Anda di halaman 1dari 21

. A.

DEFENISI
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya
obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat
melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA
meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan
hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak
diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan
mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional
ISPA di Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa inggris yakni Acute
Respiratory Infections (ARI).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran
nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan,
influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian
bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah Pneumonia.(WHO).
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka
kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman.
Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari
bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut
terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).
Menurut Corwin (2001), infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis, radang
tenggorokan, dan laringitis.
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14
hari, dimana secara klinis suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di
setiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan saluran
pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.DepKes RI (1998).

B. EPIDIMIOLOGI
Pada rumah sakit umum yang telah menjadi rumah sakit rujukan terdapat
8,76 %-30,29% bayi dan neonatal yang masih mengalami infeksi dengan angka
kematian mencapai 11,56%-49,9%. Pengembangan perawatan yang canggih
mengundang masalah baru yakni meningkatnya infeksi nosokomial yang biasanya
diakhiri dengan keadaan septisemia yang berakhir dengan kematian (Victor dan
Hans; 1997; 220).
Diagnosis dari penyakit ini adalah melakukan kultur (biakan kuman) dengan
swab sebagai mediator untuk menunjukkan adanya kuman di dalam saluran
pernafasan. Pada hitung jenis (leukosit) kurang membantu sebab pada hitung jenis
ini tidak dapat membedakan penyebab dari infeksi yakni yang berasal dari virus atau
streptokokus karena keduanya dapat menyebabkan terjadinya leukositosis
polimorfonuklear (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 453).

C. FAKTOR PRIDIOPOSISI
1. Factor Pencetus ISPA
a. Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena
penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua
karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
b. Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik
dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
c. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar
dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.
2. Faktor Pendukung Penyebab ISPA
a. Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan
berdampak peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya
menyediakan lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah
Balita yang rentan terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA.
Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia pada
Balita.
b. Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita
yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih
rendah, akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.
c. Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa
penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan
masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus
maupun kemaian penderita akibat ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam
pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor risiko dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
d. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku
bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan
penduduk. Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat
diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam
menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya
memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.
e. Lingkungan dan Iklim Global
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang
sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan
terutama penyakit ISPA. Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu,
kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit
ISPA.
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari
terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan
penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus,
haemophylus influenzae,b clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka
kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air
susu ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh
didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit
maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan
nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi
antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung
mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan
musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

D. ETIOLOGI
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek
dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi.Kebanyakan infeksi saluran
pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari
300 lebih jenis bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya:
Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza,
Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium Diffteria (Achmadi dkk., 2004).
Bakteri tersebut, di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri ini
menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan
musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002).
Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus
(termasuk di dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan
adenovirus. Virus para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk
rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas.Untuk virus
influensa bukan penyebab terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran
pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja.Pada bayi dan anak-anak, virus-
virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas
bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah. (Siregar dan Maulany, 95).
E. KLASIFIKASI
Dalam hal penentuan kriteria ISPA ini, penggunaan pola tatalaksana
penderita ISPA adalah Balita, dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas.
Pola tatalaksana penderita ini sendiri terdiri atas 4 bagian yakni pemeriksaan,
penentuan ada tidaknya tanda bahaya, penentuan klasifikasi penyakit, dan
pengobatan juga tindakan.
Dalam penentuan klasifikasi, penyakit dibedakan atas dua kelompok, yakni
kelompok untuk umur 2 bulan hingga kurang dari 5 tahun dan kelompok umur
kurang dari dua bulan.
1. Untuk kelompok umur 2 bulan - <5 tahun klasifikasi dibagi atas :
a. Pneumonia berat
b. Pneumonia
c. Bukan Pneumonia.
2. Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi dibagi atas:
a. Pneumonia berat
b. Bukan Pneumonia

Sedangkan masing-masing gejala untuk klasifikasi di atas adalah sebagai


berikut:
Klasifikasi Pneumonia Berat didasarkan apabila terdapat gejala batuk atau
kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam (chest indrawing) pada anak usia 2 bulan - <5 tahun. Sedangkan untuk anak
berumur kurang dari 2 bulan diagnosis Pneumonia berat ditandai dengan adanya
nafas cepat (fast breathing), yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit
atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke
dalam (severe chest indrawing).
Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran
bernafas disertai adanya napas sesuai umur. Batas napas cepat (fast breathing)
pada anak usia 2 bulan - <1 tahun adalah 50 kali per menit dan 40 kali per menit
untuk anak usia 1 - < 5 tahun.
Klasifikasi Bukan Pneumonia mencakup kelompok penderita Balita dengan
batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak
menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam. Dengan
demikian klasifikasi Bukan Pneumonia mencakup penyakit ISPA selain Pneumonia.
Contohnya batuk pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis, dan otitis.

F. PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh.Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia
yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke
arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.Jika refleks
tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran
pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering
(Jeliffe, 1974).Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,
sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.Rangsangan
cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick,
1983).Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri.Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang
merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi
bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran
pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan
staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick,
1983).
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak
dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga
menyebabkan batuk yang produktif.Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya
fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.Suatu laporan penelitian menyebutkan
bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat
menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat
yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa
menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder
bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang
biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya
infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia
bakteri (Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan
aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran
nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun
sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan
jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas
berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas
sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA)
sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar,
1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi
empat tahap, yaitu:
a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum
menunjukkan reaksi apa-apa.
b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang
sudah rendah.
c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit.Timbul gejala
demam dan batuk.
d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.

H. TANDA DAN GEJALA


1. Tanda-tanda ISPA
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-
keluhan dan gejala-gejala yang ringan.Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-
gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan
kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal.Bila sudah dalam kegagalan
pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian
mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih
berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh
dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-
tanda laboratories.
Tanda-tanda klinis :
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi
dan cardiac arrest.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
papil bendung, kejang dan coma.
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris :
Hypoxemia,
Hypercapnia dan
Acydosis (Metabolik dan atau Respiratorik).
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun
adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk,
sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah:
kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah
volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing,
demam dan dingin.

2. Gejala ISPA
a. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut :
Batuk
Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya
pada waktu berbicara atau menangis)
Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oC
b. Gejala dari ISPA Sedang
Seseorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan
disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur
kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan kelompok umur
2 bulan - <5 tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk umur 2 – <12 bulan dan
40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan – <5 tahun.
Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer)
Tenggorokan berwarna merah
Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

c. Gejala dari ISPA Berat


Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala ISPA
ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
Bibir atau kulit membiru
Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas .
Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
Tenggorokan berwarna merah

I. KOMPLIKASI
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri
5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.Komplikasi yang dapat terjadi adalah
sinusitis paranasal, penutupan tuba eusthacii dan penyebaran infeksi.
1. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil
sinus paranasal belum tumbuh.Gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala
bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan
maksilaris.Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan
transiluminasi pada anak besar.
Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan
sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan hidung,
nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai secret purulen dapat
unilateral ataupun bilateral.Bila didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan
rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas perlu yang dipikirkan
terjadinya komplikasi sinusitis.Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan
memberikan antibiotik.

2. Penutupan tuba eusthachii


Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus
langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA).Gejala
OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia)
kadang menyebabkan kejang demam.
Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang
telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya
dan biasanya bayi akan menangis keras). Kadang-kadang hanya ditemui gejala
demam, gelisah, juga disertai muntah atau diare.Karena bayi yang menderita batuk
pilek sering menderita infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya
OMA dan sering menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian
THT.Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika setelah 48-72 jam diberikan antibiotika
keadaan tidak membaik.Parasentesis (penusukan selaput telinga) dimaksudkan
mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforata (OMP).
Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah :
a) Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi penyaluran sekret.
b) Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan perembesan
infeksi juga merintangi penyaluran sekret.
c) Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah walau jarang
dapat berlanjut menjadi mastoiditis atau ke syaraf pusat (meningitis).

3. Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti laryngitis,
trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia.Selain itu dapat pula terjadi komplikasi jauh,
misalnya terjadi meningitis purulenta.

J. PENATALAKSANAAN MEDIS
( TERMASUK INTERVENSI FARMAKOLOGIS )
Pengobatan pada ISPA
1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus ,
di beri oksigen dan sebagainya.
2. Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol,
jika terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin
3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di
rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang
tidak mengandung zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas
yaitu parasetamol.Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan
tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah
bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss
dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.

Untuk perawatan ISPA dirumah ada beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu
untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA.
Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan
pada air (tidak perlu air es).
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,
diberikan tiga kali sehari.
Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu
lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.Pemberian ASI pada bayi yang
menyusu tetap diteruskan.
Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak
dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang diderita.
Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.Jika pilek, bersihkan hidung yang
berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih
parah.Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup
dan tidak berasap.Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk
maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.Untuk penderita
yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.Dan untuk penderita
yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali
kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/
biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai
dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan
adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan
Hans; 1997; 224).

2.2 KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,pekerjaan, status perkawinan
tanggal mrs, pengkajian, penanggung jawab, No. regester, diagnosa masuk, alamat.
2. riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, batuk , pilek, sakit tenggorokan
b. Riwayat penyakit sekarang
Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan
lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit
tenggorokan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit keluarga
Menurut pengakuan klien,anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit
seperti penyakit klien tersebut
e. Riwayat social
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
penduduknya
3.kebutuhan dasar manusia
Aktifitas atau istirahat
Gejala:letih,lemah,lesu.lunglai,lelah.
Tanda:perubahan kesadaran
Sirkulasi
Gejala:perubahan tekanan darah,brakikardi,takikardi
Integritas ego
Gejala:perubahan tingkah laku
Tanda:mudah tersinggung
Nyeri
Gejala:sakit kepala

B. DIAGNOSA
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
2. Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak
mampuan dalam memasukan dan mencerna makanan
4. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA berhubungan dengan kurang
informasi.

5. INTERVENSI

DIAGNOSA NOC NIC


1. Bersihan jalan NOC: Airway Management
nafas napas tidak Respiratory status : Buka jalan nafas, guanakan
efektif b/d Ventilation. teknik chin lift atau jaw thrust
penurunan Respiratory status : Airway bila perlu.
ekspansi paru. patency Posisikan pasien untuk
Vital sign Status memaksimalkan ventilasi.
Kriteria Hasil : Identifikasi pasien perlunya
v Mendemonstrasikan batuk pemasangan alat jalan nafas
efektif dan suara nafas yang buatan.
bersih, tidak ada sianosis dan Pasang mayo bila perlu.
dyspneu (mampu Lakukan fisioterapi dada jika
mengeluarkan sputum, perlu.
mampu bernafas dengan Keluarkan sekret dengan
mudah, tidak ada pursed batuk atau suction.
lips). Menunjukkan jalan Auskultasi suara nafas, catat
nafas yang paten (klien tidak adanya suara tambahan.
merasa tercekik, irama nafas, Lakukan suction pada mayo.
frekuensi pernafasan dalam Berikan bronkodilator bila
rentang normal, tidak ada perlu.
suara nafas abnormal). Berikan pelembab udara
Tanda Tanda vital dalam Kassa basah NaCl Lembab.
rentang normal (tekanan Atur intake untuk cairan
darah, nadi, pernafasan). mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status
O2
Terapi oksigen
Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea.
Pertahankan jalan nafas yang
paten.
Atur peralatan oksigenasi.
Monitor aliran oksigen.
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR.
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri.
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan.
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas.
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan.
Monitor suara paru.
Monitor pola pernapasan
abnormal.
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit.
Monitor sianosis perifer.
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik).
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
2. Hipertermi b/d NOC : Thermoregulation Fever treatment
invasi Kriteria Hasil : Monitor suhu sesering
mikroorganisme Suhu tubuh dalam rentang mungkin
normal. Monitor IWL
Nadi dan RR dalam Monitor warna dan suhu kulit
rentang normal. Monitor tekanan darah, nadi
Tidak ada perubahan dan RR.
warna kulit dan tidak ada Monitor penurunan tingkat
pusing. kesadaran.
Monitor WBC, Hb, dan Hct
Monitor intake dan output
Berikan anti piretik
Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
Selimuti pasien
Lakukan tapid sponge
Kolaborasipemberian cairan
intravena
Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation
Monitor suhu minimal tiap 2
jam
Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi.
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif dari
kedinginan.
Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan.
Ajarkan indikasi dari hipotermi
dan penanganan yang
diperlukan.
Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR.
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah.
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri.
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan.
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas.
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan.
Monitor suara paru.
Monitor pola pernapasan
abnormal.
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik).
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
3. NOC : Nutrition Management
Ketidakseimbang Nutritional Status : food Kaji adanya alergi makanan.
an nutrisi kurang and Fluid Intake Kolaborasi dengan ahli gizi
dari kebutuhan Nutritional Status : nutrient untuk menentukan jumlah kalori
b/d ketidak Intake. dan nutrisi yang dibutuhkan
mampuan dalam Weight control pasien.
memasukan dan Kriteria Hasil : Anjurkan pasien untuk
mencerna Adanya peningkatan berat meningkatkan intake Fe.
makanan badan sesuai dengan tujuan. Anjurkan pasien untuk
Berat badan ideal sesuai meningkatkan protein dan
dengan tinggi badan vitamin C.
Mampu mengidentifikasi Berikan substansi gula.
kebutuhan nutrisi Yakinkan diet yang dimakan
Tidak ada tanda tanda mengandung tinggi serat untuk
malnutrisi mencegah konstipasi.
Menunjukkan peningkatan Berikan makanan yang terpilih
fungsi pengecapan dari ( sudah dikonsultasikan dengan
menelan. ahli gizi).
Tidak terjadi penurunan Ajarkan pasien bagaimana
berat badan yang berarti. membuat catatan makanan
harian.
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori.
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas
normal.
Monitor adanya penurunan
berat badan.
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan.
Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan.
Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentas
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht.
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan.
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet.
4. Kurang NOC : Teaching : disease Process
pengetahuan Kowlwdge : disease process. Berikan penilaian tentang
tentang Kowledge : health Behavior tingkat pengetahuan pasien
penatalaksanaan Kriteria Hasil : tentang proses penyakit yang
ISPA b/d kurang Pasien dan keluarga spesifik.
informasi. menyatakan pemahaman Jelaskan patofisiologi dari
tentang penyakit, kondisi, penyakit dan bagaimana hal ini
prognosis dan program berhubungan dengan anatomi
pengobatan dan fisiologi, dengan cara yang
Pasien dan keluarga tepat.
mampu melaksanakan Gambarkan tanda dan gejala
prosedur yang dijelaskan yang biasa muncul pada
secara benar penyakit, dengan cara yang
Pasien dan keluarga tepat.
mampu menjelaskan kembali Gambarkan proses penyakit,
apa yang dijelaskan dengan cara yang tepat.
perawat/tim kesehatan Identifikasi kemungkinan
lainnya. penyebab, dengna cara yang
tepat.
Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat.
Hindari jaminan yang kosong.
Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat.
Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan
penyakit.
Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan.
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan.
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat.
Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat.
Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai