ABSTRAK
223
A. PENDAHULUAN
224
Dengan demikian peran guru dalam memaksimalkan hasil belajar siswa
haruslah mampu menciptakan suasana kelas semenarik mungkin sehingga
diharapkan dalam belajar bahasa Indonesia tidak hanya siswa-siswa yang tertentu
saja yang mendapatkan nilai-nilai yang tinggi. Maka dari itu selaku seorang guru
harus menyadari betapa pentingnya prinsip dalam pembelajaran dalam rangka
menuju proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Untuk itu, salah satu
alternatifnya dengan menerapkan prinsip pembelajaran Multiple Intelligences.
Secara umum Prinsip pembelajaran dapat diartikan sebagai kebenaran yang
jadi pokok dasar seseorang untuk bertindak dalam melakukan sesuatu untuk dapat
dijadikan salah satu tolak ukur dalam menentukan sesuatu (Gunawan, 2001:305).
Multiple Intelligences menjadi sebuah prinsip pembelajaran untuk materi
apapun dalam semua bidang studi. Inti prinsip pembelajaran ini adalah bagaimana
guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh
siswanya. (Chatib, 2011:108)
Hasil belajar menurut Dymiati dan Mudjiono adalah tingkat keberhasilan
yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran dimana
tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf,
kata, atau simbol (Ismail, 2014:38).
Maka, semakin jelaslah bahwa hasil belajar siswa merupakan hasil dari
sesuatu proses yang didalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling
mempengaruhi keberhasilannya. Faktor sebagian penyebabnya salah satunya
adalah guru. Selain dari pada itu faktor keberhasilan siswa dalam belajar terlihat
dari dalam maupun luar lingkungannya.
Dari hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 18
Januari 2015 di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang. beberapa siswa tidak
memperhatikan penjelasan guru, siswa mengantuk saat mendengarkan penjelasan
guru, siswa bermain dengan teman sebangkunya tidak memperhatikan guru yang
sedang menjelaskan. Selain dari pada itu siswa kurang mengerti pada saat diminta
mengerjakan soal-soal latihan sehingga nilainya tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan kurang maksimal
terutama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
225
Pada kondisi kelas yang tidak kondusif dan pasif menyebabkan pemahaman
siswa pada materi yang disampaikan tidak dapat maksimal. Sehingga dapat
dikatakan bahwa keberhasilan siswa dalam belajar bahasa Indonesia khususnya
tergantung bagaimana guru menguasai kelas dengan menggunakan prinsip dalam
mengajar, suasana yang sangat aktif agar tidak membosankan, menarik,
berpengaruh yang sangat positif dalam keberhasilan belajar siswa.
B. KERANGKA TEORI
Prinsip pembelajaran dapat diartikan sebagai kebenaran yang jadi pokok
dasar seseorang untuk bertindak dalam melakukan sesuatu untuk dapat dijadikan
salah satu tolak ukur dalam menentukan sesuatu (Gunawan,2001:305). Agar
tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik maka komponen dalam prinsip
pembelajaran harus disusun dan direncanakan sebelumnya sesuai dengan
pembelajaran yang akan dilakukan, melalui prinsip yang tepat dan baik maka
tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam telah memerintahkan untuk
memilih prinsip yang tepat dalam proses pembelajaran. Dalam surat An-Nahl ayat
125.
226
untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Jadi, prinsip pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan
fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan
pembelajaran tertentu.
Sedangkan Prinsip Multple Intelligences adalah salah satu cara yang dapat
digunakan untuk dapat mengelolah kecerdasan yang mereka miliki. Guru
diharapkan mengembangkan atau mencari alternatif yang digunakan untuk
membimbing belajar siswa. Pada dasarnya tidak ada metode pembelajaran yang
paling ideal. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya
sendiri. Hal ini sangat tergantung sekali pada tujuan yang hendak dicapai,
penggunaan metode (guru), ketersedian fasilitas dan kondisi siswa.
Proses belajar akan lebih efektif jika guru mengkondisikan siswa agar
setiap siswa terlihat secara aktif dan terjadi hubungan yang dinamis dan saling
mendukung antar siswa satu dengan siswa yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, Pembangunan manusia bersumber pada pendidikan baik dari kehidupan
keluarga di rumah, maupun pengalaman belajarnya di sekolah dapat memupuk
bakat dan kreatifitas para peserta didik dalam mengembangkan sumber daya
manusia (Semiawan, dkk 1984:8).
Guru perlu memiliki pengetahuan mengenai siapa siswa tersebut dan
bagaimana karakteristiknya ketika memasuki suatu proses belajar dan mengajar di
sekolah. Siswa mempunyai latar belakang tertentu, yang menentukan
keberhasilannya dalam mengikuti proses belajar. Tugas guru adalah
mengakomodasi keragaman antar siswa tersebut sehingga semua siswa dapat
mencapai tujuan pengajaran (Supriadi, 2005:79). Agar pelayanan pendidikan yang
selama ini diberikan peserta didik mencapai sasaran optimal, maka pembelajaran
harus diselaraskan dengan potensi peserta didik (Uno dan Masri, 2009:3).
Pembelajaran akan efektif ketika memperhatikan perbedaan-perbedaan
individual. Setiap anak dilahirkan dengan kondisi yang terbaik (cerdas) dan
membawa potensi serta keunikan masing-masing yang memungkinkan untuk
menjadi yang terbaik (cerdas). Hal ini telah difirmankan oleh Allah SWT dalam
surat At-Tiin: 4. (Tim SYAAMIL,2007:597)
227
228
serta menemukan dan harus menyadari bahwa setiap anak mempunyai
keberagaman serta perbedaan kecerdasan setiap masing-masing siswa.
Adapun Multiple Intelligences yang terdiri dari beberapa jenis kecerdasan
antara lain: kecerdasan berbahasa, kecerdasan matematis logis, kecerdasan visual
spasial, kecerdasan memainkan musik, cerdas kinestesis, interpersonal,
intrapersonal, cerdas alam dan eksistensial (Chatib,2014: 109). Maka dari itu,
pada pembahasan kali ini Prinsip Multiple Intelligences pada mata pelajaran
bahasa Indonesia.
Menurut Horward Gadner, peneliti dari Hardvard sekaligus pencetus teori
Multiple Intelligences, terdapat Sembilan jenis kecerdasan manusia yaitu:
kecerdasan matematika, bahasa, gambar, musical, tubuh, sosial, diri, alam,
spiritual (Surya, 2007:3). Pemahaman yang benar harus bermula dari pengertian
sejarah penemu Multiple Intelligences yang memang pada awalnya merupakan
sebuah teori kecerdasan dalam ranah psikologi, ketika ditarik kedunia pendidikan
maka Multiple Intelligences menjadi sebuah prinsip pembelajaran (Chatib,
2011:108).
Keberhasilan pembelajaran prinsip Multiple Intelligences dilihat dari
bagaimana guru dapat mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan
dimengerti oleh siswanya. Prinsip Multiple Intelligences merupakan salah satu
prinsip yang dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan ataupun
memunculkan kecerdasan siswa sehingga diharapkan hasil belajar siswa dapat
maksimal. Adapun prosedur prinsip ini sebagai berikut (Maksum,2014:119):
1. Memberdayakan semua jenis kecerdasan yang ada pada setiap anak.
2. Mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan kecerdasan
yang menonjol pada masing-masing siswa.
Adapun langkah-langkah yang saya gunakan dalam proses pembelajaran
yaitu(Chatib, 2011:136-144):
1. Guru mengadakan apersepsi serta memotivasi siswa agar tertarik untuk
belajar.
2. Guru telah menetapkan materi yang akan dipelajari yakni tentang menulis
karangan.
229
3. Guru memberikan respon visual kepada peserta didik yakni dengan akses
informasi melihat, mengucapkan, dan melakukan.
4. Guru menjelaskan materi serta mengaitkan materi pembelajaran yang akan
diajarkan dalam kehidupan sehari-hari yakni materi tentang menulis
karangan.
5. Guru memberikan klarifikasi tentang materi menulis karangan serta
melibatkan partisipasi siswa.
6. Guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran.
Pada proses pembelajarannya sendiri guru dituntut untuk mampu
mengemas gaya mengajarnya agar materi yang disampaikan mudah ditangkap dan
mudah dimengerti serta mudah dipahami oleh siswanya. Yang disebut Gardner
sangat berkaitan dengan dunia pendidikan, setiap area otak yang disebut Lobus Of
Brain ternyata punya komponen inti yang berupa potensi kepekaan yang akan
muncul dari setiap area otak apabila diberi stimulus yang tepat. Akibat adanya
stimulus yang tepat, kepekaan inilah yang akan menghasilkan kompetensi. Dan
apabila kompetensi tersebut dilatih terus menerus dalam jenjang silabus yang
tepat, dari kompetensi akan muncul kondisi akhir yang baik. (Chatib,2014:135)
Sedangkan prinsip Multiple Intelligences pada hakikatnya adalah upaya
mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh setiap individu (siswa)
untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut oleh sebuah kurikulum
(Maksum, 2014:117).Multiple Intelligences adalah prinsip pembelajaran yang
berupa rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang
sudah ditentukan dalam silabus (Chatib, 2014: 135).
Jadi, prinsip Multiple Intelligences merupakan salah satu prinsip yang
dapat digunakan oleh para pendidik untuk mengoptimalkan kecerdasan yang
dimiliki setiap anak didiknya, sehingga pada proses pembelajaran tidak
membosankan, menjadi menarik, dan menyenangkan. Pada pembahasan kali ini
Prinsip Multiple Intelligences yang digunakan adalah pada kecerdasan berbahasa
pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi menulis karangan.
230
Belajar dapat diartikan sebagai upaya mendapat pengetahuan,
keterampilan, pengalaman dan sikap yang dilakukan dengan cara mendayakan
seluruh potensi fisiologis dan psikologis, jasmani dan rohani manusia dengan
bersumber kepada berbagai bahan informasi, alam jagat raya, dan lain sebagainya
(Nata, 2009: 206).
Keberhasilan belajar mengajar pada dasarnya merupakan perubahan positif
selama dan sesudah proses belajar mengajar dilaksanakan. Keberhasilan ini dapat
dilihat dari keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran dan
perubahan posotif yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses belajar mengajar
tersebut. Keberhasilan belajar mengajar merupakan bagian integral dari tujuan
pendidikan. Hasil kegiatan belajar mengajar yang dicapai pada setiap kali jam
pelajaran akan menjadi hasil kegiatan belajar mengajar dan hasil kegiatan belajar
mengajar persemester merupakan bagian dari hasil kegiatan pendidikan
perjenjangan menjadi bagian dari tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Hasil adalah suatu yang menjadi akibat dari usaha, pendapatan, sedangkan
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebaga hasil
pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003:20).
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajaranya (Sudjana, 2013:22). Hasil belajar adalah
kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif maupun psikomotorik yang
dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar
(Kunandar, 2013:62). Pada dasarnya Hasil belajar adalah penilaian terhadap
kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka-angka atau nilai. Bukti
bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu (Hamalik, 2001: 79).
Hasil yang ingin dicapai melalui aktivitas belajar merupakan tujuan dari
proses pmbelajaran, mengingat bahwa tujuan pembelajaran merupakan sesuatu
yang penting dan secara operasional hasilnya dapat diukur. Maka dari beberapa
pendapat di atas, dapat disimpulkan hasil belajar merupakan pengukuran yang
231
dilakukan untuk mengtahui penguasaan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh
siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran.
Nawawi mengemukakan pengertian hasil belajar adalah keberhasilan
siswa dalam mempelajari materi pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
bentuk nilai atau skor hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu. Berdasarkan
tujuannya hasil belajar dapat dibagi menjadi 3 macam (Slameto,2003:60):
1. Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecakapan di dalam
melakukan atau mengerjakan suatau tugas, termasuk didalamnya
keterampilan menggunakan alat.
2. Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.
3. Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan tentang
apa yang dikerjakan.
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah jika dilihat dari proses belajar
mengajar bukan hanya pemupukan ilmu saja, melainkan merupakan proses
interaksi yang kompleks yang bertalian dengan sikap, nilai, dan keterampilan,
serta juga pemahaman. Anak yang sedang belajar pada dasarnya tidak bereaksi
terhadap lingkungan secara intelektual, tetapi juga emosional dan sering juga
secara fisik. Rangkaian perubahan dan pertumbuhan fungsi-fungsi jasmani,
pertumbuhan watak, pertumbuhan intelektual, dan pertumbuhan sosial, itu sesuai
tercakup didalam peristiwa yang disebut proses belajar mengajar dan berintikan
interaksi belajar mengajar. Dalam ranah inilah sebagai tujuan dari pendidikan
didalam pendidikan dikenal menjadi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ketiga tujuan ranah penilaian ini merupakan Taksonomi yang dikembangkan
oleh Benyamin S Bloom akan tetapi, Bloom lebih mengkonsentrasikan kepada
ranah kognitif. (Ismail, 2014:43-44)
Maka dari itu, hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III
di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang dengan materi menulis karangan
dengan kalimat sederhana. Indikator yang hendak dicapai adalah: menulis
karangan dengan kalimat sederhana berdasarkan ejaan yang tepat dan benar. Hasil
belajar belajar disini lebih menonjol kepada ranah kognitifnya.
