Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Bicara mengenai akuntansi Syariah, tidak akan lepas dengan perhitungan
keuangan yang mesti tertulis secara terperinci dan jelas, agar dapat
menghasilkan laporan keungan yang mudah dipahami oleh semua pihak dan
dapat membantu suatu perusahaan dalam menganalisis keuangannya.
Ada beberapa perbedaan unsur antara laporan keuangan lembaga syariah
dan laporan lembaga keuangan konvensional. Unsur-unsur yang ada dalam
laporan keuangan lembaga syariah antara lain, neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi
terikat, laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq dan shodaqoh,
laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan. Sedangkan unsur-unsur
yang ada dalam laporan keuangan lembaga konvensional adalah neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas
Dalam akuntansi konvensional, manusia dididik untuk mengutamakan
dirinya sendiri tanpa memedulikan kepentingan orang lain. Akuntansi hanya
membentuk manusia mengejar hal-hal yang berbau materi dan melupakan
kebutuhan non materi yang sejatinya merupakan hal utama yang dibawa oleh
manusia ketika ia mati. Akuntansi konvensional juga menciptakan suatu kelas
sosial yang dapat mempengaruhi perusahaan untuk menindas kaum lemah dan
memanjakan kaum pemilik beserta investor. Nilai yang hilang dalam
akuntansi konvensional mengakibatkan manusia menjadi mengutamakan harta
serta kepentingannya sendiri. Untuk itu kita juga perlu mengetahuai tujuan
dasar laporan akuntansi syariah dan karakter laporan keuangan akuntansi
syariah yang membedakannya dengan laporan keuangan akuntansi
konvensional.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang menjadi tujuan dasar laporan akuntansi syariah?
2. Apa sajakah karakter laporan keuangan akuntansi syariah?
3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tujuan dasar laporan akuntansi syariah
2. Untuk mengetahui karakter laporan keuangan akuntansi syariah
BAB II
PEMBAHASAN

1. TUJUAN DASAR LAPORAN AKUNTANSI SYARIAH


Tujuan laporan keuangan Akuntansi Syariah secara normatif dapat
dirumuskan sebagai perpaduan antara aspek-aspek yang bersifat materialistik
dan spiritualistik. Tujuan dasar laporan keuangan Akuntansi Syariah yang
bersifat “materi” adalah untuk pemberian informasi (akuntansi), sedangkan
yang bersifat “spirit” adalah untuk akuntanbilitas (cf. baydoun and Willet
1994). “Materi” dan “spirit memang mimiliki arti yang berbeda, tetapi
keduanya tidak dapat dipisahkan. Dalam wacana filsafat idealisme, “spirit”
dianggap lebih abadi dibandingkan dengan “materi”. Posisi akuntanbilitas
lebih menjadi inti atau menjadi “jiwa”, atau menjadi dasar “etika”, daripada
pemberian informasi. Akuntanbilitas merupakan spiritualitas Akuntansi
syariah begitupun sebaliknya, tanpa akuntanbilitas, Akuntansi Syariah
menjadi instrumen “mati” yang mekanismenya kita temukan sebagaimana
yang terjadi pada akuntansi modern.
Manusia diciptakan sebagai pengemban amanah oleh Allah dimana
manusia ditugaskan untuk menyebarkan rahmat/kesejahteraan keseluruh alam
(dalam bentuk ekonomi, sosial, spiritual, politik, dan lain-lainnya) pada
manusia yang lain (stakeholders) dan alam (natural environment). Tugas
manusia itu adalah tugas yang membumi. Tugas tersebut menyangkut
penciptaan dan penyebaran rahmat kepada manusia yang lain dan lingkungan
alam dalam bentuk aktivitas bisnis.
Pada dasarnya akuntansi syariah merupakan instrumen akuntabilitas yang
digunakan oleh manajemen kapada Tuhan (akuntabilitas vertikal),
stakeholders, dan alam (akuntabilitas horizontal). Pemikiran ini mempunyai
dua implikasi. Pertama, Akuntansi Syariah harus dibangun sedemikian rupa
berdasarkan nilai-nilai etika (dalam hal ini adalah etika Syariah) sehingga
“bentuk” Akuntansi Syariah (dan konsekuensinya informasi akuntansi yang
disajikan) menjadi lebih adil; tidak berat sebelah, sebagaimana kita temukan
pada akuntansi modern yang memihak kepada kapitalis (dan kreditor). Kedua,
praktik bisnis dan akuntansi yang dilakukan manajemen juga harus
berdasarkan pada nilai-nilai etika syariah. Sisi lain dari Akuntansi Syariah
adalah pemberian informasi – sebagai perwujudan dari “materi”.
Pemberian informasi, sebetulnya merupakan konsekuensi logis dari
adanya akuntabilitas. Akuntabilitas (dengan dasar nilai etika syariah) menjadi
spirit yang mendasari bentuk akuntansi dan informasi akuntansi. Bentuk dan
informasi akuntansi dengan spirit etika syariah ini digunakan untuk
pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Karena bentuk
dan informasi akuntansi tersebut berdasarkan etika syariah, maka keputusan-
keputusan yang diambil juga akan mengandung nilai-nilai syariah; dan
konsekuensinya, realitas yang diciptakan adalah realitas yang bernuansa
syariah.

2. KARAKTER LAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH


Dari sisi karakter sudah menunjukan bahwa laporan akuntansi syariah
berbeda dengan laporan akuntansi modern. Karakter akuntansi modern
memiliki karakter khas yang ada dalam dirinya, yaitu karakter egoistik,
materialistik, dan kuantitatif. Dalam perspektif ajaran manunggaling kawulo-
gusti (Sang Pencipta adalah tempat kembali semua makhlukNya), tiga sifat
tersebut tidak perlu dihilangkan, tetapi sebaliknya disatukan atau dipadukan
dalam interaksi yang dinamis dan harmonis dengan sifat yang lain. Misalnya,
sifat egoistik dipadukan dengan altruistik, sifat materialistik dikawinkan
dengan spiritualistik, dan sifat kuantitatif dengan sifat kualitatif.

a) Egoistik-altruistik
Karakter laporan akuntansi syariah alturistik terlihat pada laporan
sumber dan penggunaan dana zakat, infaq dan shodaqoh, laporan sumber
dan penggunaan dana qardhul hasan hal ini menjelaskan bahwa dalam
akuntansi syariah tidak bersifat egoistik yang hanya profit oriented tetapi
juga social oriented.
Akuntansi modern memiliki sifat egoistik yang hanya profit oriented
dan tidak mempedulikan lingkungan sekitar, sifat ini terlihat pada laporan
laba-rugi di mana dalam laporan tersebut puncak informasi yang disajikan
adalah laba (profit) atau rugi (loss). Para pemegang saham memiliki
kepentingan besar terhadap return yang ingin diperoleh, jadi pada
dasarnya laporan laba-rugi ditujukan memberikan informasi pada
shareholder bukan pada yang lain. Jelas sifat egoistiknya, karena semata-
mata ditujukan kepada shareholder yang notabene adalah pemilik
perusahaan. Dalam neraca juga terdapat sifat egoistik, khususnya pada sisi
ekuitas. Informasi yang disajikan dalam ekuitas adalah informasi tentang
shareholders sekaligus juga informasi tentang kekayaan atau hak yang
dimilikinya, bukan milik orang lain tetapi milik dari sharehoders.
Sedangkan pendapatan dan beban yang sifatnya publik sama sekali
tidak disajikan. Alasan mendasar mengapa public cost and benfits tidak
dilaporkan dalam laporan keuangan pada dasarnya berpijak pada kesulitan
identifikasi, pengukuran dan penilaian. Oleh karena itu, untuk
menciptakan hidup yang berbahagia, maka akuntansi secara ideal tidak
saja menyajikan private costs and benefits, tetapi juga public costs and
benefits. Sehingga akan memiliki dampak yang cukup besar dalam bentuk
laporan keuangan akuntansi syariah.

b) Materialistik-spiritualistik
Dalam akuntansi modern, sifat materialistik terlihat jelas di laporan
Keuangan, seluruh unsur laporan keuangan akuntansi modern hanya
memberikan informasi tentang aktivitas perusahaan yang bersifat materi
dan diukur dalam unit (uang) atau singkatnya menyajikan realitas materi.
Laporan keuangan Akuntansi Syariah bertujuan untuk menyediakan
informasi akuntansi, sedangkan wujud spiritualnya adalah untuk
menyediakan media akuntabilitas. Dengan perpaduan ini, tujuan laporan
keuangan Akuntansi Syariah menjadi lebih seimbang dan adil.

c) Kuantitatif-kualitatif
Sifat ketiga dari akuntansi modern adalah kuantitatif. Dengan sifatnya
ini, akuntansi modern akhirnya hanya mengakui dan menyajikan
informasiyang sifatnya kuantitatif saja. Sebaliknya, informasi kualitatif
adalah informasi yang termarjinalkan.
Informasi kuantitatif akan cenderung mengarahkan pengguna dari
informasi ini untuk juga berpikir kuantitatif, dan selanjutnya mengambil
keputusan ekonomi dengan perhitungan kualitatif saja.
Padahal tidak jarang keputusan-keputusan bisnis yang sukses berdasarkan
pada pertimbangan kualitatif. Ini menunjukkan bahwa aspek kualitatif di
dalam bisnis juga sangat penting dan bahkan tidak boleh diabaikan.
Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai terdapat. Empat
Karakteris kualitatif pokok yaitu :
a) Dapat dipahami
Kualitas penting informasiyang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.
b) Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk ,memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan kalau dapat memengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini, dan masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil
evaluasi di masa lalu.
c) Keandalan
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau
yang secara wajar diharapkan dapat disajiakan.
d) Dapat dibandingkan
Pemakai harus membandingkan laporan keuangan entitas syariah antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan. Agar dapat dibandingkan, informasi tentang kebijakan
kuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan
perubahn kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut juga harus
diungkapkan termasuk ketaatan atas standar akuntansi yang berlaku.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Tujuan dasar laporan keuangan akuntansi syariah adalah untuk memberikan:
(1) Akuntabilitas
merupakan representasi dari unsur spirit (ruh, atau, jiwa), atau unsur etika,
atau unsur ukhrawi, atau unsur feminin.
(2) informasi.
merupakan representasi dari unsur materi, atau unsur ekonomi, atau unsur
duniawi, atau unsur maskulin. Kedua tujuan dasar tersebut menjadi satu-
kesatuan yang tidak terpisahkan dan menjadi kekuatan dari akuntansi
syariah.
2. Karakter laporan akuntansi syariah berbeda dengan akunatnsi konvensional
Karakter akuntansi modern memiliki karakter khas yang ada dalam dirinya,
yaitu karakter egoistik, materialistik, dan kuantitatif tiga sifat tersebut tidak
perlu dihilangkan, tetapi sebaliknya disatukan atau dipadukan dalam
interaksi yang dinamis dan harmonis dengan sifat yang lain yang terdapat
dalam karakter laporan akuntansi syariah. Misalnya, sifat egoistik dipadukan
dengan altruistik, sifat materialistik dikawinkan dengan spiritualistik, dan
sifat kuantitatif dengan sifat kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA

Kismawadi, Early Ridho. 2016. Akuntansi Syariah Dan Laporan Keuangan


Syariah, http://kismawadi.blogspot.co.id/2016/01/akuntansi-syariah-
dan-laporan-keuangan.html (diunduh 5 januari 2018)

Rakhamat, Agung. 2011. Tujuan Dasar Dari Laoran Akuntansi Syariah,


https://agungrakhmat04.wordpress.com/2011/06/20/tujuan-dasar-dari-
laporan-kuangan-akuntansi-syariah/ (diunduh tanggal 5 januari 2018)

Triyuwono, Iwan. 2003. SINERGI OPOSISI BINER: Formulasi Tujuan Dasar


Laporan Keuangan Akuntansi Syari’ah
http://journal.uii.ac.id/index.php/Iqtisad/article/view/366/282
(diunduh tanggal 5 januari 2018)

Anda mungkin juga menyukai