Anda di halaman 1dari 52

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ANATOMI FISIOLOGI KARDIOVASKULER

Disusun Oleh : S1 Transfer 1C

Kelompok 1

1. Anton Cahyono
2. Ari Purwaningsih
3. Beta Bunga Ayuning Juwita
4. Irma Budi Lestari
5. Melda Mayangrani
6. Muchtar Eko Putra
7. Widya Sri Astuti. Z

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATA

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH JAKARTA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua,
sehingga dalam kesempatan ini kami dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah Keperawatan Medikal Bedah dengan judul “Anatomi Fisiologi
dan Pemeriksaan Fisik Kardiovaskuler”. Maksud dan tujuan kami
menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Keperawatan
Medikal Bedah.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh


dari sempurna dan tidak lepas dari kekurangan, karena kurangnya
pengetahuan dan referensi yang kami dapatkan, sehingga kami
memerlukan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
penyusunan makalah berikutnya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat pengetahuan bagi para pembaca umumnya dan penyusun
khususnya .

Jakarta, Oktober 2017

Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan
vaskuler. Cardiac yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti
pembuluh darah. Dalam hal ini mencakup sistem sirkulasi darah
yang terdiri dari jantung komponen darah dan pembuluh darah.
Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung,
yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan
berulang 60-100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah
mengalir dari jantung, ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan
tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian
kembali ke jantung melalui venula dan vena
Dalam mekanisme pemeliharaan lingkungan internal
sirkulasi darah digunakan sebagai sistem transport oksigen,
karbon dioksida, makanan, dan hormon serta obat-obatan ke
seluruh jaringan sesuai dengan kebutuhan metabolisme tiap-tiap
sel dalam tubuh. Dalam hal ini, faktor perubahan volume cairan
tubuh dan hormon dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam memahami sistem sirkulasi jantung, kita perlu
memahami anatomi fisiologi yang ada pada jantung tersebut
sehingga kita mampu memahami berbagai problematika berkaitan
dengan sistem kardivaskuler tanpa ada kesalahan yang membuat
kita melakukan neglicent( kelalaian). Oleh karena itu, sangat
penting sekali memahami anantomi fisiologi kardiovaskuler
yang berfungsi langsung dalam mengedarkan obat-obatan serta
oksigenasi dalam tubuh dalam proses kehidupan.

B. Tujuan
Makalah ini di buat penulis dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga
kesehatan atau tenaga medis dapat memahami berkaitan dengan
anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler

C. Manfaat
Makalah ini di buat oleh penulis agar meminimalisir kesalahan dalam
tindakan praktik keperawatan yang di sebabkan oleh ketidakpahaman
dalam anatomi fisiologi dalam sistem kardiovaskuler sehingga
berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri
dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi
memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh
jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh.
Sistem kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi
agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah
satunya adalah meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas
jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut,
lebih banyak di arahkan pada organ-organ vital seperti jantung dan
otak yang berfungsi memlihara dan mempertahankan sistem sirkulasi
itu sendiri.
Gambar : Jantung pusat kardiovaskuler Gambar : Sistem
kardiovaskuler

B. Perkembangan Sistem Kardiovaskuler


Sistem kardiovaskuler mulai berfungsi pada usia 3 minggu
kehamilan. Dalam sistem kardiovaskuler terdapat pembuluh darah
terbesar yang di sebut Angioblast. Angioblast ini timbul dari :
1. Mesoderm : splanknikus & chorionic
2. Merengkim : yolk sac dan tali pusat
3. Dan dapat juga menimbulkan pembuluh darah dan darah

Dalam awal perkembangannya yaitu pada minggu ketiga, tabung


jantung mulai berkembang di splanknikus yaitu antara bagian
pericardial dan IEC dan atap katup uning telur sekunder(kardiogenik
area). Tabung jantung pasangkan membujur endotel berlapis saluran.
Tabung-tabung membentuk untuk menjadi jantung primordial.
Jantung tubular bergabung dalam pembuluh darah di dalam embrio
yang menghubungkan tangkai, karian dan yolk sac membentuk sistem
kardivaskuler purba. Pada janin, proses peredaran darah melalui
plasenta.
C. Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskuler

1. Anatomi Jantung
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida
terbalik dengan apeks (superior-posterior:C-II) berada di bawah
dan basis ( anterior-inferior ICS –V) berada di atas. Pada basis
jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan
bawah dan pembuluh balik. Jantung sebagai pusat sistem
kardiovaskuler terletak di sebelah rongga dada (cavum thoraks)
sebelah kiri yang terlindung oleh costae tepatnya pada
mediastinum. Untuk mengetahui denyutan jantung, kita dapat
memeriksa dibawah papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat pada
orang dewasa sekitar 250-350 gram. Hubungan jantung dengan
alat sekitarnya yaitu:
 Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago
kostalis setinggi kosta III-I.
 Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.
 Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan
aorta pulmonalis, brongkus dekstra dan bronkus sinistra.
 Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta
desendes, vena azigos, dan kolumna vetebrata torakalis.
 Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.

Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah


berpindah tempat. Penyokong jantung utama adalah paru yang
menekan jantung dari samping, diafragma menyokong dari bawah,
pembuluh darah yang keluar masuk dari jantung sehingga jantung
tidak mudah berpindah. Factor yang mempengaruhi kedudukan
jantung adalah:

 Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk


jantung agak turun kebawah
 Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap
(TBC) menahun batas jantung menurun sehingga pada asma
toraks melebar dan membulat
 Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan
mendorong bagian bawah jantung ke atas
 Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi
oleh posisi tubuh.
a) Otot jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu:

(1) Luar/pericardium
Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong
pembungkus jantung yang terletak di mediastinum minus dan
di belakang korpus sterni dan rawan iga II- IV yang terdiri
dari 2 lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan parietal dan
viseral. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lender
sebagai pelican untuk menjaga agar gesekan pericardium tidak
mengganggu jantung.

(2) Tengah/ miokardium


Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri
koronaria. Susunan miokardium yaitu:
 Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh
dua lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut
berbentuk lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua
atria.
 Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari
cincin antrioventikuler sampai ke apeks jantung.
 Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi
dan bilik( atrium dan ventrikel).

