best practices”. Hal ini tentu saja patut diperhatikan dalam upaya memperbaiki
perda perijinan investasi agar mampu menunjang tujuan pembangunan guna meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Untuk dapat memperoleh gambaran tentang praktek yang berlaku di daerah, maka hasil penelitian
kepustakaan tersebut digunakan sebagai parameter untuk menilai sejauh mana “common practices” dan
“best practices” yang telah berkembang secara internasional juga sudah dipraktekkan di daerah ini
dilakukan melalui penelitian lapangan. Penelitian lapangan tersebut juga dimaksudkan untuk menggali
informasi mengenai aspirasi yang berkembang di daerah, tidak hanya yang berasal dari Pemerintah
Daerah,dan DPRD, namun juga dari kalangan dunia usaha, NGO maupun masyarakat umum. Di sini kita
lihat keterkaitan antara penelitian lapangan dengan penelitian kepustakaan yang bersifat saling mengisi.

Kombinasi antara penelitian kepustakaan dengan penelitian lapangan pada penelitian hukum sebenarnya
bukan merupakan suatu yang aneh. Dalam teori penelitian hukum misalnya, dikenal adanya penelitian
hukum doctrinal (normative) dengan penelitian hukum non-doctrinal (empiris). Penelitian doctrinal biasanya
bersifat deduktif-normatif dan mengkonsepkan hukum sebagai doktrin, sementara pada penelitian non-
doktrinal pada umumnya bersifat induktf dan melihat konsep hukum sebagai realitas social.

Terdapat beberapa aliran pada penelitian doktrinal yang patut dicatat, antara lain: aliran hukum alam; aliran
positivisme dan aliran fungsionalis realis. Aliran hukum alam mempunyai ciri-ciri: deduktif-normatif;
menggunakan silogisme deduktif; menggunakan premis mayor-minor dan konklusi; bersifat asas-asas; in
abstrakto dan kualitatif. Aliran positivis mempunyai cirri-ciri: deduktif-normatif; hukum dilihat sebagai
perintah dari yang berkuasa; penggunaan bahan hukum primer/formal, sekunder/material; serta
penggunaan metode yurimetri (teknologi). Sedangkan aliran fungsionalis-realis bercirikan: deduktif-
normatif; hukum dipahami secara in-concreto dalam bentuk putusan hakim; cocok diterapkan pada sistem
Common Law; menganut legal realism/functional jurisprudence; menyertakan analisis dari aspek non-

Laporan Akhir 61
hukum (psiko sosial) dari putusan (extra legal); aliran ini baik digunakan untuk menyelesaikan masalah;
serta menerapkan induktif-nomologis.

Pada penelitian non-doktrinal juga terdapat 3 aliran utama, yaitu: sociological jurisprudence; sociology of
law; dan socio-anthropology of law. Sociological jurisprudence bercirikan: induktif/empiric-nomologis;
menggunakan metoda ilmiah (scientific); bersifat empirical-uniformities; menggunakan silogisme induktif;
serta mengembangkan teori-teori, baik middle range maupun grand theory. Aliran sociology of law
bercirikan: nomologis-induktif/empiric; menggunakan metode ilmiah (scientific); menghasilkan teori tentang
eksistensi dan fungsi hukum dalam masyarakat; dan bersifat kuantitatif.

Sesuatu hal yang perlu diperhatikan, penelitian ini adalah merupakan penelitian yang tidak sepenuhnya
merupakan penelitian hukum, karena terkait dengan aspek-aspek lain seperti: kebijakan publik; analisis
ekonomi; pendekatan falsafati, dan lain-lain. Problemnya adalah, bagaimana mengkombinasikan penelitian
kepustakaan lapangan dengan penelitian lapangan, demikian juga bagaimana mengkombinasikan
penelitian hukum dengan penelitian non-hukum untuk memecahkan masalah perda perijinan investasi.

Laporan Akhir 62
BAB IV

POLA/MODEL ANALISIS DALAM MELAKUKAN REVIEW TERHADAP


PERATURAN DAERAH DI BIDANG PERIJINAN INVESTASI

A. Kriteria Pengembangan Pola/Model Analisis

1. Sederhana (simple)

Kriteria sederhana, merupakan salah satu pertimbangan dalam penyusunan pola baku sebagai
panduan dan review terhadap Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) maupun Peraturan Daerah
(Perda). Sederhana dipahami sebagai mudah dimengerti tidak hanya oleh DPRD dan Pemda beserta
SKPDnya, tetapi juga bagi para pemangku kepentingan di daerah (pengusaha, organisasi dunia usaha,
lembaga swadaya masyarakat), maupun masyarakat umum yang terkena dampak regulasi.
Pemahaman mereka sangat penting dalam rangka partisipasi pada keseluruhan tahapan regulasi, sejak
perencanaan, perumusan, pembahasan, penetapan, implementasi, review, pemantauan, umpan balik,

dst. Dengan demikian diharapkan kualitas peraturan daerah akan lebih ditingkatkan, yang pada
akhirnya akan memfasilitasi dunia usaha, penertiban oleh pemerintah maupun mengakomodasikan
kesejahteraan masyarakat.

2. Mudah diaplikasikan (user friendly)

Seperti yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya ketika melakukan analisis perbandingan terhadap
berbagai model analisis regulasi. Terdapat metode yang sangat sophisticated namun apabila
diaplikasikan akan membutuhkan persyaratan waktu, ketrampilan, dan bahkan biaya yang tinggi.
Apabila hal itu diterapkan pada kondisi Indonesia, khususnya jumlah Perda yang mencapai ribuan,
maka model analisis tersebut berpotensi menjadi tidak efektif untuk bias menyelesaikan tugas berat
mereview. Oleh karena itu sebagai jalan keluarnya Tim menawarkan suatu cara yang mudah
diaplikasikan (user friendly), khususnya oleh aparatur di daerah yang akan terlibat dalam penyusunan
maupun review Perda. Aparatur di daerah tersebut terdiri dari, baik kebupaten/kota maupun Propinsi
yang merupakan wakil Pemerintah Pusat di Daerah.

Ciri mudah diaplikasikan juga terlihat dari kriteria-kriteria yang dibuat lebih mudah dipahami, yang
mencakup kriteria regulasi yang baik pada seluruh tahapan regulasi tersebut. Kriteria yang dibangun
ada yang bersifat umum karena mencerminkan keseragaman persyaratan regulasi, baik di tingkat
Pusat maupun Daerah, demikian pula ada kriteria yang bersifat khusus yang disesuaikan dengan
karakteristik dan kebutuhan khusus daerah. Kriteria khusus tersebut karenanya bersifat fleksibel dan
sesuai dengan nilai-nilai riil yang berkembang pada masyarakat setempat.

Laporan Akhir 63
3. Akuntabel (accountable)

Meskipun pola/model analisis sebagai panduan bagi penyusunan serta review peraturan daerah
memiliki ciri sederhana dan mudah diaplikasikan, namun hal itu berarti tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Pola/model analisis yang dibangun tetap dapat dipertanggungjawabkan, baik
dalam hal manfaat dan efektivitasnya, maupun dalam hal proses dan prosedur (tata caranya).
Pola/model analisis ini juga dibangun dengan landasan akademik maupun praksis yang dapat
dipertanggungjawabkan serta berstandar internasional.

B. Proses Pengembangan Pola/Model Analisis

1. Mengidentifikasi kebutuhan khusus bagi penyempurnaan sistem perijinan

Berdasarkan hasil penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan, maka telah berhasil
diidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan khusus bagi penyempurnaan sistem perijinan yang meliputi:
a. Persyaratan ijin
Persyaratan umum haruslah memiiliki kejelasan, baik dalam hal persyaratan, waktu maupun
biaya. Dengan demikian akan mampu dijamin kepastian bagi yang memerlukannya.

b. Sistem perijinan yang ideal


Sistem perijinan yang ideal haruslah dapat dilaksanakan secara tertib, cepat, sederhana dan
murah.

c. Kejelasan Fungsi
Perijinanharus memiliki kejelasan fungsi, yaitu untuk: mengatur, mengendalikan, membina, dan
mengawasi.

