Anda di halaman 1dari 5

1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN


DENGAN KEPATUHAN KONTROL
PADA PASIEN DIABETES MELITUS
DI POLIKLINIK INTERNA RSUD BANGLI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 juga menyatakan bahwa

“Health is a fundamental right”, yang mengandung suatu kewajiban untuk

menyehatkan yang sakit dan mempertahankan serta meningkatkan yang sehat

(Depkes RI, 2009). Kesehatan sebagai hak asasi manusia secara tegas diamanatkan

oleh Undang-Undang Dasar 1945, setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Ini melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai hak asasi manusia dan sehat

sebagai investasi. Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat

2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman

penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar hukum, serta berpartisipasi aktif

dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat

sehat dan aman atau safe community (Depkes RI, 2009).


2

Di Indonesia sendiri masalah kesehatan hendaknya perlu penanganan yang lebih

serius dari pemerintah, disamping masalah lainnya yang terjadi di masyarakat. Hal

ini dapat kita lihat dari masih banyaknya angka kematian kasar (AKK) yang terjadi

di Indonesia. Menurut Riskerdas (Riset kesehatan dasar) tahun 2007 bahwa

penyebab angka kematian utama menurut semua umur adalah Stroke (15,4%), TB

(7,5%), Diabetes melitus (5,7%), Hipertensi (6,8%), Cedera (6,5%), Perinatal

(6,0%).

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit sistemik, kronis, dan multifaktor yang

dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia. Gejala yang timbul adalah

akibat kurangnya sekresi insulin atau ada insulin yang cukup, tetapi tidak efektif.

Diabetes melitus sering kali dikaitkan dengan gangguan sistem mikrovaskuler dan

makrovaskuler, gangguan neuropatik, dan lesi dermopatik (Baradero, 2009).

Ketika seseorang menderita DM maka pankreas orang tersebut tidak dapat

menghasilkan cukup insulin untuk menyerap gula yang diperoleh dari makanan.

Sehingga menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinggi akibat timbunan

gula dari makanan yang tidak dapat diserap dengan baik dan dibakar menjadi

energi. Penyebab yang lainnya adalah insulin yang cacat atau tubuh tidak dapat

memanfaatkan insulin dengan baik (Russel, 2011).

Saat ini di dunia 80% dari 246 juta penduduk yang hidup di negara-negara

berkembang, terserang DM. WHO memprediksikan bahwa pada abad ke-21 ini

sekitar 80% kasus baru diabetes juga akan bermunculan di negara-negara

berkembang. Sementara di dunia pada tahun 2025 mendatang, diprediksikan


3

penderita DM di seluruh dunia mencapai 380 juta jiwa. Menurut WHO sekitar 8

juta penduduk Indonesia pada tahun 2009 mengidap diabetes. Dan akan meningkat

menjadi lebih dari 21 juta jiwa pada tahun 2025. Di Jakarta, survey terhadap

pengidap DM menunjukkan bahwa 1 dari 8 orang mengidap diabetes melitus. Dan

Indonesia menempati peringkat ke empat sebagai negara dengan jumlah penderita

DM terbanyak di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat (Russel, 2011).

Berdasarkan survei lokal, prevalensi DM di Pulau Bali pada tahun 2004, mencapai

angka 7,2%. Survei Depkes 2001 menyebutkan terdapat 7,5 persen penduduk Jawa

dan Bali menderita DM. Data Depkes tersebut menyebutkan jumlah penderita

diabetes melitus menjalani rawat inap dan jalan menduduki urutan ke-1 di rumah

sakit dari keseluruhan pasien penyakit dalam (Setyobekti, 2006).

Penyakit DM yang kurang mendapatkan penanganan akan menimbulkan

komplikasi jangka panjang, diantaranya adalah: masalah pada mata, ginjal,

aterosklerosis, neuropati, dan masalah pada kaki (Baradero, 2009).

Penatalaksanaan pada pasien dengan DM dikenal dengan empat pilar utama yang

meliputi: terapi gizi medis, latihan jasmani, intervensi farmakologis, dan edukasi

(Perkeni, 2006). Edukasi (pendidikan) merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan pengetahuan pasien DM yaitu melalui penyuluhan kesehatan bagi

penderita diabetes dan keluarganya. Penyuluhan tersebut meliputi beberapa hal,

antara lain: tentang diabetes melitus, pengetahuan mengenai perlunya diet secara

ketat, minum obat dan juga pengetahuan tentang komplikasi, pencegahan,

perawatannya dan latihan fisik (Baradero, 2009).


4

Studi pendahuluan pada tanggal 21 Pebruari 2012 yang dilakukan di Puskesmas

Selemadeg Timur I, jumlah penderita diabetes melitus pada tahun 2011 sebanyak

38 orang, dan dari hasil wawancara terhadap beberapa penderita diabetes melitus,

hampi semua penderita diabetes melitus belum mengetahui tentang senam kaki

diabetes.

Berdasarkan dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan suatu

penelitian dengan judul .....

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Kontrol Pasien Diabetes

Melitus di Poliklinik Interna RSUD Bangli?’.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Tingkat

Pengetahuan dengan Kepatuhan Kontrol Pasien Diabetes Melitus di Poliklinik

Interna RSUD Bangli.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Kontrol

Pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Interna RSUD Bangli.


5

b. Mengetahui arah hubungan Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan

Kepatuhan Kontrol Pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Interna RSUD

Bangli.

c. Mengetahui kekuatan Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan

Kontrol Pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Interna RSUD Bangli.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pasien Diabetes Melitus

Dengan penelitian ini diharapkan pasien DM lebih meningkatkan

kepatuhan kontrolnya sehingga penyakit yang dideritanya sembuh total.

pasien.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini nantinya dapat dipergunakan sebagai bahan ajar

tambahan khususnya dalam mata ajar penyakit DM atau penyakit tidak

menular.

3. Bagi RSUD Bangli

Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai masukan dalam perencanaan

program penyluhan penyakit degeneratif.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Sebagai data awal untuk mengembangkan penelitian dalam penyakit DM

di RSUD Bangli.

Anda mungkin juga menyukai