Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONCHIALE

A. Pengertian
Asma bronchiale adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermiten,
reversible dimana trachea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu. Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat
reversible, namun dapat menjadi kurang reversible bahkan relative non
reversible tergantung berat dan lamanya penyakit. Asma bronchiale
dapat menyerang pada sembarang usia. Jenis-jenis Asma bronchiale
yaitu Asma bronchiale alergik, Asma bronchiale non alergik atau Asma
bronchiale idiopatik dan Asma bronchiale gabungan antara keduanya.

B. Etiologi
Asma bronchiale alergik disebabkan oleh alergen atau alergen
yang dikenal (mis., serbuk sari, binatang, amarah makanan dan jamur).
Kebanyak alergen didapat di udara dan musiman.pasien dengan Asma
bronchiale alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergik.
Asma bronchiale idiopatik atau non alergik, tidak berhubungan
dengan alergen spesifik. Fakor-faktor, seperti common cold, infeksi
traktus respiratorius, latihan, emosi dan polutan lingkungan dapat
mencetuskan serangan.
Asma bronchiale gabungan adalah bentuk Asma bronchiale yang
paling umum. Asma bronchiale ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik maupun dari bentuk idiopatik nonalergik.

C. Patofisiologi
Asma bronchiale ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos
bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum
adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di
udara. Reaksi yang timbul pada Asma bronchiale tipe alergi diduga
terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
1
reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada Asma bronchiale, antibody ini
terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru
yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang
tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat (yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun
sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas
menjadi sangat meningkat.
Pada Asma bronchiale, diameter bronkiolus lebih berkurang
selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan
dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus.
Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, makasumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan
obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita Asma
bronchiale biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.
Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan
volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan Asma
bronchiale akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal
ini bisa menyebabkan barrel chest.

D. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, Asma bronchiale bronkhial dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma bronchiale
ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
2
genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus
spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan
Asma bronchiale ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan Asma bronchiale ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronchitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami
Asma bronchiale gabungan.
3. Asma bronchiale gabungan
Bentuk Asma bronchiale yang paling umum. Asma bronchiale ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

E. Tanda dan Gejala


Asma bronchiale dimanifestasikan dengan penyempitan jalan
nafas. Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya
derajat hiperaktivitas bronkus. Gejala-gejala Asma bronchiale antara
lain :
1. Adanya tiga gejala umum yaitu batuk, dispnea dan mengi
2. Rasa sesak dalam dada secara tiba-tiba
3. Pernafasan lambat dan laborious
4. Ekspirasi lebih susah dan lebih panjang dari inspirasi sehingga pasien
merasa lebih yaman dengan posisi duduk dan menggunakan otot
aksesori pernafasan terjadi sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat
dan gejala-gejala retensi karbondioksida, termasuk berkeringat,
takikardi, dan pelebaran tekanan nadi.
5. Gejalanya bersifat proksismal, yaitu membaik pada siang hari dan
memburuk pada malam hari. Serangan Asma bronchiale biasanya
terjadi pada malam hari. Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi
segera menjadi labih kuat.

F. Pemeriksaan Penunjang

3
1. Pemeriksaan laboratorium : darah (terutama eosinofil, IgE total, IgE
spesifik), sputum (eosinofil, spiral Curshman, kristal Charcot-Leyden).
2. Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter untuk
menentukan adanya obstruksi jalan nafas.

G. Terapi
Tujuan terapi Asma bronchiale adalah :
1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala Asma bronchiale.
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta
mempertahankannya.
4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk
melakukan exercise.
5. Menghindari efek samping obat Asma bronchiale.
6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel.
Terapi medikasi untuk Asma bronchiale antara lain :
1. Agonis Beta
Agen ini mendilatasi otot polos bronchial. Agen adrenergic juga
dapat meningkatkan gerakan silia, menurunkan mediator kimiawi
anafilaksis, dan dapat menguatkan efek bronkodilatasi dari
kortikosteroid. Agen adrenergic yang paling sering digunakan adalah
epinefrin, albuterol, metaproterenol, isoprotereniol, isoetharine, dan
tabutamin. Diberikan secara parenteral atau melalui inhalasi.
2. Antikolinergik
Antikolinergik seperti atropine tidak pernah dalam riwayatnya
tidak pernah digunakan karena efek samping sistemiknya.derivatif
amoniun kuaternari, seperti atropine metilnitra, dan ipratrotium
bromide (Atroven) mempunyai efek bronkodilator yang sangat baik
dan efek samping sistemiknya minimal.
3. Metilsantin
Aminofilin, thoefilin digunakan karena mempunyai efek
bronkodilatasi. Agen ini merilekskan otot polos bronkus, meningkatkan
gerakan mucus dalam jalan nafas dan meningkatkan kontraksi
difragma. Aminofilin diberikan secara intravena. Teofilin diberikan
secara per oral. Hati-hati dalam pemberian obat ini, jika terlalu cepat,
dapat terjadi takikardi atau disritmia jantung.

