Konsep-konsep Utama:
a. Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu; id, ego dan
superego. Ketiganya adalah nama-nama bagi proses-proses psikologis. Merupakan fungsi-fungsi
kepribadian sebagai keseluruhan daripada sebagai tiga bagian yang terasing satu sama lain. Id adalah
komponen biologis, ego adalah komponen psikologis, sedangkan superego adalah komponen sosial.
Freud percaya bahwa sebagian besar fungsi psikologis terletak di luar kawasan kesadaran. Oleh
karena itu, sasaran terapi psikoanalitik adalah membuat motif-motif tak sadar menjadi disadari, sebab
hanya ketika menyadari motif-motifnyalah individu bisa melaksanakan pilihan. Proses-proses tak
sadar adalah akar dari gejala tingkah laku neurotik. Dari perspektif ini “penyembuhan” adalah upaya
menyingkap makna gejala-gejala, sebab-sebab tingkah laku, dan apa saja yang menghalangi fungsi
psikologis.
d. Kecemasan
Untuk memahami psikoanalitik, kita perlu memahami konsep kecemasan. Kecemasan merupakan
keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah memperingatkan
adanya ancaman bahaya, yakni sinyal bagi ego yang akan terus meningkat jika tindakan-tindakan
yang layak untuk mengatasi ancaman bahaya itu tidak diambil. Apabila tidak bisa mengendalikan
kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan langsung, maka ego akan mengendalkan cara-cara
yang tidak realistis, yakni tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego.
1. Penyangkalan
Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan menutup mata terhadap keberadaan
kenyataan yang mengancam
2. Proyeksi
Proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang
lain.
3. Fiksasi
Fiksasi adalah menjadi terpaku pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil
langkah ke tahap selanjutnya, hal ini bisa menimbulkan kecemasan.
4. Regresi
Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan sebelumnya.
5. Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang baik guna menghindarkan ego dari cedera.
6. Sublimasi
Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara sosial lebih dapat
diterima bagi dorongan-dorongannya. Misal: dorongan agresif pada individu disalurkan melalui olah
raga.
7. Displacament
Mengarahkan energi kepada objek asal atau yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau. Misal; seorang
anak yang ingin memukul orang tuanya, tapi kemudian dialihkan ke adiknya atau barang.
8. Represi
Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan atau
tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan.
9. Formasi reaksi
Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat sadar, jika yg
dirasakan individu lebih menimbulkan ancaman, individu menampilkan tingkah laku yang
berlawanan guna menyangkal perasaannya. Misal; tidak menyukai pimpinan, tetapi menuntukan
perilaku hormat dan taat karena cemas jika perasaan yang sebenarnya diketahui.
Tujuan Terapeutik
Membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari
didalam diri klien. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisi, dan
ditafsirkan dengan merekonstruksi kepribadian.
Konsep Utama:
Tujuan Terapeutik
Membantu klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaannya
dan potensi yang dimiliki serta sadar bahwa dia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan
kemampuannya.
Peran Terapis
Memahamkan keberadaan klien bahwa dia ada dalam dunia, penekanan terapis berfokus pada
keadaan saai ini.
3. Terapi Client-Centered
Pendiri: Carl Rogers. Semula adalah pendekatan nondirektif yang dikembangkan pada tahun 1940an,
sebagai reaksi melawan pendekatan psikoanalitik. Berdasarkan pada pandangan subjektif atas
pengalaman manusia, terapi client-centered menaruh kepercayaan dan meminta tanggubg jawab yang
lebih besar kepada klien dalam menangani berbagai permasalahan.
Pendekatan client centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk
menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien sebagai orang yang paling
mengetahui dirinya sendiri, klien adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih
pantas bagi dirinya.
4. Terapi Gestalt
Pendiri: Fritz Perls. Sebagian besar merupakan terapi eksperimental yang menekankan kesadaran
dan integrasi, yang muncul sebagai reaksi melawan terapi analitik, serta mengintegrasikan fungsi
jiwa dan badan.
Pandangan Gestalt adalah bahwa individu memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi
dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Selama fase perkembangan, individu mengalami
masalah-masalah dalam perkembangannya, oleh karena itu individu mencari solusi atas masalahnya,
dan adakalanya individu mengalami jalan buntu dalam penyelesaian masalahnya. Terapi menyajikan
intervensi dan tantangan yang diperlukan, yang bisa membantu individu memperoleh pengetahuan
dan kesadaran untuk melangkah maju menghadapi masalahnya.
Tugas terapis adalah membantu klien mengalihkan dukungan eksternal ke dukungan internal dengan
membantu menemukan letak jalan buntu. Jalan buntu adalah titik tempat individu mengalami
perasaan yang mengancam karena dia merasa tidak nyaman. Orang yang sering mengungkapkan
“saya tidak bisa berbuat apa-apa” “saya tidak tahu harus pergi kemana”. Tugas terapis adalah
membantu klien menembus jalan buntu tersebut.
Permainan dialog
Membuat lingkaran
Bermain proyeksi, dan sebagainya.
5. Analisis Transaksional
Pendiri: Eric Berne. Suatu model terapi kontemporer yang cenderung ke arah aspek-aspek kognitif
dan behavioral, dan dirancang untuk membantu orang-orang dalam mengevaluasi putusan-putusan
yang telah dibuatnya menurut kelayakan sekarang.
Tujuan dasar terapi ini adalah membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru yang
menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya.
Terapi tingkah laku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai
teori tentang belajar. Terapi ini menyertakan penerapan yang sistematik prinsip-prinsip belajar pada
pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif.
Desensitisasi sistematik, digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara
negatif, dengan cara memunculkan tingkah laku yang berlawanan dengan tingkahlaku yang akan
dihapus.
Latihan asertif, latihan asertif dapat digunakan pada individu yang 1) tidak mampu
mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung; 2) menunjukkan kesopanan yang berlebihan;
3) memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak”; 4) mengalami kesulitan untuk mengungkapkan
afeksi positif; 5) merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran sendiri.
Terapi aversi, terapi ini digunakan untuk meredakan gangguan perilaku yang spesifik,
melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai
tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya, misalnya dengan memberikan
hukuman berupa kejutan listrik.
Pengkondisian operan, tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang
menjadi ciri organisme aktif. Metode-metode pengkondisian operan: penguat positif, pembentukan
respon, penguat intermiten, penghapusan, pencontohan, token economy.
7. Terapi Rasional-Emotif
Pendiri: Albert Ellis. Suatu model terapi yang sangat didaktik, berorientasi kognitif tindakan, serta
menekankan peran pemikiran dan sistem-sistem kepercayaan sebagai akar masalah-masalah pribadi.
Ellis (1974) menjelaskan bahwa individu berpikir, beremosi dan bertindak secara simultan. Ketika
individu beremosi mereka juga berpikir dan bertindak, ketika mereka bertindak mereka juga berpikir
dan beremosi, ketika mereka berpikir mereka juga beremosi dan bertindak. Untuk memahami tingkah
laku individu yang merugikan diri sendiri, harus dipahami terlebih dahulu bagaimana individu
berpikir, beremosi dan bertindak. Ellis (1973) juga menjelaskan bahwa tujuan utama dari terapi ini
adalah membantu individu mengubah pikiran yang irasional menjadi rasional dan menunjukkan
kepada individu bahwa pikiran yang irrasional merupakan sumber masalah emosi yang dialami oleh
mereka.
8. Terapi Realitas
Pendiri: William Glasser. Suatu model terapi yang dikembangkan sebagai reaksi melawan terapi
konvensional. Terapi realitas adalah terapi jangka pendek yang berokus pada saat sekarang,
menekankan kekuatan pribadi, dan pada dasarnya merupakan jalan di mana para klien bisa belajar
tingkah laku yang lebih realistik dan karenanya, bisa mencapai keberhasilan.