Aktualisasi Diri Fiks
Aktualisasi Diri Fiks
Disusun oleh:
Kelompok 4
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN 2018
Aktualisasi diri merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia menurut Maslow, .aktualisasi
diri berlangsung terus-menerus dan tidak pernah selesai.
2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri pada Anak Usia Sekolah.
Anak yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada
eksistensi atau hambatan lain baik dari dalam atau dari luar keberadaannya sendiri
yang mengendalikan perilaku dan tindakan untuk melakukan sesuatu. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri antara lain:
a. Internal
Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari dalam diri
anak yang meliputi:
Ketidaktahuan potensi diri anak
Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri sehingga
potensinya terhambat untuk berkembang. Potensi diri merupakan modal
yang perlu diketahui, digali dan dimaksimalkan. Sesungguhnya
perubahan hanya bisa terjadi jika diketahui potensi yang ada didalam
diri dan kemudian mengarahkannya kepada tindakan yang tepat dan
teruji. (Fadlymun 2009).
b. Eksternal
Faktor eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar diri seseorang
seperti:
Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi diri
seseorang karena perbedaan karakter. Pada kenyataannya budaya
masyarakat tidak sepenuhnya menunjang upaya aktualisasi diri.
Faktor lingkungan
Lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap upaya
mewujudkan aktualisasi diri. (Asmadi 2008). Lingkungan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan
perkembangan perilaku individu maupun lingkungan sosio-psikologis.
(Sudrajat 2008)
Pola asuh
Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri pada anak
sangatlah besar. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpegaruh
dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga
yang mempunyai peran penting adalah praktek pengasuhan anak.
Bentuk pola asuh menurut Baumrind dalam Stewart dan Koch
(1983) yaitu :
1) Pola asuh otoriter
- Kaku
- Tegas
- Suka menghukum
- Kurang ada kasih sayang serta simpatik
- Orag tua memaksa untuk patuh pada nilai-nilai mereka serta
mencoba membentuk tingkah laku sesuai dengan tingkah
lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak.
- Orang tua tidak medorong serta memberi kesempatan kepada
anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian
- Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak
dewasa
2) Pola asuh demokratis
Menurut Steward dan Koch (1983) menyatakan ciri-ciri pola
asuh demokratis adalah :
- Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan
hak antara orang tua dan anak.
- Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi
anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya
sampai mereka menjadi dewasa.
- Orang tua selalu berdialog dengan anak-anaknya saling
memberi dan menerima selalu mendengarkan keluhan-
keluhan dan pendapat anak-anaknya.
- Dalam bertindak orang tua selalu memberikan alasannya
kepada anak, mendorong anak untuk saling membantu dan
bertindak secara objektif tegas tetapi hangat dan penuh
pengertian.
3) Pola asuh permisif
Pola asuh permisif umumnya dicirikan bahwa orang tua
memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup. Orang tua cenderung tidak
menegur/memperingati anak apabila sedang dalam bahaya dan
sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua.
Tipe ini kerap memberikan pengawasan yang sangat longgar.
Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup darinya. Cenderung tidak menegur
atau memperingatkan anak. Orang tua tipe ini memberikan kasih
sayang berlebihan. Karakter anak menjadi impulsif, tidak patuh,
manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan
kurang matang secara sosial.
Keluarga merupakan salah satu komponen yang berperan penting pada pembentukan
perkembangan aktualisasi diri pada anak. Dalam suatu keluarga terdapat 4 dukungan yang
harus dilakukan pada
anggotanya yaitu:
1. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator informasi tentang dunia yang
dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini
adalah dapat menekan munculnya suatu stresor karena informasi yang diberikan dapat
menyambungkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam
dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
2. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota keluarga,
diantaranya memberikan support, pengakuan, penghargaan dan perhatian.
3. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya
bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti tenaga, sarana dan materi.
Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau atau setamina dan
semangat yang menurun selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian atau
kepedulian dari lingkungan terhadap anggotanya yang sedang mengalami kesulitan
atau penderitaan.
4. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari dukngan ini adalah secara
emosinal menjamin nilai-nilai individu (baik pria maupun wanita) akan selalu terjaga
kerahasiannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,
perhatian dan mendengarkan serta didengarkan. Hal tersebut efek-efek penyangga dan
utama dari dukungan sosial terhadap pertumbuhan dan perkembangan bisa menjadi
fungsi yang bersamaan (Wiils, 2003).
B. Aktualisasi pada Lansia
1. Tugas Perkembangan Lanjut Usia
Lansia memiliki tugas perkembangan khusus seiring tahap kehidupannya. Hal
ini dideskripsikan oleh Burnside (1979), Duvall (1977) dan Havighurst (1953)
dikutip oleh Potter dan Perry (2005). Tujuh kategori utama tugas perkembangan
lansia meliputi:
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya
penuaan system tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak
dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal. Bagaimana
meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan pola hidup sehat.
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiunan dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiunan dari pekerjaan purna waktu, dan oleh
karena itu mungkin perlu untuk menyesuaikan dan membuat perubahan karena
hilangnya peran bekerja. Bagaimanapun, karena pensiunan ini biasanya telah
diantisispasi, seseorang dapat berencana ke depan untuk berpartisipasi dalam
konsultasi atau aktivitas sukarela, mencari minat dan hobi baru, dan
melanjutkan pendidikannya. Meskipun kebanyakan lansia di atas garis
kemiskinan, sumber financial secara jelas mempengaruhi permasalahan dalam
masa pensiunan.
Sekarang ini orang yang pensiunan akan mempunyai ketergantungan
sosial, financial, selain juga kehilangan prestise, kewibawaan, peranan-peranan
sosial, dan sebagainya, yang merupakan stress bagi orang-orang tua tadi. Untuk
menghadapi masa pensiunan, dengan stress yang sekecil mungkin timbul suatu
pemikiran dalam rangka masa persiapan pensiun tadi, yaitu mengadakan
pensiun bertahap apa yang disebut “stepwise employment plan” (Nishio, 1997;
dikutip oleh Darmojo dan Martono, 2004). Ini dikerjakan secara bertahap
mengurangi jam dinas sambil memberikan persiapan-persiapan pengaturan ke
arah macam pekerjaan yang akan dijalankan sesudah pensiunan. Hal ini dapat
membantu lansia untuk beradaptasi dan menyesuaikan terhadap masa pensiun
relatif lebih mudah.
c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan
kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia
yang menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan
sangat berarti bagi dirinya. Dengan membantu lansia melalui proses berduka,
dapat membantu mereka menyesuaikan diri terhadap kehilangan.
d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri
selama penuaan. Mereka dapat perlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping
dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak
memanggil mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang
menempatkan kemanan mereka pada resiko yang besar.
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat merubah rencana kehidupannya. Misalnya, kerusakan fisik
dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri.
Beberapa masalah kesehatan lain mungkin mengharuskan lansia untuk tinggal
dengan keluarga atau temannya. Perubahan rencana kehidupan bagi lansia
mungkin membutuhkan periode penyesuaian yang lama selama lansia
memerlukan bantuan dan didukung professional perawatan kesehatan dan
keluarga.
f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak-
anaknya yang telah dewasa. Masalah keterbalikan peran, ketergantungan,
konflik, perasaan bersalah, dan kehilangan memerlukan pengenalan dan
resolusi.
g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima aktivitas dan minat baru untuk
mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara
sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relative mudah untuk bertemu
orang baru dan mendapat minat baru. Akan tetapi, seseorang yang introvert
dengan sosialisasi terbatas, mungkin menemui kesulitas bertemu orang baru
selama pensiun.
Dengan mengetahui tugas perkembangannya, orangtua diharapkan
mampu menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan menurunnya
kesehatan secara bertahap, mencari kegiatan untuk mengganti tugas-tugas
terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu kala masih muda. Bagi
beberapa orang yang berusia lanjut, kewajiban untuk menghadiri rapat yang
menyangkut kegiatan sosial sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan
pendapatan mereka menurun setelah pensiun, mereka sering mengundurkan diri
dari kegiatan sosial. Disamping itu, sebagian besar orang berusia lanjut perlu
mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan pasangan,
perlu membangun ikatan dengan anggota dari kelompok usia mereka untuk
menghindari kesepian dan meneriman kematian dengan tentram.
h. Menemukan makna hidup
C. Kebutuhan Aktualisasi Diri pada Lanjut Usia
Merupakan kebutuhan dasar yang paling tinggi dari hirarki Maslow, dimana
kebutuhan ini akan terpenuhi jika kebutuhan dasar di bawahnya sudah terpenuhi
dengan baik. Kebutuhan aktualisasi diri pada lansia menunjukkan bahwa seseorang
telah mencapai potensi mereka secara optimal. Lansia yang telah teraktualisasi
dirinya, adalah orang yang telah mampu menyelesaikan tugas-tugas sebelumnya
dengan baik, memiliki kepuasan atas prestasinya, mampu menghadapi masalah
secara realistis, walapun juga mengalami kegagalan/kekurangan sebelumnya.
Aktualisasi diripada lansia terjadi pada saat terjadi keseimbangan antara kebutuhan
dan tekanan, serta adanya kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan tubuh
dan lingkungannya.