Anda di halaman 1dari 15

PAPER PERKEMBANGAN KONSEP AKTUALISASI DIRI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebutuhan Aktualisasi Diri

Dosen Pengampu : Bambang Edi Warsito, S.Kp, M.Kes

Disusun oleh:

Kelompok 4

1. Alya Nuur Taufiana (22020116120008)


2. Verren Ilma Khairunnisa (22020116120019)
3. Savitri (22020116120038)
4. Yunica Nilam Safitri (22020116120049)
5. Faiq Assidqie (22020116130075)
6. Tika Rahmawati (22020116130082)
7. Fidya Monica (22020116130107)
8. Frieda Andini Wulan S. (22020116140094)

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNI VERSITAS DIPONEGORO

TAHUN 2018
Aktualisasi diri merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia menurut Maslow, .aktualisasi
diri berlangsung terus-menerus dan tidak pernah selesai.

A. Aktualisasi Diri pada Anak


Anak-anak merupakan individu yang sedang menjalani perkembangan,
perkembangan tersebut sebagai dasar bagi individu dan untuk kehidupan selanjutnya.
Masa anak-anak cenderung leih aktif, antusias, dinamis dan hampir selalu ingin tahu
terhadap apa yang dilihat dan didengar. Pencapaian seorang anak untuk menjadi
generasi yang unggul dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar.
Kebutuhan tersebut harus dipenuhi sehingga anak dapat mencapai tingkat kebutuhan
paling tinggi yaitu aktualisasi diri. Sikap aktualisasi diri pada anak dapat diwujudkan
dengan berkembangnya potensi dalam diri anak. Anak dapat menemukan dan
mengembangkan potensi yang dimiliki nya. Zirly (2002) menyebutkan bahwa anak
yang memiliki rasa percaya diri merupakan aspek terpenting dalam penggalian potensi
pada anak usia dini karena dengan rasa percaya diri yang tinggi, anak akan mudah untuk
memperlihatkan potensi yang anak miliki. Rasa percaya diri pada anak tersebut dapat
mendukung dalam proses aktualisasi diri pada anak.
Proses aktualisasi diri pada anak membutuhkan dukungan dari keluarga. Peran
keluarga dalam proses tersebut sangat besar. Anak pada usia emas ( golden period) akan
mencari apa yang mereka inginkan dan menggali potensi-potensi yang ia miliki
sehingga dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam tahap ini. Anak yang menerima
dukungan dan penerimaan keluarga secara penuh akan lebih mudah untuk melampaui
proses aktualisasi diri.

1. Anak Usia Sekolah


Anak adalah makhluk sosial seperti orang dewasa yang dapat beraktualisasi.
Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengatakan
kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan dan keterbatasan
sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan
yang normal.
Kebutuhan aktualisasi diri pada anak merupakan kebutuhan yang sangat penting
untuk memahami perkembangan anak, dimana jika anak mengarah pada kebutuhan
ini maka anak akan menggunakan sepenuhnya bakat, kapasitas dan potensi –
potensi yang ia miliki. Untuk memupuk aktualisasi diri anak, kita perlu
mempertimbangkan keunggulan, kelemahan serta kebutuhan anak. Ketika anak
berada di usia sekolah, anak membentuk tiga buah kebutuhan dasar yang akan
terbentuk tergantung dari pengalaman yang berbeda-beda, dukungan sosial yang
banyak berkaitan dengan kebudayaan dan pola asuh orang tua. (motivasi belajar,
2008)
Aktualisasi diri pada anak-anak adalah masa yang sangat awal bagi seseorang
untuk dikatakan hidup sebagai manusia. Maka kebutuhan yang paling awal
terpenuhi sebelum mencapai pada kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan fisik.
Bagi seorang anak kebutuhan tersebut sangat besar karena tuntutan fisiknya harus
terpenuhi, hal ini berlaku untuk tahap-tahap selanjutnya. termasuk pada tahap
kebutuhan selanjutnya (Fitri, 2009).

2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri pada Anak Usia Sekolah.
Anak yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada
eksistensi atau hambatan lain baik dari dalam atau dari luar keberadaannya sendiri
yang mengendalikan perilaku dan tindakan untuk melakukan sesuatu. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri antara lain:
a. Internal
Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari dalam diri
anak yang meliputi:
 Ketidaktahuan potensi diri anak
 Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri sehingga
potensinya terhambat untuk berkembang. Potensi diri merupakan modal
yang perlu diketahui, digali dan dimaksimalkan. Sesungguhnya
perubahan hanya bisa terjadi jika diketahui potensi yang ada didalam
diri dan kemudian mengarahkannya kepada tindakan yang tepat dan
teruji. (Fadlymun 2009).
b. Eksternal
Faktor eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar diri seseorang
seperti:
 Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi diri
seseorang karena perbedaan karakter. Pada kenyataannya budaya
masyarakat tidak sepenuhnya menunjang upaya aktualisasi diri.
 Faktor lingkungan
Lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap upaya
mewujudkan aktualisasi diri. (Asmadi 2008). Lingkungan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan
perkembangan perilaku individu maupun lingkungan sosio-psikologis.
(Sudrajat 2008)
 Pola asuh
Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri pada anak
sangatlah besar. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpegaruh
dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga
yang mempunyai peran penting adalah praktek pengasuhan anak.
Bentuk pola asuh menurut Baumrind dalam Stewart dan Koch
(1983) yaitu :
1) Pola asuh otoriter
- Kaku
- Tegas
- Suka menghukum
- Kurang ada kasih sayang serta simpatik
- Orag tua memaksa untuk patuh pada nilai-nilai mereka serta
mencoba membentuk tingkah laku sesuai dengan tingkah
lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak.
- Orang tua tidak medorong serta memberi kesempatan kepada
anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian
- Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak
dewasa
2) Pola asuh demokratis
Menurut Steward dan Koch (1983) menyatakan ciri-ciri pola
asuh demokratis adalah :
- Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan
hak antara orang tua dan anak.
- Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi
anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya
sampai mereka menjadi dewasa.
- Orang tua selalu berdialog dengan anak-anaknya saling
memberi dan menerima selalu mendengarkan keluhan-
keluhan dan pendapat anak-anaknya.
- Dalam bertindak orang tua selalu memberikan alasannya
kepada anak, mendorong anak untuk saling membantu dan
bertindak secara objektif tegas tetapi hangat dan penuh
pengertian.
3) Pola asuh permisif
Pola asuh permisif umumnya dicirikan bahwa orang tua
memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup. Orang tua cenderung tidak
menegur/memperingati anak apabila sedang dalam bahaya dan
sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua.
Tipe ini kerap memberikan pengawasan yang sangat longgar.
Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup darinya. Cenderung tidak menegur
atau memperingatkan anak. Orang tua tipe ini memberikan kasih
sayang berlebihan. Karakter anak menjadi impulsif, tidak patuh,
manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan
kurang matang secara sosial.

