Anamnesis
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan
berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara
anamnesis (The Sacred Seven). Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah
melakukan anamnesis dengan cara mencari data :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang
harus ditanyakan adalah identitas pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan,
agama dan pekerjaan.[1]
1. Riwayat Penyakit Sekarang,
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah
keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk
mencari pertolongan, misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dll. Keluhan
utama ini sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan. Kemudian setelah keluhan utama,
dilanjutkan anamnesis secara sistematis dengan menggunakan tujuh butir mutiara
anamnesis, yaitu :
1. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
2. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama. [1]
4. Kuantitas (derajat sakit) Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan
penderita. Hal ini tergantung dari penyebab penyakitnya, tetapi sangat subjektif,
karena dipengaruhi antara lain kepekaan seorang penderita terhadap rasa sakit,
status emosi dan kepedulian terhadap penyakitnya. Dapat ditanyakan apakah
sakitnya ringan, sedang atau berat.Apakah sakitnya mengganggu kegiatan sehari-
hari, pekerjaan penderita atau aktifitas fisik lainnya.
6. Faktor yang meringankan keluhan. Ditanyakan adakah usaha penderita yang dapat
memperingan sakit, misalnya dengan minum antasida rasa sakit berkurang,
menunjukkan adanya inflamasi di saluran cerna bagian atas. Bila posisi
membungkuk dapat mengurangi sakit menunjukkan proses inflamasi dari
pankreas atau hati.
No ANAMNESIS HASIL
1 Riwayat Penyakit Sekarang Sesak nafas
2 Dimana lokasi sesak yang bapak rasakan ? Di dada kiri
3 Kapan mulai timbul sesak nafas? sudah berapa Sejak 30 menit yang lalu
lama ?
4 Bagaimana rasa sesak yang bapak rasakan ? Terus-menerus
5 Apakah rasa sesaknya ringan atau berat ? seberapa Rasa sesak timbul saat
sering sesak nafas timbul ? apakah mengganggu melakukan aktivitas berta
aktivitas ?
6 Adakah faktor yang memperberat rasa sesak ? Berbaring telentang
7 Apakah faktor yang memperingan rasa sesak ? Saat posisi duduk
8 Apakah ada keluhan lain yang bapak rasakan selain Nyeri dada kiri seperti
sesak nafas ? ditindih menjalar ke
tangan kiri tembus ke
punggung
Merokok (+)
Makan tidak teratur
Konsumsi tinggi lemak
dan garam
Gelisah
Tangan dankaki dingin
9 Riwayat Penyakit Dahulu Hipertensi dan
hiperkolesterol
10 Riwayat Penyakit Keluarga -
11 Riwayat Sosial dan Ekonomi Seorang pengusaha dan
sudah menikah
\
3. PEMERIKSAAN FISIK
•Tanda Vital
Nadi : 75x/menit
RR : 28x / menit
Suhu : 30°
•Kepala
Mata
•Leher
JVP : 5+(-2)
•Pemeriksaan Thorax
•Jantung
Auskultasi :
•Paru
•pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar
Perkusi : Timpani
•Ekstremitas
Sianosis : (-)
Saturasi O2 : 90%
Pemeriksaan Fisik
Walau jarang pada auskultasi dapat terdengar derap atrial atau ventrikel
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
ELEKTROKARDIOGRAM
Pemeriksaan darah lengkap atau darah rutin ini memang pemeriksaan yang
umum dilakukan, bukan hanya dapat mendeteksi adanya gangguan pada
jantung. Tapi juga dapat mendeteksi adanya infeksi, adanya demam berdarah,
bahkan adanya anemia.
Pemeriksaan darah rutin hampir selalu dilakukan pada setiap penderita penyakit
jantung dan pembuluh darah. Pada pemeriksaan darah lengkap (leukosit,
hemaglobin, hematokrit dan trombosit) kita dapat menggali adanya gangguan
pada jantung. Pada pemeriksaan hemaglobin dan hematokrit darah dapat
mendeteksi adanya anemia yang dapat menyertai atau menjadi salah satu
penyebab penyakit jantung.
Troponin
Troponin adalah protein spesifik yang ditemukan dalam otot jantung dan otot
rangka. Bersama dengan tropomiosin, troponin mengatur kontraksi otot.
Kontraksi otot terjadi karena pergerakan molekul miosin di sepanjang filamen
aktin intrasel. Troponin terdiri dari tiga polipeptida :
Troponin c (tnc) dengan berat molekul 18.000 dalton, berfungsi mengikat dan
mendeteksi ion kalsium yang mengatur kontraksi.
Troponin i (tni) dengan berat molekul 37.000 dalton yang berfungsi mengikat
tropomiosin.
Tujuan
Pembebasan troponin jantung dari miokardium yang cedera terjadi dalam dua
fase. Pertama, pada kerusakan awal beberapa troponin jantung dengan cepat
keluar dari sel-sel miokardium dan masuk ke dalam sirkulasi bersama dengan
ck-mb dan memuncak pada 4-8 jam. Dengan demikian, kemunculan akut
troponin jantung mengisyaratkan ima. Kedua, troponin jantung juga dibebaskan
dari aparatus kontraktil intrasel. Pelepasan troponin yang berkelanjutan ini
memberikan informasi yang setara dengan yang diberikan oleh isoenzim laktat
dehidrogenase (ldh) untuk diagnosis konfirmatorik infark miokardium sampai
beberapa hari setelah kejadian akutnya.
Tujuan pemeriksaan ck
4. Pemeriksaan sgot: enzim ini akan dilepaskan oleh sel otot miokard yang
rusak atau mati.konsentrasi dalam serum akan meningkat dalam 8-12 jam
setelah serangan, mencapai puncaknya pada 18-36 jam dan mulai turun kembali
kenormal setelah 3-4 hari.
adalah enzim transaminase sering juga disebut juga ast (aspartat amino
transferase) katalisator-katalisator perubahan asam amino menjadi asam alfa
ketoglutarat.
Enzim ini berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung. Pelepasan
enzim yang tinggi kedalam serum menunjukan adanya kerusakan terutama pada
jaringan jantung dan hati.
Pada penderita infark jantung, sgot akan meningkat setelah 12 jam dan
mencapai puncak setelah 24-36 jam kemudian, dan akan kembali normal pada
hari ke-3 sampai hari ke-5.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. EKG (ELEKTROKARDIOGRAM)
Ekg ini dapat merekam impuls elektrik jantung. Sehingga dapat diketahui
apakah otot jantung telah menerima supplay oksigen yang cukup atau
kekurangan oksigen (iskemia). Selain itu, ekg ini juga dapat digunakan untuk
menentukan atau mengetahui ritme jantung. Gambaran ekg saat istirahat dan
bukan pada saat serangan angina sering masih normal. 30 % normal, 70 %
abnormal pada episode nyeri dada atau aktifitas, berupa depresi segmen st, atau
gel.t inverted.
B. ARTERIOGRAFI KORONER
Foto Rontgen Dada Sering Menunjukkan Bentuk Jantung Yang Normal; Pada
Pasien Hipertensi Dapat Terlihat Jantung Membesar Dan Kadang-Kadang
Tampak Adanya Pengapuran Pembuluh Darah Aorta
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
APO B 100
Dalam tubuh kita, transport lemak akan berlangsung dalam bentuk partikel
lipoprotein (gabungan antara lemak dan protein). Lipoprotein ada berbagai
macam, yang telah banyak dikenal adalah low density lipoprotein (ldl) dan high
density lipoprotein (hdl). Apo b-100 merupakan protein yang terdapat pada
partikel lipoprotein yang dapat meningkatkan risiko pjk. Lebih dari 90% apo b-
100 terdapat pada partikel ldl.
Lemak yang berlebihan dalam tubuh merupakan faktor risiko pjk karena lemak
yang berlebihan dapat menempel pada dinding pembuluh darah sehingga akan
terjadi penyumbatan pembuluh darah. Proses penumpukan lemak di dalam
pembuluh darah ini dikenal sebagai aterosklerosis. Pada saat lemak masuk ke
dalam pembuluh darah, lemak akan masuk dalam bentuk partikel lipoprotein,
terutama dalam bentuk partikel ldl. Apo b-100 sangat penting peranannya dalam
aterosklerosis karena dengan adanya apo b-100, maka akan ada interaksi antara
apo b-100 dengan bagian dinding pembuluh darah yang mengakibatkan partikel
ldl tersebut tertahan di dalam dinding pembuluh darah. Partikel lipoprotein
mengandung apo b yang tertahan inilah yang akan menignkatkan risiko
aterosklerosis karena partikel lipoprotein tersebut akan dirubah menjadi partikel
berbahaya yang meningkatkan risiko pjk.
Rasio ldl kolesterol/ apo b serum <1,2 menunjukkan adanya small dense ldl
yang meningkatkan risiko pjk 3 kali lipat bila dibandingkan ldl dengan ukuran
partikel yang normal.
Wanita : 60-70mg/dl
MIOGLOBIN
Mioglobin adalah protein yang berukuran kecil (sekitar 17.200 dalton) yang
terdapat di otot jantung dan otot rangka, berfungsi menyimpan dan
memindahkan oksigen dari hemoglobin dalam sirkulasi ke enzim-enzim
respirasi di dalam sel kontraktil. Ketika terjadi kerusakan pada otot, mioglobin
dilepas ke dalam sirkulasi darah.
Mioglobin disaring dari darah oleh ginjal dan diekskresikan melalui urin. Jika
sejumlah besar mioglobin yang dilepaskan ke dalam aliran darah, seperti setelah
trauma parah, mioglobin berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal
dan akhirnya mengakibatkan kegagalan ginjal.
Peningkatan mioglobin serum terjadi 2-6 jam setelah terjadi kerusakan jaringan
otot jantung atau otot rangka, mencapai kadar tetinggi dalam waktu 8-12 jam,
dan kembali normal dalam waktu 18-36 jam. Mioglobin urin dapat dideteksi
selama 3-7 hari setelah cedera otot.
NILAI RUJUKAN
4.Angina pektoralis
Angina pectoris (AP) adalah rasa nyeri yang timbul karena iskemia
miokardium. Angina pectoris ini mempunyai karakteristik tertentu yaitu nyeri
retrointestinal yang lokasi terseringnya di dada, substernal atau sedikit ke kiri,
dengan perjalan ke leher, rahang, bahu kiri sampai dengan lengan dan jari-jari
bagian ulnar, punggung/pundak kiri. AP sering juga dirasakan sebagai rasa tidak
nyaman di dada, biasanya dalam waktu ± 10 menit dada, rahang bahu kiri
punggung sampai ke pergelangan tangan atau jari-jari, yang dipicu oleh
aktivitas, stress emosional dan menghilang dengan istirahat atau pemberian
nitrogliserin. AP juga bermanifestasi sebagai rasa tidak nyaman di epigastrium.
Karakteristik yang penting dari AP adalah adanya pemburukan dari nyeri dada
yang berhubungan dengan aktivitas fisik dan stress emosi. Gejala klasik dari
angina biasa juga terlihat setelah makan dalam porsi yang banyak atau muncul
pertama kali di pagi hari. Kelainan-kelaian tersebut dapat dihubungkan dengan
kejadian iskemia miokardium, namun dapat juga terkait dengan kelainan
esophagus, paru, atau dinding dada. Nyeri yang bukan tergolong angina
biasanya ditandai dengan keterlibatan kecil di sebagian hemotoraks dan
berlangsung dalam beberapa jam atau hari, dan nyeri tidak berkurang dalam
pemberian nitrogliserin.
B. Etiologi ANDRE
• Penggunaan Tembakau
• Diabetes\
• Hipertensi
o Tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah pompa jantung dan jumlah
resistensi terhadap aliran darah di arteri . Seiring waktu, darah tinggi kerusakan
tekanan arteri.
• Kurang Olahraga
o Gaya hidup aktif memberikan kontribusi untuk kolesterol tinggi, tekanan
darah, diabetes tipe 2 dan obesitas.
• Kegemukan
Sumber : http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/angina/basics/risk-
factors/con-20031194 (diakses pada tangal 19 Desember 2016)
D. Patofisiologi
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
sebagai respon terhadap respons terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke
sel-sel miocard di jantung. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke
punggung, rahang, dan daerah abdomen. 1
Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigen juga
akan meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang
sehat, maka arteri-arteri koroner akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak
oksigen kepada jaringan. Akan tetapi jika terjadi kekakuan dan penyempitan
pembuluh darah seperti pada penderita arteosklerotik dan tidak mampu
berespon untuk berdilatasi terhadap peningkatan kebutuhan oksigen. Terjadilah
iskemi miocard, yang mana sel-sel miocard mulai menggunakan glikolisis
anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan ini sangat
tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asalm laktat. Asam laktat
kemudian menurunkan PH Miocardium dan menyebabkan nyeri pada angina
pectoris. Apabila kebutuhan energy sel-sel jantung berkurang (istirahat, atau
dengan pemberian obat) suplay oksigen menjadi kembali adekuat dan sel-sel
otot kembali melakukan fosforilasi oksidatif membentuk energy melalui proses
aerob. Dan proses ini tidak menimbulkan asam laktat, sehingga nyeri angina
mereda dan dengan demikian dapat disimpulkan nyeri angina adalah nyeri yang
berlangsung singkat.
E. Gejala Klinis
Angina Pectoris
Didapatkan rasa tidak enak di dada yang tidak selalu sebagai rasa sakit, tetapi
dapat pula sebagai rasa penuh di dada, tertekan, nyeri, tercekik atau rasa
terbakar. Rasa tersebut dapat terjadi pada leher, tenggorokan, daerah antara
tulang skapula, daerah rahang ataupun lengan. Sewaktu angina terjadi, penderita
dapat sesak napas atau rasa lemah yang menghilang setelah angina hilang.
Dapat pula terjadi palpitasi, berkeringat dingin, pusing ataupun hampir pingsan.