(3) Dalam / Endokardium


Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang
mengilat yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput
lender endokardium kecuali aurikula dan bagian depan sinus
vena kava.

b) Bagian- bagian dari jantung:


(1) Basis kordis: bagian jantung sebelah atas yang berhubungan
dengan pembuluh darah besar dan dibnetuk oleh atrium
sinistra dan sebagian oleh atrium dekstra.
(2) Apeks kordis : bagian bawah jantung berbentuk puncak
kerucut tumpul.

c) Permukaan jantung (fascies kordis) yaitu:


(1) Fascies sternokostalis: permukaan menghadap kedepan
berbatasan dengan dinding depan toraks, dibentuk oleh
atrium dekstra, ventrikel dekstra dan sedikit ventrikel
sinistra.
(2) Fascies dorsalis: permukaan jantung menghadap kebelakang
berbentuk segiempat berbatas dengan mediastinum
posterior, dibentuk oleh dinding atrium sinistra, sebgain
atrium sinistra dan sebgain kecil dinding ventrikel sinistra.
(3) Fascies diafragmatika: permukaan bagian bawah jantung
yang bebatas dengan stentrum tindinium diafragma dibentuk
oleh dinding ventrikel sinistra dan sebagian kecil ventrikel
dekstra.

d) Tepi jantung( margo kordis) yaitu:


(1) Margo dekstra: bagian jantung tepi kanan membentang
mulai dari vena kava superior sampai ke apeks kordis
(2) Margo sinistra: bagian ujung jantung sebelah tepi
membentang dari bawah muara vena pulmonalis sinistra
inferior sampai ke apeks kordis.

e) Alur permukaan jantung:

(1) Sulkus atrioventrikularis: Mengelilingi batas bawah basis


kordis
(2) Sulkus langitudinalis anterior: dari celah arteri pulmonalis
dengan aurikula sinistra berjalan kebawah menuju apeks
kordis.
(3) Sulkus langitudinals posterior: dari sulkus koronaria sebelah
kanan muara vena cava inferior menuju apeks kordis.

f) Ruang-ruang jantung

Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:

(1) Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar,
bagian dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista terminalis.
(a) Muara atrium kanan terdiri dari:
 Vena cava superior
 Vena cava inferior
 Sinus koronarius
 Osteum atrioventrikuler dekstra

(b) Sisa fetal atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis

(2)Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalui


osteum atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis
melalui osteum pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih
tebal dari atrium kanan terdiri dari:
(a) Valvula triskuspidal
(b) Valvula pulmonalis
(3) Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula
(4) Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui
osteum atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum
aorta terdiri dari:
(a) Valvula mitralis
(b) Valvula semilunaris aorta

g) Peredaran darah jantung

Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke


atrium dekstra yang datang dari seluruh tubuh. Arteri pulmonalis
membawa darah dari ventrikel dekstra masuk ke paru-
paru(pulmo). Antara ventrikel sinistra dan arteri pulmonalis
terdapat katup vlavula semilunaris arteri pulmonalis. Vena
pulmonalis membawa darah dari paru-paru masuk ke atrium
sinitra. Aorta (pembuluh darah terbesar) membawa darah dari
ventrikel sinistra dan aorta terdapat sebuah katup
valvulasemilunaris aorta melalui arcus aorta.

2. Fisiologi Jantung
Fungsi umum otot jantung yaitu:
a. Sifat ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa
adanya rangsangan dari luar.
b. Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai
ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan
berkontraksi maksimal.
c. Tidak dapat berkontraksi tetanik.
d. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.

1) Metabolisme Otot Jantung


Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan energy
kimia untuk berkontraksi. Energy terutama berasal dari
metabolism asam lemak dalam jumlah yang lebih kecil dari
metabolisme zat gizi terutama laktat dan glukosa. Proses
metabolism jantung adalah aerobic yang membutuhkan
oksigen.
2) Pengaruh Ion Pada Jantung
(a) Pengaruh ion kalium : kelebihan ion kalium pada CES
menyebabkan jantung dilatasi, lemah dan frekuensi lambat.
(b) Pengaruh ion kalsium: kelebihan ion kalsium menyebabkan
jantung berkontraksi spastis.
(c) Pengaruh ion natrium: menekan fungsi jantung.
3) Elektrofisiologi Sel Otot jantung
Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan
permeabilitas membrane sel. Seluruh proses aktifitas listrik
jantung dinamakan potensial aksi yang disebabkan oleh
rangsangan listrik, kimia, mekanika, dan termis. Lima fase aksi
potensial yaitu:
(a) Fase istirahat: Bagian dalam bermuatan
negative(polarisasi) dan bagian luar bermuatan positif.
(b) Fase depolarisasi (cepat): Disebabkan meningkatnya
permeabilitas membrane terhadap natrium sehingga
natrium mengalir dari luar ke dalam.
(c) Fase polarisasi parsial: Setelah depolarisasi terdapat
sedikit perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel,
sehingga muatan positih dalam sel menjadi berkurang.
(d) Fase plato(keadaan stabil): Fase depolarisasi diikiuti
keadaan stabil agak lama sesuai masa refraktor absolute
miokard.
(e) Fase repolarisasi(cepat): Kalsium dan natrium berangsur-
angsur tidak mengalir dan permeabilitas terhadap kalium
sangat meningkat.

4) Sistem Konduksi Jantung


Sistem konduksi jantung meliputi:
(a) SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil
berada di dalam dinding atrium kanan di ujung Krista
terminalis.
(b) AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di
dalam septum atrium dekat muara sinus koronari.
(c) Bundle atrioventrikuler: dari bundle AV berjalan ke arah
depan pada tepi posterior dan tepi bawah pars
membranasea septum interventrikulare.
(d) Serabut penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang
berada pada endokardium menyebar pada kedua ventrikel.
Setiap siklus dimulai dari aksi potensial yang terbentuk spontan
dari SA node, yang terletak di dinding lateral superior dari
atrium kanan dekat dengan pintu masuk vena cava superior.
Aksi potensial berjalan dari SA node melalui kedua atrium dan
kemudian melalui A-V bundle ke ventrikel. Karena suatu sistem
rancangan dalam sistem konduksi dari atrium ke ventrikel, ada
perlambatan lebih dari 0,1 detik dari hantaran listrik dari atrium
ke ventrikel. Ini memungkinkan atrium untuk berkontraksi
duluan untuk mengisi darah ke ventrikel sebelum kontraksi
ventrikel yang kuat dimulai.
Diastol merupakan suatu keadaan dimana jantung, terutama
ventrikel terisi darah diikuti periode kontraksi yang dikenal
sistol (Guyton & Hall,2006). Selama sistol atrium yang terjadi
0,1 detik, atrium mengalami kontraksi. Pada waktu yang sama,
ventrikel mengalami relaksasi. Depolarisasi SA node
menyebabkan depolarisasi atrium, yang ditandai gelombang P
di elektrokardiografi (EKG), kemudian menyebabkan sistol dari
atrium. Ketika atrium berkontraksi, atrium mendesak tekanan
dari darah, yaitu melawan tekanan dari darah yang melalui
katup atrioventrikuler ke dalam ventrikel. Sistol dari atrium
menyumbang darah sebanyak 25 ml darah ke dalam tiap
ventrikel (kira-kira 105 ml). Pada akhir sistol dari atrium juga
merupakan akhir dari diastol ventrikel. Tiap ventrikel telah
berisi 130 ml pada akhir periode relaksasi dan volume darah
tersebut disebut volume akhir diastolik atau end-diastolic
volume (EDV). Kompleks QRS pada EKG menandakan awal
dari depolarisasi ventrikel.