3. Karakteristik Aktualisasi Diri


Seorang yang telah mencapai aktualisasi diri dengan optimal akan memiliki
kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Menurut Maslow pada
tahun 1970 (Kozier dan Erb, 2001), ada beberapa karakteristik yang menunjukkan
seorang mencapai aktualisasi diri. Karakteristik tersebut anatara lain:
a. Penerimaan terhadap dirinya sendiri dan orang lain
Orang yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain seperti
melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan kelebihan. Sifat
tersebut akan membentuk rasa toleransi yang tinggi terhadap orang lain serta
kesabaran yang tinggi dalam menerima diri sendiri dan orang lain.
b. Kesadaran social
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi oleh perasaan
empati, iba, kasih sayang dan ingin membantu orang lain. Perasaan ingin
membantu selalu ada walaupun orang lain berperilaku jahat terhadap dirinya.
Dorongan ini akan memunculkan kesadaran sosial dimana ia memiliki rasa
untuk bermasyarakat dan menolong orang lain.
c. Hubungan interpersonal
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri mempunyai kecenderungan untuk
menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Ia dapat menjalin hubungan
dengan rasa cinta dan penuh kasih sayang. Hubungan interpersonal ini tidak
didasari oleh tendensi pribadi yang sesaat , namun dilandasi oleh perasaan cinta,
kasih sayang dan kesabaran meskipun orang tersebut tidak cocok dengan
masyarakat sekitarnya.
d. Kreativitas
Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh orang yang
mengaktualisasikan diri. Kretivitas ini di wujudkan dalam kemampuannya
melakukan inovasi-inovasi yang potensi, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan
maupun orang lain.
e. Mengintegrasikan sarana dan tujuan
Seseorang yang teraktualisasi melihat saran dapat menjadi tujuan, karena
kepuasan dan kesenangan yang ditimbulkannya. Aktivitas yang dilakukan
seseorang yang dapat mencapai aktualisasinya untuk mendapatkan kepuasan
dan kesenangan. Menyenangi apa yang dilakukan sekaligus melakukan apa
yang disenangi, membuat hidup bebas dari paksaan, terasa nyaman dan penuh
dengan rekreasi dalam aktivitasnya.

4. Perkembangan Aktualisasi Diri pada Anak


Menurut teori kepribadian Maslow, perilaku positif pada anak merupakan salah
satu bentuk dari aktualisasi diri yang berupa perilaku mandiri, disiplin, percaya diri,
terbuka, kreatif dan bertanggung jawab (Sjarkawi, 2006)
a) Perilaku mandiri adalah perilaku anak mampu berinisiatif, mampu mengatasi
hambatan atau masalah serta mampu melakukan segala sesuatu sendiri tanpa
bantuan orang lain. Misalnya menyiapkan diri untuk berangkat sekolah,
mengerjakan tugas sekolah maupun ketka menghadapi pertentangan dengan
teman sebayanya, serta dapat membantu pekerjan orang tua di rumah.
b) Perilaku terbuka, yaitu anak mengungkapkan isi hati serta pendapatnya, dan juga
senang berbicara, anak mengungkapkan apa yang dirasakannya melalui
komunikasi dengan orang tua baik di sekolah, teman sebaya atau masalah-
masalah yang sedang dialaminya.
c) Perilaku disiplin yaitu sikap mental anak untuk melakukan hal-hala yang
seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu.
d) Kreatif yaitu tindakan rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, memiliki
imajinasi yang tinggi, tidak takut salah, dan senang akan hal-hal baru.
e) Percaya diri yaitu perasaan anak yang teguh pada pendirian, kreatif, dan ambisi
dalam mencapai cit-cita atau tujuan.
f) Tanggung jawab yaitu melaksanakan tugas-tugasnya dan kewajiban secara
sungguh-sungguh serta berani mengakui kesalahan.

