Anda di halaman 1dari 28

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Identitas responden

Karakteristik identitas responden merupakan profil terhadap obyek penelitian


yang dapat memberikan hasil penelitian mengenai kehidupan para petani,
maka dari itu obyek penelitian kali ini ialah warga yang berprofesi sebagai
petani di Desa Gunungrejo, Kecamatan Wai Ratai, Kabupaten Pesawaran
yang berjumlah 15 orang. Untuk penentuan sempel ini, responden
dikelompokkan menurut deskripsi responden berdasarkan umur, jumlah
anggota keluarga, tingkat pendidikan, tanggungan responden, status lahan
responden, dan modal. Oleh karena itu untuk lebih jelasnya dapat disajikan
dengan uraian mengenai deskripsi identitas responden sebagai berikut.

3.11. Umur Responden

Umur atau usia responden adalah lamanya tahun yang dilalui oleh
responden dihitung berdasarkan akte kelahiran atau peristiwa penting.
Proporsi identitas responden berdasarkan umur dapat menggambarkan
tingkat pengalaman, kedewasaan pola pikir, dan kemampuan
responden. Dari hasil survei kami pada Desa Gunungrejo kami
mendapatkan beberapa macam data dari 15 responden yang kami
wawancarai. Salah satu data yang kami dapatkan ialah umur atau usai
responden.
Berikut merupakan gambar presentase identitas dari 15 responden
menurut kelompok umur di Desa Gunungrejo, Kecamatan Wai Ratai,
Kabupaten Pesawaran :

Presentase Umur Dari 15 Responden Di Desa


Gunungrejo

13%
7% 47% 27-42 Tahun
43-53 Tahun
33% 54-64 Tahun
65 Tahun atau lebih

Gambar 2. Umur petani responden di Desa Gunungrejo

Pada Gambar 2 di atas menunjukkan dominasi usia responden berada


pada usia 27--43 tahun dengan presentase 47 persen dan jumlah terkecil
berada pada umur 54--64 tahun dengan presentase 7 persen, sedangkan
untuk responden yang berumur lebih dari 65 tahun berada pada
presentase 13 persen. Walaupun presentase jumlah responden yang
berumur 65 tahun cukup banyak namun dari keseluruhan responden
yang kami wawancarai dapat disimpulkan bahwa responden yang
berada di Desa Gunungrejo merupakan responden yang berdapa pada
usia produktif yaitu sebanyak 87 persen dan usia non produktif
sebanyak 13 persen. Usia produktif adalah sekelompok usia yang
berada pada kisaran 15 tahun sampai 64 tahun yang mana usia tersebut
merupakan usia untuk orang-orang yang mampu melakukan pekerjaan
dengan baik atau orang-orang yang masih dapat bekerja dengan baik
untuk menghasilkan suatu barang dan jasa.
3.1.2. Pendidikan Responden

Pendidikan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam kehidupan


karena pendidikan adalah salah satu komponen yang dapat memajukan
suatu bangsa serta dapat membuat suatu bangsa atau tempat yang ia
tinggali mengalami perkembangan yang lebih baik. Pendidikan
responden adalah tingkat pendidikan yang diambil dari tingkat
pendidikan terakhir responden dan diukur secara nominal.

Berikut merupakan gambar presentase pendidikan dari 15 responden di


Desa Gunungrejo, Kecamatan Wai Ratai, Kabupaten Pesawaran :

Presentase Pendidikan Dari 15 Responden Di Desa


Gunungrejo

7%
20% 27%
SMA
SMP
SD
46% TIDAK SEKOLAH

Gambar 3. Tingkat pendidikan petani responden di Desa Gunungrejo

Pada gambar 3 di atas menunjukan bahwa masih terdapat cukup banyak


responden yang berpendidikan hingga sekolah menangah pertama
(SMP). Jika dilihat dari gambar di atas, persentase tertinggi pendidikan
dari 15 responden di desa Gunungrejo adalah sampai SMP yaitu
mencapai 46 persen sedangkan yang paling sedikit yaitu responden
yang tidak mengenyam pendidikan sekitar 7 persen. Hal tersebut
menunjukan bahwa pendidikan di bangku sekolah yang didapatkan oleh
petani masih kurang dan ini dapat mempengaruhi proses pengelolaan
usahatani dari mulai penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk,
penggunaan teknologi maupun penggunaan lahan yang maksimal.

3.1.3. Tanggungan Responden

Tanggungan responden adalah beban yang menjadi tanggung jawab


oleh responden tersebut. Jika kita lihat dalam kehidupan petani, tujuan
utama dari usahatani ialah untuk memenuhi kebutuhan hidup baik itu
kebutuhan hidupnya sendiri ataupun kebutuhan hidup keluarganya,
kemudian tujuan selanjutnya yaitu untuk mendapatkan untung yang
sebesar-besarnya dan dengan biaya yang serendah-rendahnya. oleh
karena itulah kuntungan yang biasa didapat oleh petani akan dijadikan
sebagai pemenuhan tanggungan mereka ataupun dijadikan sebagai
simpanan untuk memenuhi tanggungan yang akan datang.

