BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk memahami
definisi, etiologi, epidemiologi, klasifikasi, pathogenesis, diagnosis dan
penatalaksanaan dari migren.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut International Headache Society (IHS) migren adalah nyeri
kepala vaskular berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam.
Nyeri biasanya sesisi (unilateral), sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya
sedang sampai berat, diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai dengan mual
dan atau muntah, fotofobia, dan fonofobia.3
2.2 Epidemiologi
Migraine dapat terjadi pada 18% dari wanita dan 6% dari pria
sepanjang hidupnya.Prevalensi tertinggi berada diantara umur 25-55 tahun.
Migraine timbul pada 11% masyarakat Amerika Serikat yaitu kira-kira 28
juta orang.4Prevalensi migraine ini beranekaragam bervariasi berdasarkan
umur dan jenis kelamin. Migraine dapat tejadi dari mulai kanak-kanak sampai
dewasa.Migraine lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan
anak perempuan sebelum usia 12 tahun, tetapi lebih sering ditemukan pada
wanita setelah pubertas, yaitu paling sering pada kelompok umur 25-44
tahun. Onset migraine muncul pada usia di bawah 30 tahun pada 80% kasus.
Migraine jarang terjadi setelah usia 40 tahun. Wanita hamil pun tidak luput
dari serangan migraine yang biasanya menyeang pada trimester I kehamilan.
Risiko mengalami migraine semakin besar pada orang yang mempunyai
riwayat keluarga penderita migraine.5
2.3 Etiologi
Penyebab pasti migraine tidak diketahui, namun 70-80% penderita
migraine memiliki anggota keluarga dekat dengan riwayat migraine juga.
Risiko terkena migraine meningkat 4 kali lipat pada anggota keluarga para
penderita migraine dengan aura.3,5 Namun, dalam migraine tanpa aura tidak
ada keterkaitan genetik yang mendasarinya, walaupun secara umum
menunjukkan hubungan antara riwayat migraine dari pihak ibu. Migraine
4
2.4 Klasifikasi
Menurut The International Headache Society (2013), klasifikasi migren
adalah sebagai berikut6:
1. Migraine tanpa aura
2. Migraine dengan aura
Migraine dengan tipikal aura
Tipical aura dengan sakit kepala
Tipical aura tanpa sakit kepala
Migraine dengan brainstem aura
Hemiplegic migraine
Familial hemiplegic migraine (FHM)
- Familial hemiplegic migraine type 1
- Familial hemiplegic migraine type 2
- Familial hemiplegic migraine type 3
- Familial hemiplegic migraine, other loci
Sporadic hemiplegic migraine
Retinal migraine
3. Chronic migraine
4. Complications of migraine
Status migrainosus
Persistent aura without infarction
Migrainous infarction
Migraine aura-triggered seizure
5. Probable migraine
Probable migraine without aura
Probable migraine with aura
5
2.5 Patofisiologi5,7
Teori vascular
Vasokontriksi intrakranial di bagian luar korteks berperan dalam
terjadinya migren dengan aura. Pendapat ini diperkuat dengan adanya nyeri
kepala disertai denyut yang sama dengan jantung. Pembuluh darah yang
mengalami konstriksi terutama terletak di perifer otak akibat aktivasi saraf
nosiseptif setempat. Teori ini dicetuskan atas observasi bahwa pembuluh
darah ekstrakranial mengalami vasodilatasi sehingga akan teraba denyut
jantung. Vasodilatasi ini akan menstimulasi orang untuk merasakan sakit
kepala. Dalam keadaan yang demikian, vasokonstriktor seperti ergotamin
akan mengurangi sakit kepala, sedangkan vasodilator seperti nitrogliserin
akan memperburuk sakit kepala.
1. Gangguan visual
2. Gangguan sensorik
3. Gangguan bicara dan atau bahasa
4. Gangguan motorik
5. Gangguan brainstream
6. Gangguan retinal
C. Setidaknya terdapat dua dari empat kriteria dibawah ini:
1. Paling sedikit satu gejala aura secara gradual ≥5menit, dan atau dua
atau lebih gejala aura yang terjadi secara berturut-turut.
2. Gejala aura terjadi 5-60 menit
3. Paling sedikit terdapat satu gejala aura yang unilateral
4. Gejala aura diikuti oleh sakit kepala yang terjadi selama 60 menit
D. Tidak berhubungan dengan klasifikasi migrain lain dan diagnossi TIA
disingkirkan.
Hemiplegic migraine
10
Retinal migraine
A. Sekurang-kurangnya 2 serangan memenuhi kriteria B dan C
B. Terdapat phenomena visual positif/negatif monokuler yang
reversibel penuh (skintilasi, skotama, atau kebutaan, yang
dikonfirmasi dengan pemeriksaan selama serangan atau penderita
menggambarkan adanya gambaran defek lapangan pandang
monokuler selama serangan.