5. Cara Mengukur Tingkat Aktualisasi Diri pada Anak Usia Sekolah


Seorang anak sudah dapat dikatakan tercapai proses aktualisasi dirinya appabila
seorang anak telah mampu berperilaku dalam kehidupan sosialnya dan keberaniannya
dalam hal mengungkapkan apa yang menjadi keinginan anak. Menurut Rosanti (2011)
seorang anak dapat dikatakan terpenuhi proses aktualisasi diri yaitu dengan melihat
perkembangan anak sebagai berikut :
1. Anak dapat menunjukkan sikap mandiri dalam melakukan kegiatan.
2. Anak mulai mampu untuk berbagi, menolong dan membantu teman-temannya.
3. Seorang anak mulai bisa menunjukkan antusiasme dalam melakukan permainan yang
kompetitif secara positif.
4. Seorang anak dapat menunjukkan sikap pengendalian perasaan.
5. Anak juga dapat memahami dan mengikuti peraturan-peraturan dalam suatu
permainan.
6. Jika seorang anak diminta untuk tampil ke depan, seorang anak mampu melaksanakan
tanpa ada perasaan ragu dan melakukannya dengan sikap percaya diri.
7. Seorang anak mampu untuk menjaga dirinya sendiri dari lingkungan sekitar. Misalnya
anak tidak terpengaruh dengan teman yang lain untuk berbuat negatif dan dapat
melanggar aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat.
8. Seorang anak dapat menghargai pendapat dan mendengarkan temannya saat bermain
bersama.
9. Seorang anak dapat mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata sifat yang
sederhana (baik, senang, nakal, pelit, baik hati, berani dan jelek)
10. Seorang anak dapat mengungkapkan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan dan
ketika anak merasa tidak setuju.
11. Seorang anak dapat menunjukkan secara optimal potensi-potensi yang dimiliki
seorang anak tanpa ada rasa tekanan dari pihak lain
12. Anak dapat menunjukkan inovasi-inovasi yang sederhana dari kreativitas yang
dimilki.

Dari uraian-uraian di atas merupakan sikap yang dapat dikategorikan unsur


pembentukan sikap aktualisasi diri pada anak. Jika seorang dapat melakukan sikap-sikap
tersebut maka tercapailah pemenuhan kebutuhan dasar manusia tertinggi bagi seorang
anak yang disebut aktualisasi diri. Anak yang sudah tercapai aktualisasi dirinya akan
mempermudah untuk mengetahui potensi-potensi yang dimiliki sejak dini dan menjadi
seorang yang lebih matang dalam hal perkembangan saat dewasa kelak. Semakin cepat
seorang anak mencapai kebutuhan aktualisasi diri maka anak tersebut memiliki
kesempatan mengenal dirinya sendiri yang sebenarnya lebih cepat dari anak-anak yang
lain.