[7]
Iskemia otot jantung akan memberi nyeri dengan derajat yang bervariasi, mulai
dari rasa tertekan pada dada sampai nyeri hebat yang disertai dengan rasa takut
atau rasa akan menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada di daerah belakang
sternum atas atau sternum ketiga tengah (retrosentral). Meskipun rasa nyeri
biasanya terlokalisasi, namun nyeri tersebut dapat menyebar ke leher, dagu,
bahu, dan aspek dalam ekstremitas atas. Pasien biasanya memperlihatkan rasa
sesak, tercekik, dengan kualitas yang terus menerus. Rasa lemah atau baal di
lengan atas, pergelangan tangan, dan tangan akan menyertai rasa nyeri. Selama
terjadi nyeri fisik, pasien mungkin akan merasa akan meninggal. Karakteristik
utama nyeri tersebut akan berkurang apabila faktor presipitasinya
dihilangkan.[7]
Penderita mengeluh nyeri dada yang beragam bentuk dan lokasinya. Nyeri
berawal sebagai rasa terhimpit, rasa terjepit atau rasa terbakar yang menyebar
ke lengan kiri bagian dalam dan kadang sampai ke pundak, bahu dan leher kiri,
bahkan dapat sampai ke kelingking kiri. Perasaan ini dapat pula menyebar ke
pinggang, tenggorokan rahang gigi dan ada juga yang sampaikan ke lengan
kanan. Rasa tidak enak dapat juga dirasakan di ulu hati, tetapi jarang terasa di
daerah apeks kordis. Rasa nyeri dapat disertai beberapan atau salah satu gejala
berikut ini : berkeringat dingin, mual dan muntah, rasa lemas, berdebar dan rasa
akan pingsan (fainting).[8]
Biasanya angina timbul saat melakukan kegiatan fisik (angina stabil). Serangan
ini akan hilang bila penderita menghentikan kegiatan fisik tersebut dan
beristirahat. Serangan berlangsung hanya beberapa menit (1 – 5 menit) tetapi
bisa sampai lebih dari 20 menit. Nyeri angina sifatnya konstan. Bila terjadi
perubahan misalnya lama serangan bertambah, nyeri lebih hebat, ambang
timbulnya serangan menurun atau serangan datang saat bangun tidur, maka
gangguan ini perlu diwaspadai. Perubahan ini mungkin merupakan tanda
prainfark (angina tidak stabil). Suatu bentuk ubahan (variant) yang disebut
angina Prinzmetal biasanya timbul saat penderita sedang istirahat. Angina
dikatakan bertambah berat apabila serangan berikutnya terjadi sesudah kerja
fisik yang lebih ringan, misalnya sesudah makan. Ini tergolong juga angina
tidak stabil. Pemeriksaan fisik diluar serangan umumnya tidak menunjukkan
kelainan yang berarti. Pada waktu serangan, denyut jantung bertambah, tekanan
darah meningkat dan di daerah prekordium pukulan jantung terasa keras. Pada
auskultasi, suara jantung terdengar jauh, bising sistolik terdengar pada
pertengahan atau akhir sistol dan terdengar bunyi keempat Biasanya didapatkan
faktor risiko: hipertensi, obesitas atau diabetes melitus.[8]
8. Priori, S. G., Blanc, J. J., (France), Budaj., A., Camm, J., Dean, V.,
Deckers, J., Dickstein. K., Lekakis, J., McGregor. K., Metra. M., Morais. J.,
Osterspey. A., Tamargo, J., Zamorano, J. L., Guidelines on the management of
stable angina pectoris, 2006, European Heart Journal
doi:10.1093/eurheartj/ehl002 ESC Committee for Practice Guidelines (CPG).
F. Klasifikasi
Klasifikasi Angina
Keluhan nyeri dada timbul bila melakukan suatu pekerjaan, sesuai dengan berat
Ringannya pencetus, dibagi atas beberapa tingkatan:
Angina dapat terjadi pada saat istirahat maupun bekerja. Pada patologi
biasanya ditemukan daerah iskemik miokard yang mempunyai ciri
tersendiri.
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan sering timbul
pada waktu beristirahat atau tidur. Pada angina prinzmetal terjadi spasme
arteri koroner yang menimbulkan iskemi jantung dibagian hilir. Kadang-
kadang tempat spasme berkaitan dengan arterosklerosis
3.Kelas III: Benar-benar ada pembatasan aktivitas fisik karena sudah timbul
gejala angina ketika pasien baru berjalan 1 blok atau naik tangga 1 tingkat.
G. Tatalaksana
TATALAKSANA ANGINA
TERAPI
yaitu:
Dilakukan bila pasien memenuhi salah satu kriteria risiko sangat tinggi
(veryhigh risk)
Dilakukan bila pasien memiliki skor GRACE >140 atau dengan salah satu
Dalam strategi konservatif, evaluasi invasif awal tidak dilakukan secara rutin.
Strategi ini dilakukan pada pasien yang tidak memenuhi kriteria risiko tinggi
dan dianggap memiliki risiko rendah, yaitu memenuhi kriteria berikut ini:
• Tidak ada kelainan pada EKG awal atau kedua (dilakukan pada jam ke-6
hingga 9)
• Tidak ada peningkatan nilai troponin (saat tiba atau antara jam ke-6 hingga 9
keuntungan terapi nitrat terletak pada efek dilatasi vena yang mengakibatkan
berkurangnya preload dan volume akhir diastolic ventrikel kiri sehingga
konsumsi oksigen miokardium berkurang. Efek lain dari nitrat adalah dilatasi
pembuluh darah koroner baik yang normal maupun yang mengalami
aterosklerosis.
nitrat intravena diindikasikan pada iskemia yang persisten, gagal jantung, atau
hipertensi dalam 48 jam pertama.
nitrat tidak diberikan pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90 mmhg atau
>30 mmhg di bawah nilai awal, bradikardia berat (<50 kali permenit),
takikardia tanpa gejala gagal jantung, atau infark ventrikel kanan.
CALCIUM CHANNEL BLOCKERS (CCBS).
nifedipin dan amplodipin mempunyai efek vasodilator arteri dengan sedikit atau
tanpa efek pada sa node atau av node. sebaliknya verapamil dan diltiazem
mempunyai efek terhadap sa node dan av node yang menonjol dan sekaligus
efek dilatasi arteri. Semua ccb tersebut di atas mempunyai efek dilatasi koroner
yang seimbang. Oleh karena itu ccb, terutama golongan dihidropiridin,
merupakan obat pilihan untuk mengatasi angina vasospastik.
ASPIRIN
aspirin harus diberikan kepada semua pasien tanda indikasi kontra dengan dosis
loading 150-300 mg dan dosis pemeliharaan 75-100 mg setiap harinya untuk
jangka panjang, tanpa memandang strategi pengobatan yang diberikan
tanpa melihat nilai awal kolesterol ldl dan tanpa mempertimbangkan modifikasi
diet, inhibitor hydroxymethylglutary-coenzyme a reductase (statin) harus
diberikan pada semua penderita uap/nstemi, termasuk mereka yang telah
menjalani terapi revaskularisasi, jika tidak terdapat indikasi kontra. Terapi statin
dosis tinggi hendaknya dimulai sebelum pasien keluar rumah sakit, dengan
sasaran terapi untuk mencapai kadar kolesterol LDL <100 mg/ dL (Kelas I-A).
Menurunkan kadar kolesterol LDL sampai <70 mg/dL mungkin untuk dicapai.
H. Preventif
I. Komplikasi
J. Prognosis
5. Infark Miokard
A. Definisi Epidemiologi
Pada Agustus 2002 sampai Desember 2002, terdapat 92 pasien IMA yang
datang ke Instalasi Gawat Darurat rumah sakit Pusat Jantung Nasional Harapan
Kita. Data Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun 2006 didapatkan kasus
IMA 7,32 per 1.000 penduduk. Pada tahun 2010, Laporan Profil Kesehatan
Kota Semarang menunjukkan kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah
sebanyak 95.957 kasus dan sebanyak 1.847 (2%) merupakan IMA. Penyakit
jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian utama selama
periode 2005-2010 dengan jumlah kematian sebanyak 2.941 kasus dan
sebanyak 414 kasus (14%) disebabkan IMA.
C. Etiologi
Infark Miokard Akut (IMA) merupakan gangguan aliran darah ke jantung yang menyebabkan
sel otot jantung mati. Aliran darah di pembuluh darah terhenti setelah terjadi sumbatan
koroner akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya.
Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat aliran darah atau alirannya sangat
sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot jantung, dikatakan mengalami
infark. [2]
Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST Elevation Myocardial Infarct) merupakan
bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri atas angina pektoris tak stabil,
IMA tanpa elevasi ST, dan IMA dengan elevasi ST. Infark miokard akut dengan elevasi ST
(STEMI) terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak akibat oklusi thrombus
pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara
cepat pada lokasi injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti
merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid. [3]
Setiap bentuk penyakit arteri koroner dapat menyebabkan IMA. Penelitian angiografi
menunjukkan bahwa sebagian besar IMA disebabkan oleh trombosis arteri koroner.
Gangguan pada plak aterosklerotik yang sudah ada (pembentukan fisura) merupakan suatu
nidus untuk pembentukan trombus. [4]
Reperfusi jaringan terjadi ketika adanya iskemik atau nekrosis miokard akibat terbentuknya
trombus. Leukosit khususnya neutrofil berperan dalam melakukan reperfusi jaringan dengan
cara sel miokardium yang hipoksia merilis sitokin-sitokin untuk pengaktifan leukosit. Jumlah
sitokin yang dirilis oleh miosit yang hipoksia akan menyebabkan terjadinya kerusakan
permanen pada miosit secara in vitro dan dapat menyebabkan cedera langsung endotelium
serta kardiomiosit. [6]
Infark terjadi jika plak aterosklerotik mengalami fisur, ruptur, atau ulserasi, sehingga terjadi
trombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. [3]
Penyebab lain infark tanpa aterosklerosis koronaria antara lain emboli arteri koronaria,
anomali arteri koronaria kongenital, spasme koronaria terisolasi, arteritis trauma, gangguan
hematologik, dan berbagai penyakit inflamasi sistemik.[5]
1. Medical Education Division, Brookside Associates Ltd., 2008, Scrub, Gown, and Glove Procedure.
2. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007.
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna
Publishing; 2010.
4. Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta: EGC; 2007.
5. Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP. Braunwald’s Heart Disease : A textbook of Cardiovascular Medicine.
6. Vinten Jakob, Johansen., 2003. Involvement of neutrophils in the pathogenesis of lethal myocardial reperfusion
D. Faktor risiko
2.Jenis kelamin
Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki dua kali
lebih besar dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan
estrogen endogen yang bersifat protektif pada perempuan. Hal ini terbukti
insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setara dengan laki-
laki pada wanita setelah masa menopause.
3.Riwayat keluarga
Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu ayah usia <
55 tahun dan ibu < 65 tahun.
Yang dapat di
ubah:
1. Mayor
b.Hipertensi
c.Merokok
d.Konsumsi alkohol
e.Diabetes Melitus
2.Minor
b.Stress psikologik
c.Tipe kepribadian
Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Fasilitas
Pelayanan Primer. http://fk.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/PPK-
Dokter-di-Fasyankes-Primer.pdf. Diakses tanggal 19 Desember 2016
E. Patofisiologi
AMI terjadi ketika iskemia yang terjadi berlangsung cukup lama yaitu lebih
dari 30-45 menit sehingga menyebabkan kerusakan seluler yang ireversibel.
Bagian jantung yang terkena infark akan berhenti berkontraksi selamanya.
Iskemia yang terjadi paling banyak disebabkan oleh penyakit arteri koroner /
coronary artery disease (CAD). Pada penyakit ini terdapat materi lemak
(plaque) yang telah terbentuk dalam beberapa tahun di dalam lumen arteri
koronaria (arteri yang mensuplay darah dan oksigen pada jantung) Plaque dapat
rupture sehingga menyebabkan terbentuknya bekuan darah pada permukaan
plaque. Jika bekuan menjadi cukup besar, maka bisa menghambat aliran darah
baik total maupun sebagian pada arteri koroner.
Spasme yang terjadi bisa dipicu oleh beberapa hal antara lain: mengkonsumsi
obat-obatan tertentu; stress emosional; merokok; dan paparan suhu dingin yang
ekstrim Spasme bisa terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
aterosklerotik sehingga bisa menimbulkan oklusi kritis sehingga bisa
menimbulkan infark jika terlambat dalam penangananya. Letak infark
ditentukan juga oleh letak sumbatan arteri koroner yang mensuplai darah ke
jantung. Terdapat dua arteri koroner besar yaitu arteri koroner kanan dan kiri.
Kemudian arteri koroner kiri bercabang menjadi dua yaitu Desenden Anterior
dan arteri sirkumpeks kiri. Arteri koronaria Desenden Anterior kiri berjalan
melalui bawah anterior dinding ke arah afeks jantung. Bagian ini menyuplai
aliran dua pertiga dari septum intraventrikel, sebagaian besar apeks, dan
ventrikel kiri anterior. Sedangkan cabang sirkumpleks kiri berjalan dari koroner
kiri kearah dinding lateral kiri dan ventrikel kiri. Daerah yang disuplai meliputi
atrium kiri, seluruh dinding posterior, dan sepertiga septum intraventrikel
posterior.Selanjutnya arteri koroner kanan berjalan dari aorta sisi kanan arteri
pulmonal kearah dinding lateral kanan sampai ke posterior jantung. Bagian
jantung yang disuplai meliputi: atrium kanan, ventrikel kanan, nodus SA, nodus
AV, septum interventrikel posterior superior, bagian atrium kiri, dan permukaan
diafragmatik ventrikel kiri. Berdasarkan hal diatas maka dapat diketahui jika
infark anterior kemungkinan disebabkan gangguan pada cabang desenden
anterior kiri, sedangkan infark inferior bisa disebabkan oleh lesi pada arteri
koroner kanan. Berdasarkan ketebalan dinding otot jantung yang terkena maka
infark bisa dibedakan menjadi infark transmural dan subendokardial. Kerusakan
pada seluruh lapisan miokardiom disebut infark transmural, sedangkan jika
hanya mengenai lapisan bagian dalam saja disebut infark subendokardial. Infark
miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis akan
kehilangan daya kotraksinya begitupun otot yang mengalami iskemi
(disekeliling daerah infark).
F. Gejala Klinis
Nyeri dada penderita infark miokard serupa dengan nyeri angina tetapi lebih
intensif dan berlangsung lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan istirahat
ataupun pemberian nitrogliserin. Angina pektoris adalah “jeritan” otot jantung
yang merupakan rasa sakit pada dada akibat kekurangan pasokan oksigen
miokard. Gejalanya adalah rasa sakit pada dada sentral atau retrosentral yang
dapat menyebar ke salah satu atau kedua tangan, leher dan punggung. Faktor
pencetus yang menyebabkan angina adalah kegiatan fisik, emosi berlebihan dan
terkadang sesudah makan. Hal ini karena kegiatan tersebut mencetuskan
peningkatan kebutuhan oksigen. Namun, sakit dada juga sering timbul ketika
pasien sedang beristirahat.
Rasa nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat dingin
dan lemas. Pasien terus menerus mengubah posisinya di tempat tidur. Hal ini
dilakukan untuk menemukan posisi yang dapat mengurangi rasa sakit, namun
tidak berhasil. Kulit terlihat pucat dan berkeringat, serta ektremitas biasanya
terasa dingin
Pada fase awal infark miokard, tekanan vena jugularis normal atau sedikit
meningkat. Pulsasi arteri karotis melemah karena penurunan stroke volume
yang dipompa jantung. Volume dan denyut nadi cepat, namun pada kasus infark
miokard berat nadi menjadi kecil dan lambat. Bradikardi dan aritmia juga sering
dijumpai. Tekanan darah menurun atau normal selama beberapa jam atau hari.
Dalam waktu beberapa minggu, tekanan darah kembali normal.
Setiati, Siti. Dkk.2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi VI.
Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
G. Klasifikasi ANDRE
H. Tatalaksana
Inhibitor enzim pengubah angiotensin (ACE) (hari ke-2 atau ke_3) terutama
pada gagal jantung klinis, atau kerusakan fungsi ventrikel kiri yang signifikan
(MI anterior, pelepasan enzim dengan kadar tinggi, kerusakan ventrikel kiri
pada ekokardiografi) [1]
(sumber: pendoman tatalaksana sindrom koroner akut)
(sumber: pendoman tatalaksana sindrom koroner akut)
(sumber: pendoman tatalaksana sindrom koroner akut)
Nitrat. Keuntungan terapi nitrat terletak pada efek dilatasi vena yang
mengakibatkan berkurangnya preload dan volume akhir diastolic ventrikel kiri
sehingga konsumsi oksigen miokardium berkurang. Efek lain dari nitrat adalah
dilatasi pembuluh darah koroner baik yang normal maupun yang mengalami
aterosklerosis
Tatalaksana (stemi)
Control ketdaknyamanan
Morfin 2-4mg intravena, dapat diulang sampai 3 kali dengan jeda 5 menit
Terapi revaskularisasi
Jika tidak tersedia saraa intervensi koroner perekutan (IKP) atau tidak
mungkin mengerjakan IKP primer <2 jam.
Terapi Fibrinolisis
Waktu pemberian : efektifitas menurun dengan lamanya waktu, terutama
bila > 3 jam setelah onset
Indikasi : serangan <12 jam, elevasi segmen ST ≥ 0,1 mV (≥1 mm) dalam
2 lead berturut- turut atau adanya Left Bundle Branch Block (LBBB)
Kontraindikasi :
Relative : hipertensi berat dengan tekanan darah sistol > 180 atau diastol
> 110 mmHg, stroke iskemik, resutisasi kardiopulmonal yang lama > 10 menit,
trauma atau oprasi besar dalam 3 minggu terakhir; perdarahan interna dalam 2-4
minggu terakhir, noncompressible vascular puncture, kehamilan, menggunakan
antikoagulan.
Inteervensi koroner perkutan (IKP) : jika tersedia sarana ikp dan ikp bisa
dikerjakan <2 jam. Jika tidak bisa berikan fibrinolitik
Tienopiridin
Clopidogrel 300-600 mg
Prasugrel 60 mg
Lipid- lowering agent (jika LDL > 70-100 mg/dl, total cholesterol >135
mg/dl) :Atrovastatin 10-80 mg/ hari, rosuvastatin 20-40mg/hari.[1]
(sumber: penatalaksanaan di bidang ilmu penyakit dalam panduan praktik
klinis)
I. . Preventif
Pencegahan Primordial
Pencegahan Primer
b. Mengontrol tekanan darah. Banyak kasus tekanan darah tinggi tidak dapat
disembuhkan. Keadaan ini berasal dari suatu kecenderungan genetik yang
bercampur dengan faktor risiko seperti stress, kegemukan, terlalu banyak
konsumsi garam dan kurang gerak badan. Upaya pengendalian yang dapat
dilakukan adalah mengatur diet, menjaga berat badan, menurunkan stress dan
melakukan olahraga.
c. Berhenti merokok. Program-program pendidikan umum dan kampanye anti
merokok perlu dilaksanakan secara intensif di rumah sakit dan tempat umum
lainnya.
d. Aktivitas fisik. Manfaat melakukan akvifitas fisik dan olahraga bagi penyakit
jantung antara lain adalah perbaikan fungsi dan efisiensi kardiovaskular,
pengurangan faktor risiko lain yang mengganggu pembuluh darah koroner. Ada
dua jenis olahraga, yaitu olahraga aerobik dan olahraga anaerobik. Olahraga
aerobik adalah olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan
oksigen masih dapat dipenuhi tubuh. Sebagai contoh olahraga aerobik adalah
gerak jalan cepat, jogging, lari, senam, renang, dan bersepeda. Olahraga
anaerobik adalah olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi
seluruhnya oleh tubuh. Sebagai contoh angkat besi, lari sprint 100 M, tenis
lapangan, dan bulu tangkis.
Pencegahan Sekunder
a. Pemeriksaan Fisik
b. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa serum marker untuk Infark Miokard Akut, yaitu creatinekinase
(CK), CK isoenzim (CK-MB), serum glutamic oxaloacetic transaminase
(SGOT), lactic dehydrogenase (LDH) dan cardiac troponin (cTnI,cTnT). Enzim
CK meningkat dalam 4-8 jam dan menurun ke kadar normal dalam 2-3 hari
dengan kadar puncak pada 24 jam. , CK isoenzim (CK-MB) meningkat dalam
3-12 jam pertama dan mencapai puncak dalam 18-36 jam selanjutnya menjadi
normal setelah 3-4 hari. Sementara lactic dehydrogenase (LDH) meningkat pada
10 jam dengan kadar puncaknya tercapai dalam 24-28 jam kemabali normal
setelah 10-14 hari.
b.2. Elektrokardiografi
b.3. Ekokardiografi
b.5. Radioisotop
d. Pengobatan Infark Miokard Akut Infark Miokard Akut adalah keadaan gawat
karena dapat menyebabkan kematian yang mendadak. Penderita harus mendapat
penanganan segera (cepat) dan tepat. Segera dilakukan pemasangan infus dan
diberikan oksigen 21/menit dan penderita harus istirahat total serta dilakukan
monitor EKG 24 jam (di ICCU). Selain itu dilakukan pemberian obat seperti
analgetik (biasanya golongan narkotik diberikan secara intravena dengan
pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan), nitrat, aspirin, trombolitik
terapi, betablocker, ACE-inhibitor.
e. Revaskularisasi Koroner
Pencegahan Tersier
J. Komplikasi
Komplikasi
1. Disfungsi Ventrikular
Ventrikel kiri mengalami perubahan serial dalam bentuk ukuran, dan ketebalan
pada segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses ini disebut
remodelling ventricular yang sering mendahului berkembangnya gagal jantung
secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun pasca infark. Pembesaran ruang
jantung secara keseluruhan yang terjadi dikaitkan dengan ukuran dan lokasi
infark, dengan dilatasi terbesar pasca infark pada apeks ventrikel kiri yang
mengakibatkan penurunan hemodinamik yang nyata, lebih sering terjadi gagal
jantung dan prognosis lebih buruk. [3]
2. Gangguan Hemodinamik
Syok kardiogenik ditemukan pada saat masuk (10%), sedangkan 90% terjadi
selama perawatan. Biasanya pasien yang berkembang menjadi syok kardiogenik
mempunyai penyakit arteri koroner multivesel.[3]
Infark ventrikel kanan menyebabkan tanda gagal ventrikel kanan yang berat
(distensi vena jugularis, tanda Kussmaul, hepatomegali) dengan atau tanpa
hipotensi.[3]
6. Ekstrasistol ventrikel
J. Prognosis
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Tekanan darah : 80 / 60 mmHg
Nadi : 75x/menit
RR : 28x / menit
Suhu : 30°
Kepala
Mata
Bola mata : normal
Kelopak mata : normal
Konjungtiva : (-) anemis
Pupil : 3 mm, isokor
Sklera ikterik : (-)
Leher
JVP : 5+(-2)
Pemeriksaan Thorax
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis SIC V 1 jari medial LMCS
Palpasi : Teraba iktus koris SIC V 1 jari medial LMCS
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi :
Paru
Inspeksi : dinding dada simetris, otot bantu napas (+)
Palpasi : Fremitus taktil normal
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronki basa halus di basal pulmo (+/+)
pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus normal, bruit (-)
Perkusi : Timpani
Palpasi : Hepar tidak teraba, HJR tidak meningkat
Ekstremitas
Sianosis : (-)
Clubbing finger : (-)
Akral dingin : (+)
Saturasi O2 : 90%