2. Mengidentifikasi problema umum yang dihadapi di daerah

Dari hasil studi kepustakaan maupun studi lapangan terbatas, dapat diidentifikasi dan diinventarisasi
problema umum yang dihadapi daerah dalam penyusunan maupun mereview Perda, yang meliputi
namun tidak terbatas pada:

a. Belum adanya pola baku yang bersifat komprehensif mengenai tata cara perumusan dan/atau
mereview Perda perijinan investasi pada setiap tahapannya.

b. Belum dilibatkannya unsur-unsur di luar eksekutif dan legislatif dalam pembahasan Rancangan
Perda, sehingga belum ada forum untuk mengawal kesepakatan yang telah dicapai pada tahapan
perencanaan dan perumusan.

c. Daerah seringkali justru dihadapkan pada peraturan-peraturan pada tingkat Pusat yang saling
bertentangan/tumpang tindih serta tidak konsisten.
Laporan Akhir 64
d. Kelemahan SDM di daerah , baik kuantitaif maupun kualitatif yang memahami standar regulasi
yang bertaraf internasional.

e. Masih terdapatnya paradigma bahwa Perda perijinan investasi perlu dikaitkan dengan pajak dan
retribusi daerah, sehingga mampu meningkatkan pendapatan asli daerah.

f. Belum membudayanya kultur pelayanan di daerah bagi dunia usaha dan masyarakat.

3. Merumuskan unsur-unsur umum dari pola/model analisis yang akan dikembangkan

Dari hasil penelitian kepustakaan yang dilakukan, secara umum dapat ditarik unsur-unsur umum yang
perlu diadopsi dalam upaya merumuskan pola baku sebagai panduan maupun kriteria untuk
melakukan review terhadap Ranperda dan/atau Perda, yaitu:

a. Diterapkannya analisis manfaat dan biaya (cost and benefit analysis) dari suatu rancangan
regulasi atau terhadap regulasi yang ada.

b. Dikembangkannya pendekatan analitis dan sistematis terhadap problema regulasi untuk


memecahkan permasalahan sekarang dan sebagai dasar bagi pola perilaku yang akan datang.

c. Pentingnya mengikutsertakan semua pemangku kepentingan serta pihak-pihak yang secara


potensial akan menjadi pihak yang terkena dampak dari regulasi. Keikutsertaan tersebut dilakukan
dalam keseluruhan proses, sejak rencana, perumusan, penerapan, sampai dengan tahapan
evaluasi dan pemantauan.

d. Semua proses dilaksanakan secara transparan.

e. Adanya kepentingan pembenahan regulasi dalam rangka tata kelola pemerintahan yang baik.

f. Dibutuhkannya kelembagaan yang efektif dalam keseluruhan proses sejak penyusunan sampai
dengan evaluasi dan pemantauan terhadap regulasi.

Laporan Akhir 65
4. Alur pikir proses pengembangan Pola / Model Analisis

PENELITIAN
KEPUSTAKAAN
Analisis
1 - Common elements 5 DE LEGE FERENDA
DE LEGE LATA 8 9
- Konsep
Uji Coba 6
EXISTING POLA/MODEL EXPECTED
ANALISIS Out- CONDITION
Evaluasi -
7 put
CONDITION Penyempurnaan
3
- Perda perijinan
- Identifikasi Permasalahan
investasi yang
- Perda Perijinan Investasi PENELITIAN Analisis berkualitas dan
yang bermasalah dan ramah investasi
menimbulkan High-cost
LAPANGAN 4
Ekonomi

- Kebutuhan
- Problematik

Keterangan Alur Pikir:


1. Kondisi sekarang
2. Penelitian Kepustakaan (untuk mengetahui common elements dan konsep yang digunakan)
3. Penelitian Lapangan (untuk mengetahui kebutuhan dan permasalahan)
4. Analisis
5. Integrasi hasil analisis, hasilkan pola/ model analisis (sekarang)
6. Uji coba (aplikasi)
7. Evaluasi - Penyempurnaan
8. Panduan (out-put)
9. Kondisi yang diharapkan.

Laporan Akhir 66
C. Pola/Model Analisis yang diusulkan

1. Isi Pola/Model Analisis

Pola/modeal analisis yang hendak dikembangkan terdiri dari beberapa aspek/kriteria yang perlu
diperhatikan oleh pihak-pihak yang nantinya terlibat dalam proses perencanaan, perumusan,
pembahasan, implementasi, evaluasi, pemantauan sampai dengan penggunaan umpan balik bagi
penyempurnaan regulasi. Aspek/kriteria yang perlu diperhatikan dalam tiap-tiap tahapan tersebut
adalah:

a. Tahapan Perencanaan

1) Adanya suatu studi, hasil penelitian atau naskah akademis yang menjadi dasar bagi
penyusunan;