4
4. Kortiikosteroid
Diberikan secara intravena (hidrokortison), secara oral
(prednisone, prednisolon) atau melalui inhalasi (beklometason,
deksametason). Medikasi ini diduga mengurangi inflamasi bronco
konstriksor.
5. Inhibitor sel mast
Natrium kromolin adalah bagian integral dari pengobatan Asma
bronchiale. Diberikan melalui inhalasi. Medikasi ini mencegah
pelepasan mediator kimiawi anafilaktik, yang mengakibatkan
bronkodilatasi dan penurunan inflamasi jalan nafas.

H. Penyimpangan Kdm Asma

Alergen / non allergen

Merangsang respon imun menjadi aktif

Merangsang Ig E

Menempel pada sel mast

Degrenulasi sel mast

Pelepasan histamine, bradikinin, prostaglandin

Pembentukan membran mukosa Vasokonyriksi otot polos


Pembentukan mucus

Obstrksi jalan napas Broncho konstriksi & edema Akumulasi


secret ditrahea &
bronchus

Suplay O2↓ ketidak seimbangan Bronchospasme


Ventilasi – perfusi Bersihan jalan
napas tidak
efektif
Ggn. Pertukaran
gas 5
↑Frekwensi Ventilasi ↓ media
pertumbuhan bakteri

Pola napas Perfusi Jaringan Resiko


tidak efektif Kardiopulmona Tidak Infeksi
Efektif
Mengrangsang Hipoksia
nervus vagus

↑produksi Hcl Metabolisme ↓

Distress Gastrointestinal
Intoleransi
Mual muntah Aktivitas

Ketidakseimban
gan nutrisi
kurang dari
kebutuhan

I. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Perfusi jaringan kardiopulmonal tidak efektif
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Intoleransi Aktivitas
7. Resiko Infeksi

J. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan / Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
1. Bersihan Jalan NOC: NIC
Nafas tidak efektif  Respiratory status : 1. Pastikan kebutuhan oral /
berhubungan Ventilation tracheal suctioning.
dengan:  Respiratory status : 2. Berikan O2 ……l/mnt,
- Infeksi, disfungsi Airway patency metode………
neuromuskular,  Aspiration Control 3. Anjurkan pasien untuk istirahat
hiperplasia dinding Setelah dilakukan tindakan dan napas dalam
bronkus, alergi jalan Keperawatan selama … 4. Posisikan pasien untuk
nafas, asma, trauma. pasien menunjukkan memaksimalkan ventilasi
- Obstruksi jalan nafas : keefektifan jalan nafas 5. Lakukan fisioterapi dada jika
spasme jalan nafas, dibuktikan dengan kriteria perlu
sekresi tertahan, hasil: 6. Keluarkan sekret dengan batuk
banyaknya mukus, 1. Mendemonstrasikan atau suction
adanya jalan nafas batuk efektif dan suara 7. Auskultasi suara nafas, catat

6
buatan, sekresi nafas yang bersih, tidak adanya suara tambahan
bronkus, adanya ada sianosis dan dyspneu 8. Berikan bronkodilator :
eksudat di alveolus, (mampu mengeluarkan - ………………………
adanya benda asing di sputum, bernafas dengan - ……………………….
jalan nafas. mudah, tidak ada pursed 9. Monitor status hemodinamik
DS: lips) 10. Berikan pelembab udara
- Dispneu 2. Menunjukkan jalan Kassa basah NaCl Lembab
DO: nafas yang paten (klien 11. Berikan antibiotik :
- Penurunan suara nafas tidak merasa tercekik, …………………….
- Orthopneu irama nafas, frekuensi 12. Atur intake untuk cairan
- Cyanosis pernafasan dalam mengoptimalkan
- Kelainan suara nafas rentang normal, tidak keseimbangan.
(rales, wheezing) ada suara nafas 13. Monitor respirasi dan
- Kesulitan berbicara abnormal) status O2
- Batuk, tidak efekotif 3. Mampu 14. Pertahankan hidrasi yang
atau tidak ada mengidentifikasikan dan adekuat untuk mengencerkan
- Produksi sputum mencegah faktor yang sekre
- Gelisah penyebab. 15. Jelaskan pada pasien dan
- Perubahan frekuensi 4. Saturasi O2 dalam keluarga tentang penggunaan
dan irama nafas batas normal peralatan : O2, Suction,
5. Foto thorak dalam Inhalasi.
batas normal
2. Pola Nafas tidak NOC: NIC:
efektif berhubungan - Respiratory status : 1. Posisikan pasien untuk
dengan : Ventilation memaksimalkan ventilasi
- Hiperventilasi - Respiratory status : 2. Pasang mayo bila perlu
- Penurunan Airway patency 3. Lakukan fisioterapi dada jika
energi/kelelahan - Vital sign Status perlu
- Perusakan/pelemahan Setelah dilakukan tindakan 4. Keluarkan sekret dengan batuk
muskulo-skeletal keperawatan selama atau suction
- Kelelahan otot ………..pasien 5. Auskultasi suara nafas, catat
pernafasan menunjukkan keefektifan adanya suara tambahan
- Hipoventilasi sindrom pola nafas, dibuktikan 6. Berikan bronkodilator :
- Nyeri dengan kriteria hasil: - …………………..
- Kecemasan - Mendemonstrasikan - …………………….
- Disfungsi batuk efektif dan suara 7. Berikan pelembab udara Kassa
Neuromuskuler nafas yang bersih, tidak basah NaCl Lembab
- Obesitas ada sianosis dan dyspneu 8. Atur intake untuk cairan
- Injuri tulang belakang (mampu mengeluarkan mengoptimalkan
DS: sputum, mampu keseimbangan.
- Dyspnea bernafas dgn mudah, 9. Monitor respirasi dan status O2
- Nafas pendek tidakada pursed lips) 10. Bersihkan mulut, hidung
DO: - Menunjukkan jalan nafas dan secret Trakea
- Penurunan tekanan yang paten (klien tidak 11. Pertahankan jalan nafas
inspirasi / ekspirasi merasa tercekik, irama yang paten
- Penurunan pertukaran nafas, frekuensi 12. Observasi adanya tanda
udara per menit pernafasan dalam tanda hipoventilasi
- Menggunakan otot rentang normal, tidak 13. Monitor adanya
pernafasan tambahan ada suara nafas kecemasan pasien terhadap
- Orthopnea abnormal) oksigenasi
- Pernafasan pursed-lip - Tanda Tanda vital dalam 14. Monitor vital sign
- Tahap ekspirasi rentang normal (tekanan 15. Informasikan pada pasien
berlangsung sangat darah, nadi, pernafasan) dan keluarga tentang tehnik
lama relaksasi untuk memperbaiki
- Penurunan kapasitas pola nafas.
vital 16. Ajarkan bagaimana batuk
- Respirasi: < 11 – 24 efektif
x /mnt 17. Monitor pola nafas

7
3. Gangguan NOC: NIC :
Pertukaran gas - Respiratory Status : Gas 1. Posisikan pasien untuk
Berhubungan dengan exchange memaksimalkan ventilasi
: - Keseimbangan asam 2. Pasang mayo bila perlu
- Ketidakseimbangan Basa, Elektrolit 3. Lakukan fisioterapi dada jika
perfusi ventilasi - Respiratory Status : perlu
- Perubahan membran ventilation 4. Keluarkan sekret dengan batuk
kapiler-alveolar - Vital Sign Status atau suction
DS: Setelah dilakukan tindakan 5. Auskultasi suara nafas, catat
- Sakit kepala ketika keperawatan selama …. adanya suara tambahan
bangun Gangguan pertukaran 6. Berikan bronkodilator ;
- Dyspnoe pasien teratasi dengan - ………………….
- Gangguan penglihatan kriteria hasi: - ………………….
DO : - Mendemonstrasikan 7. Barikan pelembab udara
- Penurunan CO2 peningkatan ventilasi 8. Atur intake untuk cairan
- Takikardi dan oksigenasi yang mengoptimalkan
- Hiperkapnia adekuat keseimbangan.
- Keletihan - Memelihara kebersihan 9. Monitor respirasi dan status O2
- Iritabilitas paru paru dan bebas dari 10. Catat pergerakan
- Hypoxia tanda tanda distress dada,amati kesimetrisan,
- Kebingungan pernafasan penggunaan otot tambahan,
- Sianosis - Mendemonstrasikan retraksi otot supraclavicular
- Warna kulit abnormal batuk efektif dan suara dan intercostal
(pucat, kehitaman) nafas yang bersih, tidak 11. Monitor suara nafas,
- Hipoksemia ada sianosis dan dyspneu seperti dengkur
- Hiperkarbia (mampu mengeluarkan 12. Monitor pola nafas :
- AGD abnormal sputum, mampu bradipena, takipenia,
- pH arteri abnormal bernafas dengan mudah, kussmaul, hiperventilasi,
- Frekuensi dan tidak ada pursed lips) cheyne stokes, biot
kedalaman nafas - Tanda tanda vital dalam 13. Auskultasi suara nafas,
abnormal rentang normal catat area penurunan / tidak
- AGD dalam batas normal adanya ventilasi dan suara
- Status neurologis dalam tambahan
batas normal 14. Monitor TTV, AGD,
elektrolit dan ststus mental
15. Observasi sianosis
khususnya membran mukosa
16. Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang persiapan
tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan
(O2, Suction, Inhalasi)
17. Auskultasi bunyi jantung,
jumlah, irama dan denyut
jantung

4. Perfusi jaringan NOC : NIC :


kardiopulmonal tidak - Cardiac pump 1. Monitor nyeri dada (durasi,
efektif b/d gangguan Effectiveness intensitas dan faktor-faktor
afinitas Hb oksigen, - Circulation status presipitasi)
penurunan - Tissue Prefusion : 2. Observasi perubahan ECG
konsentrasi Hb, cardiac, periferal 3. Auskultasi suara jantung dan
Hipervolemia, - Vital Sign Statusl paru
Hipoventilasi, Setelah dilakukan asuhan 4. Monitor irama dan jumlah
gangguan transport selama……… denyut jantung
O2, gangguan aliran ketidakefektifan perfusi 5. Monitor angka PT, PTT dan AT
arteri dan vena jaringan kardiopulmonal 6. Monitor elektrolit (potassium
DS: teratasi dengan kriteria dan magnesium)
- Nyeri dada hasil: 7. Monitor status cairan

8
- Sesak nafas - Tekanan systole dan 8. Evaluasi oedem perifer dan
DO diastole dalam rentang denyut nadi
- AGD abnormal yang diharapkan 9. Monitor peningkatan kelelahan
- Aritmia - CVP dalam batas normal dan kecemasan
- Bronko spasme - Nadi perifer kuat dan 10. Instruksikan pada pasien
- Kapilare refill > 3 dtk simetris untuk tidak mengejan selama
- Retraksi dada - Tidak ada oedem perifer BAB
- Penggunaan otot-otot dan asites 11. Jelaskan pembatasan
tambahan - Denyut jantung, AGD, intake kafein, sodium,
ejeksi fraksi dalam batas kolesterol dan lemak
normal 12. Kelola pemberian obat-
- Bunyi jantung abnormal obat: analgesik, anti koagulan,
tidak ada nitrogliserin, vasodilator dan
- Nyeri dada tidak ada diuretik.
- Kelelahan yang ekstrim 13. Tingkatkan istirahat (batasi
tidak ada pengunjung, kontrol stimulasi
- Tidak ada lingkungan)
ortostatikhipertensi
5. Ketidakseimbangan NOC: NIC :
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
Berhubungan dengan b. Nutritional Status : food untuk menentukan jumlah
: Ketidakmampuan and Fluid Intake kalori dan nutrisi yang
untuk memasukkan c. Weight Control dibutuhkan pasien
atau mencerna Setelah dilakukan tindakan 3. Yakinkan diet yang dimakan
nutrisi oleh karena keperawatan mengandung tinggi serat
faktor biologis, selama….nutrisi kurang untuk mencegah konstipasi
psikologis atau dapat teratasi dengan 4. Ajarkan pasien bagaimana
ekonomi. indikator: membuat catatan makanan
DS: - Albumin serum harian.
- Nyeri abdomen - Pre albumin serum 5. Monitor adanya penurunan BB
- Muntah - Hematokrit dan gula darah
- Kejang perut - Hemoglobin 6. Monitor lingkungan selama
- Rasa penuh tiba-tiba - Total iron binding makan
setelah makan capacity 7. Jadwalkan pengobatan dan
DO: - Jumlah limfosit tindakan tidak selama jam
- Diare makan
- Rontok rambut yang 8. Monitor turgor kulit
berlebih 9. Monitor kekeringan, rambut
- Kurang nafsu makan kusam, total protein, Hb dan
- Bising usus berlebih kadar Ht
- Konjungtiva pucat 10. Monitor mual dan muntah
- Denyut nadi lemah 11. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
12. Monitor intake nuntrisi
13. Informasikan pada klien
dan keluarga tentang manfaat
nutrisi
14. Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT / TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi selama
makan
16. Kelola pemberan anti
emetik:.....
17. Anjurkan banyak minum
9
18. Pertahankan terapi IV line
19. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval

6. Intoleransi NOC : NIC :


aktivitas - Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan
Berhubungan dengan - Toleransi aktivitas klien dalam melakukan
: - Konservasi energi aktivitas
- Tirah Baring atau Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji adanya faktor yang
imobilisasi keperawatan selama …. menyebabkan kelelahan
- Kelemahan Pasien bertoleransi 3. Monitor nutrisi dan sumber
menyeluruh terhadap aktivitas dengan energi yang adekuat
- Ketidakseimbangan Kriteria Hasil : 4. Monitor pasien akan adanya
antara suplai oksigen - Berpartisipasi dalam kelelahan fisik dan emosi
dengan kebutuhan aktivitas fisik tanpa secara berlebihan
- Gaya hidup yang disertai 5. Monitor respon kardivaskuler
dipertahankan. - Peningkatan tekanan terhadap aktivitas (takikardi,
DS: darah, nadi dan RR disritmia, sesak nafas,
- Melaporkan secara - Mampu melakukan diaporesis, pucat, perubahan
verbal adanya aktivitas sehari hari hemodinamik)
kelelahan atau (ADLs) secaramandiri 6. Monitor pola tidur dan
kelemahan. - Keseimbangan aktivitas lamanya tidur / istirahat pasien
- Adanya dyspneu atau dan istirahat. 7. Kolaborasikan dengan Tenaga
ketidaknyamanan saat Rehabilitasi Medik dalam
beraktivitas. merencanakan progran terapi
DO : yang tepat.
- Respon abnormal dari 8. Bantu klien untuk
tekanan darah atau mengidentifikasi aktivitas yang
nadi terhadap aktifitas mampu dilakukan
- Perubahan ECG : 9. Bantu untuk memilih aktivitas
aritmia, iskemia konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan sosial
10. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
12. Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
13. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
17. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan spiritual
7. Risiko infeksi Faktor- NOC : NIC :

10
faktor risiko : - Immune Status 1. Pertahankan teknik aseptif
- Prosedur Infasif - Knowledge : Infection 2. Batasi pengunjung bila perlu
- Kerusakan jaringan control 3. Cuci tangan setiap sebelum
dan peningkatan - Risk control dan sesudah tindakan
paparan lingkungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
- Malnutrisi keperawatan selama…… 4. Gunakan baju, sarung tangan
- Peningkatan paparan pasien tidak mengalami sebagai alat pelindung
lingkungan patogen infeksi dengan kriteria 5. Ganti letak IV perifer dan
- Imonusupresi hasil: dressing sesuai dengan
- Tidak adekuat - Klien bebas dari tanda petunjuk umum
pertahanan sekunder dan gejala infeksi 6. Gunakan kateter intermiten
(penurunan Hb, - Menunjukkan untuk menurunkan infeksi
Leukopenia, kemampuan untuk kandung kencing
penekanan respon mencegah timbulnya 7. Tingkatkan intake nutrisi
inflamasi) infeksi 8. Berikan terapi
- Penyakit kronik - Jumlah leukosit dalam antibiotik : ...............................
- Malnutrisi batas normal ..
- Pertahan primer tidak - Menunjukkan perilaku 9. Monitor tanda dan gejala
adekuat (kerusakan hidup sehat infeksi sistemik dan lokal
kulit, trauma jaringan, - Status imun, 10. Pertahankan teknik isolasi
gangguan peristaltik) gastrointestinal, k/p
genitourinaria dalam 11. Inspeksi kulit dan
batas normal membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
12. Monitor adanya luka
13. Dorong masukan cairan
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap 4
jam

11
Daftar Pustaka

Arif Mansyoer (1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media Acsulapius.
FKUI. Jakarta.

Heru Sundaru (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. BalaiPenerbit
FKUI. Jakarta.

Hudack&gallo (1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.

Tucker, SM(1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.

Panduan Penulisan Dx Kep, NOC, NIC –UAP-2011

12

Anda mungkin juga menyukai