5) Curah jantung
Normal, jumlah darah yang dipompakan ventrikel kiri dan
kanan sama besarnya. Jumlah darah yang dipompakan ventrikel
selama satu menit disebut curah jantung (cardiac output).
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi otot jantung:
(a) Beban awal
(b) Kontraktilitas
(c) Beban akhir
(d) Frekuensi jantung

Periode pekerjaan jantung yaitu:

(a) Periode systole


(b) Periode diastole
(c) Periode istirahat

3. Anatomi Sistem Pembuluh Darah


Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah keseluruh
tubuh. Aliran darah dalam tubuh terdiri dari:
 Aliran darah koroner
 Aliran darah portal
 Aliran darah pulmonal
 Aliran darah sistemik

a) Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah keseluruh tubuh dan alat tubuh. Pembuluh darah
terbesar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri
terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1) Tunika Intima
2) Tunika Media
3) Tunika Eksterna

b) Aorta
Merupakan pembuluh darah arteri terbesar keluar dari jantung
bagian ventrikel sinistra melalui aorta asendes membelok
kebelakang melalui radiks pulmonalis sinistra, turun sepanjang
kolumna vertebralis menembus diafragma, turun ke abdomen.
Jalan arteri ini terdiri dari 3 bagian :
1) Aorta Asenden , memiliki cabang : Aorta torakalis, dan aorta
abdominalis.
2) Arkus Aorta
3) Aorta desendes

c) Arteri Kepala dan Leher


Disuplai oleh arteri komunis dekstra dan sinistra. Pada masing-
masing sisi menuju keatas leher dibawah otot sternomastoid dan
pada ketinggian perbatasan atas kartilago tiroid membagi diri
menjadi dua yaitu:
1) Arteri karotis eksterna
(a) A. tiroid superior
(b) A. faringea asendes
(c) A. lingualis
(d) A. fasialis
(e) A. aurikularis posterior
(f) A. maskilaris
2) Arteri karotis interna:
(a) A. oftalmika
(b) A. komunikan posterior
(c) A. coroidea
(d) A. serebri anterior
(e) A. serebri media
(f) A. nasalis

d) Arteri vertebralis
Cabang bagian pertama subklavia berjalan naik melalui foramen
prosesus transversi masuk ke cranium melalui foramen mahnum
berjalan ke atas lalu kedepan medial medulla oblongata sampai di
tepi bawah pons arteri ini bergabung dan membentuk A. basilaris
cabang-cabang cranial A. vertebralis.
1) Arteri basilaris
Dibentuk oleh penggabungan dua A. vertebralis berjalan naik
dalam alur. Pada permukaan anterior pons bercabang dua:
(a) Arteri serebralis posterior
(b) A. sirkumateriosus

Wajah menerima darah dari:

(a) Arteri fasialis dan temporalis superficial


(b) Arteri temporalis superficial
(c) Arteri transversa fasialis
(d) Arteri supraorbitalis dan supratoklearis

2) Arteri subklavia
Terdiri dari dekstra yaitu cabang dari arteri anonima dan
sinitra cabang dari arkus aorta. Terdiri dari:
(a) A. aksilaris
(b) A. brakhialis
(c) A.ulnaris
(d) A.radialis
(e) A. arkus Palmaris superfisialis
(f) A. arkus Palmaris profundus
(g) A. digitalis
3) Aorta torakalis
(a) Rongga toraks terdiri dari:
(1) A.intercostalis
(2) A.perikardialis
(3) A.bronkialis
(4) A.esofagialis
(5) A. mediastinalis
(b) Dinding toraks terdiri dari:
(1) Arteri prenikus superior
(2) Arteri subkostalis
4) Aorta abdominalis
Merupakan bagian dari aorta desendens.
5) Arteri Rongga perut
Terdiri dari:
(a) Arteri seliaka
(b) A. splinika
(c) A. mesenterika superior
(d) A. renalis
(e) A. spermatika dan Ovarika
(f) A. mesenterika Inferior
(g) A. marginalis
6) Arteri dinding Abdomen
Arteri dinding abdomen muka dan belakan terdiri dari:
(a) Prenikus inferior
(b) Arteri subkostalis
(c) Epigastrika superior
(d) Arteri lumbalis
7) Rongga panggul
Terdiri dari:
(a) Arteri iliaka interna
(b) Arteri iliaka eksterna
e) Vena
Pembuluh darah vena adalah kebalikan dari arteri yang membawa
darah dari alat-alat tubuh kembali ke jantung. Vena terbesar
adalah vena pulmonalis. Pembuluh darah vena yang terdapat
dalam tubuh yaitu:
(a) Vena ke jantung
Meliputi : Vena cava superior, inferior dan pulmonalis
(b) Vena yang bermuara pada vena cava superior : tepat
dibelakang angulus mandibularis yang menyatu dengan vena
aurikularis posterior turun melintasi M.
sternokleidomastoideus tepat diatas clavikula menembus fasia
servikalis profunda dan mencurahkan isinya ke V. subclavia.
Cabang- cabangnya:
(1) Vena aurikularis posterior
(2) Vena retromadibularis
(3) Vena jugularis eksterna posterior
(4) Vena supraskapularis
(5) Vena jugularis anterior
(c) Vena kulit kepala : vena troklearis dan vena supraorbitalis,
vena temporalis superfisialis, aurikularis posterior dan
oksipitalis.
(d) Vena wajah: fasialis, profunda fasialis, transversa fasialis.
(e) Vena pterigoideus : Vena maksilaris, fasialis, lingualis,
oftalmika.
(f) Vena tonsil dan palatum
(g) Vena punggung
(h) Vena yang bermuara pada vena cava interior
(i) Anastomisis portal sistemik
(j) Vena dinding pelvis
(k) Vena anggota gerak atas dan,
(l) Vena anggota gerak bawah
f) Kapiler
Pembuluh darah yang paling kecil sehingga disebut dengan
pembuluh rambut. Kapiler terdiri dari:
(a) Kapiler arteri
(b) Kapiler vena
Fungsi kapiler:
(a) Penghubung arteri dan vena
(b) Tempat pertukaran darah dan cairan jaringan
(c) Mengambil hasil dari kelenjar
(d) Menyerap zat makanan yang terdapat dalam usus
(e) Menyaring darah dalam ginjal

D. Suplai Darah Jantung


Suplai darah jantung berasal dari arteri koroner yang merupakan
cabang pertama aorta yang menyuplai darah ke miokardium dan
epikardium baik atrium maupun ventrikel, yang memiliki 2 cabang,
yaitu arteri koroner kanan dan kiri yang cabang utamanya terletak di
sulkus interventrikuler dan atrioventrikuler. Arteri koroner kanan
muncul dari sinus aorta anterior dan berjalan ke depan melalui trunkus
pulmonaris dan atrium kanan, serta menyelusuri sulkus atrioventrikuler
bagian kanan. Dekat dengan asalnya, arteri koroner kanan selalu
memberikan percabangan ke nodus sinoatrial (SA node) yang
memberikan percabangan ke nodus tersebut. Arteri koroner kanan
kemudian berjalan turun melalui sulkus koroner dan bercabang
menjadi arteri marginalis kanan, yang menyuplai darah ke bagian
pinggir kanan jantung, dan berjalan ke apeks jantung, tetapi tidak
mencapainya. Setelah memberikan percabangan ini, arteri koroner
kanan berbelok ke kiri dan terus menyelusuri sulkus koroner ke arah
posterior jantung. Pada bagian posterior, dimana pertemuan antara
septum interatrial dan septum interventrikuler di antara 4 ruang
jantung, arteri koroner kanan memberikan percabangan ke nodus
atrioventrikuler (AV node) untuk menyuplai darah ke sana. Nodus
sinoatrial dan atrioventrikuler merupakan bagian dari sistem konduksi
listrik
E. di jantung.
Dominasi dari sistem arteri koroner berasal dari arteri koroner mana
yang memberikan cabang ke arteri posterior yang berjalan menurun
(posterior decending artery). Biasanya sistem arteri koroner ini
didominasi arteri koroner kanan sekitar 67%, arteri koroner kiri
sekitar 15%, dan kombinasinya sekitar 18%. Arteri koroner kanan
memberikan cabang interventrikuler posterior yang besar, yang
berjalan turun di sulkus interventrikuler posterior. Cabang ini
memberi suplai darah ke kedua ventrikel dan mengirim percabangan
utuk menyuplai darah ke septum interventrikuler. Kadang-kadang
cabang ini juga menyuplai darah ke jantung bagian diafragmatika
(Moore, et al.,2010
E. Pemeriksaan Fisik Diagnostik Jantung Dan Aorta
Jantung terletak agak melintang di dalam rongga toraks.Dua per tiga
bagiannya berada di sebelah kiri garis tengah dan sepertiganya di
sebelah kanan garis tengah.Proyeksi jantung pada permukaan dada
dapat terlihat dari gambar berikut :

1. Atrium kanan. Merupakan bagian jantung yang terletak


paling jauh di sisi kanan, yaitu kira-kira 2 cm di sebelah
kanan tepi sternum setinggi sendi kostosternalis ke-3 sampai
ke-6.
2. Ventrikel kanan. Menempati sebagian besar proyeksi
jantung pada dinding dada.Batas bawahnya adalah garis yang
menghubungkan sendi kostosternalis ke-6 dengan apeks
jantung.
3. Ventrikel kiri. Ventrikel kiri tidak begitu tampak jika dilihat
dari depan. Pada proyeksi jantung pada dada, daerah tepi kiri
–atas selebar 1,5 cm, merupakan wilayah ventrikel kiri. Batas
kiri jantung adalah garis yang menghubungkan apeks jantung
dengan sendi kostosternalis ke-2 sebelah kiri.
4. Atrium kiri. Adalah bagian jantung yang letaknya paling
posterior dan tidak terlihat dari depan. Kecuali sebagian kecil
saja yang terletak di belakang sendi kostosternalis kiri ke-2.
Secara topografik jantung berada di bagian depan rongga
mediastinum. Ruang mediastinum yang sempit itu memisahkan
jantung dari dinding toraks depan. Di belakang jantung terdapat
organ-organ mediastinum lainnya. Bagian dada yang ditempati
oleh proyeksi jantung yang seperti terlukis di atas itu dinamakan
prekordium.

a. Inspeksi Jantung

Inspeksi jantung berarti mencari tanda-tanda yang


mengungkapan keadaan jantung pada permukaan dada
dengan cara melihat / mengamati. Tanda-tanda itu adalah:
bentuk prekordium, denyut pada apeks jantung, denyut nadi
pada dada, denyut vena.

1) Bentuk prekordium

Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris.


Prekordium yang cekung dapat terjadi akibat perikarditis
menahun, fibrosis atau atelektasis paru, scoliosis atau
kifoskoliosis dan akibat penekanan oleh benda yang
seringkali disandarkan pada dada dalam melakukan
pekerjaan( pemahat tukang kayu dsb). Prekordium yang
gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran jantung,
efusi epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor
mediastinum dan scoliosis atau kifoskoliosi. Penyakit
jatung yang menimbulkan penggembungan setempat
pada prekordium adalah penyakit jantung bawaan
(Tetralogi Fallot ), penyakit katup mitral atau aneurisma
aorta yang berangsur menjadi besar serta aneurisma
ventrikel sebagai kelanjutan infark kordis.

2) Denyut apeks jantung (iktus kordis)

Tempat iktus kordis belum tentu dapat dilihat


terutama pada orang gemuk. Dalam keadaaan normal,
dengan sikap duduk, tidur terlentang atau berdiri iktus
terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak
medial dari linea midclavicularis sinistra. Pada anak-anak
iktus tampak pada ruang interkostal IV, pada wanita
hamil atau yang perutnya buncit iktus kordis dapat
bergeser ke samping kiri. Tempat iktus kordis sangat
tergantnug pada :

a) Sikap badan

Pada sikap tiduran dengan menghadapa ke kiri iktus akan


terdapat dekat linea axillaries anterior. Pada sikap tiduran
dengan menghadap ke klanan iktus terdapat dekat tepi
sternum kiri. Pada sikap berdiri, iktus akan lebih rendah
dan lebih ke dalam dari pada sikap tiduran.

b) Letak diafragma.
Pada inspirasi yang dalam, maka letak iktus lebih ke bawah
dan pindah ke medial  1 – 1,5 cm. Pada wanita hamil
trimester III, dimana diafragma terdesak ke atas, maka
iktus akan lebih tinggi letaknya, bisa pada ruang interkostal
III atau bahkan II, serta agak di luar linea
midklavikularis.Pada ascites juga akan dijumpai keadaan
seperti tersebut di atas.

