Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN LIMBAH PERUNGGAS

Disusun Oleh :

Untung Achmad Fanani


C41151127
B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS UNGGAS


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha peternakan mempunyai prospek untuk dikembangkan karena
tingginya permintaan akan produk peternakan. Usaha peternakan juga memberi
keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak
masyarakat di pedesaaan di Indonesia. Namun demikian, sebagaimana usaha
lainnya, usaha peternakan juga menghasilkan limbah yang dapat menjadi sumber
pencemaran. Selama ini banyak keluhan masyarakat akan dampak buruk dari
kegiatan usaha peternakan karena sebagian besar peternak mengabaikan
penanganan limbah dari usahanya, bahkan ada yang membuang limbah usahanya
ke sungai, sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Limbah tersebut dapat berupa
cair atau pun padat, yang menimbulkan Baik berupa bau tidak enak yang
menyengat, sampai keluhan warga karena gatal-gatal ketika mandi di sungai yang
tercemar limbah peternakan. Oleh karena itu, seiring dengan kebijakan otonomi,
maka pemgembangan usaha peternakan yang dapat meminimalkan limbah
peternakan perlu dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk menjaga
kenyamanan permukiman masyarakatnya. Salah satu upaya kearah itu adalah
dengan memanfaatkan limbah peternakan sehingga dapat memberi nilai tambah
bagi usaha tersebut.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka upaya mengatasi limbah ternak yang
selama ini dianggap mengganggu karena menjadi sumber pencemaran lingkungan
perlu ditangani dengan cara yang tepat sehingga dapat memberi manfaat lain
berupa keuntungan ekonomis dari penanganan tersebut. Penanganan limbah ini
diperlukan bukan saja karena tuntutan akan lingkungan yang nyaman tetapi juga
karena pengembangan peternakan mutlak memperhatikan kualitas lingkungan,
sehingga keberadaannya tidak menjadi masalah bagi masyarakat di sekitarnya.
Pengolahan limbah dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi terlebih
dahulu apa saja limbah yang ada dikandang dan sekitar kandang kemudian kita
mulai mengolah limbah tersebut dengan tepat. Hasil olahan limbah tersebut dapat
berupa pupuk kandang untuk tanaman, sebagai penghasil biogas, dan campuran
bahan pakan ternak. Contoh limbah kotoran dengan volume cukup besar masih
memiliki berbagai kandungan senyawa, unsur hara dan mikroorganisme, sehingga
dapat dimanfaatkan secara maksimal. Kotoran dimanfaatkan sebagai pupuk
kandang, karena kandungan unsur haranya, seperti nitrogen (N), fosfor (P) dan
kalium (K), dibutuhkan tanaman dan kesuburan tanah.

1.2 Tujuan
 Mengetahui apa saja limbah-limbah dari usaha ayam petelur
 Mengetahui cara mengatasi limbah-limbah peternakan
 mengetahui cara pembutan pupuk bokashi dengan menggunakan
kotoran ayam petelur.
 mengetahui tentang cara pembuatan MOL dengan mencampurkan
isi rumen kambing sebagai bakteri pengurai dan manfaat dari
MOL
1.3 Manfaat
 Dapat mengatasi dan meminimalisir pencemaran limbah
 Dapat memanfaatkan limbah menjadi bernilai ekonomis
 Dapat membuat berbagai macam produk olahan limbah peternakan
 Dapat mengolah limbah secara mandiri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Peternakan
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan
seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk
ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair
seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku,
tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain.
Menurut Soehadji (1992), limbah peternakan meliputi semua kotoran yang
dihasilkan dari suatu usaha peternakan baik berupa limbah padat, cairan dan gas
maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk
padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari
pemotongan hewan). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentk cairan atau
dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat). Sedangkan
limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.
2.2 Pupuk Bokasi
Bokashi adalah suatu kata dalam bahasa jepang yang berarti “Bahan
organik yang telah difermentasikan” jadi pupuk organik bokashi merupakan hasil
fermentasi bahan organik dari limbah pertanian (kotoran ternak, jerami padi,
sekam padi, serbuk gergaji, sampah, rumput dan lain-lain) yang diolah dengan
menggunakan aktifator Effective Microorganism (EM), dengan sistem bokashi ini
kita bisa memanfaatkan limbah menjadi pupuk organik yang berkualitas dan
dalam waktu yang singkat.
Bokashi dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah melalui
perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pengaruh terhadap sifat fisik tanah
yaitu melalui pembentukan agregat tanah sehingga dapat memperbaiki struktur
tanah. Pengaruh terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatnya kandungan unsur
hara tanah, sedangkan pengaruhnya terhadap biologi tanah adalah meningkatnya
populasi dan aktivitas mikroorganisme sehingga ketersediaan unsur hara akan
meningkat pula (Gabesius, 2012).
Bokashi dapat digunakan seperti pupuk kandang atau pupuk kompos.
Dosis yang umum digunakan yaitu 3-4 genggam bokashi untuk satu meter persegi
lahan. Penggunaan berbagai macam bokashi secara umum sama. Namun,
alangkah baiknya bila penggunaannya disesuaikan dengan unsur hara dalam
bokashi tersebut. Dengan bantuan EM4, bokashi yang diperoleh sudah dapat
digunakan dalam waktu yang relatif singkat, yaitu setelah proses 4-7 hari. Selan
itu, bokashi hasil pengomposan tidak panas, tidak berbau busuk, tidak
mengandung hama dan penyakit, serta tidak membahayakan pertumbuhan atau
produksi tanaman (Indriani, 1999).
2.3 Larutan mikroorganisme lokal (MOL)
Larutan mikroorganisme lokal (MOL) adalah larutan hasil fermentasi yang
berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia disekitar kita. Larutan
mikroorganisme lokal (MOL) mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga
mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik,
perangsang pertumbuhan dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit
tanaman. Peranan mikroorganisme lokal (MOL) dalam kompos selain sebagai
penyuplai nutrisi juga berperan sebagai komponen bioreaktor yang bertugas
menjaga proses tumbuh tanaman secara optimal. Fungsi dari bioreaktor sangatlah
kompleks, fungsi yang telah teridentifikasi antara lain adalah penyuplai nutrisi
melalui mekanisme eksudat, kontrol mikroba sesuai kebutuhan tanaman, bahkan
kontrol terhadap penyakit yang dapat menyerang tanaman (Purwasasmita, 2009).
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan
sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair
Penggunaan pupuk cair dengan memanfaatkan jenis mikroorganisme lokal (MOL)
menjadi alternatif penunjang kebutuhan unsur hara dalam tanah. Larutan MOL
(mikroorganisme lokal) adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar
berbagai sumber daya yang tersedia. Larutan MOL mengandung unsur hara
makro, mikro dan mengandung mikroorganisme yang berpotensi sebagai
perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama
dan penyakit tanaman sehingga baik digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati
dan pestisida organik. MOL juga diindikasikan mengandung zat perangsang
tumbuh/ fitohormon yang berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman seperti
hormon Auksin, Giberalin dan Sitokinin. Larutan MOL mengandung unsur hara
makro dan mikro serta mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak
bahan anorganik. Perangsang pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama
dan penyakit tanaman. Keunggulan penggunaan MOL yang paling utama adalah
murah bahakan tanpa biaya, dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di
sekitar.

BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum “Manajemen Limbah Perunggas” dilaksanakan setiap hari senin
pukul 13.00 – 15.00 WIB , bertempat di UPT pakan ternak Politeknik negeri
jember.
3.2 Alat dan Bahan
Bahan dan alat pembuatan penyemprotan feses yam
Molases 250 ml Botol aqua
Air 3 liter Alat penyemprot
Bahan dan alat penanganan limbah (feses ayam)
Molases Karung
Sekop Argo
Bahan dan alat pembuatan pupuk bokasi
Feses ayam 15 sak Dedak 12,5 kg
Molases 250 ml Air 125 liter
Kapur 1 kantong EM4/MOL 250 ml
Arang sekam 2,5 sak
Bahan dan alat pembuatan MOL
Dedak halus 1 kg Air 2 liter Ayakan
Terasi ¼ kg Panci Timbangan
Usus kambing Kompor + gas Ember
Molases 5 liter Pengaduk Kain saringan
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur pembuatan untuk penyempotan feses ayam
 molases 1 liter dibagi menjadi 2 bagian.
 setelah itu, tiap botol yang sudah diisi molases ditambah dengan air 1 liter
 kocok hingga homogen.
 Diamkan hingga ada udara yang keluar.
 Setelah itu bisa diaplikasikan kekotoran ayam
 Penyemprotan dilakukan selama 2 hari, pada pagi dan sore hari
 Kemudian diamkan selama 1 minggu, baru bisa dibersihkan kotoran ayam
Prosedur penanganan limbah
 penyemprotan dilakukan 1 minggu sebelum kotoran dibersihkan.
 setelah 1 minggu baru kotoran dibersihkan tetapi sebelum dibersihakan
kotoran ayam disemprot lagi.
 setelah disemprot, kotoran dibersihkan menggunakan sekop dan di
masukkan kedalam karung.
 setelah semua kotoran ayam dimasukkan kedalam karung, pindahkan
kotoran keluar kandang.
 kotoran ini dibiarkan agar kering, karena akan digunakan sebagai bahan
pembuatan pupuk bokasi.
Prosedur pembuatan pupuk bokasi
 timbang bahan yang akan digunakan.
 letakkan kotoran ayam dilantai.
 kemudian kotoran ayam di ratakan dan semprot menggunakan molases.
 taburkan kapur dan dedak diatas kotoran ayam dan dibalek.
 setelah dibalek, kotoran ayam disemprot menggunakan molases dan taburi
kapur dan dedak.
 kemudian tutup menggunakan karung goni dan biarkan selama 1 minggu.
 Ada hari ke 4 uuk dibuka untuk dilakukan aerasi aar suhunya stabil, lalu
tutup kembali.
 Ada hari ke 5, 6 , 7 karun oni dibuka.
 Dan ada hari ke 8 uuk sudah siaр dikemas.
Prosedur pembuatan MOL
 ayak dedak lalu timbang sebanyak 1 kg.
 timbang terasi sebanyak ¼ kg dan potong-potong kecil
 didihkan air sebanyak 2 liter.
 cairkan molases 1 liter menggunkan air sebanyak 5 liter.
 setelah air mendididh,masukkan terasi, aduk hingga larut.
 setelah mendidih, masukkan dedak sedikit demi sedikit kedalam larutan
terasi dan aduk hingga merata.
 kemudian masukkan molases ke dalam larutan terasi.
 aduk aduk hingga mengkental sekitar 1 jam .
 setelah 1 jam angkat dan dinginkan.
 Kemudian usus kambing tersebut dibersihkan dan diperas menggunakan
kain penyaring tahu.
 setelah dingin masukkan usus kedalam larutan kemudian aduk,dan tutup
rapat hingga tidak ada aliran udara didalamnya.
 biarkan selama 1 minggu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Limbah

Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi limbah dikandang ayam


petelur dan ayam pedaging. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu
kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong
hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi
limbah padat dan cair seperti feses, sisa pakan, sisa air minum, sekam, kulit telur,
botol bekas dan peralatan vaksin, darah, bulu dan lain sebagainya. Semakin
berkembangnya usaha peternakan limbah yang dihasilkan semakin meningkat.
Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi
limbah tersebut dapat diperbaharui (reneweble) selama ada ternak. Limbah ternak
masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan.
Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat
lain. Berikut adlah hasil dari identifikasi yang telah kami lakukan di kandang :
1. Hasil Identifikasi Limbah Kandang Ayam Petelur
 Sisa peralatan kandang tak terpakai (pipa bekas, timba, sak bekas, botol
bekas, dll)
 Sisa air minum
 Egg tray yang rusak
 Sisa pakan
 Manure
 Kerabang telur yang pecah
 Bangkai ayam
 Karung tempat pakan ayam
 Pecahan genteng dan batu bata
 Botol bekas vaksin dan bungkus obat serta vitamin
 Rumput liar

2. Hasil Identifikasi Limbah Kandang Ayam Pedaging

 Sisa peralatan kandang tak terpakai (kawat, kayu bekas skat, tempat
pakan, dan minum, dll)
 Bulu ayam
 Sisa pakan
 Sisa air minum
 Sisa botol vaksin dan bungkus obat serta vitamin
 Sisa sekam
 Bangkai ayam
 Karung tak terpakai

Limbah yang ada didalam kandang ini tidak semua dapat dimanfaatkan
dan diolah kembali menjadi produk lain. Namun juga ada yang langsung
dimusnakan, ada yang dapat dipakai kembali karna masih layak untuk pemakaian
selanjutnya. Ada beberapa limbah yang dapat dimanfaatkan kembali, berikut
adalah cara mengolah dan penanganan limbah :

Feses/ manure : Pupuk kandang , biogas

Bulu : kemoceng , shutle cock , dan kerajinan tangan lainnya

Ayam mati : dibakar, dikubur atau di buang kepembuangan akhir


4.2 Pembuatan Pupuk Bokasi

Pada praktikum kali ini telah dilakukan pembuatan pupuk Bokashi dari
bahan kotoran ayam petelur. Bokashi kotoran ayam merupakan pupuk lengkap,
yang mengandung unsur hara makro dan mikro. Kandungan unsur hara bokashi
kotoran ayam adalah Nitrogen ( N ) sebesar 1.0 %, Posfor ( P ) 0,8 %, Kalium ( K
) 0,4 % dan air 55 %. serta mengandung Ca, Mg, dan sejumlah unsur mikro
lainnya seperti Fe, Cu, Mn, Zn, B, Cl, dan Mo, yang berfungsi sebagai bahan
makanan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Praktikum pembuatan ini diperlukan perhatian yang ekstra mulai dari
bahan baku yang digunakan sampai penyimpanan sementara feses dan juga
suhunya yang harus terus dikontrol. Namun pada pembuatan pupuk ini kelompok
kami mengalami kegagalan, penyebab kegagalan dari praktikum kami adalah
salah satunya yaitu bahan yang digunakan atau bisa disebut manure dari ayam
petelur kami masih basah diakibatkan penyimpanan sementara dari manure itu
tidak baik sehingga manure tersebut terkena hujan yang seharusnya waktu
digunakan itu manure harus sudah dalam keadaan kering ini malah masih dalam
keadaan basah. Alhasil ketika sudah sampai 8 hari bahannya tidak menjadi pupuk
yang diharapkan malah masih basah dan bau, diatas ini gambar dari pembuatan
pupuk kami setelah 8 hari.

Umumnya pengomposan berlangsung selama 8 hari. Kompos yang


dihasilkan akan terlihat berbeda dengan kompos pada umumnya, kompos bokashi
akan terlihat hampir sama dengan sampah aslinya naun lebih pucat. Pengomposan
bokashi hanya berperan sebagai pemercepat proses pembusukan sebelum material
organik diberikan. Disamping mengandung unsur hara makro maupu mikro yang
banyak, bokashi juga mengandung mikroorganisme yang menguntungkan yang
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Dalam perkembangannya
bokashi dapat dibuat dari bahan organik seperti : dedak, arang sekam, sampah
organik serta kotoran ternak dll. Bahan-bahan ini difermentasikan dengan
mikrooganisme sebagai pelaku utama dalam fermentasi tersebut yaitu effective
mikroorganisme.
Tidak kalah pentingnya, dalam pembuatan pupuk juga harus diperhatikan
cara penyimpanan dan pengemasan pupuk agara pupk tahan lama dan memiliki
nilai ekonomis dengan kemasan yang bagus. Gambar berikut diatas adalah proses
pengemasan pupuk bokasi yang dilakukan pengayakan terlebih dahulu agar
didapatkan pupuk yang benar benar halus. Pengemasan kali ini menggunakan sak
ukuran kecil dan harus dalam keadaan kering agar tidak terjadi pembusukan dan
menjamur.

4.3 Pembuatan MOL Starter

Pada praktikum kali ini telah dilakukan pembuatan MOL starter dengan
bakteri pengurai isi rumen ternak kambing. Larutan mikroorganisme lokal (MOL)
adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya
yang tersedia disekitar kita. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan
makro serta mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan
organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama dan
penyakit tanaman. Peranan MOL dalam kompos selain sebagai penyuplai nutrisi
juga berperan sebagai komponen bioreaktor yang bertugas menjaga proses
tumbuh tanaman secara optimal

Gambar: isi rumen kambing


Isi rumen merupakan salah satu limbah rumah potong hewan yang belum
dimanfaatkan secara optimal bahkan ada yang dibuang begitu saja sehingga
menimbulkan pencemaran lingkungan (Darsono, 2011). Dijelaskan lebih lanjut
bahwa limbah isi rumen sebenarnya sangat potensial bila dimanfaatkan sebagai
bahan pakan karena isi rumen disamping merupakan bahan pakan yang belum
tercerna juga terdapat organisme rumen yang merupakan sumber vitamin B.

Dalam pembuatannya setelah semua bahan didihkan, maka selanjutnya


bahan MOL tersebut harus benar-benar di dinginkan sampai dingin. Karena jika
tidak atau bahan masih panas, maka adonana atau bahan tersebut justru akan
membunuh bakteri yang akan dibiakkan. Ciri-ciri MOL starter yang sudah jadi
atau berhasil dibuat, adalah adanya jamur berwarna putih yang masih meletup-
letup yang terdapat di atas permukaan bahan/adonan. Selanjutnya, jika MOL
tersebut telah berhasil dibuat maka selanjutnya dilakukan perbanyakan dengan
menambahkan 20 liter air + 20 kg tetes yang sebelumnya telah di rebus, barulah
kemudian adonan MOL dicamurkan dan disaring dengan menggunakan kain
hingga yang tersisa hanya ampasnya. Perbanyakan tersebut kemudian di
masukkan dalam boto/timba dan ditutup rapat selama 20 hari. Hasil dari
perbanyakan tersebut yang digunakan sebagai pupuk.

Berikut adalah hasil dari adonan MOL starter dari isi rumen ternak kambing

Gambar Hasil penyimpanan selama 7 hari


Gambar Proses penyimpanan selama 21 hari.

Penggunaan atau manfaat dari mikroorganisme lokal (MOL) sendiri dapat


digunakan langsung disemprotkan ke tanaman dalam meningkatkan kesuburan
tanaman dan juga dalam meningkatkan kesuburan tanah. MOL dapat pula
digunakan dalam proses penguraian pengomposan. Misalnya, pengomposan
pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi, karena MOL mengandung bakteri
pengurai di dalam larutannya. Peran MOL dalam kompos, selain sebagai
penyuplai nutrisi juga berperan sebagai komponen bioreaktor yang bertugas
menjaga proses tumbuh tanaman secara optimal. Fungsi dari bioreaktor sangatlah
kompleks, yaitu sebagai penyuplai nutrisi melalui mekanisme eksudat, kontrol
mikroba sesuai kebutuhan tanaman, menjaga stabilitas kondisi tanah menuju
kondisi yang ideal bagi pertumbuhan tanaman.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN

Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, karena


limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk
dimanfaatkan. Pemanfaatan limbah ternak ini dapat mengurangi pencemaran yng
diakibatkan oleh kegiatan usaha peternakan. Limbah dari kotoran ayam sendiri
dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kandang, pupuk organik, dan pemanfaatan
lainnya.

Menggunakan kotoran ayam sebagai bahan pembuatan pupuk bokasi


Karena jenis pupuk ini adalah jenis pupuk yang mudah di dapat dan sangat ramah
lingkungan. Jika dibandingkan dengan kompos organik yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, kotoran ayam juga masih unggul karena kompos dari kotoran ayam
petelur ini langsung bertumpuk dibawah kandang dan tidak bercampur dengan
sekam yang digunakan sebagai alas kandang. Kotoran dari ayam petelur/manure
memiiliki kandungan unsur haranya lebih sempurna dan lebih mudah diserap oleh
tumbuhan.

Pembuatan MOL starter dengan menggunakan isi rumen dari ternak


kambing ini diperkaya oleh kandungan protein yang berasal dari protein mikroba
dan protein pakan, vitamin B dan vitamin K yang dapat disintesis langsung oleh
mikroba rumen dan mineral.
DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Depdikbud Dirjen Dikti. IPB, Bogor.

Indriani, Y., H., 1999, Membuat Kompos Secara Kilat, Penebar Swadaya, Jakarta.

Subhan, Hamzah, F., dan Wahab, A., 2008, Aplikasi Bokashi Kotoran Ayam
Pada Tanaman Melon, J. Agrisistem, 4 (1): 2

Charles, RT dan Hariono,B. 1991. Pencemaran Lingkungan oleh Limbah


Peternakan dan Pengelolaannya. Bull FKH-UGM. Yogyakarta

Djuarnani, Nan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka.
Depok

Hidayat. 2006. Mikrobiologi Indusri. Andi offset. Yogyakarta.

Purwasasmita,M. 2009. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan


dalam bioreaktor tanaman. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia-SNTKI.
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai