Anda di halaman 1dari 4

Hakikat Ilmu: Pengertian, Syarat dan

Karakteristik Ilmu
Posted on 13 Januari 2008 by AKHMAD SUDRAJAT — 20 Komentar

1. Pengertian Ilmu

Apakah ilmu itu? Moh. Nazir, Ph.D (1983:9) mengemukakan bahwa ilmu tidak lain dari suatu
pengetahuan, baik natura atau pun sosial, yang sudah terorganisir serta tersusun secara
sistematik menurut kaidah umum. Sedangkan Ahmad Tafsir (1992:15) memberikan batasan
ilmu sebagai pengetahuan logis dan mempunyai bukti empiris. Sementara itu, Sikun Pribadi
(1972:1-2) merumuskan pengertian ilmu secara lebih rinci (ia menyebutnya ilmu
pengetahuan), bahwa:

“Obyek ilmu pengetahuan ialah dunia fenomenal, dan metode pendekatannya berdasarkan
pengalaman (experience) dengan menggunakan berbagai cara seperti observasi, eksperimen,
survey, studi kasus, dan sebagainya. Pengalaman-pengalaman itu diolah oleh fikiran atas
dasar hukum logika yang tertib. Data yang dikumpulkan diolah dengan cara analitis, induktif,
kemudian ditentukan relasi antara data-data, diantaranya relasi kausalitas. Konsepsi-konsepsi
dan relasi-relasi disusun menurut suatu sistem tertentu yang merupakan suatu keseluruhan
yang terintegratif. Keseluruhan integratif itu kita sebut ilmu pengetahuan.”

Di lain pihak, Lorens Bagus (1996:307-308) mengemukakan bahwa ilmu menandakan


seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek (atau alam obyek) yang sama dan saling
keterkaitan secara logis.

Dari beberapa pengertian ilmu di atas dapat diperoleh gambaran bahwa pada prinsipnya ilmu
merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan pengetahuan atau
fakta yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, dan
dilanjutkan dengan pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode
yang biasa dilakukan dalam penelitian ilmiah (observasi, eksperimen, survai, studi kasus dan
lain-lain)

2. Syarat-Syarat Ilmu :

Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi persyaratan-
persyaratan, sebagai berikut

1. ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan alam
(kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial). Ilmu mensyaratkan adanya
obyek yang diteliti. Lorens Bagus (1996) menjelaskan bahwa dalam teori skolastik
terdapat pembedaan antara obyek material dan obyek formal. Obyek formal
merupakan obyek konkret yang disimak ilmu. Sedang obyek formal merupakan aspek
khusus atau sudut pandang terhadap ilmu. Yang mencirikan setiap ilmu adalah obyek
formalnya. Sementara obyek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.
2. ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi pendekatan dan
teknik tertentu. Metode ini dikenal dengan istilah metode ilmiah. Dalam hal ini, Moh.
Nazir, (1983:43) mengungkapkan bahwa metode ilmiah boleh dikatakan merupakan
suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan
logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interrelasi yang sistematis dari
fakta-fakta, maka metode ilimiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-
fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Almack (1939)
mengatakan bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis
terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975)
berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk
memperoleh sesutu interrelasi. Selanjutnya pada bagian lain Moh. Nazir
mengemukakan beberapa kriteria metode ilmiah dalam perspektif penelitian
kuantitatif, diantaranya: (a) berdasarkan fakta, (b) bebas dari prasangka, (c)
menggunakan prinsip-prinsip analisa, (d) menggunakan hipotesa, (e) menggunakan
ukuran obyektif dan menggunakan teknik kuantifikasi. Belakangan ini berkembang
pula metode ilmiah dengan pendekatan kualitatif. Nasution (1996:9-12)
mengemukakan ciri-ciri metode ilimiah dalam penelitian kualitatif, diantaranya : (a)
sumber data ialah situasi yang wajar atau natural setting, (b) peneliti sebagai
instrumen penelitian, (c) sangat deskriptif, (d) mementingkan proses maupun produk,
(e) mencari makna, (f) mengutamakan data langsung, (g) triangulasi, (h) menonjolkan
rincian kontekstual, (h) subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan
peneliti, (i) mengutama- kan perspektif emic, (j) verifikasi, (k) sampling yang
purposif, (l) menggunakan audit trail, (m)partisipatipatif tanpa mengganggu, (n)
mengadakan analisis sejak awal penelitian, (o) disain penelitian tampil dalam proses
penelitian.
3. Pokok permasalahan(subject matter atau focus of interest). ilmu mensyaratkan adanya
pokok permasalahan yang akan dikaji. Mengenai focus of interest ini Husein Al-Kaff
dalam Kuliah Filsafat Islam di Yayasan Pendidikan Islam Al-Jawad menjelaskan
bahwa ketika masalah-masalah itu diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu maka
masalah masalah yang sederhana tidak menjadi sederhana lagi. Masalah-masalah itu
akan berubah dari sesuatu yang mudah menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang
sederhana menjadi sesuatu yang rumit (complicated). Oleh karena masalah-masalah
itu dibawa ke dalam pembedahan ilmu, maka ia menjadi sesuatu yang diperselisihkan
dan diperdebatkan. Perselisihan tentangnya menyebabkan perbedaan dalam cara
memandang dunia (world view), sehingga pada gilirannya muncul perbedaan ideologi
(Husein Al-Kaff, Filsafat Ilmu,)

3. Karakteristik Ilmu

Di samping memiliki syarat-syarat tertentu, ilmu memiliki pula karakteristik atau sifat yang
menjadi ciri hakiki ilmu. Randall dan Buchler mengemukakan beberapa ciri umum ilmu,
yaitu : (1) hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama, (2) Hasil ilmu
kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan, dan (3) obyektif tidak bergantung
pada pemahaman secara pribadi. Pendapat senada diajukan oleh Ralph Ross dan Enerst Van
den Haag bahwa ilmu memiliki sifat-sifat rasional, empiris, umum, dan akumulatif (Uyoh
Sadulloh,1994:44).

Sementara, dari apa yang dikemukakan oleh Lorens Bagus (1996:307-308) tentang
pengertian ilmu dapat didentifikasi bahwa salah satu sifat ilmu adalah koheren yakni tidak
kontradiksi dengan kenyataan. Sedangkan berkenaan dengan metode pengembangan ilmu,
ilmu memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang reliable, valid, dan akurat. Artinya, usaha untuk
memperoleh dan mengembangkan ilmu dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan
alat ukur yang memiliki keterandalan dan keabsahan yang tinggi, serta penarikan kesimpulan
yang memiliki akurasi dengan tingkat siginifikansi yang tinggi pula. Bahkan dapat
memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal

Sementara itu, Ismaun (2001) mengetengahkan sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai berikut : (1)
obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak berdasarkan pada
emosional subyektif, (2) koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan
kenyataan; (3) reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur
dengan tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi, (4) valid; produk dan cara-cara memperoleh
ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik
secara internal maupun eksternal, (5) memiliki generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu
dapat berlaku umum, (6) akurat; penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang
tinggi, dan (7) dapat melakukan prediksi; ilmu dapat memberikan daya prediksi atas
kemungkinan-kemungkinan suatu hal.

===============

Daftar Pustaka

Achmad Sanusi,.(1998 ), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian : Memungut
dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung :PPS-IKIP Bandung.

Achmad Sanusi, (1999), Titik Balik Paradigma Wacana Ilmu : Implikasinya Bagi
Pendidikan, Makalah, Jakarta : MajelisPendidikan Tinggi Muhammadiyah.

Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat Kuliah),
Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.

Filsafat_Ilmu, members.tripod.com/aljawad/artikel/filsafat_ilmu.htm.

Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.

Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Sinar
Harapan.

Mantiq, media.isnet.org./islam/etc/mantiq.htm.

Moh. Nazir, (1983), Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia

Muhammad Imaduddin Abdulrahim, (1988 ), Kuliah Tawhid, Bandung : Yayasan Pembina


Sari Insani

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani "strategia" yang diartikan sebagai "the art of the general" atau seni
seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Dalam pengertian umum, strategi adalah
cara untuk mendapatkan kemenangan atau mecapai tujuan. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan
ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan (ideologi, politik, ekonomi,sosial-budaya dan hankam)
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berikut ini adalah pengertian dan definisi strategi:

# KARL VON CLAUSEWITZ


Strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan.
Sedangkan perang itu sendiri merupakan kelanjutan dari politik

# A. HALIM
Strategi adalah suatu cara dimana organisasi / lembaga akan mencapai tujuannya, sesuai dengan peluang -
peluang dan ancaman - ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi, serta sumber daya dan kemampuan
internal

# KAPLAN & NORTON


Strategi adalah seperangkat hipotesis dalam model hubungan cause dan effect, yaitu suatu hubungan yang
dapat diekspresikan melalui kaitan antara pernyataan if-then.

# STEPHANIE K. MARRUS
Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada
tujuan jangka panjang organisasi, diserta penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut
dapat dicapai

# HAMEL & PRAHALAD (1995)


Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus - menerus, serta
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggakn di masa depan

# SJAHFRIZAL
Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan berdasarkan analisa terhadap faktor internal dan eksternal

# ANONIM
Strategi adalah keselarasan strategi dengan kebutuhan dan kemampuan dikaitkan dengan upaya penguatan
kemampuan kepemimpinan (leadership), kewirausahaan (enterpreneurship) dan pengelolaan
(managerialship)

# WEBSTER'S THIRD NEW INTERNATIONAL DICTIONARY


Strategi adalah ilmu dan seni tentang penggunaan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, psikologi, dan
militer satu bangsa atau kelompok bangsa-bangsa yang memungkinkan dukungan maksimal kepada
kebijakan yang telah ditetapkan, baik saat damai maupun saat perang

Anda mungkin juga menyukai