Kadang-kadang iktus dapat ditentukan dengan


melihat papilla mammae, tapi seringkali hal ini tidak dapat
dijadikan patokan karena letak papilla mammae terutama
pada wanita sangat variable. Iktus sangat menentukan batas
jantung kiri. Maka jika didapatkan iktus terdapat pada
perpotongan antara spatium interkostale V kiri dengan
linea midklavikularis, berarti besar jantung normal. Jika
iktus terdapat di luar linea midklavikularis, maka
menunjukan suatu hal tidak normal, yang dapat disebabkan
oleh pembesaran jantung kiri atau jika besar jantung adalah
normal, maka perpindahan itu disebabkan oleh
penimbunan cairan dalam kavum pleura kiri atau adanya
schwarte pleura kanan. Jika iktus terdapat lebih medial
(lebih kanan) dari normal, hal ini juga patologis, dapat
terjadi karena penimbunan cairan pleura kiri atau adanya
schwarte pleura kanan.
Sifat iktus: Pada keadaan normal, iktus hanya
merupakan tonjolan kecil, yang sifatnya local. Pada
pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus akan meluas,
Iktus hanya terjadi selama systole.Oleh karena itu, untuk
memeriksa iktus, kita adakan juga palpasi pada a. carotis
comunis untuk merasakan adanya gelombang yang asalnya
dari systole.

3) Denyutan nadi pada dada.

Bagian prekordium di samping sternum dapat bergerak


naik-turun seirama dengan diastolic dan sistolik.Tanda ini
terdapat pada ventrikel kanan yang membesar.Apabila di dada
bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga adanya
kelainan pada aorta.Aneurisma aorta ascenden dapat
menimbulkan denyutan di ruang interkostal II kanan,
sedangkan denyutan dada di daerah ruang interkostal II kiri
menunjukkan adanya dilatasi a. pulmonalis dan aneurisma
aorta descenden.

4) Denyutan vena

Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak


menunjukkan denyutan.Vena yang menunjukkan denyutan
hanyalah vena jugularis interna dan eksterna.

b. Palpasi Jantung

Palpasi dapat menguatkan hasil yang didapat dari


inspeksi. Denyutan yang tidak tampak, juga dapat ditemukan
dengan palpasi. Palpasi pada prekordiun harus dilakukan
dengan telapak tangan dahulu, baru kemudian memakai
ujung ujung jari. Palpasi mula-mula harus dilakukan dengan
menekan secara ringan dan kemudian dengan tekanan yang
keras.Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, sedang
pasien dalam sikap duduk dan kemudian berbaring
terlentang.Telapak tangan pemeriksa diletakkan pada
prekordium dengan ujung-ujung jari menuju ke samping kiri
toraks. Hal ini dilakukan untuk memeriksa denyutan
apeks.Setelah itu tangan kanan pemeriksa menekan lebih
keras untuk menilai kekuatan denyutan apeks. Jika denyut
apeks sudah ditemukan dengan palpasi menggunakan telapak
tangan, kita palpasi denyut apeks dengan memakai ujung-
ujung jari telunjuk dan tengah.

Denyutan, getaran dan tarikan dapat diteliti dengan jalan


palpasi baik ringan maupun berat. Urutan palpasi dalam
rangka pemeriksaan jantung adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan iktus cordis
Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila
teraba dinilai kuat angkat atau tidak. Kadang-kadang kita tidak
dapat melihat, tetapi dapat meraba iktus.Pada keadaan normal
iktus cordis dapat teraba pada ruang interkostal kiri V, agak ke
medial (2 cm) dari linea midklavikularis.kiri. Apabila denyut
iktus tidak dapat dipalpasi, bisa diakibatkan karena dinding
toraks yang tebal misalnya pada orang gemuk atau adanya
emfisema, tergantung pada hasil pemeriksaan inspeksi dan
perkusi.

Denyut iktus cordis sangat kuat kalau pengeluaran darah


dari jantung (output) besar. Dalam keadaan itu denyut apeks
memukul pada telapak tangan atau jari yang melakukan
palpasi. Hal ini dapat terjadi pada insufisiensi aorta dan
insufisiensi mitralis.Pada keadaan hipertensi dan stenosis aorta
denyutan apeks juga kuat, akan tetapi tidak begitu kuat,
kecuali jika ventrikel kiri sudah melebar (dilatasi) dan mulai
timbul keadaan decomp cordis.

Denyutan yang memukul pada daerah sebelah kiri sternum


menandakan keadaan abnormal yaitu ventrikel kanan yang
hipertrofi dan melebar.Hal ini dapat terjadi pada septum atrium
yang berlubang, mungkin juga pada stenosis pulmonalis atau
hipertensi pulmonalis. Denyutan yang memukul akibat
kelainan pada ventrikel kiri atau ventrikel kanan dapat juga
teraba di seluruh permukaan prekordium. Hal ini terjadi
apabila penjalaran denyutan menjadi sangat kuat karena
jantung berada dekat sekali pada dada.Namun, harus tetap
ditentukan satu tempat dimana denyutan itu teraba paling
keras.

2) Pemeriksaan getaran / thrill


Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan
katub bawaan atau penyakit jantung congenital. Disini harus
diperhatikan :

a) Lokalisasi dari getaran


b) Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
c) Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila
orang tersebut melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi
jantung dan darah akan mengalir lebih cepat.
d) Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya
akan terdengar bising jantung.
Contoh pada kelainan jantung bawaan VSD akan teraba
getaran sistolik di parasternal kiri bawah dan pada stenosis
pulmonal akan teraba getaran sistolik di parasternal kiri atas.
Pada kelainan jantung didapat seperti stenosis mitral akan
teraba getaran distolik di apeks jantung dan pada stenosis
aorta akan teraba getaran sistolik di bagian basis jantung.
3) Pemeriksaan gerakan trachea.
Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga diperhatikan
karena anatomi trachea berhubungan dengan arkus aorta. Pada
aneurisma aorta denyutan aorta menjalar ke trachea dan
denyutan ini dapat teraba. Cara pemeriksaannya adalah sebagai
berikut : Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan kedua jari
telunjuknya diletakkan pada trachea sedikit di bawah krikoid.
Kemudian laring dan trachea diangkat ke atas oleh kedua jari
telunjuk itu. Jika ada aneurisma aorta maka tiap kali jantung
berdenyut terasa oleh kedua jari telunjuk itu bahwa trachea dan
laring tertarik ke bawah.

4) Perkusi Jantung

Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-


batas jantung.

a)Batas kiri jantung


Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial.
Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup
relatif kita tetapkan sebagai batas jantung kiri. Dengan
cara tersebut kita akan dapatkan tempat iktus, yaitu
normal pada ruang interkostale V kiri agak ke medial
dari linea midklavikularis sinistra, dan agak di atas
batas paru-hepar. Ini merupakan batas kiri bawah dari
jantung.

Batas jantung sebelah kiri yang terletak di sebelah


cranial iktus,pada ruang interkostal II letaknya lebih
dekat ke sternum daripada letak iktus cordis ke
sternum, kurang lebih di linea parasternalis kiri.
Tempat ini sering disebut dengan pinggang jantung.
Sedangkan batas kiri atas dari jantung adalah ruang
interkostal II kiri di linea parasternalis kiri.

b) Batas kanan jantung.


Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial.
Disini agak sulit menentukan batas jantung karena
letaknya agak jauh dari dinding depan thorak. Batas
bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang
interkostal III- IV kanan,di line parasternalis kanan.
Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan
linea parasternalis kanan.
Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam
penyakit jantung yaitu efusi pericardium dan
aneurisma aorta.Kita ketahui bahwa pada emfisema
daerah redup jantung mengecil, tapi pada aneurisma
aorta daerah redup jantung meluas sampai ke sebelah
kanan sternum sekitar ruang interkostal II. Suara
perkusi pada sternumpun menjadi redup. Pada efusi
pericardium daerah redup jantung meluas terutama
bagian bawahnya sehingga bentuknya menyerupai
bentuk jambu.

5) Asukultasi Jantung
Auskultasi jantung menggunakan alat
stetoskop.Yang dipakai disini adalah stetoskop duplek,
yang memiliki dua corong yang dapat dipakai bergantian.
Corong pertama berbentuk kerucut yang sangat baik
untuk mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi,
sedangkan corong yang kedua berbentuk lingkaran yang
sangat baik untuk mendengarkan bunyi dengan nada
rendah. Pada auskultasi, selama beberapa pukulan
jantung harus diusahan untuk mendengarkan dan
memusatkan perhatian pada bunyi I, setelah ada kepastian
barulah dipusatkan pada bunyi II. Pada auskultasi akan
diperhatikan 2 hal, Yaitu :

a)Bunyi jantung : Bunyi jantung I dan II


(1) Bunyi Jantung I
Terjadi karena getaran menutupnya katub
atrioventrikularis, yang terjadi pada saat
kontraksi isometris dari bilik pada permulaan
systole. Getaran yang terjadi tersebut akan
diproyeksikan pada dinding toraks yang kita
dengar sebagai bunyi jantung I. Intensitas dari BJ
I tergantung dari :

- Kekuatan kontraksi bilik dimana ini tergantung


dari kekuatan otot bilik.
- Kecepatan naiknya desakan bilik
- Letak katub A – V pada waktu systole ventrikel
- Kondisi anatomis dari katub A – V Daerah auskultasi
untuk BJ I :
1. Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini.
2. Pada ruang interkostal IV – V kanan. Pada
tepi sternum : katub trikuspidalis terdengar
disini
3. Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi
sternum, merupakan tempat yang baik pula
untuk mendengar katub mitral.
Intensitas BJ I akan bertambah pada apek pada:
- stenosis mitral
- interval PR (pada EKG) yang begitu pendek
- pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran
darah yang cepat misalnya [ada kerja fisik,
emosi, anemi, demam dll.
- Intensitas BJ I melemah pada apeks pada :
- shock hebat
- interval PR yang memanjang
- decompensasi hebat
Gambar 1. Lokasi auskultasi

(2) Bunyi jantung II


Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya
katub aorta dan a. pulmonalis pada dinding
toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan
diastole. BJ II normal selalu lebih lemah
daripada BJ I. Pada anak-anak dan dewasa muda
akan didengarkan BJ II pulmonal lebih keras
daripada BJ II aortal. Pada orang dewasa
didapatkan BJ II aortal lebih keras daripada BJ II
pulmonal.
Intensitas BJ II aorta akan bertambah pada :

- hipertensi
- arterisklerosis aorta yang sangat. Intensitas BJ II
pulmonal bertambah pada :
- kenaikan desakan a. pulmonalis, misalnya
pada : kelemahan bilik kiri, stenosis mitralis,
cor pulmonal kronik, kelainan cor congenital.
BJ II menjadi kembar pada penutupan yang tidak
bersama-sama dari katub aorta dan pulmonal.
terdengar jelas pada basis jantung.
BJ I dan II akan melemah pada :

- orang yang gemuk


- emfisema paru-paru
- perikarditis eksudatif
- penyakit-penyakit yang menyebabkan
kelemahan otot jantung.

b) Bising jantung / cardiac murmur


Bising jantung lebih lama daripada bunyi jantung. Hal-
hal yang harus diperhatikan pada auskultasi bising
adalah :

(1) Apakah bising terdapat antara BJ I dan BJ II


(=bising systole), ataukah bising terdapat antara BJ
II dan BJ I (=bising diastole). Cara termudah
untuk menentukan bising systole atau diastole ialah
dengan membandingkan terdengarnya bising
dengan saat terabanya iktus atau pulsasi a. carotis,
maka bising itu adalah bising systole.
(2) Tentukan lokasi bising yang terkeras.
(3) Tentukan arah dan sampai mana bising itu
dijalarkan. Bising itu dijalarkan ke semua arah
tetapi tulang merupakan penjalar bising yang baik,
dan bising yang keras akan dijalarkan lebih dulu.
(4) Perhatikan derajat intensitas bising tersebut.
Ada 6 derajat bising :

(1) Bising yang paling lemah yang dapat


didengar.Bising ini hanya dapat didengar dalam
waktu agak lama untuk menyakinkan apakah
besar-benar merupakan suara bising.
(2) Bising lemah , yang dapat kita dengar dengan
segera.
(3) dan (4) adalah bising yang sedemikian rupa
sehingga mempunyai intensitas diantara (2) dan
(5).
(4) Bising yang sangat keras, tapi tak dapat
didengar bila stetoskop tidak diletakkan pada
dinding dada.
(5) Bising yang dapat didengar walaupun tak
menggunakan stetoskop.
(5) Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar,
halus, bising gesek, bising yang meniup, bising
yang melagu.

Secara klinis, bising dapat dibagi menjadi :

1.Bising fisiologis.

Biasanya bising yang sistolik berupa bising yang fisiologis,


dan jarang patologis. Tetapi bising diastolic selalu
merupakan hal yang patologis. Sifat-sifat bising fisiologis
adalah sbb :
a. Biasanya bersifat meniup
b. Tak pernah disertai getaran
c. Biasanya tidak begitu kerasa tetapi lebih dari derajat II
d. Pada auskultasi terdengar baik pada sikap terlentanbg
dan pada waktu ekspirasi
e. Dapat diauskultasi paling baik di ruang interkostal II –
III kiri pada tempat konus pulmonalis.
2.Bising patologis

Seperti sudah dijelaskan bahwa bising diastolic pasti


patologis, sedang bising sistolik bias fisiologis, bisa
patologis.Bising sistolik yang terdapat pada apeks
biasanya patologis. Sifatnya meniup, intensitasnya tak
tentu, lamanya juga tak tentu.Keadaan-keadaan ini sering
dijumpai bising sistolik pada apeks :

a. Insufisiensi mitralis organic missal pada cacat katub karena


reuma.
b. Pembesaran hebat dari bilik kiri, sehingga annulus
fibrosis relatif lebih besar daripada valvula mitralis. Jadi
disini ada insufisiensi mitral relatif. Hal ini terdapat
pada miodegenerasi dan hipertensi hebat.
c. Anemia dan hipertiroid atau demam.Bising disini terjadi
karena darah megalir lebih cepat.
d. Stenosis aorta.Disini akan dijumpai adanya bising
sistolik pada aorta, yang kemudian dihantarkan ke apeks
jantung. Sehingga pada apeks akan terdengar bunyi
yang lebih lemah daripada aorta.
e.

II. PEMERIKSAAN PEMBULH DARAH PERIFER

Pada pemeriksaan pembuluh darah perifer hal yang biasa


dilakukan adalah palpasi nadi. Pada pemeriksaan yang rutin
yang dilakukan adalah palpasi nadi dari a. radialis. Pada palpasi
nadi harus diperhatikan hal-hal di bawah ini :

1. Frekuensi nadi
Frekuensi nadi adalah jumlah denyut nadi selama 1
menit. Frekuensi nadi yang normal pada orang dewasa adalah
antara 60 – 90, biasanya 70 – 75.Pada anak-anak dan wanita
frekuensi sedilikt lebih cepat.Demikin juga halnya pada
waktu berdiri, sedang makan, mengeluarkan tenaga, atau
waktu mengalami emosi.

Frekuensi nadi yang dianggap abnormal adalah lebih


dari 100 dan kurang dari 60.Nadi yang cepat dikenal dengan
takikardi atau pulsus frekuens sedangkan nadi yang lambat
dikenal dengan bradikardi atau pulsus rarus. Takikardi
dijumpai pada demam tinggi, tirotoksikosis, infeksi
streptokokus, difteri dan berbagai jenis penyakit jantung
sepert supraventrikuler takikardia paroksismal. Bradikardi
terdapt pada penyakit miksudema, penyakit kuning, demam
enteritis, dan tifoid.
2. Tegangan
Tegangan nadi tergantung dari desakan darah.
Cara memeriksa :
Tangan kanan penderita diletakkan dengan telapak tangan
menghadap ke atas dan disandarkan pada ibu jari pemeriksa.
Di atas a. radialis diletakkan berjajar jari telunjuk, tari tengah,
dan jari manis telunjuk.

Menekan a. radialis sehingga a. radialis menutup, setelah itu


dengan jari manis kita tekan a. radialis perlahan-lahan sampai
jari tengah tak merasakan adanya pulsasi lagi. Jadi kesan
besarnya desakan darah diperoleh dari jari manis yang
menghil;angkan pulsasi. Untuk ini, kita harus melatih diri
supaya dapat mengetahui tegangan nadi.

3. Irama nadi
Irama nadi dibedakan menjadi reguler/teratur dan
irreguler/tidak teratur.Pada orang sehat denyut nadi biasanya
teratur, tetapi nadi yang tidak teratur belum tentu
abnormal.Aritmia sinus adalah gangguan irama nadi, dimana
frekuensi nadi menjadi cepat pada waktu inspirasi dan
melambat pada wkatu ekspirasi. Hal demikian adalah normal
dan mudah dijumpai pada anak-anak.
Jenis nadi tak teratur lainnya adalah abnormal,Pada
gangguan hantaran jantung dapat terjadi keadaan dimana
tiap-tiap dua denyut jantung dipisahkan oleh waktu yang
lama, karena satu diantara tiap-tiap dua denyut menghilang.
Nadi semacam ini dinamakan pulsus bigeminus.Kalau tiap 2-
3 denyut diceraikan oleh waktu yang lama dinamakan pulsus
trigeminus. Masa antara denyutan nadi (interval) yang
memanjang dapat ditemukan juga jika terdapat satu denyutan
tambahan yang tibul lebih dini daripada denyutan-denyutan
lain yang menyusulnya. Denyutan ini dinamakan denyutan
ekstra-sistolik. Nadi yang sama sekali tak teratur dikenal
sebagai pulsus iregularis totalis dan nadi ini merupakan
gejala dari fibrilasi atrium.
4. Macam-macam denyut nadi
Tiap denyut nadi dapat dilukiskan sebagai satu
gelombang yang terdiri dari bagian yang meningkat, bagian
yang menurun dan puncaknya.Dengan cara palpasi kita dapat
menafsirkan gelombang tersebut. Gelombang nadi yang
lemah mempunyai puncak yang tumpul dan rendah.Denyut
nadi itu sifatnya seolah-olah merangkak. Nadi semacam ini
dinamakan pulsus anakrot,yang khas terdapat pada stenosis
aorta. Sebaliknya denyut nadi yang terasa seolah-olah
meloncat tinggi, yaitu denyutan yang meningkat tinggi dan
menurun secara cepat sekali,adalah khas untuk insufisiensi
aorta, nadi semacam ini dinamakan pulsus seler.

Ada juga denyut nadi yang dinamakan pulsus


paradoksus, yaitu denyut nadi yang menjadi semakin lemah
selama inspirasi bahkan menghilang sama sekali pada bagian
akhir inspirasi untuk timbul kembali pada saat ekspirasi. Nadi
semacam ini menunjukkan adanya pericarditis konstriktiva
dan efusi perikardium. Pulsus alternans adalah nadi yang
mempunyai denyut yang kuat dan lemah berganti-ganti. Hali
ini menandakan adanya kerusakan pada otot jantung.

5. Isi nadi

Isi nadi ditentukan oleh faktor dari dalam jantung dan


faktor dari dalam pembuluh darah. Dibedakan menjadi isi
nadi normal, isi nadi kurang/pulsus parvus, isi nadi
besar/pulsus magnus. Pada tiap denyut nadi sejumlah darah
melewati bagian tertentu dari arteri. Banyaknya jumlah darah
ini dicerminkan oleh tingginya puncak gelombang nadi. Jika
suatu denyutan terasa mendorong jari yang malakukan
palpasi, maka dikatakan bahwa nadi itu besar disebut dengan
pulsus magnus. Sebaliknya pada gelombang nadi yang kecil,
jumlah darah yang melalui arteri kecil, disebut dengan pulsus
parvus.