Idealnya pada tahapan perencanaan dalam penyusunan Ranperda didasarkan atas suatu
naskah akademis yang menggambarkan: urgensi dari perlunya suatu pengaturan tertentu
dalam bentuk Perda; masalah yang ingin diselesaikan; implikasi dari peraturan tersebut
serta keterkaitannya (harmonisasi) dengan peraturan lain, baik secara vertikal maupun
horizontal; serta ketentuan-ketentuan pokok yang perlu diatur. Keberadaan suatu naskah
akademis juga memberikan justifikasi serta pertanggungjawaban atas perlunya pengaturan
tertentu dalam bentuk Perda.

Dalam hal tidak ada suatu naskah akademis yang secara khusus menjadi dasar dari
penyusunan suatu Ranperda, maka setidak-tidaknya harus ada suatu hasil studi maupun
penelitian yang mendasarinya.

2) Adanya kebutuhan nyata untuk mengatur aspek perijinan investasi tertentu untuk
mengakomodasikan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemerintah daerah, dunia
usaha maupun masyarakat;

Perencanaan penyusunan suatu Ranperda juga harus dilandasi oleh adanya kebutuhan
nyata untuk mengaturnya guna mengakomodasikan berbagai kepentingan. Artinya Perda
yang ada memang dipandang secara substansi/materi sudah tidak memadai, jadi bukan
disebabkan oleh tidak efektifnya pelaksanaan dari suatu aturan yang ada.

3) Adanya analisis atas manfaat dan biaya atas urgensi maupun keberadaan suatu perda
perijinan investasi tertentu.

Analisis atas manfaat dan biaya diperlukan untuk mengantisipasi sejauh mana suatu
peraturan akan membawa implikasi terhadap berbagai pihak, baik Pemerintah, dunia usaha
maupun masyarakat. Meskipun sulit untuk memuaskan kepentingan semua pihak dari
keberadaan suatu Perda, namun dengan analisis atas manfaat dan biaya tersebut setidak-
tidaknya keberadaan Perda tersebut nantinya akan lebih banyak membawa manfaatnya

Laporan Akhir 67
daripada mudaratnya. Analisis tersebut juga mencakup compliance cost yang harus
ditanggung oleh berbagai kalangan. Agar tidak salah dalam penafsirannya, manfaat (benefit)
dan biaya (cost) di sini tidak hanya meliputi aspek ekonomi/finansial saja, namun juga
mencakup aspek-aspek lainnya seperti aspek sosial, lingkungan hidup, keamanan,
keselamatan, ketertiban, keadilan, dan lain-lain.

4) Adanya koordinasi vertikal dan horizontal dalam perencanaan untuk menghindari tumpang
tindih maupun duplikasi dengan sektor/bidang lainnya.

Dalam perencanaan suatu Perda, sangat mutlak diperlukan koordinasi dengan perencanaan
serupa yang dilakukan oleh instansi lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal untuk
menghindari terjadinya konflik aturan maupun tumpang tindih dengan bidang atau sector
lainnya. Selain itu juga perlu dilakukan harmonisasi dengan peraturan-peraturan lainnya
yang sudah berlaku.

5) Perencanaan Perda Perijinan Investasi harus memperhatikan kebutuhan khusus serta


kharakteristik daerah.

Suatu hal yang perlu dipahami dalam perencanaan suatu Perda adalah diperhatikannya
kebutuhan khusus serta karakteristik daerah. Masing-masing daerah tentu saja memiliki
karakteristik dan kebutuhan khusus yang memerlukan pendekatan yang berbeda.
Pertimbangan atas karakteristik serta kebutuhan khusus suatu daerah dalam perencanaan
Perda akan sangat berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaannya.

b. Tahapan Perumusan

1) Didasarkan atas standar penyusunan peraturan yang baik.

Standar penyusunan peraturan yang baik dapat dilihat dari aspek format / bentuknya, isi /
materi, maupun rumusannya. Kemampuan/penguasaan materi, kecakapan dalam legal
drafting, serta keahlian dalam merumuskannya secara jelas akan memberi kontribusi
terhadap kualitas suatu regulasi.

2) Melibatkan pihak-pihak yang terkait dalam konsultasi publik untuk menampung dan sejauh
mungkin mengakomodasikan kepentingan mereka, setidak-tidaknya sebagian besar dari
mereka.

Keterlibatan pihak-pihak yang terkait dalam perumusan suatu regulasi dalam proses
konsultasi publik dimaksudkan untuk menampung aspirasi dan kepentingan berbagai pihak
yang terkait sehubungan dengan hal-hal yang diatur. Hal yang perlu diperhatikan dalam
konsultasi publik tersebut adalah keterlibatan mereka tidak sekedar prosedur formal saja,

Laporan Akhir 68
namun secara nyata dan substantif mampu mewakili kepentingan dari berbagai lapisan
masyarakat.

3) Dilakukan langkah harmonisasi dan sinkronisasi dengan peraturan lainnya.

Langkah harmonisasi dan sinkronisasi dengan peraturan lainnya juga tetap harus dikawal
dalam proses penyusunan Ranperda perijinan investasi.

4) Mengandung substansi yang mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi, baik


permasalahan sekarang maupun yang akan datang.

Substansi yang diatur dalam Ranperda di bidang perijinan investasi tentu saja diharapkan
mampu memecahkan masalah kekinian maupun masalah yang mungkin timbul dikemudian
hari.

5) Memenuhi kriteria Perda yang ramah investasi

Kriteria Perda yang ramah investasi yang harus dipenuhi, mencakup namun tidak terbatas
pada: kesesuaian dengan kebutuhan; substansi penulisan yang baik; keadilan; keterbukaan;
member insentif untuk dunia usaha; menciptakan efisiensi berusaha; mendorong persaingan
yang sehat; mengandung system manajemen konflik yang baik; serta menyentuh aspek
kelembagaan yang tepat.

c. Tahapan Pembahasan

1) Dalam proses pembahasan Rancangan Perda yang pada umumnya dilakukan oleh Pemda
dengan DPRD, agar dimuka kemungkinan keterlibatan pihak-pihak lain yang terkait agar
mengawal kesepakatan-kesepakatan yang telah dicapai pada tahap perencanaan dan
perumusan.

2) Untuk kesempurnaan rumusan, perlu diundang ahli terkait seperti ahli legal drafting, ahli
bahasa, dll.

3) Meskipun proses pembahasan Rancangan Perda pada umumnya merupakan proses politis,
namun harus diperhatikan bahwa produknya adalah merupakan produk hukum yang perlu
memperhatikan prinsip maupun asas-asas penormaan yang baik.

d. Tahapan Implementasi

Laporan Akhir 69
1) Dalam rangka implementasi Perda perijinan investasi, aspek kelembagaan, kesiapan
sumber daya manusia maupun peralatan yang terkait harus telah dipersiapkan sedini
mungkin agar implementasinya dapat berlangsung efektif.

2) Implementasi Perda perijinan investasi yang efektif juga harus didasarkan atas kejelasan
proses dan kewenangan, sehingga masyarakat dan dunia usaha dapat menikmati
pelayanan yang cepat, sederhana, murah dan berkepastian hukum.

3) Implementasi Perda Perijinan investasi yang efektif juga sangat tergantung kepada
keberhasilan proses sosialisasinya yang dilakukan dengan menggunakan semua media
yang tersedia.

4) Dalam implementasi Perda perijinan investasi harus dihindarkan birokrasi yang berbelit-belit.

e. Tahapan Evaluasi, Monitoring dan Umpan Balik

1) Dalam mengevaluasi efektivitas berlakunya Perda perijinan investasi, maka perlu


dikembangkan kriteria yang komprehensif, yang meliputi: kelembagaan, SDM, sikap
masyarakat, kecepatan dan keakuratan pelayanan, biaya, dan lain-lain.

2) Pemantauan terhadap pelaksanaan Perda perijinan investasi harus dilaksanakan secara


berkala dan berkelanjutan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang: kegagalan,
keberhasilan, kendala yang dihadapi maupun kemungkinan kendala yang secara potensial
akan dihadapi, dan lain-lain.

3) Agar mampu mengakomodasikan dinamika yang berlangsung di masyarakat, maka


feedback (umpan balik) terhadap Perda perijinan investasi perlu dikaji, diolah,
dipertimbangkan untuk kepentingan penyempurnaan, baik penyempurnaan substansi,
format, bahasa, implementasi, dan lain-lain.