Keluarga adalah komponen yang tersusun dari orang-orang yang terjadi


karena adanya ikatan perkawinan, ikatan darah, ataupun adopsi.
Tanggungan keluarga adalah beban yang menjadi tanggung jawab
kepala keluarga atapun beban yang menjadi tanggung jawab anggota
keluarga yang merupakan keseluruhan anggota keluarga yang memiliki
beban hidup responden. Anggota keluarga dapat berfungsi sebagai
tenaga kerja dalam keluarga.

Berikut merupakan gambar presentase tanggungan dari 15 responden di


Desa Gunungrejo, Kecamatan Wai Ratai, Kabupaten Pesawaran :
Presentase Tanggungan Dari 15 Responden Di Desa
Gunungrejo

13%
27%

0-2 Tanggungan
3-4 Tanggungan
60% 5-7 Tanggungan

Gambar 4. Presentase tanggungan 15 responden di Desa Gunungrejo

Gambar 4 di atas menunjukkan jumlah tanggungan keluarga di Desa


Gunungrejo sebagian besar berada pada interval 3--4 orang, sedangkan
jumlah tanggungan petani responden paling sedikit pada interval 0--2
orang. Dari gambar ini juga terlihat bahwasannya masih banyak petani
yang belum mengikuti program pemerintah yaitu program keluarga
berencana (KB). Jumlah tanggungan keluarga merupakan potensi
tenaga kerja usahatani yang produktif, namun sebaliknya dapat pula
sebagai beban bagi keluarga apabila tenaga tersebut bukan tenaga kerja
produktif.

3.1.4. Status Lahan

Lahan merupakan lingkungan fisis seperti tanah, air, iklim dan


lingkungan biotik seperti tumbuhan, hewan, serta manusia yang
berkaitan dengan daya dukungnya terhadap kehidupan dan
kesejahteraan hidup manusia. Kata lahan mungkin sudah tidak asing
lagi dengan para petani, lahan merupakan modal awal para petani untuk
melakukan berbagai macam kegiatan seperti berkebun, berladang
ataupun untuk membuat kolam ternak ikan. Karena sebab itulah status
atau kepemilikan sumberdaya lahan sangatlah penting dalam
meningkatkan taraf hidup para petani. Status lahan adalah informasi
yang menggambarkan kepemilikan lahan yang diklasifikasikan menjadi
hak negara, hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak milik
adat, hak pakai tanah. Dari hasil wawancara kami kepada responden di
Desa Gunungrejo kebanyakan dari mereka menggarap lahan yang status
kepemilikannya adalah milik sendiri, namun ada 1 petani yang status
lahannya adalah sewa. Pada umumnya untuk pembayaran sewa lahan
dilakukan pada saat pasca panen dan jarang sekali mereka
menggunakan uang rupiah untuk proses pembayaran, mereka biasanya
menggunakan hasil panen yang mereka dapatkan untuk membayarnya.

Berikut merupakan gambar presentase status lahan hak milik dan lahan
sewa dari 15 responden di Desa Gunungrejo, Kecamatan Wai Ratai,
Kabupaten Pesawaran :

Presentase Status Lahan Dari 15 Responden Di


Desa Gunungrejo (Hak Milik)

6
5
4
3 Presentase Status Lahan
Responden (Hak Milik)
2
1
0
> 2 Ha 1,5-2 0,9-1,4 0,3-0,8 < 0,2
Ha Ha Ha Ha

Gambar 5. Status lahan responden (hak milik) di Desa Gunungrejo

Gambar 5 di atas, menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki petani


responden di Desa Gunungrejo yang digunakan untuk mengembangkan
usahatani perkebunan ataupun ladang sebagian besar luas tanahnya
antara 0,3--0,8 Ha, yaitu sekitar 6 responden. Sedangkan untuk
presentase luas tanah >2 Ha dan 1,5--2 Ha adalah sama yaitu hanya
memiliki 1 responden masing-masing.

Presentase Status Lahan Dari 15 Responden Di


Desa Gunungrejo (Sewa)

1.5

1 Presentase Status Lahan


Responden (Sewa)
0.5

0
> 2 Ha 1,5-2 0,9-1,4 0,3-0,8 <0,3
Ha Ha Ha

Gambar 6. Status lahan responden (sewa) di Desa Gunungrejo

Gambar 6 diatas menunjukkan bahwa 15 responden di Desa


Gunungrejo yang telah diwawancarai hanya terdapat 2 responden yang
memiliki lahan sewa <0,3 Ha, lahan tersebut pun ada yang digunakan
sebagai tempat penanaman bibit dan ada juga yang dijadikan sebagai
ladang/tegal.

3.1.5. Sumber Modal

Modal adalah salah satu faktor produksi dalam usahatani yang


mempunyai peran penting di dalamnya. Modal juga dijadikan tolak
ukur dalam usaha yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan.
Sumber modal yang diperoleh oleh petani beragam, baik itu modal
milik sendiri, dari keluarga, ataupun dari hasil meminjam. Sumber
modal adalah modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri
atau perusahaan.

Berikut merupakan gambar presentase sumber modal 15 responden


menurut kelompok umur di Desa Gunungrejo, Kecamatan Wai Ratai,
Kabupaten Pesawaran :

Presentase Asal Modal Dari 15 Responden Di Desa


Gunungrejo (orang)
100%
90%
80%
70%
60%
50%
Jumlah (orang)
40%
30%
20%
10%
0%
Modal sendiri Pinjaman

Gambar 7. Presentase Modal di Desa Gunungrejo

Gambar 7 di atas menunjukan bahwa petani responden menggunakan


modal yang berasal dari modal sendiri dengan presentasi sebanyak 100
persen. Karena dalam segi ekonomi, Desa Gunungrejo mempunyai
perekonomian yang dapat dibilang cukup baik.Dengan demikian petani
tersebut sudah memiliki modal yang cukup untuk membiayai usahatani
mereka.
3.2. Usahatani

Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang


mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada
waktu tertentu.Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber
daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.1

Sedangkan menurut Kadarsan (1993), Usahatani adalah suatu tempat dimana


seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi
seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi
untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.2 Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau
mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif
pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu
adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen

Desa yang dipilih untuk dilakukannya penelitian usahatani kali ini ialah Desa
Gunungrejo, Kecamatan Wai Ratai, Kabupaten Pesawaran . Di desa ini
terdapat berbagai macam usahatani yang digeluti oleh masyarakat tersebut,
hingga saat ini perkembangannya pun berjalan cukup baik. Sebagian besar
masyarakat desa Gunungrejo menggeluti usahatani dibidang bercocok tanam
dan terdapat pula beberapa masyarakat yang berbudidaya ikan namun
memang tidak banyak dibandingkan yang bercocok tanam. Dari hasil
pengamatan kami selama di Desa Gunungrejo kami mendapat hasil sebagai
berikut yang kami rincikan untuk 4 wilayah pekon di Desa Gunungrejo.

1
Agustina Shinta, ILMU USAHATANI (Malang: UB press, 2011) hlm. 1. Diakses 29 Januari 2018,
pukul 15:17 WIB.

2
Kadarsan. 1993. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
3.2.1. Dusun 3 ( Gunungrejo 1 )

Di Dusun Gunungrejo 1 terdapat 1 pola usahatani yaitu pola usahatani


lahan kering. Contoh usahatani lahan kering adalah ladang, tegal, dan
pekarangan. Menurut hasil wawancara yang telah kami lakukan kepada
beberapa kepala rumah tangga yang ada di Dusun Gunungrejo 1, bahwa
hampir semuanya memiliki usahatani. Seperti petani cabe, jagung,
kakao, kemiri, dan pala. Selain bertani beberapa dari mereka ada yang
memiliki ternak seperti ternak ayam, sapi, dan ternak ikan, baik itu ikan
lele, gurami, ataupun nila. Cara penyusunan tanaman yang dilakukan
oleh petani di Dusun Gunungrejo 1 beragam, umumnya petani di Dusun
Gunungrejo 1 menerapkan cara penyusunan tanaman pada usahatani
mereka yaitu tumpang sari untuk lahan low land,namun ada juga petani
yang cara penyusunan tanamannya dengan cara monokultur pada lahan
up land. Rata-rata lahan yang dimiliki para petani yang ada di Dusun
Gunungrejo 0,6 Ha , namun ada beberapa warga yang memiliki lahan
lebih dari 1 Ha. Pada umumnya status tanah yang diusahakan oleh
petani di Dusun Gunungrejo 1 adalah tanah milik pribadi, selain itu ada
juga tanah sakap atau tanah bagi hasil. Mengenai cara pembagian hasil
tergantung kepada kesepakatan petani dengan pemilik tanah tersebut.
Lahan usahatani petani di Dusun Gunungrejo 1 pada umumnya
memiliki persil, tanah atau lahan yang mereka miliki terletak pada
berbeda lokasi.

Pada Dusun Gunungrejo 1, terdapat 3 responden yang kami


wawancarai. Dari 3 responden tersebut jenis tanamanan yang mereka
tanam seperti cabe, jagung, kakao, kemiri, dan pala. Sedangkan untuk
pupuk, umumnya petani menggunakan pupuk urea, mutiara, NPK, TSP,
dan kompos. Para petani di Dusun Gunungrejo 1 rata-rata pergi ke
lokasi usahataninya atau lahan dengan mengendarai sepeda motor.
Petani di Dusun Gunungrejo umumnya berangkat ke ladang pukul
08.30--11.00 WIB , namun bila ada kegiatan mereka di ladang yang
belum selesai, mereka lembur hingga pukul 15.00 WIB. Biasanya
petani lembur pada saat musim tanam dan panen raya. Para petani di
Dusun Gunungrejo 1 umumnya menggarap lahannya hanya sendiri atau
dibantu oleh keluarga kecuali pada saat musim tanam dan panen raya,
mereka membayar upah kepada petani yang lain untuk ikut membantu.
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 2--5 orang