Nadi yang besar dijumpai pada waktu orang


mengeluarkan tenaga atau jika ada demam tinggi yang akut.
Pada pulsus seler didapati denyut yang besar, akan tetapi
datang dan hilangnya denyutan pada pulsus seler cepat
sekali. Pulsus parvus dijumpai pada perdarahan, infark
cordis, dan stenosis aorta. Isi nadi juga mencerminkan
perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik yang dikenal
sebagai tekanan nadi.

6. Bandingkan nadi a.radialis kiri dan kanan.


Jika tidak sama disebut nadi tak sama (pulsus
differens). Pulsus differens disebabkan :

a. Kelainan a. radialis, yaitu a. radialis tetap kecil


bentuknya, sehingga ulnaris yang membesar. Di sini a.
ulnaris harus diperiksa dengan cara meraba sebelah dalam
m.flexor carpi ulnaris.
b. Penyakit pada pangkal a. anonyma, a. subclavia, aorta
yaitu aneurisma aorta. Hal ini menyebabkan desakan
antara lengan kanan dan kiri tidak sama.
7. Keadaan dinding arteri.
Pada arterisclerosis dinding akan teraba abnormal
keras, kadang- kadang bahkan seperti pipa kerasnya,
sedangkan pembuluh tadi dapat kita guling-gulingkan kesana
kemari. Bila tingkatan sklerosis berlanjut, pembuluh juga
akan mengalami pemanjangan sehingga berkelok-kelok.
Keadaan ini dapat terlihat jelas pada a. brachialis. Pada
keadaan normal, dinding arteri akan teraba kenyal.

ALAT YANG DIPERLUKAN


1. Double Lumen-Stetoskop
2. Timer
Pertimbangan umum :
- Pakaian atas pasien harus disiapkan dalam keadaan terbuka.
- Ruang pemeriksaan harus tenang untuk menampilkan
auskultasi yang adekuat.
- Tetap selalu menjaga privacy pasien
- Prioritaskan dan perhatikan untuk tanda-tanda kegawatan.
Teknik auskultasi :
a. Atur posisi pasien supinasi dengan posisi kepala sedikit lebih
tinggi.
b. Posisi pemeriksa harus selalu disebelah kanan sisi
pasien. Ruangan yang tenang adalah penting.
c. Auskultasi dengan diafragma pada RICS kedua dekat
sternum (aortic area).
d. Auskultasi dengan diafragma pada LICS kedua dekat
sternum (pulmonic area).
e. Auskultasi dengan diafragma pada LICS Ke-3, 4, 5 dekat
setrnum (tricuspid area).
f. Dengarkan dengan diafragma pada apex (PMI) (mitral area).
g. Dengarkan dengan bell pada apeks.
h. Dengarkan dengan bell pada ICS ke-4 dan ke-5 dekat
dengan sternum
i. Miringkan pasien ke samping kiri.
j. Dengarkan dengan bell pada apex, posisi ini untuk
mengkaji S3 dan murmur mitral.
PENILAIAN KETRAMPILAN PEMERIKSAAN
JANTUNG
Nam :
NIM :
No Aspek yang Nilai
dinilai 0 1 2
1 Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
2 Menyiapkan penderita (diminta berbaring dan
membuka baju)
3 Mencari pulsasi iktus kordis
4 Meraba iktus kordis
5 Melakukan perkusi dengan teknik yang benar
6 Menentukan batas kiri jantung dengan melakukan
perkusi dari sisi
lateral kiri ke medial
7 Menentukan batas kanan jantung dengan melakukan
perkusi dari sisi kanan ke kiri
8 Menentukan batas atas jantung dengan melakukan
perkusi dari atas
(fossa supraklavikula) ke bawah
9 Selama perkusi dapat menghasilkan perubahan suara
dari sonor ke
redup jantung
1 Dapat menyebutkan batas-batas jantung sesuai
0 dengan pemeriksaan di atas
1 Penderita diminta bernapas biasa dalam suasana
1 rileks
1 Melakukan auskultasi jantung pada sela iga II kanan
2
1 Melakukan auskultasi jantung pada sela iga III-IV
3 sepanjang garis
parasternal kanan
1 Melakukan auskultasi apek jantung
4
1 Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar
5 jantung, baru perhatian
pada suara tambahan
1 Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung
6
1 Bedakan antara sistolik dan diastolik
7
1 Usahakan mendapat kesan intensitas suara jantung
8
1 Perhatikan adanya suara tambahan/suara yang pecah
9
2 Tentukan suara tambahan/bising sistolik atau
0 diastolic
2 Tentukan daerah penjalaran bising dan tentukan titik
1 maksimumnya
2 Catat hasil auskultasi
2
Total
skor
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang
sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Nilai = ( Jumlah/44 ) x 100% = …… Purwokerto,


………………
Evaluator

(……………………)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pemaparan tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa:
1. Kardiovaskuler terdiri dari 2 kata yaitu jantung dan pembuluh darah
dan 3 komponen yaitu salah satunya adalah hemoglobin dalam
darah yang juga berperan dalam sistem sirkulasi.
2. Jantung telah aktif dalam masa janin ketika berusia 3 bulan dalam
kandungan dengan proses sirkulasi melalui plasenta.
3. Anatomi fisiologi system kardiovaskuler sangat penting di pelajari
karena perlu adanya pengetahuan dalam menyelesaikan berbagai
problematika kesehatan terkait system kardiovaskuler.
B. Saran
Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu
kesehatan maupun ilmu alam lainnya penting sekali memahai anatomi
sistem kardiovaskuler secara tepat agar terhindar dari kelalaian baik itu
dirumah sakit maupun di alam yang berkaitan dengan perubahan fungsi
tubuh akibat kurangnya aktifitas positif untuk memberikan kesehatan
terhadap jantung sebagai pusat kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th
ed. Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders.

Moore K.L., Dalley A.F., Agur A.M.R. 2010. Clinically oriented anatomy.
6th edition. Lippincott William and Wilkins. Amerika. 246-53.

Muttaqin,Arif.2009. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem


kardiovaskuler. . Jakarta. Penerbit: Salemba Medika

Penerbit: Salemba Medika.

Standring, S. 2008. Gray’s Anatomy: The Anatomical Basic of Clinical


Practice. 14th ed. Amsterdam: Churchill Livingstone Elsevier.

Syaifuddin,H.2002. Anatomi fisiologi berbasis kompetensi untuk


keperawatan dan kebidanan.Jakarta:Penerbi EKG

Syaifuddin,Haji.2006. Anatomi fisiologis mahasiswa keperawatan. Jakarta


Penerbit:EKG

Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan.


Jakarta

Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and


Physiology. Twelfth Edition. Asia: Wiley
1

Anda mungkin juga menyukai