2. Cara kerja

Pola/model analisis yang berisi faktor/kriteria yang perlu diperhatikan dalam perencanaan, perumusan,
pembahasan, implemementasi, evaluasi , monitoring, dan umpan balik atas rancangan Perda atau
Perda sebagaimana tersebut di atas dapat dijadikan pegangan bagi pihak-pihak terkait. Isinya sangat
mudah dipahami karena telah disusun secara sistematis serta dengan bahasa yang sederhana. Ada
baiknya, sebelum dipakai dilakukan pelatihan singkat untuk memberikan pemahaman yang
komprehensif.

Laporan Akhir 70
3. Keuntungan
a. Sesuai dengan kriteria yang digunakan dalam penyusunan pola baku, salah satu keuntungan dari
pola ini adalah sederhana, user friendly, sistematis dan akuntabel.

b. Keuntungan lain yang dapat diperoleh adalah waktu yang dibutuhkan untuk menerapkannya relatif
sangat singkat, namun sesuai dengan standar regulasi yang baik serta bersifat investment friendly.

c. Kecepatan dalam penerapan pola/model analisis ini, apalagi bila dapat dilakukan melalui SDM
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota akan sangat dramatis mampu mengatasi
banyaknya Perda yang terindikasi bermasalah yang jumlahnya ribuan yang masih belum
terselesaikan.

d. Dibukanya kemungkinan untuk mengembangkan criteria khusus yang disesuaikan dengan


kebutuhan daerah, akan membuat Perda perijinan investasi pada masing-masing daerah menjadi
lebih sesuai dengan kebutuhan daerah, sehingga diharapkan dapat membawa manfaat yang besar
bagi daerah dan lebih efektif.

4. Antisipasi kendala yang mungkin dihadapi

a. Mengingat pola/model analisis ini baru dikembangkan dan belum teruji, maka kemungkinan
penerimaan para penggunanya belum penuh, oleh karena itu perlu kesabaran dalam menjelaskan
cara penerapannya.

b. Kendala lain yang mungkin dihadapi adalah fakta bahwa pola/model analisis ini khusus dirancang
untuk Perda perijinan investasi, oleh karena itu belum tentu efektif digunakan sebagai panduan
bagi Perda lainnya.

5. Implementasi, pengujian dan evaluasi

a. Sebagai langkah awal untuk menerapkan pola baku ini, maka perlu dilakukan uji coba dalam
bentuk pilot proyek pada daerah-daerah terpilih tertentu.

b. Pengalaman serta persoalan yang dihadapi dalam proses uji coba harus digunakan sebagai
masukan dan pertimbangan bagi penyempurnaannya sampai diperoleh suatu pola yang dianggap
paling pas.

c. Evaluasi atas keberhasilan maupun kegagalan dalam penerapan pola/model analisis ini juga perlu
diperhatikan untuk kepentingan penyempurnaannya.

Laporan Akhir 71
BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

1. Lemahnya sistem hukum telah menimbulkan ketidakpastian hukum baik terhadap masyarakat
maupun dunia usaha dalam melaksanakan kegiatan investasi di Indonesia, hal ini antara lain
disebabkan oleh tidak adanya standard baku dalam perumusan regulasi dan/atau karena terjadinya
inkonsistensi dalam penerapan dan penegakan hukum.

2. Kebijakan otonomi daerah yang diawali pada tahun 1999 telah memberikan kewenangan kepada
Pemerintah Daerah untuk menetapkan Peraturan Daerah sebagai alat pengatur yang dalam
perkembangannya telah menimbulkan berbagai permasalahan terhadap kegiatan investasi.

3. Dalam upaya untuk memperbaiki iklim investasi di Indonesia, salah satu pendekatan yang dilakukan
adalah melalui pembenahan sistem hukum yang secara khusus difokuskan pada pembenahan
regulasi, dalam hal ini pembenahan Peraturan Daerah di bidang Perijinan Investasi.

4. Pembenahan Peraturan Daerah di bidang Perijinan Investasi dilakukan dengan mengembangkan


suatu pola baku yang diharapkan dapat dijadikan panduan bagi para pihak yang terkait, baik dalam
tahapan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah maupun dalam melakukan review terhadap
Peraturan Daerah yang telah ada.

5. Pola baku sebagaimana tersebut di atas dikembangkan melalui hasil penelitian kepustakaan dan
lapangan. Penelitian kepustakaan diorientasikan pada analisis terhadap berbagai model analisa
regulasi yang ada seperti Regulatory Impact Analysis (RIA), Regulatory Mapping (RegMap), Metode
pemecahan masalah (Rocippi) dan Metode Analisis Peraturan Perundang-undangan (MAPP) untuk
mencari unsur bersama common element yang dapat digunakan sebagai dasar bagi penyusunan
pola baku. Sementara penelitian lapangan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan
wawancara secara langsung dengan SKPD pada dua daerah yang dipilih yaitu Jepara dan Manado,

Laporan Akhir 72
difokuskan pada analisis terhadap proses penyusunan, pembahasan, sosialisasi, serta implementasi
suatu Peraturan Daerah. Penelitian lapangan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah praktek
penyusunan regulasi yang baik telah diterapkan oleh pemerintah daerah, sehingga dalam perumusan
pola baku yang akan dibuat telah mengakomodasikan berbagai kebutuhan dalam proses
penyusunan/perumusan perda yang baik.

6. Dari hasil analisis terhadap penelitian kepustakaan dan lapangan, dapat dirumuskan suatu pola baku
dengan memperhatikan problema serta kebutuhan daerah agar sederhana, mudah diaplikasikan,
fleksibel, namun dapat dipertanggung-jawabkan, baik secara akademik maupun dari sisi standar
regulasi yang baik.

7. Pola baku yang diusulkan telah disusun dengan menetapkan aspek/kriteria yang perlu diperhatikan
dalam proses perencanaan, perumusan, pembahasan, implementasi, evaluasi, pemantauan sampai
dengan penggunaan umpan balik bagi penyempurnaan Perda dibidang perijinan investasi.

B. Rekomendasi

1. Pola baku panduan penyusunan dan review Perda Perijinan Investasi yang dikembangkan oleh
Tim Bappenas ini perlu diuji-cobakan penerapannya pada beberapa daerah (propinsi/
kabupaten/kota) tertentu untuk menguji apakah mudah dipahami dan diaplikasikan oleh pihak-
pihak yang terkait di daerah serta untuk menemu-kenali berbagai kendala, kelemahan untuk
kepentingan penyempurnaannya.

2. Pola baku yang telah disempurnakan (termasuk penyempurnaan dengan penerapan ICT sebagai
(enabler) selanjutnya perlu disosialisasikan ke daerah-daerah untuk dapat diterapkan sebagai
bagian dari kegiatan reformasi regulasi. Kegiatan sosialisasi tersebut dapat dilakukan melalui
pelatihan serta penyebarluasan instrumen (baik berupa brosur, CD) serta melalui media internet
yang dapat diakses.

3. Mengingat Pola Baku ini masih terbatas lingkupnya di bidang Perijinan Investasi, maka perlu juga
diujicobakan pada Perda di bidang-bidang lain seperti pelayanan publik, pengentasan kemiskinan,
dan lain-lain untuk mengetahui sejauh mana kontribusinya terhadap upaya reformasi regulasi.

Laporan Akhir 73
DAFTAR BIBLIOGRAFI

- Anom, Firman Bakri, “Peraturan Daerah”, dalam Buku Sewindu Otonomi Daerah, Perspektif Ekonomi,
KPPOD, Jakarta, 2009.

- Direktorat Analisa Peraturan Perundang-undangan, Bappenas, Makalah disampaikan pada Seminar


Nasional Reformasi Regulasi Dalam rangka Mendukung Upaya Pencapaian Prioritas Pembangunan
Nasional, Jakarta, 2009.

- Direktorat Jendral Peraturan Perundang-undangan Depkumham & UNDP, Panduan Praktis Memahami
Perancangan Peraturan Daerah, Jakarta, 2008.

- Fakrulloh, Zudan Arif, “Simplifikasi dan Reformasi Regulasi di Era Otonomi Daerah”, Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional Mewujudkan Kepastian Hukum Melalui Reformasi Regulasi,
Bappenas, Jakarta, 30 Juli 2009.

- Istiandari, Rahmasari, “Tata Kelola Otonomi Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat di Daerah, KPPOD
Brief, Jakarta, Mei-Juni 2009

- KPPOD, BKPM, Provinsi Terbaik bagi Penanaman Modal, Survey Pemeringkatan Iklim Usaha di 33
Provinsi, Jakarta, 2008.

- KPPOD, Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, Persepsi Dunia Usaha, Peringkat 134
Kabupaten/Kota di Indonesia dan Gambaran Permasalahan Dunia Usaha, Jakarta, 2002.

- KPPOD, Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, Persepsi Dunia Usaha, Peringkat 200
Kabupaten/Kota di Indonesia dan Gambaran Permasalahan Dunia Usaha, Jakarta, 2003.

- KPPOD, Pemeringkatan Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota, Studi Kasus 90 Kabupaten/Kota di


Indonesia, 2002.

- KPPOD, PEG USAID, Kajian Peraturan Daerah, Laporan Program Review Perda Tahap I, Jakarta, Maret
2002.

- KPPOD, PEG USAID, Kajian Peraturan Daerah, Laporan Program Review Perda Tahap II, Agustus 2002.

- KPPOD, EC & Asosiasi Pemerintahan Kota Seluruh Indonesia, Panduan Perancangan dan Review Perda
Ramah Investasi Proyek Perbaikan Iklim Investasi Daerah melalui Penerapan Sistem Perijinan Terpadu
dan Penyempurnaan Kualitas Perda, EU-Indonesia Small Projects Facility, 2008;

- KPPOD, USAID, The Asia Foundation, Daya Saing Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, Persepsi
Dunia Usaha, Peringkat 169 Kabupaten dan 59 Kota di Indonesia, Metodologi dan Temuan Utama,
Jakarta, 2005.

Laporan Akhir 74
- KPPOD, USAID, The Asia Foundation, Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, Persepsi Dunia
Usaha, Peringkat 214 Kabupaten/Kota di Indonesia dan Gambaran Permasalahan Dunia Usaha, Jakarta,
2004.

- KPPOD, USAID, The Asia Foundation, Tata Kelola Ekonomi Daerah, 2007, Survey Pelaku Usaha dari
243 Kabupaten/Kota di Indonesia, 2007.

- KPPOD, USAID & The Asia Foundation, Local Economic Governance in Indonesia (A Survey of Business
in 243 Regencies/Cities in Indonesia, 2007, Jakarta- July 2008.

- Lubis, M M Azhar, “Reformasi Regulasi dan Dampaknya terhadap Pemulihan Ekonomi”, Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional Mewujudkan Kepastian Hukum Melalui Reformasi Regulasi”,
Bappenas, Jakarta, 30 Juli 2009.

- Pambudi, P Agung, “Tata Kelola Ekonomi dan Iklim Investasi Daerah”, dalam Buku Sewindu Otonomi
Daerah, Perspektif Ekonomi, KPPOD, Jakarta, 2009

- Pudyatmoko, Sri Y, Perizinan, Problema dan Upaya Pembenahan, Penerbit Grasindo, Jakarta, 2009.

- Seidmann, Ann, Robert M Seidman & Nalin Abeyeskere, Penyusunan Rancangan Undang-Undang dalam
Perubahan Masyarakat yang Demokratis: Sebuah Panduan untuk Pembuat Rancangan Undang-Undang,
Edisi Ke 2, ELIPS II, Mei 2002.

- Setiadi, Wicipto, “Proses Pengharmonisasian sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kualitas Peraturan
Perundang-undangan”, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Mewujudkan Kepastian Hukum
melalui Reformasi Regulasi, Bappenas, Jakarta, 30 Juli 2009.

- USAID-SENADA, “Advancing Regulatory Reform in Indonesia (Opportunities and Challenges)”, August


2009.

- USAID-SENADA, RegMAP: Institutionalizing Regulatory Reform in Indonesia, Summary Report, March


2009

- USAID-SENADA, Laporan Analisa Dampak Regulasi dan Sektor Swasta dI Indonesia, Maret-2009

- World Bank, ADKASI, YIPD, Dinamika Penyusunan, Substansi dan Implementasi Perda Pelayanan Publik
(Studi Diagnosis Perda-Perda Pelayanan Publik Terpilih di Kabupaten Solok, Kabupaten Sumedang,
Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Lombok Timur, dan Kota Pare-Pare, Jakarta, Cetakan Pertama,
2009.

- World Bank & YIPD, Menggagas Penyusunan & Implementasi Perda yang Partisipatif, Transparan dan
Akuntabel, Jakarta, Agustus 2006.

Laporan Akhir 75

Anda mungkin juga menyukai