3.2.2. Dusun 4 ( Gunungrejo 2 )

Dusun Gunungrejo 2 terdapat 1 pola usahatani yaitu pola usahatani


lahan kering. Dari hasil survei yang telah kami lakukan di Dusun
Gunungrejo 2, kami dapat menemukan 1 pola tersebut. Menurut hasil
wawancara yang telah kami lakukan kepada beberapa responden di
Dusun Gunungrejo 2, bahwa hampir semuanya memiliki usahatani.
Jenis tanaman yang ditanam ialah cabe, jagung, kakao, dan rempah-
rempahan. Selain bertani beberapa dari mereka ada yang memiliki
ternak seperti ternak ayam. Pada responden yang kami wawancarai,
cara penyusunan tanaman yang dilakukan oleh petani di Dusun
Gunungrejo 2 beragam, umumnya petani di Dusun Gunungrejo 2
menerapkan cara penyusunan tanaman pada usahatani mereka yaitu
tumpang sari untuk lahan low land,namun ada juga petani yang cara
penyusunan tanamannya dengan cara monokultur pada lahan up land.
Rata-rata lahan yang dimiliki para responden yang kami wawancarai di
Dusun Gunungrejo 2 sekitar 1,1 Ha, namun menurut responden yang
kami wawancarai, ada beberapa warga yang memiliki lahan lebih dari 2
hektar. Pada umumnya status tanah yang diusahakan oleh petani di
Dusun Gunungrejo 2 adalah tanah milik pribadi, yang didapatkan dari
hasil membeli.

Penggunaan pupuk di Dusun Gunungrejo 2 biasanya menggunakan


pupuk urea dan NPK. Sedangkan hama yang biasa di hadapi petani di
Dusun Gunungrejo 2 ialah wereng dan ulat buah. Dari hasil wawancara
juga responden menyatakan mereka menggunakan insektisida untuk
membunuh hama namun ada juga responden yang membiarkan saja
hama tersebut dikarenakan biaya yang kurang mencukupi.

3.2.3. Dusun 5 ( Kaliawi )

Dusun Kaliawi merupakan dusun yang mempunyai 1 pola usahatani


lahan kering. Contoh usahatani lahan kering adalah ladang, tegal, dan
pekarangan. Menurut hasil wawancara yang telah kami lakukan kepada
beberapa responden yang ada di Dusun Kaliawi, bahwa hampir
semuanya memiliki usahatani. Seperti petani bawang, cabe, cengkeh,
kakao, kopi, dan pala. Selain bertani beberapa dari mereka ada yang
memiliki ternak seperti ternak ayam, kambing, dan ternak ikan lele.
Cara penyusunan tanaman yang dilakukan oleh petani di Dusun Kaliawi
ada 2 jenis, umumnya petani di Dusun Kaliawi menerapkan cara
penyusunan tanaman pada usahatani mereka yaitu tumpang sari untuk
lahan low land,namun ada juga petani yang cara penyusunan
tanamannya dengan cara monokultur pada lahan up land. Rata-rata
lahan yang dimiliki para para responden yang kami wawancarai di
Dusun Kaliawi sekitar 0,9 hektar, namun ada beberapa warga yang
memiliki lahan lebih dari 3 hektar. Pada umumnya status tanah yang
diusahakan oleh petani di Dusun Kaliawi adalah tanah milik pribadi
yang didapat dari warisan ataupun dari membeli tanah orang lain.
Selain itu ada juga tanah sewa. Untuk tanah sewa cara pembayaran
tergantung kepada kesepakatan petani dengan pemilik tanah tersebut.
Lahan usahatani petani di Dusun Kaliawi umumnya memiliki beberapa
persil serta tanah atau lahan yang mereka miliki terletak pada lokasi
yang sedikit jauh.
Setiap petani menggunakan peralatan untuk menjalankan kegiatan
usahatani. Adapun peralatan yang umum digunakan adalah cangkul,
golok, sprayer, gathul, dan arit. Untuk pupuk, umumnya responden di
Dusun Kaliawi menggunakan pupuk urea, NPK, TSP dan kompos.
Sedangkan untuk obat-obatan pada tanaman, para petani disana
biasanya menggunakan pestisida biokron, phscormite, dan lain-lain
yang mereka beli di Pasar Anglo. Di Dusun Kaliawi juga para petani
rata-rata pergi ke lahan atau ke lokasi usahataninya dengan
mengendarai sepeda motor. Untuk jam keberangkatan kerja, para petani
yang kami wawancarai di Dusun Kaliawi umumnya berangkat ke
ladang pada pukul 08.00-11.00 WIB, namun bila ada kegiatan mereka
di ladang yang belum selesai, mereka lembur hingga pukul 14.00 WIB.
Biasanya petani lembur pada saat musim panen raya

3.2.4. Dusun 6 ( Candi Sari 2 )

Dusun Candi Sari 2 hanya terdapat 1 pola usahatani yaitu pola


usahatani lahan kering. Dari hasil survei yang telah kami lakukan di
Dusun Candi Sari 2, kami dapat menemukan 1 pola tersebut. Menurut
hasil wawancara yang telah kami lakukan kepada beberapa responden
di Dusun Candi Sari 2, bahwa hampir semuanya memiliki usahatani.
Seperti petani bawang, cabe, jagung, kacang, kakao, kencur, sawi dan
terong. Selain bertani beberapa dari mereka ada yang memiliki ternak
seperti ternak ayam, kambing dan ternak ikan lele ataupun ikan nila.
Pada responden yang kami wawancarai, cara penyusunan tanaman yang
dilakukan oleh petani di Dusun Candi Sari 2 beragam, umumnya petani
di Dusun Candi Sari 2 menerapkan cara penyusunan tanaman pada
usahatani mereka yaitu tumpang sari untuk lahan low land,namun ada
juga petani yang cara penyusunan tanamannya dengan cara monokultur
pada lahan up land. Rata-rata lahan yang dimiliki para responden yang
kami wawancarai di Dusun Candi Sari 2 sekitar 0,9 Ha, namun
menurut responden yang kami wawancarai, ada beberapa warga yang
memiliki lahan lebih dari 3 Ha. Pada umumnya status tanah yang
diusahakan oleh petani di Dusun Candi Sari 2 adalah tanah milik
pribadi, yang didapatkan dari hasil membeli namun ada juga yang
berasal dari warisan orang tuanya.

