Anda di halaman 1dari 19

REFRAT ORAL MEDICINE

SALIVA

Disusun Oleh :

Inneke Rachmawaty Syam, S.KG 2014-16-167

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIV. PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA

2013

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cairan didalam rongga mulut terdiri dari saliva, cairan saku gusi dan secret dari epitel
rongga mulut. Saliva merupakan sekresi campuran, lebih dari 90% dihasilkan oleh Kelenjar
Parotis, Submandibular dan Sublingual. Sisanya diperoleh dari kelenjar-kelenjar tambahan.
Jenis sekresi berbeda-beda tergantung pada kelenjar yang dihasilkan. Saliva dari Kelenjar
Parotis bersifat serosa (cair) karena konsentrasi unsur-unsur yang terdapat didalamnya
rendah, sedangkan saliva yang dihasilkan Kelenjar Submandibular dan Sublingual bersifat
mucus (kental).

Volume saliva yang disekresi perhari sulit ditentukan. Nilai rata-rata antara 1,0 – 1,5
liter. Pada keadaan tidak aktif, hanya 0,5 ml/menit dan akan meningkat menjadi 2,5 ml/menit
bila distimulasi. Berdasarkan hal tersebut, apabila sekresi selama waktu tidur diabaikan, maka
dapat diperhitungkan bahwa saliva yang dihasilkan perhari adalah antara 700-800 ml.

Berdasarkan ukurannya, anatomi dan histologi kelenjar saliva dalam rongga mulut
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Kelenjar saliva mayor


2. Kelenjar saliva minor

1.2 Tujuan Penulisan

2
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Oral Medicine, mengetahui anatomi dan histologi dari Kelenjar Saliva, mengetahui penyakit-
penyakit yang ditimbulkan akibat kelainan dari Kelenjar Saliva.

1.3 Ruang Lingkup

Sehubungan dengan luasnya pembahasan mengenai kelenjar saliva maka perlu untuk
memberikan batasan pembahasan. Makalah ini sedikit membahas tentang penyakit-penyakit
yang ditimbulkan akibat kelainan kelenjar saliva untuk mengetahui etiologi, tanda-tanda
klinis dan perawatan penyakit tersebut.

BAB 2

KELENJAR SALIVA

2.1 DEFINISI

Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi dan
diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui suatu saluran.
Saliva terdiri dari 98% air dan selebihnya adalah elektrolit, mukus dan enzim-enzim. Saliva
diekskresi hingga 0.5 – 1.5 liter oleh tiga kelenjar liur mayor dan minor yang berada di
sekitar mulut dan tenggorokan untuk memastikan kestabilan di sekitar rongga mulut.

2.1.1 Kelenjar Saliva

Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya
disalurkan melalui duktusnya ke dalam rongga mulut. Kelenjar saliva mayor terdiri dari
kelenjar parotis yang terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula, kelenjar
submandibularis yang terletak dibagian bawah korpus mandibula dan kelenjar sublingualis
yang terletak dibawah lidah. Selain itu terdapat juga kelenjar saliva minor yang terdiri dari
kelenjar labialis, kelenjar bukalis, kelenjar palatinus, kelenjar insisivus, kelenjar lingualis.

2.1.2 Kelenjar Saliva Mayor

Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak di anterior dari
aurikel telinga dimana posisinya antara kulit dan otot masseter. Duktus kelenjar ini bermuara
pada vestibulum oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas.

3
Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan mengandung sejumlah besar enzim antara
lain amilase lisozim, asam fosfat, aldolase, dan kolinesterase.

Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak


dan mempunyai saluran keluar (duktus ekskretoris) yaitu duktus Whartoni yang bermuara
pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. Seperti juga
kelenjar parotis, kelenjar ini terdiri dari jaringan ikat yang padat.

Kelenjar sublingualis mempunyai banyak duktus yang menyalurkan ke dalam rongga


mulut. Duktus kelenjar ini disebut duktus Rivinus. Duktus ini terletak berdekatan dengan
papilla dari duktus kelenjar submandibular.