6. Jenis Dukungan pada Anak Usia Sekolah

Keluarga merupakan salah satu komponen yang berperan penting pada pembentukan
perkembangan aktualisasi diri pada anak. Dalam suatu keluarga terdapat 4 dukungan yang
harus dilakukan pada
anggotanya yaitu:
1. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator informasi tentang dunia yang
dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini
adalah dapat menekan munculnya suatu stresor karena informasi yang diberikan dapat
menyambungkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam
dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
2. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota keluarga,
diantaranya memberikan support, pengakuan, penghargaan dan perhatian.
3. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya
bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti tenaga, sarana dan materi.
Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau atau setamina dan
semangat yang menurun selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian atau
kepedulian dari lingkungan terhadap anggotanya yang sedang mengalami kesulitan
atau penderitaan.
4. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari dukngan ini adalah secara
emosinal menjamin nilai-nilai individu (baik pria maupun wanita) akan selalu terjaga
kerahasiannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,
perhatian dan mendengarkan serta didengarkan. Hal tersebut efek-efek penyangga dan
utama dari dukungan sosial terhadap pertumbuhan dan perkembangan bisa menjadi
fungsi yang bersamaan (Wiils, 2003).
B. Aktualisasi pada Lansia
1. Tugas Perkembangan Lanjut Usia
Lansia memiliki tugas perkembangan khusus seiring tahap kehidupannya. Hal
ini dideskripsikan oleh Burnside (1979), Duvall (1977) dan Havighurst (1953)
dikutip oleh Potter dan Perry (2005). Tujuh kategori utama tugas perkembangan
lansia meliputi:
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya
penuaan system tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak
dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal. Bagaimana
meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan pola hidup sehat.
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiunan dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiunan dari pekerjaan purna waktu, dan oleh
karena itu mungkin perlu untuk menyesuaikan dan membuat perubahan karena
hilangnya peran bekerja. Bagaimanapun, karena pensiunan ini biasanya telah
diantisispasi, seseorang dapat berencana ke depan untuk berpartisipasi dalam
konsultasi atau aktivitas sukarela, mencari minat dan hobi baru, dan
melanjutkan pendidikannya. Meskipun kebanyakan lansia di atas garis
kemiskinan, sumber financial secara jelas mempengaruhi permasalahan dalam
masa pensiunan.
Sekarang ini orang yang pensiunan akan mempunyai ketergantungan
sosial, financial, selain juga kehilangan prestise, kewibawaan, peranan-peranan
sosial, dan sebagainya, yang merupakan stress bagi orang-orang tua tadi. Untuk
menghadapi masa pensiunan, dengan stress yang sekecil mungkin timbul suatu
pemikiran dalam rangka masa persiapan pensiun tadi, yaitu mengadakan
pensiun bertahap apa yang disebut “stepwise employment plan” (Nishio, 1997;
dikutip oleh Darmojo dan Martono, 2004). Ini dikerjakan secara bertahap
mengurangi jam dinas sambil memberikan persiapan-persiapan pengaturan ke
arah macam pekerjaan yang akan dijalankan sesudah pensiunan. Hal ini dapat
membantu lansia untuk beradaptasi dan menyesuaikan terhadap masa pensiun
relatif lebih mudah.
c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan
kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia
yang menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan
sangat berarti bagi dirinya. Dengan membantu lansia melalui proses berduka,
dapat membantu mereka menyesuaikan diri terhadap kehilangan.
d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri
selama penuaan. Mereka dapat perlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping
dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak
memanggil mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang
menempatkan kemanan mereka pada resiko yang besar.
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat merubah rencana kehidupannya. Misalnya, kerusakan fisik
dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri.
Beberapa masalah kesehatan lain mungkin mengharuskan lansia untuk tinggal
dengan keluarga atau temannya. Perubahan rencana kehidupan bagi lansia
mungkin membutuhkan periode penyesuaian yang lama selama lansia
memerlukan bantuan dan didukung professional perawatan kesehatan dan
keluarga.
f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak-
anaknya yang telah dewasa. Masalah keterbalikan peran, ketergantungan,
konflik, perasaan bersalah, dan kehilangan memerlukan pengenalan dan
resolusi.
g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima aktivitas dan minat baru untuk
mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara
sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relative mudah untuk bertemu
orang baru dan mendapat minat baru. Akan tetapi, seseorang yang introvert
dengan sosialisasi terbatas, mungkin menemui kesulitas bertemu orang baru
selama pensiun.
Dengan mengetahui tugas perkembangannya, orangtua diharapkan
mampu menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan menurunnya
kesehatan secara bertahap, mencari kegiatan untuk mengganti tugas-tugas
terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu kala masih muda. Bagi
beberapa orang yang berusia lanjut, kewajiban untuk menghadiri rapat yang
menyangkut kegiatan sosial sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan
pendapatan mereka menurun setelah pensiun, mereka sering mengundurkan diri
dari kegiatan sosial. Disamping itu, sebagian besar orang berusia lanjut perlu
mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan pasangan,
perlu membangun ikatan dengan anggota dari kelompok usia mereka untuk
menghindari kesepian dan meneriman kematian dengan tentram.
h. Menemukan makna hidup
C. Kebutuhan Aktualisasi Diri pada Lanjut Usia

Merupakan kebutuhan dasar yang paling tinggi dari hirarki Maslow, dimana
kebutuhan ini akan terpenuhi jika kebutuhan dasar di bawahnya sudah terpenuhi
dengan baik. Kebutuhan aktualisasi diri pada lansia menunjukkan bahwa seseorang
telah mencapai potensi mereka secara optimal. Lansia yang telah teraktualisasi
dirinya, adalah orang yang telah mampu menyelesaikan tugas-tugas sebelumnya
dengan baik, memiliki kepuasan atas prestasinya, mampu menghadapi masalah
secara realistis, walapun juga mengalami kegagalan/kekurangan sebelumnya.
Aktualisasi diripada lansia terjadi pada saat terjadi keseimbangan antara kebutuhan
dan tekanan, serta adanya kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan tubuh
dan lingkungannya.

D. Upaya yang Dilakukan Lansia dalam Menjalani Masa Tua


1. Menerima usia lanjut dengan lapang dada.
Menerima perubahan dirinya dengan hati pasrah. Kenyataan bahwa
dirinya menjadi tua diterima secara positif dengan senang hati untuk
memasuki tingkatan hidup yang baru.
2. Berlatih melepaskan diri dan bijaksana
Cara ini dilakukan dengan berlatih untuk memiliki sikap “lepas bebas”
dari kehidupan duniawi dalam arti mengambil jarak dari segala milikNya,
untuk kemudian dapat memperoleh perspektif baru yaitu : hidup dengan arif,
bijaksana, penuh cinta kasih dan pengertian kepada generasi muda. Hal ini
bisa tercapai bila lansia memiliki kematangan jiwa dan kaya dengan
pengalaman hidup
3. Berupaya menghadapi “kesepian”.
Upaya yang dilakukan dalam menghadapi kesepian adalah:

a. Berusaha membuat dirinya bermanfaat bagi orang lain;


b. Mengunjungi teman lansia yang hidup sendiri;
c. Memperhatikan dan menghibur orang yang mengalami kesusahan;
d. Bagi lansia yang sudah tidak dapat pergi kemana-mana, upaya ini dapat
dilakukan melalui surat-menyurat dengan tulisan pendek atau melalui
telepon,sehingga akan menyebabkan dirinya ikut terhibur;
e. Membuka diri untuk bergaul;
f. Melaksanakan ibadah nenurut agama yang dianutnya dengan tekun
g. Menciptakan kegiatan/kesibukan yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga
dan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki;
h. Menemukan kembali minat dan bakat serta berprestasi
i. Saat kekuatan jasmani mulai menyusut, ada potensi dan kekuatan dalam diri
yang baru berkembang. Seseorang akhirnya menemukan dan
mengembangkan bakat dan minatnya sehingga dapat berprestasi di berbagai
bidang, misalnya seni, musik, sastra, agama, perkebunan, pertanian dan lain
sebagainya.
E. Peran Keluarga terhadap Aktualisasi pada Lansia
 Melakukan pembicaraan terarah
 Mempertahankan kehangatan keluarga
 Membantu melakukan persiapan makasnan bagi lansia
 Membantu dalam hal transportasi
 Membantu memenuhi sumber-sumber keuangan
 Memberikan kasih sayang
 Menghormati dan menghargai
 Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia
 Menyediakan waktu serta perhatian
 Jangan menganggapnya sebagai beban
 Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama
 Mintalah nasehatnya dalam peristiwa-peristiwa penting
 Mengajaknya pada acara-acara keluarga
 Membantu mencukupi kebutuhannya
 Memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan diluar rumah
termasuk pengembangan hobi
 Membantu mengatur keuangan
 Mengupayakan sarana transportasi untuk kegiatan mereka termasuk
rekreasi
 Memeriksakan kesehatan secara teratur
 Memberi dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat
 Mencegah terjadinya kecelakaan, baik di dalam maupun di luar rumah.
 Pemeliharaan kesehatan usia lanjut adalah tanggung jawab bersama
 Memberi perhatian yang baik terhadap orang tua yang sudah lanjut, maka
anak-anak kita kelak akan bersikap yang sama
Daftar Pustaka
1. Paula J. Christensen & Kenny W. Janet. 2009. Proses Keperawatan (Aplikasi
Model Konseptual. Ed-4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
2. Sjarkowi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta : Bumi Aksara
3. Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai