Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia.


Maju mundurnya proses pengembangan suatu bangsa disegala bidang sangat ditentukan
oleh tingkat pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan merupakan asset masa depan
yang menentukan maju mundurnya suatu bangsa, oleh sebab itu pembangunan sektor
pendidikan harus menjadi prioritas.

Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau


sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial
dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi,
semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Berdasarkan hal
tersebut di atas, upaya guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa sangatlah
penting, sebab keaktifan belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran
yang dilaksanakan (Mulyasa,2004). Salah satu model pembelajaran yang dapat
membuat siswa agar belajar secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk – bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh
guru.

Pada kenyataannya metode pembelajaran yang berpusat pada siswa belum


banyak digunakan, sedangkan metode yang sering digunakan oleh guru adalah metode
ceramah. Metode ceramah ini sering sekali membuat siswa hanya mendengarkan dan
menerima apa yang diberikan guru tanpa ikut berperan aktif didalamnya, sehingga
diperlukan suatu metode pmbelajaran yang membuat siswa berperan aktif dalam proses
pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah


pembelajaran kooperatif. Terdapat beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, salah
satunya adalah tipe Teams-Games- Tournament (TGT). Pada tipe ini terdapat beberapa
tahap yang harus dilalui selama proses pembelajaran. Tahap awal, siswa belajar dalam

1
suatu kelompok dan diberikan suatu materi yang dirancang sebelumnya oleh guru.
Setelah itu siswa bersaing dalam turnamen untuk mendapatkan penghargaan kelompok.
Selain itu terdapat kompetisi antar kelompok yang dikemas dalam suatu permainan agar
pembelajaran tidak membosankan. Pembelajaran kooperatif tipe TGT juga membuat
siswa aktif mencari penyelesaian masalah dan mengkomunikasikan pengetahuan yang
dimilikinya kepada orang lain, sehingga masing-masing siswa lebih menguasai materi.
Dalam pembelajaran tipe TGT, guru berkeliling untuk membimbing siswa saat belajar
kelompok. Hal ini memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan guru. Dengan
mendekati siswa, diharapkan tidak ada ketakutan bagi siswa untuk bertanya atau
berpendapat kepada guru.

Adapun penelitian dilakukan peneliti yaitu untuk mengetahui ada tidaknya


peningkatan minat belajar kimia antara siswa yang menggunakan metode ceramah.
Dalam penelitian ini juga ingin meengetahui tanggapan siswa tentang kelebihan
maupun kekurangan selama belajar kimia dengan metode pembelajaran kooperatif tipe
TGT pada materi senyawa hidrokarbon.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Adakah perbedaan yang signifikan pada minat belajar kimia siswa dengan mengikuti
pembelajaran metode kooperatif tipe TGT dibandingkan menggunakan metode
ceramah?

2. Adakah perbedaan yang signifikan terhapadap prestasi belajar siswa ketika


mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TGT dibandingkan dengan metode ceramah?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Ada tidaknya perbedaan minat belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
kooperatif tipe TGT dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode
ceramah
2. Ada tidaknya perbedaa prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
kooperatif tipe TGT dengan metode ceramah.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Siswa, dapat menambah minat dan semangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran kimiaserta melatih untuk bekerjasama dan saling menghargai.
2. Guru, sebagai ambahan variasi metode pembelajaran ketika melaksankan kegiatan
pembelajaran.
3. Sekolah, sebagai informasi akan pentingnya metode pengajaran disamping metode
ceramah, sehingga sekolah dapat melakukan pelatihan metode mengajar baru pada
guru.
4. Peneliti, meningkatkan pemahaman tentang menarik minat siswa dalam pembelajaan
kimia dengan metode pembelajaran tertentu.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-


tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial
dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi,
semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Berdasarkan hal tersebut
di atas, upaya guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa sangatlah penting,
sebab keaktifan belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang
dilaksanakan (Mulyasa,2004).

Pembelajaran juga merupakan aktivitas paling utama yang berarti bahwa


keberhasilan tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif (Zulaika, 2016).

Pembelajaran kimia yang merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan
alam mempelajari tentang materi, struktur, dan sifat-sifatnya. Banyak siswa
menganggap materi dalam pelajaran kimia bersifat abstrak. Senyawa Hidrokarbon
merupakan salah satu konsep yang dibahas dalam mata pelajaran kimia, yang mengkaji
konsep-konsep abstrak yang sulit untuk dipahami oleh siswa. Anggapan tersebut,
membuat siswa tidak antusias dan tidak termotivasi dalam mempelajarinya. Hal ini
berdampak pada rendahnya hasil belajar.

Pentingnya motivasi dalam belajar kimia merupakan bahan kajian yang


penting bagi guru, agar dapat menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan,
efektif dan kreatif sehingga dengan tingginya motivasi diharapkan dapat meningkat
hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (2008) yang menyatakan
bahwa metode pembelajaran TGT menyenangkan dan mempermudah siswa dalam
mempelajari materi yang diajarkan (Slavin, 2008).

4
Prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan
murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada
mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum Bustalin (2004:3). Kegiatan
penilaian termasuk ke dalam evaluasi yang tentunya menggunakan suatu alat atau
sering disebut dengan instrumen. Penentuan alat ukur atau instrumen yang akan
digunakan disesuaikan dengan hasil pengukuran yang ingin di dapat. Sedangkan
ketepatan instrumen penilaian dalam menentukan hasil pengukuran dilihat dari kisi-kisi
instrumen penilaian tersebut. Kisi-kisi tersebut berupa materi yang diujikan, bentuk
soal, tingkat berpikir yang terlibat, bobot soal, dan penskoran (Rasyid, dkk, 2009: 9).

2.1 Materi Senyawa Hidokarbon

Hidrokarbon yang paling sederhana adalah alkana, yaitu hidrokarbon yang


hanya mengandung ikatan kovalen tunggal. Hidrokarbon merupakan senyawa yang
struktur molekulnya terdiri dari hidrogen dan karbon. Molekul yang paling sederhana
dari alkana adalah metana. Metana berupa gas pada suhu dan tekanan baku, merupakan
komponen utama gas alam (Wilbraham, 1992).

Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon


yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu ikatan
dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom karbon yang
mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon tidak jenuh
(Fessenden, 1997).

Hidrogen dan senyawa turunannya, umumnya terbagi menjadi tiga kelompok


besar yaitu:

1. Hidrogen alifatik terdiri atas rantai karbon yang tidak mencakup bangun
siklik. Golongan ini sering disebut sebagai hidrokarbon rantai terbuka atau hidrokarbon
siklik. Contoh hidrokarbon alifatik yaitu :

C2H6 (etana) CH3CH2CH2CH2CH3 (pentana)

2. Hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon yang
tersusun dalam satu lingkar atau lebih.

5
3. Hidrokarbon aromatik merupakan golongan khusus senyawa siklik yang
biasanya digambarkan sebagai lingkar enam dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap
bersilih–ganti. Kelompok ini digolongkan terpisah dari hidrokarbon asiklik dan alifatik
karena sifat fisika dan kimianya yang khas (Syukri, 1999).

Karbon-karbon dari suatu hidrokarbon dapat bersatu sebagai suatu rantai atau
suatu cincin. Hidrokarbon jenuh dengan atom-atomnya bersatu dalam suatu rantai lurus
atau rantai yang bercabang diklasifikasikan sebagai alkana. Suatu rantai lurus berarti
dari tiap atom karbon dari alkana akan terikat pada tidak lebih dari dua atom karbon
lain. Suatu rantai cabang alkana mengandung paling sedikit sebuah atom karbon yang
terikat pada tiga atau lebih atom karbon lain (Fessenden, 1997).

Alkana rantai lurus:

CH3 – CH2 - CH3

Alkana rantai cabang :

CH3 – CH – CH2 – CH3

CH3

Senyawa berbobot molekul rendah berwujud gas dan cair, dan zat yang
berbobot molekul tinggi berwujud padat. Alkana merupakan zat nonpolar, zat yang tak
larut dalam air dengan kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Selain alkana juga ada
alkena yaitu hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua karbon–
karbon. Senyawa ini dikatakan tidak jenuh karena tidak mempunyai jumlah maksimum
atom yang sebetulnya dapat ditampung oleh setiap karbon (Pettruci, 1987).