2.1.3 Kelenjar Saliva Minor

Kebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di


dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran
ludah dalam 24 jam. Kelenjar-kelenjar ini diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama
pakar yang menemukannya.

Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan
asinus-asinus seromukus. Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi,
dengan asinus-asinus seromukus. Kelenjar Blandin-Nuhn (Glandula lingualis anterior)
terletak pada bagian bawah ujung lidah. Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous
gland) dan Kelenjar Weber terletak pada pangkal lidah. Kelenjar Von Ebner dan Weber
disebut juga glandula lingualis posterior.

2.2 ANATOMI

Cairan mulut tersusun atas cairan sekresi kelenjar ludah dan eksudat serum lewat
cairan krevikular. Secara kuantitatif, sokongan terbesar pada ludah diberikan oleh kelenjar
ludah glandula parotis. Masih banyak kelenjar ludah kecil lain disekitar mulut. Sifat kelenjar
itu seros,seromukus, dan mukus.

4
2.3 HISTOLOGI

Tiap kelenjar ludah dibangun dari lobus dan terdiri atas asinus, duktus interkalata, dan
duktus striata. Asinus glandula submandibularis dan sublingualis memiliki sel sekresi yang
disebut sel bulan sabit.

5
Dari semua pembuangan saluran berkumpul menuju ke pembuangan besar, pada
glandula parotis disebut duktus stensen dan pada glandula submandibularis disebut duktus
wharton.
Hasil sekresi dikumpulan didalam sel sekretori yang dalam kelompok, asinus diatur
mengelilingi lumen. Granula sekresi terpusat pada bagian apikal sel. Bila tidak terjadi sekresi,
volume sel dapat sampai 80% terisi dengan granula sekresi. Didalam satu granul biasanya
ditimbun berbagai macam macam protein. Untuk mngeluarkan sekret, kelenjar ludah harus
dirangsang. Kemudian granula sekresi diangkut ke membran plasma dan diangkut kearah
rongga mulut.

2.4 KOMPOSISI SALIVA

2.4.1 Komposisi Saliva ( umum )

AIR 94,0 – 99,5 %


BENDA PADAT 0,5(terstimulasi) – 0,6( tdk terstimulasi)
SPECIFIC GRAVITY 1,002-1,008
PH (AVERAGE) 6,7
PH (RANGE) 6,2-7,6

2.4.2 Komposisi Saliva (detail)

Inorganik

Saliva (mm) Plasma (mm)


Ca2+ 1-2 2,5
Mg2+ 0,2-0,5 1,0
Na+ 6-26 140
K+ 14-32 4
NH4+ 1-7 0,03
H2PO4- + HPO42- 2-23 2
Cl- 17-29 103
HCO3- 2-30 27
F- 0,001-0,005 0,01
SN- 0,1-2,0 -

6
Organik

Urea (dewasa) 2-6 5


Urea (anak-anak) 1-2 -
Asam urat 0,2 3
Asam amino (bebas) 1-2 2
Glukosa (bebas) 0,05 5
Laktat 0,1 1
Asam lemak 10 3000

2.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKRESI SALIVA

Kelenjar saliva memproduksi saliva hampir setengah liter setiap hari. Beberapa faktor
mempengaruhi sekresi saliva dengan merangsang kelenjar saliva melalui cara-cara berikut:

1. Faktor mekanis yaitu dengan mengunyah makan yang keras atau permen karet.
2. Faktor kimiawi yaitu melalui rangsangan seperti asam, manis, asin, pahit dan
pedas.
3. Faktor neuronal yaitu melalui sistem syaraf autonom baik simpatis maupun
parasimpatis.
4. Faktor Psikis yaitu stress yang menghambat sekresi saliva.
5. Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian protesa
yang dapat menstimulasi sekresi saliva.

2.6 FUNGSI SALIVA

1. Protektif

Permukaan epitel mukosa yang merupakan bagian dari traktus gastrointestinal


dilapisi oleh lapisan mucus. Perlekatan glikoprotein pada mukosa mulut melindungi
dari kekeringan, iritasi serta dari enzim proteolitik atau bakteri hidrolitik. Glikoprotein
juga dapat melekat pada enamel sehingga berperan sebagai antisolubilitas dan
antibakteri melalui saliva.

Jika aliran saliva dihambat, dapat menimbulkan perubahan-perubahan patologi


dan kekeringan dalam mulut yang berlebihan, sehingga dapat menyebabkan
stomatitis, yakni inflamasi mukosa mulut.

7
Kekurangan saliva dapat menyebabkan karies gigi meningkat. Oleh karena
sifat-sifat dan komposisi inilah yang membuatnya menjadi suatu pelumas (lubricant)
yang baik untuk membantu melindungi permukaan jaringan lunak terhadap kerusakan
fisik yang dapat ditimbulkan oleh makanan keras atau temperature tinggi.

Daya dafar(buffer) dan PH saliva yang ditimbulkan oleh bikarbonat, fosfat,


urea dan protein dapat mempertahankan homeostatis rongga mulut. Dari keempat
komponen tersebut, bikarbonat mempunyai peranan paling besar.

2. Daya antisolubilitas

Daya antisolubilitas ditimbulkan oleh adanya kandungan Ca++ & PO4+++ dan
garam-garam lainnya. Daya antisolubilitas tesebut dipengaruhi oleh proteim-protein
yang terdapat dalam saliva. Kerjasama antara protein-protein glikoprotein yang
banyak mengandung Ca++ dan fosfat penting pada remineralisasi dini.

3. Pencernaan

Efek lubrikasi saliva membantu melunakkan serta membantu pembentukan


dan penelanan makanan. Kecepatan berlalunya bahan makanan dari mulut tergantung
pada factor-faktor seperti kecepatan aliran saliva, sifat adhesive makanan dan
aktivitas enzim-enzim dalam saliva antara lain amylase. Enzim tersebut yang memulai
proses pencernaan pati dan pemecahan sisa makanan yang biasanya terdapat disekitar
gigi.

4. Pengaturan keseimbangan air

Bila tubuh dalam keadaan dehidrasi, keseimbangan air tubuh dipertahankan


dengan menurunkan kecepatan salivasi. Menurunnya kecepatan salivasi akan
menyebabkan kekeringan dalam mulut sehingga memicu individu untuk minum,
dengan demikian keadaan dehidrasi dapat diatasi.

5. Lain-lain

Saliva yang membasahi bibir dan lidah ini juga bekerja sebagai pelarut, saliva
akan memperlancar dan membantu rasa pengecapan. Saliva berperan dalam ekskresi
zat-zat yang berbahaya bagi tubuh, antara lain logam berat seperti Hg (merkuri) dan
Pb (timah hitam). Karena saliva biasanya ditelan kembali, maka ekskresi melalui

8
saliva bukan merupakan proses penting untuk pembuangan zat-zat dari dlam tubuh.
Dalam bidang kedokteran gigi aliran dan viskositas saliva, dapat mempengaruhi
kecekatan gigi tiruan pada posisinya.

2.7 KELAINAN PADA KELENJAR SALIVA

Determinasi jumlah saliva

Saat pengeluaran berlebih atau berkurang, diagnostiknya dapat berdasarkan dari total
jumlah saliva atau pengeluaran dari satu kelenjar. saliva dapat dikumpulkan dengan saliva
ejektor. Atau dengan cotton roll untuk membedakan kuantitas sebelum dan sesudah
pengobatan. pasien dicoba sebelum makan dan tidak diperbolehkan merokok dan minum air.