Penggunaan pupuk di Dusun Candi Sari 2 biasanya masyarakat


menggunakan pupuk urea, NPK dan kompos. Sedangkan hama yang
biasa di hadapi petani di Dusun Gunungrejo 2 ialah wereng dan ulat
buah. Dari hasil wawancara juga responden menyatakan mereka
menggunakan insektisida untuk membunuh hama namun ada juga
responden yang membiarkan saja hama tersebut dikarenakan biaya yang
kurang mencukupi.

3.2.5. Keragaman Usahatani

Budidaya usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang


terdapat ditempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian.
Usahatani merupakan sebuah langkah untuk menghasilkan pendapatan
di bidang pertanian dengan menggunakan faktor– faktor produksi yang
seefektif dan seefisien mungkin selain itu diperlukan juga
pengorganisasian sarana produksi pertanian dan teknologi yang ada
dalam sektor pertanian. Keragaman usahatani dipengaruhi oleh umur,
pendidikan, jumlah tanggungan, status lahan dan sumber modal. Jika
semua aspek tersebut sudah terpenuhi semua kegiatan dalam usahatani
akan berjalan dengan lancar. Aspek yang pertama yaitu umur petani,
aspek ini akan mempengaruhi kegiatan usahatani karena semakin
bertambahnya umur petani maka ketahanan tubuh petani akan
berkurang. Aspek yang kedua yaitu pendidikan, pada aspek ini sumber
daya manusia yang menjadi tolak ukur karena bagaimana cara petani
tersebut mengolah usahatani yang efektif dan efesien seperti pada
penggunaan teknologi pada usahatani semakin tinggi pendidikan maka
penggunaan teknologi semakin canggih seperti penggunaan bajak dan
pengairan yang menggunakan pompa air untuk mengairi sawah. Aspek
yang ketiga adalah jumlah tanggungan dimana petani akan memenuhi
semua tanggungan keluarganya dari hasil usahatani tersebut atau dari
usaha yang lain. Aspek yang keempat adalah status lahan, dimana
lahan juga berpengaruh terhadap keuntungan yang didapat oleh petani,
semakin luas lahan yang ia garap maka semakin banyak pula
keuntungan yang akania peroleh. Aspek yang kelima adalah sumber
modal yang dapat dikatakan pondasi awal dari kegiatan usahatani
karena dari proses pembibitan sampai perawatan memerlukan biaya
yang asalnya dari sumber modal tersebut.

3.2.5.1. Budidaya Usahatani

Budidaya usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber


alam yang terdapat ditempat itu yang diperlukan untuk
produksi pertanian. Dari hasil wawancara kami pada responden
di Desa Gunungrejo, para petani melakukan budidaya tanaman
dengan melakukan penanaman benih yang berasal dari benih
tanaman sendiri ataupun benih yang dibeli di tokoh pertanian.
selain penanaman benih, petani juga mempunyai aktivitas
tersendiri yaitu untuk meningkatkan budidaya usahatani
tersebut, pada tanaman lama, seperti tanaman kakao aktivitas
usahatani mereka dalam sehari-hari yaitu melakukan
perawatan pada tanaman kakao seperti ngeranting,
membersihkan gulma, memberi pupuk tanaman dan memberi
obat-obatan pada tanaman agar tidak terkena penyakit serta
melakukan panen agar dapat meningkatkan usahatani.
Sedangkan untuk tanaman baru seperti tanaman cabe, para
petani juga melakukan aktivitas usahatani seperti pemilihan
benih yang unggul, penanaman benih, perawatan, pembersihan
gulma, pemupukan, dan pemanen yang teratur.
3.2.5.2. Teknik Usahatani

Teknik Budidaya Usahatani adalah proses menghasilkan bahan


pangan serta produk-produk agroindustri dengan
memanfaatkan sumberdaya yang ada. di Desa Gunungrejo
menggunakan para petani menggunakan berbagaimacam
teknik penanaman. Contoh jenis penanamannya ialah
monokultur atau pertanaman tunggal yaitu salah satu cara
budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis
tanaman pada satu areal, jenis tanaman tumpang sari yaitu
suatu bentuk pertanaman campuran berupa pelibatan dua jenis
atau lebih tanaman pada satu areal lahan dalam waktu yang
bersamaan atau agak bersamaan. Jarak penanaman di desa
Gunungrejo yaitu untuk tanaman cabe sekitar 30 cm,
sedangkan untuk tanaman kakao sekitar 9 m2 .

3.2.5.3. Rotasi Tanaman

Rotasi tanaman adalah salah satu sistem budidaya tanaman


dengan cara menggilir atau menanam lebih dari satu jenis
tanaman yang berbeda dalam waktu yang tidak bersamaan.
Rotasi tanaman memiliki banyak keunggulan. Pada beberapa
sistem budidaya tanaman organik, rotasi tanaman sangat
direkomendasikan. Beberapa keunggulan rotasi tanaman
adalah mampu mengurangi intensitas serangan hama atau
penyakit dan meningkatkan kesuburan tanah.

Survei yang dilakukan di Desa Gunungrejo terhadap 15


responden menunjukkan bahwa di Desa Gunungrejo terdapat
pola tanam baik itu tanaman cabe dan jagung, berikut tabel
rotasi penanaman cabe dan jagung :
Tabel 2. Rotasi tanaman cabe dan bawang

Jenis Bulan tahun 2016/2017


tanaman 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Cabe  
Bawang   

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa pananaman cabe dilakukan


pada bulan februari, maret, april dan selang 2 bulan
penanaman dilakukan kembali selama 3 bulan. Sedangkan
untuk tanaman bawang dilakukan penanaman selama 2 bulan.

3.2.5.4. Sarana Produksi Pertanian

Sarana produksi merupakan bahan yang menentukan di dalam


budidaya usahatani. Pada Desa Gunungrejo umumnya sarana
produksi yang digunakan dalam usahatani adalah Cangkul,
golok, Sprayer, Gathul, arit, dan galah. Sedangkan untuk
sarana pengairan biasanya petani menggunakan mata air yang
ada di Desa Gunungrejo tersebut. Sedangkan untuk sarana
transportasi, para petani di Desa Gunungrejo hampir semuanya
menggunakan sepeda motor.

3.2.5.5. Produksi dan penerimaan

Hasil produksi yang dihasilkan oleh petani sebagian besar


digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri seperti untuk
pangan, namun apabila terdapat kebutuhan dalam bentuk
materi yang tidak bisa tercukupi sebagian besar dari mereka
menjual hasil produksi tanamanya ke tengkulak contoh hasil
tanaman yang dijual oleh para petani yaitu cabe, jagung, dan
kakao. Berdasarkan hasil wawancara kami kepada responden,
mereka mengatakan bahwa hasil produksi tanaman yang
mereka hasilkan ada 2 kegunaan, yang pertama hanya untuk
keperluan konsumsi rumah tangga, seperti tanaman yang
ditanam di pekarangan rumah. Sedangkan yang kedua adalah
hasil produksi tanaman untuk dijual seperti hasil produksi
kakao.

Berikut merupakan gambar presentase jumlah produksi per


tahun dari 15 responden di Desa Gunungrejo, Kecamatan Wai
Ratai, Kabupaten Pesawaran :

Jumlah Produksi Hasil Usahatani per tahun


dari 15 responden Di Desa Gunungrejo
( kwintal)

Pisang
Pala
Kopi
Kacang Tanah Jumlah Produksi per
Kakao tahun dari 15
responden ( kwintal)
Jagung
Cengkeh
Cabe

0 50 100 150 200

Gambar 8. Gambar jumlah produksi per tahun 15 responden

Gambar 8 di atas menunjukkan bahwa produksi per tahun dari


15 responden Di Desa Gunungrejo adalah buah pala, pisang,
kopi, kacang tanah, kakao, jagung, cengkeh, dan cabe. Dari
hasil perhitungan didapatlah jumlah yang paling tertinggi ialah
produksi kopi sebesar 170.75 kwintal atau 17,075 kg, biasanya
kopi dijual langsung ke tengkulak dalam keadaan 1 hari
dikeringkan, sedangkan jumlah produksi terkecil ialah hasil
produksi pisang yang berkisar sekitar 1,515 kwintal atau 1,515
kg.

3.3. Pengolahan/Agroindustri

Menurut Soeharjo Agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan karena


itu agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yang
disepakati selama ini yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan
peralatan , usaha tani, pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran, sarana dan
pembinaan.3

Agroindustri yang terdapat di desa Lugusari memanfaatkan hasil pertanian


seperti gabah, kedelai, singkong dan cabai jawa sebagai bahan baku.
Kemudian mengolahnya menjadi sebuah produk baru. Kegiatan agroindustri
ini berpengaruh pada pertambahan pendapatan karena dengan dilakukannya
pengolahan bahan baku, berakibat pada naiknya nilai jual komoditas tersebut.

Sistem agribisnis adalah bentuk moderen dari pertanian primer yang paling
sedikit mencakup empat subsistem, yaitu :

(1). Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness) yaitu kegiatan


ekonomi yang menghasilkan dan memperdagangkan sarana produksi
pertanian primer, seperti industri pupuk, obat-obatan, bibit/benih, alat
dan mesin pertanian, dan lain – lain.
(2). Subsistem usahatani (on-farm agribusiness) yang dimasa lalu disebut
sektor pertanian primer.

3
Soeharjo, 1991. Konsep dan Ruang Lingkup Agroindustri dalam Kumpulan Makalah Seminar
Agribisnis. Buku I. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB.
Bogor.
(3). Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) yaitu kegiatan
ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan
baik dalam bentuk yang siap untuk dimasak atau disaji atau siap untuk
dikonsumsi beserta kegiatan perdagangan di pasar domestik dan
internasional.
(4). Subsistem jasa layanan pendukung seperti lembaga keuangan dan
pembiayaan, transportasi, penyuluhan dan layanan informasi agribisnis,
penelitian dan pengembangan, kebijakan pemerintah, asuransi agribisni,
dan lain-lain.

Berikut gambar sistem agribisnis dengan beberapa subsistemnya secara


lengkap dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 9. Sistem agribsnis4

3.3.1. Pasca Panen

Pasca panen adalah berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan


pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan
konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca

4
Diakses dari http://agbsosek.blogspot.co.id/2016/04/pengertian-agribisnis-dan-sistem.html, pada
tanggal 31 januari 2018, pukul 13:34 WIB.
produksi (Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau
tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing).
Adapun hasil survei kami di Desa Gunungrejo tentang pasca panen
yaitu pasca panen hasil tanaman jagung.Jagung (bahasa latin: Zea
mays) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam
peradaban. Jagung adalah salah satu tanaman pangan penghasil
karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Di
Dusun Gunungrejo 2 terdapat rumah pascapanen jagung, dari
wawancara bersama pemilik rumah produksi pasca panen jagung
tersebut didaptlah bahwa tahap-tahap pasca panen jagung yang mereka
lakukan ialah, yang pertama adalah melakukan pemanenan jagung,
kemudian jagung yang sudah dipanen langsung dilakukan pemisahan
tongkol untuk memisahkan tongkol yang baik dan kurang baik.
Pengangkutan dan pengeringan jagung hanya dilakukan pada jagung
yang dianggap sehat. Setelah jagung kering barulah dapat dilakukan
pemipilan dengan menggunakan tangan atau alat pemipil jagung bila
jumlah produksi cukup besar, pada dasarnya memipil jagung hampir
sama dengan proses perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-biji dari
tempat pelakatan. Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung
harus dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki,
sehingga tidak menurunkan kualitas jagung. Yang perlu dibuang antara
lain sisa-sia tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama
petik ataupun pada waktu pengumpilan. Tindakan ini sangat bermanfaat
untuk menghindari atau menekan serangan jamur dan hama selama
dalam penyimpanan.setelah biji jagung di sortir barulah biji-biji jagung
tersebut dikemas, kemudian di simpan di gudang penyimpanan, namun
ada juga yang langsung di jual di pasar.

3.3.2. Pengolahan

Pengolahan hasil pertanian meliputi semua kegiatan perlakuan dan


pengolahan langsung terhadap hasil pertanian yang karena sifatnya
harus segera ditangani untuk meningkatkan mutu hasil pertanian agar
mempunyai daya simpan dan daya guna lebih tinggi. Pengolahan hasil
pertanian banyak ditemukan di Desa Gunungrejo. diantaranya
agroindustri pengolahan kedelai, singkong, dan pisang ambon serta
rempah-rempahan.

3.2.2.1. Jamu

Jamu merupakan obat bahan alam yang khasiat dan


keamanannya baru terbukti secara empiris berdasarkan
pengalaman turun-temurun. Jamu adalah sebutan untuk obat
tradisional dari Indonesia. Kata jamu populer dengan sebutan
herba atau herbal. Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa
bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-
daunan, kulit batang, dan buah.

Di desa Gunungrejo terdapat rumah agroindustri jamu tepatnya


berada di Dusun Gunungrejo 2. Bahan pembuatan jamu
tradisional tersebut diantaranya air bersih, jahe, kunyit, kencur,
temulawak dan lain-lain. Proses pembuatan jamu
membuhtukan tenaga kerja sebanyak 1--2 orang dan biasanya
berasal dari dalam keluarga. Peralatan yang digunakan dalam
pembuatan jamu di Desa Gunungrejo adalah parut, botol,
bakul, ember, tampah, dan alat pengaduk seperti sendok.
Waktu yang di butuhkan untuk mengolah mentah menjadi
jamu kurang lebih 3 jam. Hasil agroindustri pengolahan berupa
jamu ini biasa dipasarkan dengan cara berkeliling desa dan di
pasar. Hasil penjualan jamu ini biasanya menjadi penghasilan
utama bagi pelaku agroindustri tersebut.
Pemasaran jamu yang ada di Desa Gunungrejo ialah langsung
jual atau langsung kepada konsumen. Peralatan yang biasa
digunakan dalam membantu pemasaran jamu di Desa
Gunungrejo ialah bakul dan botol sebagai wadah untuk
mengangkat jamu, kain panjang untuk mengikat bakul jamu,
dan plastik untuk membungkus jamu. Sedangkan cara
pembelian jamu di Desa Gunungrejo yaitu langsung transaksi
jual beli karena cara penjualan yang dilakukan oleh responden
pembuat jamu tersebut langsung menuju ke konsumen baik itu
menyusuri pasar ataupun jalan menyusuri dusun-dusun yang
ada di Desa Gunungrejo.

3.2.2.2. Tempe

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap


biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan
beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus,
Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus.
Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi
tempe".

Agroindustri pengolahan tempe yang terdapat di Desa


Gunungrejo memanfaatkan kedelai sebagai bahan bakunya.
Proses pembuatan tempe yang dilakukan sama seperti
pembuatan tempe pada umumnya. Pada tahap pembuatan
tempe ini dibutuhkan tenaga kerja sebanyak dua orang. Tenaga
kerja ini berasal dari dalam keluarga. Alat yang dibutuhkan
dalam proses pembuatan tempe ini antara lain cetakan,
gilingan, panci, kompor, tungku, tampah, dan pisau.
Proses pembuatan tempe di Dusun Candi Sari 2 memakan
waktu 2 hari 2 malam agar kualitas tempe tetap terjaga.
Menurut responden pembuat tempe di Dusun Candi Sari 2,
agroindustri pembuatan tempe sangat berperan pada
peningkatan pendapatan rumah tangga mereka. karena 1 kg
kedelai yang biasanya dijual dengan harga Rp 8000, setelah
diolah menjadi tempe bisa menghasilkan 50 biji tempe yang
dijual dengan harga Rp 1500 per bijinya, hal ini berarti dari 1
kg kedelai akan dihasilkan pendapatan sebesar Rp 75.000.
Hasil olahan kedelai ini biasa dipasarkan dengan cara dijual ke
pasar atau dijual berkeliling di desa. Pada pemasaran tempe
memerlukan lembaga pemasaran yaitu pedagang pengecer.
Cara pembelian tempe tersebut yaitu langsung melakukan
transaksi pembelian.

3.2.2.3. Tahu

Hasil survei yang didapatkan pada responden pembuat tahu di


Desa Candi Sari 2 menunjukkan bahwa agroindustri
pengolahan tahu tersebut memanfaatkan kedelai sebagai bahan
bakunya. Proses pembuatan tahu yang dilakukan sama seperti
pembuatan tahu pada umumnya. Pada tahap pembuatan tahu
ini dibutuhkan tenaga kerja sebanyak dua orang. Tenaga kerja
ini berasal dari dalam keluarga. Alat yang dibutuhkan dalam
proses pembuatan tempe ini antara lain cetakan, gilingan,
panci, kompor, saringan, tungku, tampah, dan pisau.

Proses pembuatan tahu di Dusun Candi Sari 2 memakan waktu


6 hari agar kualitas tahu tersebut tetap terjaga dengan baik.
Menurut responden agroindustri pembuatan tahu sangat
berperan pada peningkatan pendapatan rumah tangga mereka.
Hasil agroindustri pengolahan berupa tahu ini dipasarkan
dengan cara dijual langsung kepada pedagang eceran. namun
ada juga yang membeli langsung ke rumah produksi walaupun
tidak sebanyak yang dibeli pedagang eceran.
3.2.2.4.Klanting Singkong

Klanting adalah salah satu makanan tradisional yang bertekstur


renyah memiliki cita rasa gurih. Salah satu bahan dasar dari
pembuatan klanting ini adalah singkong. Harga singkong yang
tergolong rendah mendorong muculnya agroindustri pengolahan
komoditas tersebut. Salah satunya adalah klanting singkong. Di
Dusun Candi Sari 2 terdapat industri pengolahan klanting
singkong. Pembuatan klanting singkong memakan waktu 1 hari
1 malam, dengan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
pembuatan klanting singkong ini berjumlah 6 orang yang
berasal dari dalam keluarga.

Alat-alat yang diperlukan dalam pembuatan klanting singkong


ini antara lain keranjang, tampah, wajan, rigen, dan gilingan.
Klanting singkong ini biasa dipasarkan dengan cara dijual ke
pasar atau dijual langsung ke konsumen dengan harga Rp
20.000 per Kg, berbeda jauh dengan singkong yang biasanya
dijual dengan harga Rp 1500 per Kg. Hasil dari penjualan
klanting singkung berperan dalam peningkatan pendapatan
rumah produksi tersebut.

3.2.2.5. Sale Pisang Ambon

Sale pisang merupakan salah satu makanan yang terbuat dari


pisang yang melalui tahap pengasapan. Sale pisang cukup
terkenal di Kota Bandar Lampung. selain rasanya yang enak
bahan baku untuk pembuatan sale pisang juga cukup mudah
untuk ditemukan di daerah lampung. Di desa Candi Sari 2
terdapat industri pengolahan sale pisang ambon. Pembuatan
sale pisang ambon memakan waktu 2 hari 1 malam, dengan
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pembuatan sale pisang
ambon ini berjumlah 6 orang yang berasal dari dalam keluarga.

Alat-alat yang diperlukan dalam pembuatan sale pisang ambon


ini antara lain keranjang, pisau, tampah, timbangan, tungku,
wajan, rigen, dan gilingan. Sale pisang ambon ini biasa
dipasarkan dengan cara dijual ke pasar atau dijual langsung ke
konsumen dengan harga Rp 20.000 per Kg, berbeda jauh
dengan singkong yang biasanya dijual dengan harga Rp 1500
per Kg. Hasil dari penjualan klanting singkung berperan dalam
peningkatan pendapatan rumah produksi tersebut.

3.4. Pemasaran

Pemasaran adalah proses pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan


atau aktivitas yang mencakup serangkaian kegiatan atau aktivitas yang
ditujukan untuk memindahkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen,
dengan melibatkan produsen, konsumen, dan lembaga perantara dengan
tujuan memperoleh keuntungan dan kepuasan.

Lembaga Pemasaran Merupakan badan usaha atau individu yang


menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen
kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau
individu lain. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga pemasaran
(produsen, perantara, dan konsumen) terdiri dari, fungsi pertukaran
(pembelian dan penjualan), fungsi fisik (penyimpanan, pengolahan dan
pengangkutan), serta fungsi fasilitas (standarisasi, grading, penanggung
resiko, pembiayaan, dan informasi pasar).

Anda mungkin juga menyukai