C. Paling sedikit memenuhi dua dari tiga kriteria dibawah ini:
1. Serangan aura terjadi ≥ 5 menit
2. Serangan berakhir dalam 5-60 menit
3. Diikuti nyeri kepala yang terjadi dalam 60 menit
D. Tidak berhubungan dengan klasifikasi lain dan penyebab lain dari
amaurosis fugax dapat disingkirkan.
3. Chronic migraine
A. Sakit kepala terjadi ≥15 hari dalam satu bulan atau > 3 bulan dan
memenuhi kriteria B dan C
B. Terjadi paling sedikit lima serangan pada kriteria B-D mirgrain tanpa
aura dan atau kriteria B dan C migrain dengan aura.
C. Terjadi ≥ 8 hari dalam satu bulan selama > 3 bulan yang memenuhi
kriteria dibawah ini:
12
4. Komplikasi Migren
Status Migren
A. Serangan sakit kepala yang memenuhi kriteria B dan C
B. Adanya serngan pada pasien dengan kriteria migrain tanpa aura dan
atau migrain dengan aura, seperti serangan sebelumnya kecuali
lama serangannya.
C. Gambaran sakit kepala yang terjadi adalah:
1. Tidak hilang ≥ 72 jam
2. Nyeri kepala intensitas berat
D. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.
Migrenous Infark
A. Serangan migren yang memnuhi kriteria B dan C
B. Adanya serangan pada pasien dengan aura yang khas seperti
serangan sebelumnya kecuali satu atau lebih tanda-tanda aura yang
menetap >60 menit.
C. Pemeriksaan neuroimaging menunjukkan infark iskemia dengan
area yang sesuai.
D. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.
13
5. Probable migraine
A. Serangan nyeri kepala memenuhi semua kriteria A-D dari migren
tanpa aura atau salah satu dari kriteria A-C dari migren dengan aura.
B. Tidak berhubungan dengan gangguan lain.
Abdominal migraine
A. Sekurang-kurangnya 5 serangan memnuhi kriteria B-D
B. Nyeri abdominal paling sedikit memenuhi dua dari tiga kriteria:
1. Lokasi midline, periumbilikal, atau sulit terlokalisir
2. Nyeri tumpul
3. Intensitas sedang sampai dengan berat
C. Selama serangan, sekurang-kurangnya memenuhi dua dari
kriteria dibawah ini:
1. Anoreksia
2. Nausea
3. Muntah
4. Pucat
D. Serangan akan berakhir dalam 2-72 jam apabila tidak diterapi
atau terapi tidak berhasil.
E. Tidak terdapat gejala diantara dua serangan.
F. Tidak berhubungan dengan kelainan lain
2.7 PemeriksaanPenunjang
Dilakukan untuk menyingkirkan sakit kepala yang diakibatkan oleh
penyakit struktural, metabolik, dan kausa lainnya yang memiliki gejala
hampir sama dengan migraine. Selain itu, pemeriksaan laboratorium dapat
menunjukkan apakah ada penyakit komorbid yang dapat memperparah sakit
kepala dan mempersulit pengobatannya.
16
1. Pencitraan
CT scan dan MRI dapa dilakukan dengan indikasi tertentu, seperti:
pasien baru pertama kali mengalami sakit kepala, ada perubahan dalam
frekuensi serta derajat keparahan sakit kepala, pasien mengeluh sakit
kepala hebat, sakit kepala persisten, adanya pemeriksaan neurologis
abnormal, pasien tidak merespon terhadap pengobatan, sakit kepala
unilateral selalu pada sisi yang sama disertai gejala neurologis
kontralateral.
2. Pungsi Lumbal
Indikasinya adalah jika pasien baru pertama kali mengalami sakit
kepala, sakit kepala yang dirasakan adalah yang terburuk sepanjang
hidupnya, sakit kepala rekuren, onset cepat, progresif, kronik, dan sulit
disembuhkan. Sebelum dilakukan LP seharusnya dilakukan CT scan atau
MRI terlebih dulu untuk menyingkirkan adanya massa lesi yang dapat
meningkatkan tekanan intracranial.
2.8 Tatalaksana9
Tatalaksana pengobatan migren dapat dibagi kepada 4 kategori :
A. Langkah umum
B. Terapi abortif
C. Langkah menghilangkan rasa nyeri
D. Terapi preventif
A. Langkah Umum
Perlu menghindari pencetus nyeri, seperti perubahan pola tidur, makanan,
stress dan rutinitas sehari-hari, cahaya terang, kelap kelip, perubahan
cuaca, berada ditempat yang tinggi seperti gunung atau di pesawat udara.
B. Terapi Abortif
17
Jenis Obat
Analgetik/NSAIDs
Paracetamol Dosis : 500 – 1000 mg/6-8 jam
Aspirin Dosis: 650-1000 mg /4-6 jam,dosis maksimal
4 gr/hr
Kontraindikasi: gangguan /penyakit
perdarahan
Adverse reaction : GI upset
Ibuprofen Dosis : 400-800 mg/6 jam, dosis maksimal
2.4 gr/hari)
Kontraindikasi: Aspirin/NSAID-induced
asthma
Adverse react : Dizziness, rash, GI upset
Naproxen sodium Dosis: 275-550 mg/2-6 jam/hari, dosis
maksimal 1.5 gr/hari
Kontraindikasi : Aspirin/NSAID-induced
asthma
Adverse reaction : Dizziness, rash, pruritus,
18
GI upset
Ketorolac Dosis : 60 mg IM/ 15-30 menit/ 15-30 min
Dosis maksimal: 120 mg/hr. Tidak lebih dari
5 hari
Kontraindikasi: Aspirin induced asthma,
hamil, perdarahan serebrovaskular
Adverse react : Edema, drowsiness, dizziness,
GI upset
Diclofenac potasium Dosis: 50mg-100mg/d single dose
Kontraindikasi : asthma, gangguan hepar,
cardiac, renal, diuretic
Adverse react : dizziness, rash, peptic ulcer,
GI upset
Narkotik Analgetik
Meperidine Dosis : 50-150 mg IM or IV/ 3-4 jam
Kontra indikasi : hamil, menyusui, MAOI
Adverse react : Hipotensi, fatigue,
drowsiness, dizziness, vomiting, muscle
weakness, respiratory depression
Butophanol Dosis : spray (1 mg) sediaan nostril, dapat
diulang 1 jam lagi, Maksimal 4 spray/hr.
Penggunaan terbatas 2x seminggu
Kontraindikasi : gagal ginjal, hepar, pulmonal
Adverse react : Drowsiness
Adjuntive Therapy
Metoclopramide Dosis : 10 mg IV atau oral 20-30 min sebelum
atau bersamaan dengan pemberian analgetik,
NSAID, atau ergotamine derivative
Kontraindikasi : seizure disorder, GI bleeding,
GI obstruction
Adverse react : Restlessness, drowsiness,
muscle weakness, dystonic reaction
19
Jenis Obat
20
Triptans
Sumatriptan Dosis: 6 mg SC, dapat diulang dalam 1 jam,
dosis maksimal 12 mg/hr. 25 -100 mg oral /2
jam, dosis maks: 200 mg/hari
Max initial dose: 100 mg Intranasal: 5 -10 mg
(1-2 spray) pada satu nostril; dapat diulang
sesudah 2 jam, dosis maksimal 40 mg/hari
D. Terapi preventif
Prinsip umum terapi preventif :
1) Mengurangi frekuensi berat dan lamanya serangan
2) Meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan
3) Meningkatkan aktivitas sehari-hari, serta pengurangan disabilitas
Pemakaian obat :
Dosis rendah yang efektif dinaikkan pelan-pelan (start low go slow)
sampai dosis efektif. Efek klinik tercapai setelah 2-3 bulan
Pendidikan terhadap penderita :
Teratur memakai obat, perlu diskusi rasional tentang pengobatan, efek
samping.
Evaluasi : “Headache diary” merupakan suatu “gold standart” evaluasi
serangan, frekuensi, lama, beratnya serangan, disabilitas dan respon
obat
Kondisi penyakit lain : Pedulikan kelainan yang sedang diderita
seperti stroke, infark myocard, epilepsi dan ansietas, penderita hamil
(efek teratogenik), hati-hati interaksi obat-obat.
bradikardi, hipotensi,
konstipasi
(verapamil), nausea,
edema, nyeri kepala,
ekstrapyramidal
Serotonin receptor
antagonis
Methysergide 2 mg tiap malam, naik Retroperitoneal,
secara gradual tid cardiac and
(max 8mg/hr) pulmonary fibrosis
Pizotyline (pizotifen) 0.5 mg tiap malam, Weight gain, fatigue
naik secara gradual tid
(max 3-6 mg/hr)
Tricyclic analgesics
Amitriptiline 10-150 mg tiap malam Mulut kering,
Nortriptiline 10-150 mg tiap malam konstipasi, weight
gain, drowsiness,
reduced seizure
threshold,
cardiovascular effects
Anti-epileptik
Divalproex 500-1500 mg/d Nausea, tremor,
Sodium valproate 500-1500 mg/d weight gain, alopecia,
Valproic acid 500-1500 mg/d increased liver
enzyme levels
Gabapentin 900-1800 mg/hr dosis Dizzines, fatique,
max 2400 mg/hr ataxia, nausea, tremor
Topiramate Dosis Initial 25mg/hr Paresthesia, weight
dinaikkan 25 loss, memory
mg/minggu impairment, dizziness
Maintenance 100
mg/12 jam
25
2.9 Prognosis
Untuk banyak orang, migraine dapat remisi dan menghilang secara utuh
pada akhirnya, terutama karena faktor penuaan/usia. Penurunan kadar
estrogen setelah menopause bertanggungjawab atas remisi ini bagi
26
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA