Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PROPMA : BAJA

Andrew Fernando I L / 1606904421

Teknik Sipil

Awalnya, baja mulai ditemukan pada tahun 400 – 500 SM di Eropa. Tahun 250 SM,
India menemukan cara membuat baja. Tahun 1000 M, Baja dengan campuran unsur lain
ditemukan pertama kali pada 1000 M pada kekaisaran fatim yang disebut dengan baja
Damaskus.Lalu pada tahun 1700 M, Bangsa Eropa meneliti penggunaan dan pembuatan baja.

Sejarah penggunaan logam :

1. Besi tuang untuk bentang lengkungan ( Inggris 1977-1979 )


2. Besi tempa ( 1840 – Britania Bridge, Wales )
3. Setelah besi tuang dan besi tempa sudah banyak digunakan, muncullah proses
canai ( 1780 )
4. Baja mengganti kedudukan besi tuang maupun besi tempa dalam konstruksi
bangunan ( 1890 )

Sebenarnya besi dan baja tersusun atas bahan yang sama, yaitu Fe. Satu hal yang menjadi
pembeda antara besi dan baja adalah kadar karbon.

Bahan baku pembuatan baja adalah bijih besi, berikut ini adalah beberapa jenis bijih
besi yang digunakan, yaitu :

1. Bijih besi primer

Umumnya berupa bijih hematite (Fe2O3) atau magnetite (Fe3O4) atau campuran
diantara keduanya dengan kandungan Fe yang tinggi atau rendah. Jenis bijih besi primer
ini merupakan bahan baku utama untuk memproduksi besi dunia. Di Indonesia, bijih besi
primer ada di Aceh, Sumbar, Bengkulu, Lampung, Kalbar, Kalsel.

2. Bijih Besi Laterit

Jenis batuan ini berupa goethite dan limonite. Kadar Fe sekitar 40-58% karena
mengandung air kristal. Di Indonesia, terdapat di Pulau Sebuku, Gunung Kukusan
(Kalsel), Pomala, Halmahera, dll.

3. Pasir Besi

Jenis batuannya adalah Titanomagnetite dan bersifat magnet kuat. Kandungan Fe


sekitar 59%. Pengolahan bijih sampai menjadi besi baja secara komersial sudah dilakukan
di New Zealand dan China.
Baja didapatkan melalui proses yang cukup panjang dengan menggunakan bahan
baku tersebut, berikut adalah proses pembuatan baja ( proses modern ) :

a. Iron making
Tahap ini menghasilkan logam panas dengan cara mencampurkan bijih besi, kokas,
dan juga kapur leleh ke dalam blast furnace. ( mengandung 4-4,5% Karbon dan
kotoran )

b. Pembuatan Baja Primer


 BOS : menambahkan baja scrap daur ulang dengan besi cair dalam konverter.
Pada suhu tinggi, oksigen ditiupkan melalui logam, yang mengurangi kadar
karbon menjadi antara 0-1,5%.
 EAF : alternatif, pakan daur ulang skrap baja melalui penggunaan daya tinggi
busur listrik (suhu sampai 1650 ° C) untuk melelehkan logam dan
mengubahnya menjadi baja berkualitas tinggi.

c. Pembuatan baja sekunder


Hal ini dilakukan dengan menambahkan atau menghapus unsur-unsur tertentu
dan / atau memanipulasi suhu dan produksi environment.Depending pada jenis baja
yang dibutuhkan, proses pembuatan baja sekunder berikut dapat digunakan:
pengadukan, tungku sendok, injeksi sendok, degassing dan CAS-OB (Komposisi
Penyesuaian dengan Sealed argon menggelegak dengan Oksigen Hembusan) .

d. Continuous Casting

Pada langkah ini, baja cair dilemparkan ke dalam cetakan didinginkan


menyebabkan shell baja tipis untuk memperkuat. Shell untai ditarik menggunakan
gulungan dipandu dan sepenuhnya didinginkan dan dipadatkan. Untai dipotong
menjadi panjang yang diinginkan tergantung pada aplikasi; lembaran untuk produk
datar (piring dan jalur), mekar untuk bagian (balok), billet untuk produk lama (kabel)
atau strip tipis.

e. Pembentukan primer
Baja yang dilemparkan kemudian dibentuk menjadi berbagai bentuk, sering
dengan rolling panas, sebuah proses yang menghilangkan cacat cor dan mencapai
bentuk dan kualitas permukaan yang diperlukan. Produk canai panas dibagi menjadi
produk datar, produk lama, tabung mulus, dan produk-produk khusus.

f. Manufaktur, Fabrikasi, dan Finishing


Akhirnya, teknik membentuk sekunder memberikan baja bentuk dan sifat akhir.
Teknik-teknik ini meliputi: membentuk (misalnya dingin bergulir), mesin (misalnya
pengeboran), bergabung (misalnya pengelasan), coating (misalnya galvanizing),
perlakuan panas (misalnya tempering), dan pengobatan permukaan (misalnya
karburasi)
Proses kimia pembuatan baja :

1. Proses Konvertor

Konvertor adalah salah satu wadah untuk mengolah besi menjadi baja siap untuk
diproduksi. Dibuat dari plat baja dengan sambungan las atau paku keling. Pada bagian dalam
konvertor dibuat dari batu yang tahan api, batu tahan api tersebut dapat bersifat asam atau
basa tergantung dari sifat baja yang akan diolah.

Di bagian bawah konvertor terdapat lubang-lubang angin (tuyer) sebagai saluran udara
penghembus yang disebut sebagai air blast. Terdapat juga penyangga pada konvertor yang
dilengkapi dengan trunnion untuk mengatur posisi horizontal atau vertikal konvertor. Proses
konvertor terdiri dari proses bassemer (asam) dan Thomas (basa).

2. Proses Siemens Martin

Proses siemens martin diolah didalam dapur pelebur baja yang dapat mencapai suhu
tinggi, Proses pengolahan baja siemens martin dibuat oleh dua orang yang bernama Siemen
dan Martin, sehingga dapurnya disebut pula dapur siemen martin. Dapur untuk proses
siemens martin mempunyai tungku kerja yang diperlengkapi dengan ruang-ruang hawa.

Tungku pengolahan ini mempunyai kapasitas 30 – 50 ton, bahan baku yang diolah selain
besi kasar juga dapat dimasukkan besi bekas atau besi tua. Jika besi yang dimasukkan
mengandung posfor, bahan lapisan dapurnya bersifat basa. Sebaliknya jika besinya tidak
mengandung posfor bahan lapisan dalam pada dapurnya bersifat asam.

3. Proses Basic Oxygen Furnace (BOF)

Proses pengolahan baja dengan proses Basic Oxygen Furnace (BOF) merupakan
modifikasi dari proses Bessemer. Pada proses Bessemer menggunakan uap air panas
ditiupkan pada besi kasar cair untuk membakar zat kotoran yang tersisa. Sedangkan pada
proses BOF memakai oksigen murni sebagai ganti uap air.

Dapur bejana BOF biasanya berukuran 5 m untuk diameternya dan mampu memproses 35
– 200 ton dalam satu pemanasan. Peleburan baja menggunakan BOF ini juga termasuk proses
yang paling baru dalam industri pembuatan baja. Tungku konstruksi relatif sederhana, pada
bagian luarnya dibuat dari plat baja sedangkan dinding bagian dalamnya dibuat dari batu
tahan api (firebrick).

4. Proses Dapur Listrik

Proses pengolahan baja dengan menggunakan dapur listrik adalah metode


pengontrol temperatur peleburan dan memperkecil unsur-unsur campuran di dalam baja yang
dilakukan selama proses pemurnian. Pada awal pemurnian baja digunakan dapur tungku
terbuka atau konvertor.

Kemudian ada proses pemurnian lagi yang dilakukan didalam dapur listrik sehingga baja
yang diperoleh menjadi lebih berkualitas. Dapur listrik terdiri dari dua jenis, yaitu dapur
listrik busur nyala dan dapur induksi frekuensi tinggi.
5. Proses Dapur Kupola (Cupola Furnace)

Dapur Cupola (Cupola Funace) digunakan untuk peleburan besi kasar kelabu dan besi
bekas menjadi baja atau besi tuang, pada umumnya digunakan untuk menghasilkan peleburan
sehari-hari berdasarkan pada kapasitas dari pabrik (foundry). Cupola (kubah-
kubahnya) biasanya dioperasikan secara berpasangan, jadi pemeliharaannya bisa diatur pada
satu kubah dankubah yang lainnya tetap bisa beroperasi, demikian seterusnya secara
bergantian.

Sifat baja menjadi kunci yang membuatnya menjadi bahan utama dalam pembangunan,
berikut adalah sifat baja :

1. Kekuatan
Baja mempunyai daya tarik,lengkung, dan tekan yang sangat besar. Pada setiap partai
baja, pabrikan baja menandai beberapa besar daya kekuatan baja itu. Baja dapat
menahan berbagai tegangan, seperti tegangan lentur.
2. Kelenturan
Baja bukan saja kuat tetapi juga lentur.
3. Kealotan
Pada umumnya baja bersifat sangat alot,sehingga tidak cepat patah.
4. Kekerasan
Baja itu sangat keras sekali sehingga sebagai bahan konstruksi, baja mungkin saja
untuk digunakan berbagai tujuan. Apabila untuk produk-produk baja tertentu ada
suatu keharusan,maka bisa saja baja itu, dengan cara dipanaskan,dibuat luar biasa
kerasnya.

Berikut ini adalah jenis baja berdasarkan sifat :

1. Baja Tahan Karat (Stainless Steel)

Sifatnya antara lain:

 Memiliki daya tahan yang baik terhadap panas, karat dan goresan/gesekan
 Tahan temperature rendah maupun tinggi
 Memiliki kekuatan besar dengan massa yang kecil
 Keras, liat, densitasnya besar dan permukaannya tahan aus
 Tahan terhadap oksidasi
 Kuat dan dapat ditempa
 Mudah dibersihkan
 Mengkilat dan tampak menarik
2. High Strength Low Alloy Steel (HSLS)

Sifat dari HSLA adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor, tahan terhadap
abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu mesin yang baik dan sifat
mampu las yang tinggi (weldability). Untuk mendapatkan sifat-sifat di atas maka baja ini
diproses secara khusus dengan menambahkan unsur-unsur seperti: tembaga (Cu), nikel (Ni),
Chromium (Cr), Molybdenum (Mo), Vanadium (Va) dan Columbium.

3. Baja Perkakas (Tool Steel)

Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah tahan pakai, tajam atau mudah
diasah, tahan panas, kuat dan ulet.

Kelompok dari tool steel berdasarkan unsur paduan dan proses pengerjaan panas yang
diberikan antara lain:

1. Later hardening atau carbon tool steel (ditandai dengan tipe W oleh AISI), Shock
resisting (Tipe S), memiliki sifat kuat dan ulet dan tahan terhadap beban kejut dan
repeat loading. Banyak dipakai untuk pahat, palu dan pisau.
2. Cool work tool steel, diperoleh dengan proses hardening dengan pendinginan yang
berbeda-beda. Tipe O dijelaskan dengan mendinginkan pada minyak sedangkan tipe
A dan D didinginkan di udara.
3. Hot Work Steel (tipe H), mula-mula dipanaskan hingga (300 – 500) ºC dan
didinginkan perlahan-lahan, karena baja ini banyak mengandung tungsten dan
molybdenum sehingga sifatnya keras.
4. High speed steel (tipe T dan M), merupakan hasil paduan baja dengan tungsten dan
molybdenum tanpa dilunakkan. Dengan sifatnya yang tidak mudah tumpul dan tahan
panas tetapi tidak tahan kejut.
5. Campuran carbon-tungsten (tipe F), sifatnya adalah keras tapi tidak tahan aus dan
tidak cocok untuk beban dinamis serta untuk pemakaian pada temperatur tinggi.

Anda mungkin juga menyukai