232
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu
peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia(Chairanidkk,2014:85).
Bahasa adalah keterampilan khusus yang kompleks berkembang dalam
diri anak-anak secara spontan, tanpa usaha sadar atau intruksi formal dipakai
tanpa memahami logika yang mendasarinya secara kualitatif sama dalam dari
setiap orang, berbeda dari kecakapan-kecakapan lain yang sifatnya lebih untuk
dalam hal memproses informasi/berperilaku secara cerdas (Brow,2008:6).
Menurut Tarigan, beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa
adalah suatu sistem yang sistematis, barangkali juga untuk sistem generatif.
Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-
simbol(Tarigan, 1986:22). Menurut Rahmat melihat bahasa dari dua sisi yaitu sisi
formal dan fungsional. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat
yang terbayangkan, yaitu dibuat menurut tatabahasa. Sedangkan secara
fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk
mengungkapkan gagasan.(Tarigan, 1986:22)
Maka bahasa Indonesia adalah bahasa resmi republik Indonesia dan
bahasa persatuan bangsa indonesia. Dan keterampilan khusus yang kompleks
berkembang dalam diri anak-anak secara spontan, tanpa usaha sadar atau intruksi
formal dipakai tanpa memahami logika. Mata pelajaran bahasa Indonesia
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut
(Chairanidkk,2014:86):
233
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun secara tulisan.
2. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
3. Memahami bahasa indonsia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan.
4. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa Negara.
5. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial.
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia.
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek
sebagai berikut: (Chairanidkk,2014:87)
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis
Bahasa Indonesia sendiri merupakan pembelajaran yang diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan
kesimpulan mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang
berupaya meningkatkan kemampuan siswa, pengetahuan siswa, seta memperluas
wawasan mereka.
234
C. MADRASAH IBTIDAIYAH NAJAHIYAH PALEMBANG
235
Dalam perkembangannya Madrasah ini juga telah mengalami beberapa
pergantian pemimpin sebagai kepala madrasah, yaitu: (Dokumentasi Madrasah
Ibtidaiyah Najahiyah Palembang tahun 2014-2015)
1. Ustadz Kms. Abd. Aziz yang memimpin dari tahun 1964 -1974
2. H.N.A. Muhammad yang memimpin dari tahun 1975
3. Ustadz K.A. Hamid bin K.Hasan yang memimpin dari tahun 1976 – 1985
4. K. Hasanuddin Nur, BA yang memimpin dari tahun 1986 sampai
sekarang.
Pada saat ini Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah berlokasi di tempat yang
prinsips yaitu di Jalan K.H. M Asyik ¾ Ulu No.57 RT.30 Kelurahan ¾ Ulu
Kecamatan Seberang Ulu 1. Adapun kegiatan sehari-hari disekolah ini dimulai
pada jam 07.30 WIB dan berakhir 12.10 WIB.
236
D. HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini merupakan analisis data yang berisikan beberapa
masalah yang diangkat dalam penelitian ini diantaranya hasil belajar siswa pada
mata pelajaran bahasa Indonesia sebelum dan sesudah digunakan prinsip Multiple
Intelligences. Implementasi Prinsip Multiple Intelligences dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas III pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah
Ibtidaiyah Najahiyah Palembang dilaksanakan praktek langsung dikelas III pada
tanggal 15,16, 21, 22, 23, dan 28 Mei 2015 Selama 6 kali pertemuan dengan
materi menulis karangan.
Dalam penelitian ini peneliti menerapkan prinsip Multiple Intelligences
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah peniliti buat. Adapun
yang dilakukan peneliti dalam proses pembelajaran dalam menerapkan Prinsip
Multiple Intelligences yaitu peneliti memberikan soal pre-test serta memberikan
soal tes post-test. Guna untuk mengetahui hasil implementasi Prinsip Multiple
Intelligences dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada mata
pelajaran bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang.
1. Hasil Pre-test: Hasil Belajar Siswa Sebelum Digunakan Prinsip
Multiple Intelligences
Tabel 1
Skor Hasil Pembelajaran Siswa Dari 25 Orang Siswa
MI Najahiyah Palembang Pada Pre-Test
237
13 Msy. Latifah Aini 70
14 M. Teguh 40
15 Nadra Aulia 60
16 Nurul 75
17 Nuriana 70
18 Rahmat Hidayat 80
19 Risma Asinia 75
20 Robiatul Hidayah 75
21 Siti Nabila 75
22 Susanti 60
23 Sri Aulia 80
24 Waldi 30
25 Wulandari 70
Tabel II
Skor Hasil Pembelajaran Siswa Dari 25 Orang Siswa
MI Najahiyah Palembang Pada Post-Test
238
21 Siti Nabila 90
22 Susanti 85
23 Sri Aulia 100
24 Waldi 75
25 Wulandari 90
Tabel III
Perhitungan untuk memperoleh “t” dalam rangka menguji
kebenaran/kepalsuan hipotesa tentang adanya perbedaan hasil belajar yang
signifikan di kalangan siswa MI antara sebelum dan sesudah hasil belajar
digunakan prinsip Multiple Intelligences
239
Menentukan hipotesa dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ha : Ada perbedaan sebelum dan sesudah implementasi prinsip Multiple
Intelligences dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
bahasa Indonesia kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah.
Ho : Tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah implementasi prinsip
Multiple Intelligences dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran bahasa Indonesia kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah.
Untuk mengetes mana yang benar diantara kedua hipotesis terebut, maka
kita lakukan perhitungan langkah-langkah sebagai berikut:
Sebelumnya telah didapat hasil perhitungan -670 = 21750
SDD= -
SDD= -
SDD=
SDD=
SDD=
SDD= 12,31
Dengan diperoleh SDD sebesar 12,31 untuk lebih lanjut dapat kita hitung
Standar Error dari mean perbedaan nilai atara variabel X dan variabel Y sebagai
berikut:
SEMD= SDD
√N-1
SEMD= 12,31
√25-1
SEMD= 12,31
240
√24
SEMD= 12,31
4.89
SEMD= 2,517
Selanjutnya mencari harga to dengan mengitung mean terlebih dahulu
MD=
N
MD= ∑-670
25
MD= -26,8
Maka, didapat harga to sebagai berikut:
to = M D
SEMD
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi baik pada
taraf 5% sebesar 2.06 maupun pada taraf signifikansi 1% tt diperoleh 2.79 mencari
signifikansi 5% dan 1% adalah pada excel =tinv(0.05,24) dan =tinv(0.01,24).
Ternyata dengan df (n-1) atau (25-1) = 24. Dengan membandingkan besarnya “t”
yang kita peroleh dalam perhitungan (to= -10,64) dan besarnya “t” yang tercantum
pada t tabel 5% = 2.06 dan t tabel 1% = 2.79. maka dapat diketahui bahwa to adalah
lebih besar dari pada tt, yaitu:
2.79< -10,64 >2.06
Nilai to= -10,64 artinya ada selisih derajat perbedaan sebesar 10,64. Tanda
(-) merupakan tanda yang dibaca selisih dalam perhitungan statistika.
Karena to lebih besar dari pada tt, maka hipotesis nihil yang diajukan
ditolak, ini berarti bahwa adanya perbedaan signifikan nilai hasil belajar antara
sebelum dan sesudah diterapkannya prinsip Multiple Intelligences.
241
Berdasarkan hasil uji coba tersebut, secara meyakinkan dapat dikatakan
bahwa prinsip Multiple Intelligences telah menunjukkan hasil, penggunaan prinsip
Multiple Intelligences dapat dikatakan meningkat dalam artian prinsip ini bisa
digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah, seorang guru harus menyadari
betapa pentingnya menyadari akan perbedaan kecerdasan yang dimiliki oleh
setiap siswa berdasarkan penelitian siswa yang mendapatkan nilai yang kecil itu
bukan berarti mereka bodoh akan tetapi mungkin tidak menonjol pada pelajaran
yang sedang dipelajari berdasarkan kecerdasan yang dijelaskan oleh Gadner
bahwa kecerdasan setiap masing-masing siswa ada sembilan kecerdasan yang ada
pada diri masing-masing siswa.
Siswa yang mendapatkan nilai kecil itu disetiap meraka pasti ada
kecerdasan disalah satunya. Disinilah letak peran seorang guru dalam mengajar
harus memiliki prinsip dalam mengajar karena faktor dari keberagaman
kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa dan letak pentingnya peranan seorang
guru dalam mengembangkan kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik.
Sehingga bukan hal yang terlalu berlebihan jika penilaian bahwa berhasil atau
tidaknya proses pendidikan tergantung pada gurunya. ( Ngainun Naim,2009:4-5)
Untuk itu sebagai seorang pendidik harus mampu menjadi seseorang yang
dapat menimbulkan salah satu bagian dari kecerdasan yang dimiliki siswa karena
memang setiap anak itu memiliki kecerdasan, keterampilan, serta kemampuan
yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
E. KESIMPULAN
Dari hasil data penelitian yang telah dijelaskan pada Bab terdahulu diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang sebelum
digunakan Prinsip Multiple Intelligences yaitu tergolong tinggi (baik)
sebanyak 3 orang siswa (12%) kategori tinggi (nilai di atas 76,74),
tergolong sedang sebanyak 15 Orang siswa (60%), siswa termasuk dalam
242
kategori sedang (nilai antara 37,6 sampai 76,74), dan yang tergolong rendah
sebanyak 7 Orang siswa (28%), siswa termasuk dalam kategori sedang (nilai
dibawah 37,6)
2. Hasil belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang sesudah
digunakan Prinsip Multiple Intelligences yaitu yang tergolong tinggi (baik)
sebanyak 7 orang siswa (28%), siswa kategori tinggi (nilai di atas 94),
tergolong sedang sebanyak 16 Orang siswa (64%), siswa termasuk dalam
kategori sedang (nilai antara 74 sampai 94), dan yang tergolong rendah
sebanyak 2 Orang siswa (8%), dalam kategori rendah (nilai dibawah 74).
3. Dari hasil Tes “t” dengan implementasi Prinsip Multiple Intelligences dalam
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III
di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang didapat df sebesar 24 itu
diperoleh harga kritik t atau tabel signifikansi sebesar pada taraf 5% sebesar
2.06. maupun pada taraf signifikansi 1% tt diperoleh 2.79 Dengan
membandingkan besarnya “t” yang kita peroleh dalam perhitungan (to=) dan
besarnya “t” yang tercantum pada t tabel 5% = 2.06. dan t tabel 1% = 2.79. maka
dapat diketahui bahwa to adalah lebih besar dari pada tt, yaitu: 2.79<-
10,64>2.06. Maka hipotesa Ha dierima karena adanya perbedaan nilai hasil
belajar antara sebelum dan sesudah digunakan prinsip Multiple
Intelligences dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah. Sedangkan
Ho tidak diterima karena tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah
digunakan prinsip Multiple Intelligences dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III di Madrasah
Ibtidaiyah Najahiyah.
F. SARAN
243
keberhasilan dalam belajar sebagai salah satu usaha untuk mencapai tujuan
pendidikan.
2. Kepada guru khususnya guru bahasa Indonesia hendaknya dalam kegiatan
belajar mengajar selalu menggunakan prinsip ataupun metode yang dapat
membangun kreatifitas siswa, dapat memberikan motivasi dalam diri siswa,
dapat membuat siswa aktif dalam belajar sesuai dengan kecerdasan yang
mereka miliki. Dari sekian banyaknya prinsip yang dapat digunakan oleh
guru salah satunya adalah Prinsip Multiple Intelligences.
3. Kepada siswa di MI Najahiyah Palembang diharapkan dapat selalu
berperan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran agar terjadinya
interaksi yang positif antara guru dan siswa
G. DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
244
Kunandar. 2013.Penilain Autentik. Jakarta:Rajawali Press.
Munandar, Conny A.S. S.C.U. Munandar. 1984. Memupuk Bakat dan Kreativitas
Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia.
Naim, Ngainun.2009. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nata, Abuddin. 2009.Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.
Jakarta:Kencana.
245