Hidrokarbon alifatik berasal dari minyak bumi sedangkan hidrokarbon


aromatik dari batu bara. Semua hidrokarbon, alifatik dan aromatik mempunyai tiga sifat
umum, yaitu tidak larut dalam air, lebih ringan dibanding air dan terbakar di udara
(Wilbraham, 1992).

6
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Collaboration Classroom


Action Research, yaitu guru mata pelajaran kimia di sekolah sebagai peneliti
bekerjasama dengan dosen. Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)
yang dilakukan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan tindakan
(Planning), pelaksanaan tindakan (Action), mengobservasi dan mengevaluasi proses
dan hasil tindakan (Observation and Evaluation), dan melakukan refleksi (Reflecting).
Pada siklus kedua dapat dibuat revisi tindakan untuk tujuan yang belum tercapai pada
siklus pertama dan seterusnya.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.


Peneliti mengolah data-data numerikal (angka) perolehan angket secara statistik untuk
memperoleh persentase nilai rata-ratanya dan dianalisis secara deskriptif dengan
diinterpretasikan kedalam kategori rendah (0-39); cukup (40-56); sedang (57-75); dan
tinggi (76-100) (Hastuti, 2013).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang bertujuan


untuk mengetahui sejauh mana tingkat prestasi belajar siswa terhadap materi senyawa
hidrokarbon dengan menggunakan metode TGT dibandingkan metode ceramah.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas X semester 2 tahun pelajaran
2017. Penelitian ini direncanakan pada bulan Agustus 2017 di SMA Lab School
Unsyiah Banda Aceh, bertempat di Kopelma Darussalam Syiah Kuala, Kota Banda
Aceh.

7
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Lab School
Unsyiah. Sedangkan sampel yang digunakan adalah siswa kelas X SMA Lab School
Unsyiah.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket dari data penelitian
yang terdiri dari: 1) data motivasi belajar siswa yang dihimpun dengan menggunakan
angket motivasi sebanyak 10 item pernyataan yang disusun dengan menggunakan
skala Likert. 2) data penguasaan konsep senyawa hidokarbon yang dihimpun dengan
menggunakan instrument tes esai dan diberikan diawal pembelajaran (pretest) dan di
akhir pembelajaran (postest) baik pada siklus I maupun pada siklus II.

Data hasil penguasaan konsep siswa dihitung nilai Gain dan N-Gain (%). Rumus gain
adalah:

(Meltzer, 2008)

Diinterpretasikan kedalam kategori :

Skor Kriteria
0-30 Rendah
30-70 Sedang
70-100 Tinggi
Tabel 1 Interpretasi skor

Untuk mengetahui keberhasilan penelitian ini ditetapkan sebagai berikut: 1)


Sekurang-kurangnya 75% siswa dapat termotivasi dalam proses pembelajaran.
2) Sekurang-kurangnya 75% siswa dapat mencapai ketuntasan belajar dengan nilai
lebih besar atau sama dengan 76.

8
3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket
motivasi yang berisi 15 item pernyataan dan instrument tes esai dan diberikan diawal
pembelajaran (pretest) dan di akhir pembelajaran (postest).

Pemberian angket bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa


dalam melaksanakan pembelajaran senyawa hiddokarbon dengan menggunakan metode
Teams Games Tournament (TGT).

9
DAFTAR PUSTAKA

Bustalin, (2004) Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Mandar Maju.

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik.Jakarta:


Bina

Mulyasa,E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan


Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 3.
Jakarta: Erlangga.

Rasyid, H., dan Mansur. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wacana Prima.

Slavin & Robbert E. 1997, Cooperative Learning Theory, Research, and Practice. USA:
Allyn and Daco.

Syukri, S. 1999. KImia Dasar 3. Bandung: ITB.

Wilbraham, A. C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung: Bandug.

Zulaika Marta Sani, Sudarmin, Sri Nurhayati, April. 2016. Pembelajaran Team Game
Tournament Berbantuan Media Number Card Untuk Meningkatkan Keaktifan
Siswa. Journal Scientia Indonesia. Vol 1, No. 1.

10

Anda mungkin juga menyukai