Sialografi

Saluran dari parotid dan submaxila dapat terlihat dengan visualisasi radioopak contras
sedang dan diambil dengan exposure film. Harus diperhatikan saat pengambilan film karena
contrast harus medium. Kontras radiopak dapat digunakan dalam preparasi diatrizoates
dengan derajat tertentu dari kekentalan. Cairan tersebut sulit untuk difoto dalam rontgen tapi
mudah dalam mengarahkan ke saluran. Biasanya mudah untuk saluran yang kecil kecil. Juga
pada tumor maligna yang terilhat seperti duktus. Ada beberapa kelainan kelenjar saliva yang
bisa diukur dengan sialografi, sebagai berikut :

2.7.1 SIALORRHEA

Sialorhea bukan merupakan penyakit tapi hanya merupakan kondisi sistemik dimana
produksi saliva berlebih. Itu juga biasanya terjadi saat mulut tertutup atau saat makan.

2.7.2 ASIALORRHEA

Kekeringan pada mulut adalah kondisi yang disebut asialorrhea, ini bukan merupakan
penyakit hanya kondisi normal. Batuk, menggeram, dan susah menelan berhubungan dengan
kekeringan dari mulut.

Etiologi

Ini merupakan hal yang tidak biasa, obat-obatan terkadang dapat sebagai pemicu dari
kekeringan. Atau karena suhu yang panas atau dapat pula karena penyakit dari tubuh.

Treatment

9
Bergantung pada kemampuan diagnostik. Banyak kasus yang malah resisten dengan
terapinya.

2.7.3 SIALOLITHIASIS

Salah satu penyakit pada kelenjar saliva adalah terdapatnya batu pada kelenjar saliva.
Kalkulus dapat terbentuk pada mayor ataupun minor saluran kelenjar, menyebabkan sebagian
atau seluruh saluran tersumbat. Massa kalkulus maupun batu adalah hasil dari precipitasi dan
deposisi material garam saliva.

Gambar 1.

Angka kejadian terdapatnya batu pada kelenjar submandibula lebih besar


dibandingkan dengan kelenjar saliva lainnya. Salah satu penyakit sistemik yang bisa
menyebabkan terbentuknya batu adalah penyakit gout, dengan batu yang terbentuk
mengandung asam urat. Kebanyakan, batu pada kelenjar saliva mengandung kalsium fosfat,
sedikit mengandung magnesium, amonium dan karbonat. Batu kelenjar saliva juga dapat
berupa matriks organik, yang mengandung campuran antara karbohidrat dan asam amino.

Duktus pada kelenjar submandibula lebih mudah mengalami pembentukan batu


karena saliva yang terbentuk lebih bersifat alkali, memiliki konsentrasi kalsium dan fosfat
yang tinggi, serta kandungan sekret yang mukoid. Disamping itu, duktus kelenjar
submandibula ukurannya lebih panjang, dan aliran sekretnya tidak tergantung gravitasi. Batu
pada kelenjar submandibula biasanya terjadi di dalam duktus, sedangkan batu pada kelenjar
parotis lebih sering terbentuk di hilum atau di dalam parenkim. Gejala yang dirasakan pasien

10
adalah terdapat bengkak yang hilang timbul disertai dengan rasa nyeri. Dapat teraba batu
pada kelenjar yang terlibat.

Etiologi

Saat batu menyumbat maka saliva yang keluar hanya sedikit dan ini makin sakit saat
kita sedang makan. Dapat terjadi demam dan sel darah putih dapat muncul. Kondisi makin
kronis saat kelenjar makin besar dan keras.

Treatment

Batu kecil dapat diangkat dari duktus dengan pijatan jari pada kelenjar atau dengan
operasi. Batu besar harus dengan operasi.

2.7.4 SIALADENOSIS

Kelainan ini merupakan istilah nonspesifik untuk mendeskripsikan suatu pembesaran


kelenjar saliva yang bukan merupakan reaksi inflamasi maupun neoplasma. Patofisiologi
penyakit ini masih belum jelas. Pembesaran kelenjar saliva biasanya terjadi asimptomatik.
Pada penderita obesitas dapat terjadi pembengkakan kelenjar parotis bilateral karena
hipertrofi lemak. Namun perlu dilakukan pemeriksaan endokrin dan metabolik yang lengkap
sebelum menegakkan diagnosis tersebut karena obesitas dapat berkaitan dengan berbagai
macam penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia dan menopause.

Gambar 2. Penampilan khas sialadenosis bilateral dari kelenjar parotid

2.7.5 SIALADENITIS

11
Adalah inflamasi non-spesifik dari kelenjar saliva. Ini mungkin hasil infeksi dari
rongga mulut.

Gambar 3.

Sialadenitis supuratif akut

Sebagian besar penyakit ini melibatkan kelenjar parotis, dan terkadang juga
melibatkan kelenjar submandibula. Kelenjar yang sering terlibat yaitu kelenjar parotis
dibandingkan dengan kelenjar saliva lainnya karena aktivitas bakteriostatis pada kelenjar
parotis lebih rendah dibandingkan pada kelenjar saliva lainnya.

Kemungkinan penyakit ini disebabkan karena adanya stasis saliva, akibat adanya
obstruksi atau berkurangnya produksi saliva. Faktor predisposisi lain terjadinya penyakit ini
adalah struktur duktus atau kalkuli. Gejala yang sering dirasakan pada penderita penyakit ini
adalah adanya pembengkakan yang disertai dengan rasa nyeri. Bisa didapatkan adanya saliva
yang purulen pada orifisium duktus saliva, yang mudah didapatkan dengan sedikit pemijatan
di sekitar kelenjar.

Organisme penyebab infeksi dapat berupa Staphylococcus aureus, Streptococcus


pneumonia, Eschericia coli, serta Haemophylus influenzae. Bakteri anaerob penyebab yang
paling sering adalah Bacteroides melaninogenicus dan Streptocccus micros.

Sialadenitis kronis

Etiologi dari sialadenitis kronis adalah sekresi saliva yang sedikit dan adanya stasis
saliva. Kelainan ini lebih sering terjadi pada kelenjar parotis. Beberapa pasien dengan
sialadenitis kronis merupakan rekurensi dari parotitis yang diderita saat masih kecil. Sebagian
besar penderita menunjukkan adanya kerusakan yang permanen pada kelenjar yang
disebabkan infeksi supuratif akut. Penyakit ini dapat memudahkan terjadinya sialektasis,
ductal ectasia, serta destruksi asinar yang progresif.

12
Etiologi

Normalnya saliva mengalir melalui saluran saliva tidak termasuk mikroorganisme.


Sialadentitis mengurangi jumlah saliva dan menjadi kurang bermanfaat dalam patogenesis
mikroorganisme dan hasilnya adalah gigi dengan banyak karies dan inflamasi pada rongga
mulut.

Clinical Simptomp

Simptomps hasil dari infeksi dari kelenjar saliva tergantung pada inflamasi yang akut
atau kronis. Di akut,terdapat pembengkakan, sakit, kemerahan, dan kelenjar menjadi besar
dengan perasaan tertekan dan sakit yang tajam.

Histopatologi

Semua bagian terkena infeksi, saluran menjadi besar dan bengkak karna terisi cairan
dan kehilangan sel bagian luarnya. Duktus menjadi dilatasi. Fibrosa melihatkan peningkatan
kolagen dan luka. Dan ada infiltrasi dari sel plasma,limfosit dan makrofag.

Treatment

Sistem antibiotik mungkin menjadi dibutuhkan untuk memecahkan infeksi kelenjar


saliva. Jika terdapat kalkulus dan batu maka harus dihilangkan.

2.7.6 PAROTITIS

Merupakan penyakit virus yang tidak ganas dan sangat sering mengenai anak-anak.
Operasi besar dari bagian pengunyahan dalam beberapa kasus menyebabkan parotitis akibat
kehilangan darah, demam dan dehidrasi. Juga pasien yang sering tidur dengan posisi
menekan kelenjar. Pengobatan seperti atropine sangat dibutuhkan setelah operasi. Ataupun
dengan antibiotik yang menahan bakteri staphylococcus aureus dan streptococci.

13
Gambar 4.

Periode inkubasi 14-21 hari, dengan serangan hanya satu kali seumur hidup. Pada
saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan
penyumbatan saluran. Onset penyakit ini diawali dengan adanya rasa nyeri dan bengkak pada
daerah sekitar kelenjar parotis. Gejala lainnya berupa demam, malaise, mialgia, serta sakit
kepala. Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Infeksi akut oleh virus
mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara
bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di
dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian
terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di
jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini
disebut parotitis. Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi
demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot. Kemudian dalam 3 hari terjadilah
pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri
rahang spontan dan sulit menelan.

Tanda-tanda klinis

Waktu yang diperlukan satu atau dua hari untuk menyerang kelenjar parotid yang
kedua. Pada sepertiga kasus, parotitis terjadi unilateral. Hanya 1% keadaan, parotid tidak
terserang. Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis.

Pembengkakan parotid timbul dengan cepat dan terasa sakit, serta menimbulkan
trismus. Lubang masuk duktus parotid meradang. Hasil perabaan menunjukkan
pembengkakan yang rata, keras, nyeri pada outline parotid serta oedema pada bagian atasnya.

14
Kelenjar submandibula ikut terserang pada 13% keadaan dengan serangan bilateral
pada 5% keadaan. Serangan pada kelenjar submandibula, tanpa disertai serangan pada
kelenjar parotid merupakan pengecualian, serta terjadi hanya pada 1% keadaan.

Serangan pada kelenjar submandibula sering berhubungan dengan oedema serta dapat
meluas menjadi oedema presternal. Pembengkakan kelenjar ludah berlangsung selama 1
minggu, bahkan kadang-kadang lebih dari 1 minggu. Manisfestasi ekstra-saliva lebih sering
terlihat pada orang dewasa dan cenderung timbul 4-5 hari setelah adanya parotitis, walaupun
kadang timbul 3 minggu lebih cepat atau lambat. Manisfestasi yang paling sering terlihat,
epididymo-orchitis (25% pasien pria dewasa). Meningo-ensephalitis terjadi pada 2-5% kasus
serta merupakan komplikasi yang paling berbahaya, walaupun dapat terjadi penyembuhan
yang menyeluruh. Pankreatitis hanya terjadi pada sejumlah kecil keadaan dan apendiksitis
akut bahkan sangat jarang terjadi. Miokarditis sementara, juga dapat timbul. Atropi testis
timbul akibat orchitis akut.

Hubungan antara mump dan parotitits kronis rekuren atau sialadenitis submandibula
masih sering diperdebatkan. Keadaan ini kurang berperan pada etiologi kasus pada orang
dewasa, hampir selalu timbul pada anak-anak.

Diagnosa dapat segera ditentukan, berdasarkan keadaan klinis, tetapi pada kasus yang
sulit atau meragukan (biasanya pada orang dewasa) penentuan jumlah antibodi terhadap
antigen S+V serta test fiksasi-komplemen, akan sangat membantu. Bahkan jumlah amilase
serum akan meningkat pada mump.

2.7.7 Xerostomia

Merupakan istilah untuk keadaan mulut yang kering. Pada mulut mukosa normalnya
basah serta mengkilat. Bila dikeringkan dengan sepotong kassa akan terlihat butiran dari
kelenjar lokal, dalam beberapa menit saja. Kelenjar ini mempunyai peranan penting,
walaupun hanya menghasilkan sebagian kecil dari seluruh cairan pelumas mulut, sebagian
besar diantaranya diproduksi oleh kelenjar ludah mayor. Dari kelenjar-kelenjar ludah
tersebut, kelenjar parotid merupakan yang paling penting.

Penyebab xerostomia

1. Fisiologi
2. Agenesis dari kelenjar ludah

15
3. Karena penyumbatan hidung
4. Faktor ketuaan dan psycologi
5. Xerostomia pada keadaan demam serta infeksi pernafasan
6. Penyakit kelenjat ludah yang menimbulkan xerostomia
7. Sjorgen syndrome
8. Setelah radioterapi
9. Keadaan-keadaan lain yang menimbulkan xerostomia
10. Obat yang merangsang xerostomia

Perawatan xerostomia

Kasus ringan dapat dirawat dengan cara banyak minum, dan akan sangat membantu
bagi pasien untuk selalu menyediakan segelas air disamping tempat tidurnya atau untuk
membantu menelan makan. Larutan kumur mulut seperti gliserin dari timol juga dapat
digunakan pada beberapa keadaan tertentu. Pemberian warna atau bau tertentu juga dapat
digunakan untuk pasien tertentu. Larutan kumur yang mengandung metil selulose 1% dapat
membantu pada keadaan yang parah, larutan ini tidak berbahaya bila tertelan pasien karena
dapat membantu mendorong makanan ke esofagus.

Obat-obat dengan efek parasimpatetik cukup berbahaya dan tidak efektif. Tidak
mengherankan bila xerostomia berasal dari kerusakan jaringan ludah. Tetesan pilokarpin juga
memberi efek yang terbatas pada beberapa keadaan.

2.7.8 Sjorgen Syndrome

Sjorgen syndrome atau epithelitis adalah exocrinopathy autoimune kronis yang


melibatkan saliva, lacrimali dan lainnya kelenjar eksokrin, sehingga sekresi menurun.

16
Gambar 5.

Etiologi

Sjorgen syndrome merupakan kelainan penyakit autoimune.

Klasifikasi

 Primer, ketika penyakit tersebut terjadi dengan sendirinya.


 Sekunder, ketika penyakit berdampingan dengan penyakit kolagen seperti rheumatoid
arthritis, polymyositis, Hashimoto thyroiditis, primary biliary cirrhosis, vasculitides,
atau cryoglobulinemia.

Diagnosis

Diagnosa klinis harus disertakan dengan uji histopathologic pada labial kelenjar saliva minor
dan positive serologic tests (ANA, anti-DNA antibodies, anti SS-A (Ro), SS-B (La), dan
rheumatoid factor).

Differential Diagnosis

 Infeksi HIV
 Sarcoidosis
 Heerfordt syndrome
 Chronic graft-versus-host-disease
 Primary amyloidosis
 Mikulicz syndrome
 Sialosis
 Xerostomia karena obat-obatan dan kelainan neurologik
 Iron deficiency anemia

Treatment

 Pengobatan Sjorgen Syndrome merupakan simptomatik dan tidak ada ukuran terapi
secara signifikan yang dapat mengubah perjalanan penyakit tersebut.

17
 Kerjasama antara rheumatologist, ophthalmologist, stomatologist dan dokter gigi
diperlukan untuk pengobatan pasien.
 Pada penyakit sekunder, pengobatan penyakit yang terkait harus dilakukan secara
independen dari sjorgen syndrome.
 Cara hidup dari kebersihan oral sangat penting untuk menjaga gigi geligi dan
menghindari penyakit periodontal.
 Pasien harus menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan xerostomia
(antikolinergik, simpatomimetik, antidepresan, dll) dan merokok.

BAB III

KESIMPULAN

o Ludah adalah cairan dengan susunan yang sangat berubah dilihat dari segi derajat
asam,elektrolit, dan protein yang ditentukan oleh irama siang dan malam, sifat dan
kekuatan rangsangan, keadaan psikis, diet, kadar hormon, gerak badan, dan obat
obatan.

o PH ludah yang tidak distimulasi pada kecepatan sekresi rendah tetap lebih kurang
netral, sedangkan ludah encer (serosa) dibawah PH 6,0. Berarti pada malam hari PH
lebih netral karena jumlah mukus berkurang. Lagipula ludah mukus melindungi
rongga mulut pada saat tertutup.

o Sekresi ludah seros glandula parotis terstimulasi oleh stimulasi asam sitrun dan oleh
pengunyahan misalnya permen karet.

18
o Oleh karena keadaan patologis sekresi ludah sebagian atau seluruhnya, maka akan
mengakibatkan kekeringan dan radang pada mukosa mulut dan serangan karies yang
menjalar pada gigi- geligi.

o Terdapat banyak penyakit yang diakibatkan dari kelainan kelenjar saliva.

19

Anda mungkin juga menyukai